Anda di halaman 1dari 9

Ika Sulistiyawati,Intan Gumilang Pratiwi: Pengaruh Pelatihan terhadap Keterampilan Kader Posyandu

dalam Pencatatan KMS Balita di Desa Candijati Arjasa

PENDIDIKAN DAN PELATIHAN GIZI

PENGARUH PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TERHADAPKESUKSESAN


SESEORANG DI BIDANG GIZI

Dosen Pengampu : Dr. Oslida Martony, SKM. M.Kes

Disusun Oleh :

NOVA ARIANTI BR BANGUN


P01031220067
DIV 6B

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MEDAN JURUSAN GIZI
PROGRAM SARJANA TERAPAN GIZI DAN DIETETIKA
2022/2023
JKAKJ, Volume 3 No. 1, Maret 2019 1
Ika Sulistiyawati,Intan Gumilang Pratiwi: Pengaruh Pelatihan terhadap Keterampilan Kader Posyandu
dalam Pencatatan KMS Balita di Desa Candijati Arjasa

PENGARUH PELATIHAN TERHADAP KETERAMPILAN KADER POSYANDU DALAM


PENCATATAN KMS BALITA

Ika Sulistiyawati1, Intan Gumilang Pratiwi2


1
Akademi Kebidanan Jember
2
Poltekkes Kemenkes Mataram

Abstrak

Permasalahan gizi kurang dan gizi buruk merupakan permasalahan pokok yang dihadapi bangsa
Indonesia saat ini. Permasalahan gizi pada anak balita ini erat kaitannya dengan pemantauan
pertumbuhan anak yang belum optimal disebabkan pemahaman kader tentang tugasnya di
Posyandu masih kurang. Pendokumentasian KMS sangat penting baik bagi ibu balita maupun
petugas kesehatan karena sebagai media edukasi bagi orang tua balita tentang kesehatan anak
balitanya dan sebagai sarana komunikasi yang dapat digunakan oleh petugas kesehatan untuk
menentukan penyuluhan dan tindakan pelayanan kesehatan gizi serta dapat membantu deteksi
dini adanya penyimpangan tumbuh kembang balita. Tujuan penelitian ini adalah untuk
menganalisis pengaruh pelatihan terhadap ketrampilan kader Posyandu dalam pencatatan
KMS balita. Penelitian ini menggunakan disain penelitian pre- experimental design yaitu one
group pretest- postest design dimana dalam desain initerdapat pretest sebelum diberi perlakuan
sehingga hasil perlakuan dapat diketahui lebihakurat. Teknik sampling yang digunakan dalam
pengambilan sampel penelitian ini adalah total sampling dan dianalisis menggunakan uji
Paired. Hasil dari uji paired sample t-test menunjukkan hasil p (0,138) > 0,05 yang artinya tidak
ada pengaruh pelatihan terhadap ketrampilan kader Posyandu dalam pencatatan KMS balita,
sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengevaluasi pelatihan pencatatan KMS
pada kader dengan range waktu post tes yang lebih lama serta perlunya melakukan rotasi tugas
kader Poyandu agar setiap kader dapat terampil dalam mengerjakan setiap tugas kader di
Posyandu khususnya pencatatan KMS balita.

Kata kunci : KMS, Ketrampilan Kader, Posyandu

JKAKJ, Volume 3 No. 1, Maret 2019 2


Ika Sulistiyawati,Intan Gumilang Pratiwi: Pengaruh Pelatihan terhadap Keterampilan Kader Posyandu
dalam Pencatatan KMS Balita di Desa Candijati Arjasa

Abstract
The Effectiveness of Training on the Skills of Posyandu Cadres In KMS Toddler Registration

Ika Sulitiyawati1, Intan Gumilang Pratiwi2


1
Akademi Kebidanan Jember
2
Poltekkes Kemenkes Mataram

Abstract

The problems with malnutritions are the main problems facing the Indonesian people today.
Nutritional problems in children under five are closely related to child growth monitoring which
is not optimal due to lack of understanding of cadres about their work in Posyandu. KMS
documentation is very important both for toddler’s mothers and health workers because it is an
educational medium for parents of toddlers about the health of their children and as a means of
communication that can be used by health workers to determine counseling and actions of
nutrition health services and can help early detection of deviations in growth and development
toddler. The purpose of this study was to analyze the effect of training on the skills of Posyandu
cadres in recording KMS toddlers. This study uses a pre-experimental research design that is
one group pretest-posttest design where in this design there is apretest before being treated
so that the results of the treatment can be known more accurately. The sampling technique used
in sampling this study was total sampling and analyzed using Paired test. The results of the
paired sample t-test showed the results of p (0.138)> 0.05, which means that there was no
influence of training on the skills of Posyandu cadres in the recording of toddlers KMS, so further
research was needed to evaluate the KMS recording training for cadres with longer range time
posttests as well as the need to rotate Posyandu cadre duties so that each cadre can be skilled
in carrying out each cadre task at the Posyandu, especially recording toddler KMS.

Keywords: KMS, Cadres Skills, Posyandu

JKAKJ, Volume 3 No. 1, Maret 2019 3


Ika Sulistiyawati,Intan Gumilang Pratiwi: Pengaruh Pelatihan terhadap Keterampilan Kader Posyandu
dalam Pencatatan KMS Balita di Desa Candijati Arjasa

Pendahuluan bayi dan balita setiap bulan melalui


penimbangan berat badan, imunisasi dasar,
Permasalahan gizi kurang dan gizi buruk yang kemudian dicatat dalam KMS untuk balita
merupakan permasalahan pokok yang dihadapi 3
.
bangsa Indonesia saat ini. Kekurangan gizi Posyandu merupakan salah satu bentuk
dapat terjadi dari tingkat ringan sampai tingkat pendekatan partisipasi masyarakat di bidang
berat dan terjadi secara perlahan-lahan dalam kesehatan yang dikelola oleh kader Posyandu
waktu cukup lama. Salah satu masalah gizi yang telah mendapatkan pendidikan dan
yang menjadi perhatian utama saat ini adalah pelatihan dari puskesmas. Kader Posyandu
masih tingginya anak balita pendek (stunting). mempunyai peran penting karena merupakan
Hasil Riskesdas tahun 2013, didapatkan pelayan kesehatan (health provider) yang
prevalensi stunting di Indonesia mencapai berada didekat kegiatan sasaran Posyandu dan
37,2% danberdasarkan pemantauan status gizi memiliki frekuensi tatap muka kader lebih
tahun 2016 mencapai 27,5%. WHO sering daripada petugas kesehatan lainnya.
menetapkan batasan <20%, ini berarti Tugas kader di Posyandu adalah melakukan
pertumbuhan yang tidak maksimal dialami oleh pendaftaran,penimbangan, mencatat pelayanan
sekitar 8,9 juta anak Indonesia, atau 1 dari 3 ibu dan anak dalam buku KIA , menggunakan
anak Indonesia mengalami stunting dan lebih buku KIA sebagai bahan penyuluhan, dan
dari 1/3 anak berusia dibawah 5 tahun di melaporkan penggunaan buku KIA sebagai
indonesia tingginya berada dibawah rata-rata 1. petugas kesehatan 4.
Menurut data Deseminasi Informasi Program Kartu Menuju Sehat (KMS) adalah kartu yang
Kesga dan Gizi tahun 2017 juga menyatakan memuat kurva pertumbuhan normal anak
bahwa jumlah balita stunting, underwight dan berdasarkan indeks antropometri berat badan
wasting berturut-turut di Kecamatan Arjasa menurut umur.Pendokumentasian KMS sangat
sebesar 38,78%, 15,41% dan 9,56%. Sehingga penting baik bagi ibu balita maupun petugas
Kecamatan Arjasa merupakan kecamatan kesehatan karena sebagai media edukasi bagi
dengan jumlah stunting tertinggi kedua di orang tua balita tentang kesehatan anak
kabupaten Jember balitanya dan sebagai sarana komunikasi yang
2
. dapat digunakan oleh petugas kesehatan untuk
Salah satu upaya pemerintah, mengatasi menentukan penyuluhan dan tindakan
masalah tersebut dengan mengoptimalkan pelayanan kesehatan gizi serta dapat membantu
operasional pelayanan kesehatan terhadap ibu deteksi dini adanya penyimpangan tumbuh
hamil dan pelayanan kesehatan balita. kembang balita, selain dicatat dalam KMS,
Kebijakan dan strategi kesehatan di Indonesia pencatatan juga dilakukan pada buku
difokuskan pada intervensi-intervensi yang rekapitulasi pemantau status gizi balita 5.
meliputi: imunisasi, manajemen terpadu balita Berdasarkan hasil wawancara dengan bidan di
sakit (MTBS), intervensi gizi pada anak, Puskesmas Arjasa didapatakan data bahwa
penguatan peran keluarga, dan peningkatan kesalahan yang sering dilakukan kader pada
akses terhadap fasilitas kesehatan serta waktu Posyandu antara lain:
partisipasi masyarakat melalui kegiatan
Posyandu yang meliputi pemantauan gizi

JKAKJ, Volume 3 No. 1, Maret 2019 4


Ika Sulistiyawati,Intan Gumilang Pratiwi: Pengaruh Pelatihan terhadap Keterampilan Kader Posyandu
dalam Pencatatan KMS Balita di Desa Candijati Arjasa
dan kondisi bayi dan balita yang ada di
pengisian bulan lahir dan bulan penimbangan wiliayah kerja Posyandu dengan melakukan
anak pada KMS, pengukuran tinggi badandan kunjungan rumah bagi bayi dan balita yang
peletakkan titik berat badan pada KMS tidak datang pada hari buka Posyandu maupun
2
.
memantau status pertumbuhan bayi dan balita
Tristanti dan Risnawati juga mendapatkan hal
yang mengalami gizi kurang dan buruk. Kedua,
sama bahwa sebanyak 48,7% kader tidak
kader juga harus bisa membaca dan menulis
melakukan pengisian KMS secara lengkap.
huruf latin karena pelaksanaan tugas di
Kelengkapan pengisian KMS ditinjau dari
Posyandu berhubungan juga dengan pencatatan
Sembilan aspek, antara lain: kelengkapan
dan pengisisan KMS yang menuntut kader agar
pengisian biodata atau identitas diri anak,
bisa membaca dan menulis. Ketiga, kader
ketepatan memilih KMS berdasarkan jenis
sebaiknya dapat menggerakkan
kelamin anak, ketepatan pengisian hasil
masyarakat untuk
timbangan, ketepatan mengisititik berat badan
berpartisipasi dalam kegiatan di Posyandu serta
pada diagram /kurva pertumbuhan,
bersedia bekerja secara sukarela , memiliki
kelengkapan mengisi berat badan anak di setiap
kemampuan dan waktu luang agar kegiatan
bulannya, kelengkapan pengisian keadaan
dapat terlaksana dengan baik 7.
kesehatan anak setiap bulan, kelengkapan
Peningkatan keterampilan kader
mengisi keadaan naik atau tidak naik pada
kesehatan harus dilakukan secara berkala.
KMS, kelengkapan pengisian ASI eksklusif,
Peningkatan ketrampilan kader kesehatan
kelengkapan pengisian imunisasi dan
bertujuan untuk meningkatkan kualitas dari
kelengkapan pengisian pemberian vitamin A.
suatu pelayanan kesehatan. Didasarkan pada
Data tambahan yang didapat dari penelitian ini
kenyataan tersebut diperlukan suatu kajian
adalah kurang cermatnya kader dalampengisian
yang bertujuan untuk membantu percepatan
data berat badan anak di kolomberat badan dan
penyelesaian masalah gizi terutama masalah
pengisian status naik (N) atau tidak naik (T)
gizi kurang dan gizi buruk pada anak balita 8.
pada kolom KMS. Kader juga tidak cermat
Berdasarkan latar belakang diatas,
dalam pengisian diagram kenaikan berat badan
maka peneliti tertarik untuk melakukan
karena banyak titik yang tidak dihubungkan
penelitian tentang efektivitas pelatihan
sehingga sulit diinterpretasikan saat membaca
terhadap ketrampilan kader Posyandudalam
diagram pertumbuhan anak di KMS 6.
pencatatan KMS.
Kader Posyandu adalah wargamasyarakat yang
ditunjuk untuk bekerja secara sukarela dalam
melaksanakan kegiatan yang berhubungan Metode
dengan pelayanan kesehatan sederahana di
Posyandu. Kader posyandu dipilih oleh Desain penelitian ini adalah pre- experimental
pengurus Posyandu dari anggota masyarakat design yaitu one group pretest-postest design 9.
yang bersedia, mampu dan memiliki waktu Populasi pada penelitian ini adalah kader
untuk menyelenggarakan kegiatan Posyandu. Posyandu balita di desa Candijati, teknik
Kriteria kader Posyandu menurut Kemenkes RI sampling yang digunakan dalam pengambilan
, 2012 ada tiga, yang pertama, bahwa kader sampel penelitian ini adalah total sampling
yang dipilih diutamakan berasal dari anggota sehingga jumlah sampel pada penelitian ini
masyarakat setempat sehingga kader lebih adalah 30responden.
Pada penelitian ini responden diberikan kuesioner
mengetahui karakteristik dan memahami
dan check list awal (pre test) untuk dinilai
kebiasaan masyarakat. Selain itu kader lebih keterampilannya. Setelah itu peneliti memberikan
mudah dalam memantau situasi intervensi berupa pelatihan dengan metode
ceramah, simulasi dan praktik pencatatan

JKAKJ, Volume 3 No. 1, Maret 2019 5


Ika Sulistiyawati,Intan Gumilang Pratiwi: Pengaruh Pelatihan terhadap Keterampilan Kader Posyandu
dalam Pencatatan KMS Balita di Desa Candijati Arjasa
perkembangan sikap seseorang terhadap
KMS ± 2-3 jam dan di akhir pelatihan dilakukan
penerimaan informasi dan nilai-nilai baru
penilaian keterampilan untuk mengukur post test. 10
Pelatihan dilakukan di Balai desa Candijati tanggal diperkenalkan . Nursalam dan Pariani juga
21 April 2018. menyatakan hal yang sama bahwa pendidikan
seseorang mempengaruhi cara pandang orang
Diskusi tersebut, semakin tinggi tingkat pendidikan
seseorang maka akansemakin mudah menerima
Nilai ketrampilan kader sebelum dan informasi sehingga makin banyak pula
sesudah pelatihan pencatatan KMS. pengetahuan yang dimiliki dan sebaliknya
pendidikan yang kurang akan menghambat
Tabel 1. Hasil Distribusi Nilai ketrampilan perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-
kader sebelum dan sesudah Pelatihan nilai yang baru diperkenalkan 11.
Pencatatan KMS Selain karena tingkat pendidikan, tidak adanya
perubahan keterampilan pre dan post tes
Ketrampi Pre Test Post Test kemungkinan juga disebabkan dari faktor usia.
lan Kader Frekue Prosent Frekue Prosent Usia seluruh sampel yang belum terampil
nsi ase nsi ase
adalah tua (>40 tahun) sehingga mereka
Belum 5 26,3 % 5 26,3 %
Terampil mengalami kesulitan dalam menangkap dan
Kurang 11 57,8 % 9 47,4 % mengingat kembali informasi yang baru
Terampil diterima. Ahmadi, juga mengemukakan bahwa
Terampil 3 15,9% 5 26,3 % daya ingat seseorang itu salah satunya
Jumlah 19 100 % 19 100 % dipengaruhi oleh umur. Umur yang bertambah
dapat berpengaruh pada pertambahan
Hasil penelitian didapatkan bahwa pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi
keterampilan kader posyandu dengan kriteria pada umur-umur tertentu atau menjelang usia
belum terampil (skor nilai 0- 30) pada saat pre lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat
test dan post tes memiliki jumlah sama yaitu 5 suatu pengetahuan akan berkurang12.
sampel (26,3%). Kesalahan yang sama Sebanyak 11 orang responden yang memiliki
dilakukan adalah dalam pengisian langkah ke 5 kriteria ketrampilan kurang terampil pada saat
(kolom bulan penimbangan), langkah ke 6 pre tes mengalami penurunan setelah mendapat
(bulan penimbangan selanjutnya), langkah 7 pelatihanmenjadi 9 responden setelah pos tes.
(plot penimbangan), langkah 8 (menarik garis), Hal sama juga pada responden yang terampil
langkah 9 (menentukan status penimbangan pada saat pre test sebanyak 3 orang meningkat
danlangkah 10 (pemberian ASI). Tidak adanya menjadi 5 orang yang terampil pada saat post
perubahan keterampilan kader pada saat pre tes. Nilai rata-rata pretest adalah 39,79 dan
dan post, karena semua kader hanyamemiliki mengalami kenaikan pada saat post test 48,8.
tingkat pendidikan dasar (SD). Selama ini, Pada saat pretest nilai terendah 0,04, nilai
kader Posyandu hanya mengisi hal-hal yang tertinggi 90 dan pada saat postest mengalami
mereka anggap penting saja seperti ploting kenaikan nilai terendah 13,6 dan nilai
hasil penimbangan danmenarik garis. Sehingga tertinggi tetap 90. Pelatihan yang diberikan
ketika peneliti menyampaikan untuk selalu oleh peneliti berupa ceramah, tanya jawab dan
mengisi bulan penimbangan serta pemberian simulasi langsung berdasarkan kasus yang
ASI, mereka tetap tidak mengisinya karena telah diberikan peneliti dengan panduam
menganggaphal tersebut tidak penting. Hal ini modul yang telah dirancang oleh
sesuai pernyataan Mubarak, bahwa tingkat
pendidikan rendah, akan menghambat

JKAKJ, Volume 3 No. 1, Maret 2019 6


Ika Sulistiyawati,Intan Gumilang Pratiwi: Pengaruh Pelatihan terhadap Keterampilan Kader Posyandu
dalam Pencatatan KMS Balita di Desa Candijati Arjasa
berpengaruh terhadap keberhasilan pelatihan
peneliti. Perubahan skor keterampilanpada antara lain kurikulum, pengajar/ pelatih,
responden menurut peneliti disebabkan penyelenggara, sarana yang digunakan, metode
karena telah terjadi penyerapan informasi serta karakteristik peserta pelatihan seperti
dengan media audiovisual. Dengan adanya umur, pekerjaan, pendidikan dan
praktik atau simulasi, kader akan lebih mudah pengalaman14. Menurut peneliti hasil analisa
mengingat apa yang sudah dikerjakansendiri. tidak ada pengaruh pelatihan terhadap
Kricpatrick dalam Harum pada penelitian keterampilan kader penyebabnya karena
sebelumnya juga menyatakan bahwa pelatihan mayoritas kader yang mengikuti pelatihan
merupakan upaya meningkatkan pengetahuan , hanya menempuh pendidikan dasar sehingga
merubah perilaku dan walaupun pelatihan telah dilaksanakan dengan
mengembangkan berbagai variasi metode berupa ceramah,
keterampilan13. tanyajawab, diskusi, demonstrasi dan diakhiri
Tabel 2. Analisa pengaruh pelatihan praktik oleh semua peserta, peserta tetap sulit
terhadap ketrampilan kader Posyandu menerima informasi dan ketrerampilan baru.
dalam pencatatan KMS balita. Hal ini terlihat dari hasil observasi baik pretest
maupun post test dimana sebagian besar
Tabel Distribusi pengaruh pelatihan terhadap responden tetap melakukan kesalahan yang
ketrampilan kader Posyandu dalam sama yaitu: tidak melakukan pengisian hasil
pencatatan KMS balita di desa Candijati penimbangan dalam kolom penimbangan,
Kabupaten Jember Tahun 2018. masih salah memploting hasil penimbangan,
Intervensi T P tidakmenarik garis penimbangan dengan bulan
Sebelum pelatihan -1,553 0,138 lalu dan masih salah menulis status
Sesudah pelatihan penimbangan.
Jumlah 19 100 % Hasil peneltian ini juga sejalan
dengan penelitian Firda Arrum yang
Hasil dari uji paired sample t-test untuk melihat menyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang
pengaruh pelatihan terhadap ketrampilan kader signifikan variabel ketrampilan kader pada
menunjukkan hasil p yaitu 0, 138 > 0,05, p kelompok perlakuan dengan kelompok
diterima artinya tidak ada pengaruh pelatihan kontrol sesudah diberi pendidikan kesehatan.
terhadap ketrampilan kader Posyandu dalam Hal itu disebabkan karena kegiatan
pencatatan KMS balita. Purnawanto dalam pemberian intervensi dengan metode
Rahmawati menyatakan bahwa ceramah tidak efektif, karena menurut teori
ketrampilan adalah perilaku yang bahwa mengubah keterampilan seseorangtidak
menunjukkan kemampuan individu dalam bisa dilakukan dengan metode ceramahdan
melakukan tugas mental atau fisik tertentu yang diskusi (tanya jawab). Selain itu apabilaingin
dapat diobservasi. Seringkali keterampilan mengetahui bagaimana keterampilan
diasosiasikan dengan kemampuan atau seseorang, maka harus dilakukan dalam
ketrampilan fisik atau gerak (motorik)13. jangka waktu minimal 3 bulan pengamatan16.
Setelah dilakukan pelatihan berupa ceramah, Selain dari faktor pendidikan, peneliti juga
tanya jawab, dan simulasi pengisian KMS berpendapat bahwa lama menjadi kader juga
ternyata hasilnya tidak ada pengaruh pelatihan berpengaruh terhadap hasil penelitian ini.
terhadap ketrampilan kader Posyandu dalam Sebagian besar kader memiliki masa kerja
pencatatan KMS balita. Menurut Notoatmodjo kurang dari 10 tahun menjadi kader Posyandu.
komponen yang dapat Menurut Lawrence Green dalam Notoatmodjo
2007, semakin lama menjadi kader Posyandu
diharapkan akan semakin

JKAKJ, Volume 3 No. 1, Maret 2019 7


Ika Sulistiyawati,Intan Gumilang Pratiwi: Pengaruh Pelatihan terhadap Keterampilan Kader Posyandu
dalam Pencatatan KMS Balita di Desa Candijati Arjasa
5. Kemenkes RI, 2015, Petunjuk Teknis
banyak pengalaman dan pengetahuannya, Penggunaan Buku KIA, Jakarta,
sehingga akan dapat melayani masyarakat yang Kemenkes RI.
datang ke pelayanan Posyandu dengan baik dan 6. Tristanti, I. & Risnawati, I., 2017,
bermutu.1 Motivasi Kader dan Kelengkapan
Selain karena lamanya masa kerja, ternyata Pengisian Kartu Menuju Sehat Balita
peneliti juga memperoleh informasi bahwa di Kabupaten Kudus, Indonesia jurnal
hampir di semua Posyandu di desa Candijati, kebidanan, diakses tanggal 3 Maret
selama pelaksanaan Posyandu tidak terdapat 2018
pertukaran tugas diantara kader. Sehingga 7. Kemenkes RI, 2012, Kurikulum dan
walaupun kader sudah memiliki masa kerja Modul Pelatihan Kader Posyandu,
yang lama, tetap melakukan tugas yang sama Jakarta, Kemenkes RI
dalam setiap kegiatan Posyandu. Hal ini 8. Hida Fitri M, Mardiana., 2011,
mengakibatkan tidak semua kader termotivasi Pelatihan terhadap Keterampilan
untuk meningkatkan ketrampilan mereka Kader Posyandu, Jurnal Kesehatan
dalam melakukan pengisian KMS dengan baik Masyarakat 7 (1), 22-27, diakses
setelah mendapat pelatihan. tanggal 3 Maret 2018 dari
Simpulan http//journal . umnes. ac.id/ index.
Php/ kemas
Pemberian pelatihan pencatatan KMS balita 9. Sugiyono, 2014, Metode Penelitian
tidak berpengaruh terhadap peningkatan Kuantitatif Kualitatif dan R& D,
ketrampilan kader Posyandu dalam pencatatan Bandung, Alfabeta.
KMS balita, sehingga perlu dilakukan 10. Mubarak, W. I., et al, 2007, Promosi
penelitian lebih lanjut untuk mengevaluasi Kesehatan Sebuah Pengantar Proses
pelatihan pencatatan KMS pada kader dengan Belajar Mengajar dalam Pendidikan.
range waktu post tes yang lebih lama serta Yogyakarta: Graha Ilmu
perlunya melakukan rotasi tugas kader 11. Nursalam dan Pariani, S, 2001,
Poyandu agar setiap kader dapat terampil Pendekatan Praktis Metodologi Riset
dalam mengerjakan setiap tugas kader di Keperawatan. Jakarta: Salemba
Posyandu khususnya pencatatan KMS balita. Medika.
12. Ahmadi,A, 2001, Psikologi Sosial.
Daftar Pustaka Jakarta : Rineka Cipta
13. Rahmawati, HA, 2017, Efek
1. Kementrian Desa, Pembangunan Pelatihan terhadap peningkatan
Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, pengetahuan dan Keterampilan
2017, Buku Saku dalam Penanganan dalam kegiatan penimbangan balita
Stunting, Jakarta, Kementrian Desa, pada kader Posyandu di kelurahan
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Rengas Kota Tangerang Selatan
Transmigrasi . tahun 2017
2. Dinas Kesehatan Jember, Deseminasi 14. Notoatmodjo, S, 2008, Kesehatan
Informasi Program Kesga dan Gizi Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta :
tahun 2017, Dinkes Jember, Jember. Rineka Cipta
3. Departemen Kesehatan RI, 2009,
Pedoman Penggunaan Kartu Menuju 15. Pratiwi IG, Restanty DA, Mataram PK,
Sehat (KMS) Balita, Depkes RI, Malang PK. Penerapan Aplikasi Berbasis
Jakarta. Android “Status Gizi Balita Terhadap
4. Heru, AS., 2005, Kader Kesehatan Pengetahuan Ibu Dalam Pemantauan
Masyarakat, EGC, Jakarta. Status Gizi Anak Usia 12-24 Bulan.”

JKAKJ, Volume 3 No. 1, Maret 2019 8


Ika Sulistiyawati,Intan Gumilang Pratiwi: Pengaruh Pelatihan terhadap Keterampilan Kader Posyandu
dalam Pencatatan KMS Balita di Desa Candijati Arjasa
2(1):8-14.

JKAKJ, Volume 3 No. 1, Maret 2019 9

Anda mungkin juga menyukai