ABSTRAK
Masalah stunting menggambarkan adanya masalah gizi kronis pada anak. Stunting dapat
menimbulkan dampak buruk bagi perkembangan anak balita. Kecamatan Kawunganten
merupakan kecamatan dengan kasus stunting yang tinggi di Kabupaten Cilacap. Pengabdian
kepada masyarakat ini dilakukan dengan tujuan meningkatkan pengetahuan kader tentang
identifikasi awal stunting dan gangguan perkembangan anak melalui pelatihan pengisian
Kuesioner Pra Skrining Pertumbuhan (KPSP). Identifikasi anak stunting dilakukan oleh tim terdiri
dari tim pengabdian dari STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah, kader dan dua orang perawat
Puskesmas Kawunganten pada tanggal 6 Februari 2019. Tim berkunjung ke rumah anak terduga
stunting dan melakukan pemeriksaan menggunakan format skrinning anak stunting. Sedangkan
pelatihan KPSP dilakukan pada tanggal 16 Februari 2019. Hasil identifikasi anak stunting di Desa
Kawunganten Lor diperoleh 16 anak balita mengalami stunting dan gizi kurang. Sedangkan
pelatihan KPSP pada kader dengan jumlah peserta 20 orang kader dapat meningkatkan
pengetahuan kader tentang KPSP yang ditunjukkan dengan data perbedaan nilai rata-rata pre dan
post-test yang signifikan. Rata-rata nilai pre-test adalah 62, sedangkan rata-rata post-test adalah
86. Rencana tindak lanjut dari kegiatan ini adalah memberikan pelatihan pembuatan makanan
tambahan enak, murah dan sehat menggunakan bahan dasar yang tersedia di lingkungan rumah
warga.
ABSTRACT
Stunting problem illustrate the prsence of chronic nutritional problems in children. Stunting can
have a negative impact on the development of children under five. Kawunganten district is a
district with a high stunting case in Cilacap Regency. Community service is carried out with the
aim of increasing kader knowledge about early identification of stunting and child development
disorders through training in filling the Pre-Screening Growth Questionnaire (KPSP). The
identification of stunting children was carried out by a team consisting a team from STIKES Al-
Irsyad Al-Islamiyyah, kader and 2 nurses at the Kawunganten Community Health Center on
February 6, 2019. The team visited the house of suspect stunting children and conducted an
examination using the stunting child screening format. Whereas the KPSP training was conducted
on February 16, 2019. The resulst of identification of stunting children in Kawunganten Lor
Village obtained 16 children under five who experienced stunting and malnutrition. Whereas
KPSP training for kader with a total of 20 kader can increase kader knowledge about KPSP as
indicated by significant differences in pre an post test mean data. The average pre test score was
62, while the average post test score was 86. The follow up plan for this activity was to provide
training on how to make good, cheap and healthy supplement food using basic ingredients
available in the homes of residents
1. PENDAHULUAN
Stunting adalah masalah gizi kronis pada anak yang disebabkan oleh
asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan
Jurnal Pengabdian Masyarakat Al-Irsyad Vol I, No. 2. Oktober 2019 38
yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Stunting terjadi mulai janin masih
dalam kandungan dan baru nampak pada anak saat berusia dua tahun. Masalah
stunting menggambarkan adanya masalah gizi kronis, dipengaruhi dari kondisi
ibu/calon ibu, masa janin dan masa bayi/balita, termasuk penyakit yang
diderita selama masa balita (Kemenkes RI, 2016).
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang Standar Antropometri Penilaian Status
Gizi Anak, pengertian pendek dan sangat pendek adalah status gizi yang
didasarkan pada Indek Panjang Badan menurut Umur (PB/U) atau Tinggi
Badan menurut Umur (TB/U). Balita pendek (stunting) diketahui apabila
seorang balita setelah diukur panjang atau tinggi badannya, lalu dibandingkan
dengan standar normal hasilnya berada di bawah normal (Kemenkes RI, 2011)
Indonesia menduduki peringkat kelima dunia untuk jumlah anak
dengan kondisi stunting. Menurut Riskesdas tahun 2013, sekitar 37% (hampir
9 juta) balita di Indonesia termasuk kategori stunting. Menurut WHO,
prevalensi balita stunting menjadi masalah kesehatan masyarakat jika
prevalensinya 20% atau lebih (WHO, 2016).
Stunting dapat menimbulkan dampak buruk bagi anak balita. Dampak
buruk jangka pendek yang dapat terjadi adalah terganggunya perkembangan
otak, kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik dan gangguan metabolism
dalam tubuh. Sedangkan dampak jangka panjang yang dapat ditimbulkan
adalah menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi belajar, menurunnya
kekebalan tubuh sehingga mudah sakit, dan resiko tinggi munculnya penyakit
diabetes, kegemukan, penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker, stroke,
dan disabilitas pada usia tua, serta menurunnya kualitas kerja yang berakibat
pada rendahnya produktivitas ekonomi (Dewey & Begum, 2011).
Oleh karena itu, upaya perbaikan harus meliputi upaya untuk mencegah
dan mengurangi gangguan secara langsung (intervensi gizi spesifik) dan upaya
untuk mencegah dan mengurangi gangguan secara tidak langsung (intervensi
gizi sensitif). Upaya intervensi gizi spesifik difokuskan pada kelompok 1.000
Hari Pertama Kehidupan (HKP), yaitu ibu hamil, ibu menyusui dan anak usia 0
– 23 bulan.