Anda di halaman 1dari 7

Peningkatan Pengetahuan Kader Tentang Identifikasi Stunting Dan

Pengisian Kuesioner Pre Skrining Perkembangan (KPSP) Di Desa


Kawunganten Lor

Dewi Prasetyani1*, Ahmad Subandi2


1,2
Program Studi S1 Keperawatan STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap
*Email : prasetyanidewi78@gmail.com

ABSTRAK
Masalah stunting menggambarkan adanya masalah gizi kronis pada anak. Stunting dapat
menimbulkan dampak buruk bagi perkembangan anak balita. Kecamatan Kawunganten
merupakan kecamatan dengan kasus stunting yang tinggi di Kabupaten Cilacap. Pengabdian
kepada masyarakat ini dilakukan dengan tujuan meningkatkan pengetahuan kader tentang
identifikasi awal stunting dan gangguan perkembangan anak melalui pelatihan pengisian
Kuesioner Pra Skrining Pertumbuhan (KPSP). Identifikasi anak stunting dilakukan oleh tim terdiri
dari tim pengabdian dari STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah, kader dan dua orang perawat
Puskesmas Kawunganten pada tanggal 6 Februari 2019. Tim berkunjung ke rumah anak terduga
stunting dan melakukan pemeriksaan menggunakan format skrinning anak stunting. Sedangkan
pelatihan KPSP dilakukan pada tanggal 16 Februari 2019. Hasil identifikasi anak stunting di Desa
Kawunganten Lor diperoleh 16 anak balita mengalami stunting dan gizi kurang. Sedangkan
pelatihan KPSP pada kader dengan jumlah peserta 20 orang kader dapat meningkatkan
pengetahuan kader tentang KPSP yang ditunjukkan dengan data perbedaan nilai rata-rata pre dan
post-test yang signifikan. Rata-rata nilai pre-test adalah 62, sedangkan rata-rata post-test adalah
86. Rencana tindak lanjut dari kegiatan ini adalah memberikan pelatihan pembuatan makanan
tambahan enak, murah dan sehat menggunakan bahan dasar yang tersedia di lingkungan rumah
warga.

Kata Kunci : Identifikasi, Kuesioner Pra Skrining Perkembangan, Stunting

ABSTRACT
Stunting problem illustrate the prsence of chronic nutritional problems in children. Stunting can
have a negative impact on the development of children under five. Kawunganten district is a
district with a high stunting case in Cilacap Regency. Community service is carried out with the
aim of increasing kader knowledge about early identification of stunting and child development
disorders through training in filling the Pre-Screening Growth Questionnaire (KPSP). The
identification of stunting children was carried out by a team consisting a team from STIKES Al-
Irsyad Al-Islamiyyah, kader and 2 nurses at the Kawunganten Community Health Center on
February 6, 2019. The team visited the house of suspect stunting children and conducted an
examination using the stunting child screening format. Whereas the KPSP training was conducted
on February 16, 2019. The resulst of identification of stunting children in Kawunganten Lor
Village obtained 16 children under five who experienced stunting and malnutrition. Whereas
KPSP training for kader with a total of 20 kader can increase kader knowledge about KPSP as
indicated by significant differences in pre an post test mean data. The average pre test score was
62, while the average post test score was 86. The follow up plan for this activity was to provide
training on how to make good, cheap and healthy supplement food using basic ingredients
available in the homes of residents

Keywords: Identification, Stunting, Pre-Screening Growth Quistionnaire

1. PENDAHULUAN
Stunting adalah masalah gizi kronis pada anak yang disebabkan oleh
asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan
Jurnal Pengabdian Masyarakat Al-Irsyad Vol I, No. 2. Oktober 2019 38
yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Stunting terjadi mulai janin masih
dalam kandungan dan baru nampak pada anak saat berusia dua tahun. Masalah
stunting menggambarkan adanya masalah gizi kronis, dipengaruhi dari kondisi
ibu/calon ibu, masa janin dan masa bayi/balita, termasuk penyakit yang
diderita selama masa balita (Kemenkes RI, 2016).
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang Standar Antropometri Penilaian Status
Gizi Anak, pengertian pendek dan sangat pendek adalah status gizi yang
didasarkan pada Indek Panjang Badan menurut Umur (PB/U) atau Tinggi
Badan menurut Umur (TB/U). Balita pendek (stunting) diketahui apabila
seorang balita setelah diukur panjang atau tinggi badannya, lalu dibandingkan
dengan standar normal hasilnya berada di bawah normal (Kemenkes RI, 2011)
Indonesia menduduki peringkat kelima dunia untuk jumlah anak
dengan kondisi stunting. Menurut Riskesdas tahun 2013, sekitar 37% (hampir
9 juta) balita di Indonesia termasuk kategori stunting. Menurut WHO,
prevalensi balita stunting menjadi masalah kesehatan masyarakat jika
prevalensinya 20% atau lebih (WHO, 2016).
Stunting dapat menimbulkan dampak buruk bagi anak balita. Dampak
buruk jangka pendek yang dapat terjadi adalah terganggunya perkembangan
otak, kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik dan gangguan metabolism
dalam tubuh. Sedangkan dampak jangka panjang yang dapat ditimbulkan
adalah menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi belajar, menurunnya
kekebalan tubuh sehingga mudah sakit, dan resiko tinggi munculnya penyakit
diabetes, kegemukan, penyakit jantung dan pembuluh darah, kanker, stroke,
dan disabilitas pada usia tua, serta menurunnya kualitas kerja yang berakibat
pada rendahnya produktivitas ekonomi (Dewey & Begum, 2011).
Oleh karena itu, upaya perbaikan harus meliputi upaya untuk mencegah
dan mengurangi gangguan secara langsung (intervensi gizi spesifik) dan upaya
untuk mencegah dan mengurangi gangguan secara tidak langsung (intervensi
gizi sensitif). Upaya intervensi gizi spesifik difokuskan pada kelompok 1.000
Hari Pertama Kehidupan (HKP), yaitu ibu hamil, ibu menyusui dan anak usia 0
– 23 bulan.

Jurnal Pengabdian Masyarakat Al-Irsyad Vol I, No. 2. Oktober 2019 39


Kecamatan Kawunganten merupakan kecamatan dengan kasus stunting
yang tinggi di Kabupaten Cilacap. Berdasarkan hasil penimbangan serentak di
bulan September 2018, didapatkan hasil dari 6.148 anak yang ditimbang
terdapat 94 anak usia 0 – 5 tahun yang mengalami stunting di Kecamatan
Kawunganten, dimana 16 orang anak stunting berasal dari Kawunganten Lor.
Belum diketahui secara pasti penyebab anak mengalami stunting di daerah
tersebut, apakah dari semenjak di kandungan, setelah lahir karena faktor gizi
apakah karena faktor lingkungan.
Anak dengan stunting dapat mengalami keterlambatan perkembangan.
Untuk itu perlu dilakukan upaya identifikasi keterlambatan perkembangan
sebagai upaya skrining untuk mencegah gangguan lebih lanjut. Kemampuan
identifikasi keterlambatan perkembangan anak menggunakan Kuesioner Pre
Skrining Perkembangan (KPSP) perlu dimiliki para kader di desa
Kawunganten Lor.
2. MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut, permasalahan yang ada pada
mitra antara lain:
a. Belum teridentifikasi secara pasti penyebab anak yang mengalami stunting
di desa Kawunganten Lor
b. Belum diketahuinya cara pengisian KPSP oleh kader posyandu Desa
Kawunganten Lor
3. METODE
Pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dilakukan
dalam 2 tahap:
1. Identifikasi anak stunting
Melibatkan kader dan perawat Puskesmas Kawunganten, tim melakukan
identifkasi anak stunting. Data tentang anak-anak yang diberikan oleh
Puskesmas Kawunganten menjadi panduan awal tim dalam melakukan
kegiatan ini. Proses identifikasi dilakukan bersama dengan kader posyandu
dan perawat Puskesmas Kawunganten dengan mendatangi rumah warga
untuk melihat secara langsung kondisi anak, orang tua dan lingkungan
rumah. Identifikasi dilakukan menggunakan format skrining stunting, yang

Jurnal Pengabdian Masyarakat Al-Irsyad Vol I, No. 2. Oktober 2019 40


berisi tentang data demografi, kuesioner faktor resiko, kuesioner
pengetahuan orang tua, kuesioner sikap dan persepsi serta kuesioner
perilaku orang tua terhadap pemberian makan pada anaknya. Kegiatan ini
berlangsung pada tanggal 6 februari 2019.
2. Pelatihan KPSP kader posyandu
Kegiatan tahap berikutnya adalah pelatihan pengisian KPSP pada para
kader posyandu. Kegiatan ini dilakukan pada tanggal 16 Februari 2019
bertempat di balai desa Kawunganten Lor dari jam 14.00 hingga 16.00
WIB. Kegiatan dihadiri oleh 20 orang kader posyandu Puskesmas
Kawungaten. Sebelum pelatihan, dilakukan pre-test pengetahuan kader
tentang KPSP, dilanjutkan dengan pemberian materi KPSP dan simulasi,
diakhiri dengan post-test.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Tim pengabdian dibagi dalam 8 tim kecil yang ditempatkan di 6 RW
Desa Kawunganten Lor. Tim bertugas di RW 6 RT 1, 2, 3 dan 4. Dari 7 orang
anak suspek stunting yang diperoleh dari data Puskesmas, setelah
diidentifikasi oleh tim terdapat
2 orang anak yang positif stunting, yaitu anak di RT 04 dan RT 03 RW 6.
Sedangkan 3 anak lain sehat dan 2 anak lainnya masuk dalam kategori kurus
tetapi tidak stunting. Anak A di RT 03, usia 3 bulan dengan TB 57 cm dan BB
4500 gram, masuk kategori stunting dan gizi kurang. Sedangkan anak R di RT
04, usia 44 bulan dengan TB 57 cm dan BB 9 kg, masuk kategori stunting dan
gizi buruk. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan tim menggunakan
kuesioner pengetahuan stunting, sikap dan persepsi orang tua tentang
kesehatan menunjukkan bahwa pengetahuan orang tua tentang stunting cukup
(skor 75%), sikap dan persepsi tentang kesehatan anak positif (47%), tetapi
perilaku kesehatan negatif (55%).
Latar belakang ekonomi keluarga An. R termasuk dalam kategori
keluarga tidak mampu. Kedua orang tua bekerja sebagai pemulung, memiliki
3 orang anak dan tinggal di rumah yang tidak layak huni, tanpa kamar mandi
dan terdapat tumpukan sampah di beberapa tempat. Orang tua An. R mengerti
bahwa anaknya mengalami gangguan pertumbuhan, tetapi tidak bisa

Jurnal Pengabdian Masyarakat Al-Irsyad Vol I, No. 2. Oktober 2019 41


mengatasi karena masalah ekonomi. Keluarga hanya menggantungkan pada
program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dari posyandu untuk memberi
susu dan makanan tambahan lain pada anaknya. Sedangkan An. A, pekerjaan
orang tua adalah buruh, ibu An. A mantan kader dan status ekonomi termasuk
ekonomi sedang. An. A mengalami stunting karena riwayat lahir dengan berat
badan lahir rendah.

Gambar 1. Identifikasi Stunting Anak R

Gambar 2. Kondisi Rumah Keluarga Anak R

Jurnal Pengabdian Masyarakat Al-Irsyad Vol I, No. 2. Oktober 2019 42


Gambar 3. Identifikasi Stunting Anak A
Kegiatan pengabdian berikutnya adalah pelatihan KPSP untuk para
kader. Pelatihan ini dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 16 Februari 2019
bertempat di balai desa Kawunganten Lor. Pelatihan ini diikuti oleh 20 kader
Puskesmas Kawunganten. Pelaksanaan kegiatan diawali dengan pre-test
pengetahuan kader tentang KPSP, kemudian dilanjutkan dengan pemberian
materi tentang KPSP, simulasi dan diakhiri dengan post-test. Kegiatan
berlangsung dari jam 14.00 sampai jam 16.00, berjalan lancar dan tertib,
kader mengikuti dari awal hingga akhir kegiatan.
Kegiatan pelatihan dikatakan berhasil antara lain berdasarkan
pencapaian nilai post-test yang menunjukkan perbedaan dari rata-rata pre-test
62 menjadi rata-rata post-test 86. Seluruh peserta pelatihan aktif mengikuti
kegiatan dari awal hingga akhir kegiatan, tanpa ada peserta yang keluar
masuk ruangan. Saat dilakukan simulasi pengisian KPSP pada salah satu anak
peserta, peserta dapat melakukan dengan benar. Selanjutnya untuk memonitor
hasil pengabdian masyarakat, tim pengabdian bekerjasama dengan kader dan
pihak mitra, yaitu Puskesmas Kawunganten.
5. KESIMPULAN
Kesimpulan yang didapat dari uraian kegiatan pengabdian masyarakat
ini adalah sebagai berikut:

Jurnal Pengabdian Masyarakat Al-Irsyad Vol I, No. 2. Oktober 2019 43


1. Hasil identifikasi kasus stunting di RW 05 RT 01, 02, 03 dan 04
didapatkan hasil 2 orang anak mengalami stunting, yaitu An. A di RT 03
dan An. R di RT 04.
2. Pelaksanaan pelatihan pengisian KPSP pada kader berlangsung dengan
baik, diikuti 20 orang kader yang dengan aktif mengikuti kegiatan hingga
selesai. Pengetahuan kader meningkat ditunjukkan dari selisih rata-rata
nilai pre dan post-test. Rata-rata nilai pre-test adalah 62 dan rata-rata post-
test 86.
3. Target kegiatan yang belum tercapai adalah memberikan pelatihan
pembuatan makanan tambahan murah dan bergizi bagi ibu dan kader
4. Rekomendasi dari hasil pengabdian ini adalah diperlukan kerja sama
lintas sektoral yang baik dalam mengatasi kasus stunting, terutama pada
keluarga dengan status ekonomi rendah.
6. DAFTAR PUSTAKA
Aridiyah, F.O., Rohmawati N., Ririanty M. (2015). Faktor-faktor yang
mempengaruhi stunting pada anak balita di wilayah pedesaan dan
perkotaan. E-Jurnal Pustaka Kesehatan Vol. 3 (No.1)
Dewey, K.G. & Begum, K. (2011). Long-term Consequences of stunting in early
life. Blackwell Publishing Ltd Maternal and Child Nutrition. NCBI Vol. 7
(5 – 18). Diunduh pada tanggal 3 Desember 2018 dari
http://www.ncbi.nlm.nih.gov
Direktur Anggaran Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (2018).
Penanganan stunting terpadu tahun 2018. Jakarta
Kementerian Kesehatan RI (2016). Pusat Data dan Informasi. Diunduh pada
tanggal 3 Desember 2018 dari http://www.depkes.go.id
Kementerian Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan
Anak (2011). Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. Diunduh
pada tanggal 3 Desember 2018 dari http://gizi.depkes.go.id/wp-
content/uploads/2011/11/buku-sk-antropometri-2010.pdf
Kementerian Kesehatan RI Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (2013). Status
Kesehatan Anak Balita. Diunduh pada tanggal 3 Desember 2018 dari
http://www.depkes.go.id
Millennium Chalange Account - Indonesia (2017). Stunting dan Masa Depan
Indonesia. Diunduh pada tanggal 3 Desember 2018 dari http://www.mca-
indonesia.go.id
World Health Organization (2016). Childhood Stunting: Challenges and
Opportunities Report. Diunduh pada tanggal 3 Desember 2018 dari
http://www.who.int/nutrition/publications/childhood_stunting_report/en/

Jurnal Pengabdian Masyarakat Al-Irsyad Vol I, No. 2. Oktober 2019 44

Anda mungkin juga menyukai