Anda di halaman 1dari 16

Gerakan Pencegahan Stunting Melalui Program KKN Kampung Emas 2.

0 Universitas
Airlangga di Kelurahan Klampis Ngasem, Sukolilo, Surabaya

Erlinda Yuly Ekasari, Sofia Zahrani, Nuzul Quraniati S.Kep., Ns., M.Ng., PhD

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga


Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga

Abstrak
Kelurahan Klampis Ngasem, Kecamatan Sukolilo, Surabaya, Jawa Timur merupakan
wilayah dengan penduduk jumlah penduduk menurut data monografi tahun 2011 seluruhnya
17.251 terdiri dari 8.803 laki-laki dan 8.448 perempuan yang tertampung dalam 5.565 KK.
Sebagian besar penduduk bekerja sebagai karyawan swasta. Kelurahan Klampis Ngasem
sudah mencapai ‘zero point’ pra-stunting dan 1 balita stunting. Sebagai upaya penanganan
dan pencegahan stunting dari hulu maka dilakukan program Kuliah Kerja Nyata Kampung
Emas 2.0 yang diaungi oleh Dinas Kesehatan Kota Surabaya bekerja sama dengan
Universitas Airlangga. Program stunting ini fokus pada intervensi ibu hamil dan catin untuk
mencegah anemia dan KEK agar stunting dapat dicegah. Tujuan Program Pengabdian
kepada masyarakat ini adalah untuk melakukan lankah-langkah nyata dalam pencegahan
stunting dari hulu. Program dilaksanakan di Kelurahan Klampis Ngasem bulan Oktober
sampai Desember 2023 dengan beberapa program utama yaitu LADUNI, SDCC-BESTIEZ
dan Formula Pangan Beriman. Dalam pelaksanaannya, telah dibuat media edukasi berupa
poster edukasi ibu hamil cegah KEK, poster catin cegah Anemia, poster edukasi MMN dan
vidio formula pangan beriman yang disertai leaflet produk olahan. Secara keseluruhan,
program berjalan lancar dan diterima baik oleh masyarakat.

1. Pendahuluan
Kelurahan Klampis Ngasem merupakan salah satu kelurahan yang berada di
Kecamatan Sukolilo, Kota Surabaya. Provinsi Jawa Timur. Jumlah penduduk Klampis
Ngasem kurang lebih 17.251 jiwa. Pekerjaan utama penduduk Klampis Ngasem adalah
karyawan swasta dan wiraswasta. Potensi kelurahan yang diamati yaitu perdagangan dan
wiraswasta, karena letak wilayah yang terdapat di kota besar memberi peluang bagi
masyarakat untuk mendapat lapangan pekerjaan. Kelurahan Klampis Ngasem sudah
mencapai ‘zero point’ stunting dan 1 balita stunting per data tahun 2023. Kelurahan Klampis
Ngasem berada di wilayah Puskesmas Klampis Ngasem dengan jumlah posyandu 9 dan
jumlah Tim Pembina Keluarga (TPK) di daerah setempat sebanyak 39 orang. Puskesmas
Klampis Ngasem memiliki program pencegahan stunting yaitu Pos Kebal (Posyandu Keliling
Balita) stunting, pemberian susu medis, pemberian makan bersama dan konseling dokter
spesialis anak gratis. Pencegahan stunting perlu diedukasi kepada masyarakat karena
stunting bisa menjadi dampak buruk bagi perkembangan anak-anak. Anak merupakan
investasi yang penting bagi negara karena merupakan penerus bangsa. Stunting masih
menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Stunting pada balita dapat
menyebabkan menurunnya produktivitas dan kualitas sumber daya manusia Indonesia di
masa mendatang. Retardasi pertumbuhan atau stunting pada anak-anak di Indonesia terjadi
sebagai akibat dari kekurangan gizi kronis dan penyakit infeksi dan mempengaruhi 30
persen dari anak-anak usia di bawah lima tahun (Rizal & van Doorslaer, 2019; Titaley et al.,
2019; Trisasmita et al., 2020).
Universitas Airlangga sebagai salah satu perguruan tinggi yang berada di wilayah
Surabaya bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Kota Surabaya mengadakan program
pengabdian kepada masyarakat melalui kegiatan KKN Kampung Emas 2.0.Program ini
melibatkan mahasiswa dari berbagai jurusan dan fakultas untuk menjalankan program
intervensi ibu hamil dan catin untuk cegah stunting. Secara umum, tujuan kegiatan KKN
Kampung Emas 2.0 ini adalah edukasi pencegahan stunting dengan intervensi ibu hamil dan
catin.

2. Metode dan Pendekatan


Pengabdian masyarakat KKN Kampung Emas 2.0 dilaksanakan dengan turun langsung ke
masyarakat. Ada 3 program utama yang dilaksanakan yaitu :
a. LADUNI
Tujuan kegiatan LADUNI adalah untuk meningkatkan cakupan pemeriksaan
kesehatan pranikah dan menurunkan prevalensi anemia, komplikasi kehamilan,
BBLR, dan neo-natal stunting. Sasaran dari program ini adalah calon pengantin dan
ibu hamil. Mahasiswa melakukan intervensi konsumsi suplemen Multiple
Micronutriens (MMN) yang merupakan suplemen donasi dari mitra luar negeri (The
Vitamin Angels Alliance), mendampingi calon pengantin dan ibu hamil, mengedukasi
ibu hamil untuk rutin memeriksakan kesehatan ke puskesmas, melakukan SBCC
untuk meningkatkan kepatuhan minum suplemen MMN, melakukan kunjungan dan
mendampingi KSH untuk edukasi catin dan ibu hamil agar rutin mengonsumsi MMN.
Output dari kegiatan ini adalah peningkatan cakupan pemeriksaan kesehatan
pranikah dan peningkatan pemanfaatan aplikasi ELSIMIL (aplikasi BKKBN untuk
memantau kesehatan calon pengantin).
b. SBCC-BESTIEZ
Tujuan kegiatan SBCC-BESTIEZ adalah mengubah perilaku ibu hamil dalam praktik
makan, dan manajemen kesehatan mental ibu, penguatan peran PKK dan TPK
sebagai edukator dan konselor kesehatan. Sasaran kegiatan ini adalah ibu hamil,
TPK dan PKK rancangan. Mahasiswa memfasilitasi pelaksanaan kegiatan pelatihan
‘ToT’ TPK dan kader kesehatan terkait gizi ibu hamil dan manajemen stres dan
melakukan edukasi gizi melalui media kreatif. Output kegiatan ini adalah peningkatan
cakupan kelas ibu hamil dan peningkatan aktivitas DAHSAT (Dapur Sehat).
c. Formula Pangan Beriman
Tujuan kegiatan Formula Pangan Beriman adalah mengembangkan formula
makanan berbasis pangan hewani untuk meningkatkan asupan protein bagi ibu
hamil, catin dan remaja putri untuk mendukung program DAHSAT (Dapur Sehat).
Sasaran kegiatan ini adalah ibu hamil, calon pengantin dan remaja putri. Mahasiswa
mengenalkan produk hasil perikanan dan produk pangan hewani, mengembangkan
formula.

3. Hasil dan Pembahasan


Pelaksanaan kegiatan dimulai dengan persiapan diantaranya menyusun proposal
perizinan yang dikirimkan kepada stakeholder kemudian melakukan pengumpulan data ibu
hamil dan calon pengantin di Puskesmas Klampis Ngasem. Setelah memperoleh data
tersebut, mahasiswa bersama KSH mengunjungi door to door ibu hamil dan calon pengantin
untuk melakukan wawancara terkait pengetahuan gizi, konsumsi MMN, manajemen stress
dan pengetahuan KB. Setelah didapatkan data tersebut, mahasiswa mengolah data dan
dipresentasikan ke DPL, kelurahan, puskesmas dan kecamatan.

Tabel1. Data Ibu hamil beresiko di Kelurahan Klampis Ngasem

Tabel 2. Data Calon Pengantin Beresiko di Kelurahan Klampis Ngasem


Tabel 3. Data Balita Stunting Kelurahan Klampis Ngasem.

Grafik 1. Hasil Wawancara Ibu Hamil Terkait Konsumsi Laduni


Dari grafik hasil wawancara terkait dengan Laduni pada ibu hamil, didapati bahwa 7
dari 9 Ibu Hamil mengonsumsi Laduni dan tidak mengalami efek samping atau keluhan
seperti muntah, sakit kepala dan lainnya. Dari 9 responden ibu hamil, 2 diantaranya tidak
mengonsumsi Laduni dikarenakan memeriksakan kehamilannya bukan ke Puskesmas. Semua
ibu hamil yang mengonsumsi Laduni, mengaku menyukai kemasan Laduni, namun sebagian
besar diantaranya mengalami kesulitan dalam membuka kemasan Laduni. 3 dari 7 ibu hamil
mendapatkan tablet TTD selain Laduni, tetapi dengan waktu yang berjarak dengan konsumsi
Laduni. 9 ibu hamil, baik yang mengonsumsi maupun tidak, mengetahui manfaat konsumsi
Laduni dari berbagai sumber.
Grafik 2. Hasil Wawancara Catin Terkait Konsumsi Laduni
Berdasarkan data awal sasaran, kami mendapat 10 data catin perempuan Kelurahan
Klampis Ngasem. Namun dalam pelaksanaan wawancara, kami hanya mendapat 4 dari 10
data catin Klampis Ngasem. Dari 4 responden, 3 diantaranya mengonsumsi Laduni, tetapi 1
dari 3 tidak rutin mengonsumsi Laduni setiap hari. Semua catin yang mengonsumsi Laduni
tidak mengalami keluhan dan merasakan manfaat dari Laduni. 2 diantara 3 catin mengaku
mengalami kesulitan dalam membuka kemasan Laduni. Tidak ada catin yang mengonsumsi
TTD selain Laduni. Seluruh responden catin mengetahui mengenai manfaat Laduni dari
berbagai sumber.
Grafik 3.Hasil Wawancara Ibu Hamil Terkait Pengetahuan Makanan Bergizi

Hasil wawancara yang dilakukan dengan ibu hamil sasaran, didapatkan bahwa
pengetahuan ibu hamil terhadap sumber bahan makanan dan jenis makanannya sudah
tergolong baik, walaupun beberapa masih kurang tepat dalam menjawa, tetapi sebagian besar
sudah mengethaui. Namun pada pertanyaan mengenai makanan penukar nasi, beberapa ibu
hamil masih terlihat bingung saat menjawab. Pengetahuan ibu hamil terhadap pemberian
makan pada bayi, didapatkan hasil yang tergolong baik. Dari pertanyaan mengenai frekuensi
hingga tekstur makanan bayi. Beberapa ibu hamil mengaku sudah mendapat pengalaman
dalam pemberian makan pada anak sebelumnya. Namun sebagian kecil masih menjawab
kurang tepat.
Grafik 4.Hasil Wawancara Catin Terkait Pengetahuan Makanan Bergizi

Hasil wawancara yang dilakukan dengan calon pengantin sasaran, dapat diketahui
bahwa pengetahuan responden calon pengantin terhadap sumber makanan bergizi tergolong
baik. Namun terdapat beberapa yang kurang tepat dalam menjadi mengenai bahan makanan
penukar nasi.

Wawancara SQ FFQ pada 13 responden ibu hamil dan catin yang telah dilakukan
kemudian di analisis menggunakan Nutrisurvey untuk mengetahui jumlah asupan ibu hamil
selama 1 bulan terakhir. Zat gizi yang dianalisis terdiri dari zat gizi makro dan zat gizi mikro
diantaranya, energi, karbohidrat, protein, lemak, kalsium, zat besi, dan zinc. Hasil analisis
asupan yang didapatkan kemudian dilakukan perbandingan dengan nilai AKG untuk
mengetahui persentase pemenuhannya. Pada AKG Bumil yang digunakan disesuaikan
dengan AKG Bumil sesuai perhitungan dari Nutrisurvey. Cut Off

yang digunakan untuk menilai status


a. Ibu Hamil
Zat gizi yang dianalisis terdiri dari makronutrien dan mikronutrien diantaranya,
energi, karbohidrat, protein, lemak, kalsium, zat besi, dan zinc selama 24 jam. Hasil analisis
asupan yang didapatkan kemudian dilakukan perbandingan dengan nilai AKG untuk
mengetahui persentase pemenuhannya. Pada AKG Bumil yang digunakan disesuaikan
dengan AKG Bumil masing-masing trimester. Berikut perhitungan AKG pada responden ibu
hamil :
Nama Usia TB BB E P (g) L (g) KH Fe Ca Zn
(cm) (kg) (kkal) (g) (mg) (mg) (mg)
AR 36 157 57 1602,8 47,3 54,4 228,8 30 1000 10
AK 30 147 70 2036,3 60,1 69,1 290,7 30 1000 10
D 28 150 94 1626,2 48 55,2 232,1 30 1000 10
HS 30 145 70 2036,3 60,1 69,1 290,7 30 1000 10
IP 30 153 62 2036,3 60,1 69,1 290,7 30 1000 10
I 28 153 43 1685,6 49,8 57,2 240,6 30 1000 10
J 35 149 57 1602,8 47,3 54,4 228,8 30 1000 10
MSP 22 158 80 1788 52,8 60,7 255,2 30 1000 10
YK 24 147 71 1569,1 46,3 53,2 224 30 1000 10

a. Calon Pengantin
Zat gizi yang dianalisis terdiri dari makronutrien dan mikronutrien diantaranya,
energi, karbohidrat, protein, lemak, kalsium, zat besi, dan zinc. Hasil analisis asupan yang
didapatkan kemudian dilakukan perbandingan dengan nilai AKG untuk mengetahui
persentase pemenuhannya.
Berikut perhitungan AKG pada responden calon pengantin :
Nama Usia TB BB E P (g) L (g) KH Fe Ca Zn
(cm) (kg) (kkal) (g) (mg) (mg) (mg)
H 26 163 46 2036,3 60,1 69,1 290,7 15 1000 7
DA 31 151 54 2036,3 60,1 69,1 290,7 15 1000 7
EV 45 152 78 2036,3 60,1 69,1 290,7 15 1000 7
DAi 26 153 65 2036,3 60,1 69,1 290,7 15 1000 7
Formulasi Pangan Beriman dilakukan dengan demonstrasi menu pangan beriman
kaya akan protein hewani untuk ibu hamil, ibu laktasi dan calon pengantin di Kelurahan
Klampis Ngasem. Berdasarkan survey pasar yang telah kami lakukan, kami mendapati bahwa
jenis protein hewani yang paling digemari dan memiliki harga terjangkau adalah ayam. Kami
memilih bakso sebagai makanan untuk dimodifikasi. Modifikasi protein hewani antara ayam
dan ikan tongkol menjadi inovasi baru dalam meningkatkan kandungan protein dalam bakso.
Ikan tongkol memiliki kandungan protein yang cukup tinggi dibandingkan beberapa jenis
ikan lainnya. Kandungan ini berdasarkn satu resep yan g menghasilkan 340 gram bakso.

Bahan Makanan F2 (g) E P L KH Fe


Daging ayam 100 195 29,6 7,7 0 0
Daging Ikan Tongkol
150 166,4 36 1,5 12 0
Putih
Bawang putih 30 26,4 0,8 0,1 6,1 0
Telur 55 27,5 5,8 0 0,6 0
Tepung Tapioka 85 304,3 0,3 0,1 75,4 0
Garam 3 0 0 0 0 0
Gula 14 54,2 0 0 14 0
Merica 3 8,9 0,4 0,1 1,7 0
Kaldu Jamur 8 1,6 0,4 0 0,2 0
Saus Tiram 10 5,1 0,1 0 1,1 0
Minyak Wijen 1 8,8 0 1 0 0
Kecap Asin 10 12,8 2,1 0 1,3 0
Kulit Pangsit 100 195 9,8 0,6 29,6 0
Jahe 4 2,6 0,4 0 0,6 0
Es batu 10 0 0 0 0 0
Bawang merah 8 5,8 0,2 0 1,3 0
Cabai merah 4 1,6 0,1 0 0,4 0
Saus sambal 40 31,6 0,7 0 6,3 0
Cuka 1 0,2 0 0 0 0
Air 150 0 0 0 0 0
Wortel 90 23,2 0,9 0,2 4,3 0
Total 1071 87,5 11,3 155 0
Gambar 1. Dokumentasi Diseminasi Awal Program KKN Kampung Emas 2.0 di Kelurahan.

Gambar 2. Dokumentasi Kunjungan Ibu hamil, wawancara, dan pendampingan kepatuhan


konsumi MMN

Setelah dilakukan diseminasi awal, program selanjutnya yaitu melakukan edukasi


LADUNI, SBCC-BESTIEZ dan Formula Pangan Beriman. Sebelum pelaksanaan,
mahasiswa membuat media edukasi yang berupa poster dan vidio. Poster yang dibuat ada 3
macam yaitu poster pencegahan KEK untuk ibu hamil, poster pencegahan anemia pada
catin, poster edukasi konsumsi MMN. Selain poster, ada juga media edukasi berupa vidio
tutorial dan leaflet mengolah formula pangan dari bahan dasar ayam, ikan tongkol dan
bayam. Acara edukasi dihadiri oleh ibu hamil, calon pengantin, KSH, puskesmas, kelurahan,
kecamatan dan DPL.
Gambar 3. Poster Edukasi Ibu Hamil dan Catin

Gambar 4. Poster edukasi Isi Piringku dan Konsumsi MMN


Gambar 5. Leaflet Formula Pangan Beriman
Gambar 6. Olahan Baso Ayam Tongkol “BAKOL” sebagai menu formula pangan beriman

Gambar 7. Dokumentasi Edukasi Laduni, SBCC-BESTIEZ, dan Formula Pangan Beriman di


Puskesmas Klampis Ngasem.

Gambar 8. Dokumentasi Diseminasi Akhir kelompok KKN Klampis Ngasem.


Secara umum, kegiatan KKN Kampung Emas 2.0 di Kelurahan Klampis Ngasem
berjalan lancar. Respon masyarakat cukup baik, meskipun kendala yang dihadapi seperti
calon pengantin yang kurang responsif. Masyarakat di Kelurahan Klampis Ngasem di
edukasi mengenai pencegahan stunting. Intervensi pencegahan stunting terintegrasi hingga
ke tingkat Desa. Hal ini ditegaskan dengan terbitnya Peraturan Menteri Keuangan Republik
Indonesia Nomor 61/PMK.07/2019 tentang Pedoman Penggunaan Transfer ke Daerah dan
Dana Desa untuk Mendukung Pelaksanaan Kegiatan Intervensi Pencegahan Stunting
Terintegrasi. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 61 Tahun 2019 ditandatangani oleh
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dan diundangkan oleh Dirjen Perundang-undangan
Kemenkumham Widodo dalam Berita Negara Tahun 2019 Nomor 530. Pemerintah desa
yang menghadapi permasalahan Stunting, mengalokasikan anggaran untuk mendanai
koordinasi Kegiatan Intervensi Pencegahan Stunting Terintegrasi lintas sektor dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-
undangan (Prihatini & Subanda, 2020; Saputri, 2019; Symond et al., 2020).

Dengan demikian pencegahan stunting dilakukan pemerintah secara terintegrasi


hingga tingkat Pemerintah Desa. Desa-desa yang memiliki resiko tinggi warganya
mengalami stunting sudah barang tentu wajib menganggarkan untuk menghindari resiko
stunting pada warganya ditegaskan dalam Pasal 6 Peraturan Menteri Keuangan Republik
Indonesia Nomor 61/PMK.07/2019 tentang Pedoman Penggunaan Transfer ke Daerah dan
Dana Desa untuk Mendukung Pelaksanaan Kegiatan Intervensi Pencegahan Stunting
Terintegrasi. Dana Desa tidak melulu untuk perbaikan sarana dan prasarana fisik namun
sarpras non-fisik dan sosial kesehatan mutlak perlu dikedepankan (Tampubolon, 2020).

Disampaikan pula dalam diskusi ke masyarakat Kelurahan Klampis Ngasem bahwa,


stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang ditandai dengan tubuh pendek. Penderita
stunting umumnya rentan terhadap penyakit, memiliki tingkat kecerdasan di bawah normal
serta produktivitas rendah. Tingginya prevalensi stunting dalam jangka panjang akan
berdampak pada kerugian ekonomi bagi Indonesia.Prevalensi stunting Indonesia
berdasarkan hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) 2016 mencapai 27,5 persen. Menurut
WHO, masalah kesehatan masyarakat dapat dianggap kronis bila prevalensi stunting lebih
dari 20 persen. Artinya, secara nasional masalah stunting di Indonesia tergolong kronis,
terlebih lagi di 14 provinsi yang prevalensinya melebihi angka nasional (Veria et al., 2020).

Penyebab dari stunting adalah rendahnya asupan gizi pada 1.000 hari pertama
kehidupan, yakni sejak janin hingga bayi umur dua tahun. Selain itu, buruknya fasilitas
sanitasi, minimnya akses air bersih, dan kurangnya kebersihan lingkungan juga menjadi
penyebab stunting. Kondisi kebersihan yang kurang terjaga membuat tubuh harus secara
ekstra melawan sumber penyakit sehingga menghambat penyerapan gizi. Stunting dapat
dicegah, antara lain melalui pemenuhan kebutuhan gizi bagi ibu hamil, pemberian ASI
eksklusif selama enam bulan kemudian dilanjutkan dengan MPASI. Orang tua juga
diharapkan membawa balitanya secara rutin ke Posyandu, memenuhi kebutuhan air bersih,
meningkatkan fasilitas sanitasi, serta menjaga kebersihan lingkungan (Sasube & Luntungan,
2018). Dari berbagai literatur menunjukan bahwa permasalahan stunting di Indonesia
disebabkan akibat Faktor Multi Dimensi. Diantaranya yaitu
1. Praktek pengasuhan yang tidak baik : yakni terdiri dari (a) Kurang pengetahuan
tentang kesehatan dan gizi sebelum dan pada masa kehamilan, (b) 60 % dari anak
usia 0-6 bulan tidak mendapatkan ASI ekslusif, (c) anak usia 0-24 bulan tidak
menerima Makana Pengganti ASI .
2. Terbatasnya layanan kesehatan termasuk layanan ANC (ante natal care), postnatal
dan pembelajaran dini yang berkualitas: (a) ibu hamil belum mengkonsumsi
suplemen zat besi yang memadai, (b) Menurunnya tingkat kehadiran anak di
Posyandu (dari 79% di 2007 menjadi 64% di 2013) berdasarkan data risnakes, (c)
Tidak mendapat akses yang memadai ke layanan imunisasi .
3. Kurangnya akses ke makanan bergizi: (a) ibu hamil anemia, (b) makanan bergizi
mahal.
4. Kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi : (a) rumah tangga masih BAB diruang
terbuka, (b) rumah tangga belum memiliki akses ke air minum bersih.

Ada beberapa rekomendasi yang disarankan sebagai berikut dalam masalah Stunting
(Bima, 2019):

1. Melakukan pembentukan kebun gizi di setiap desa dengan pemanfaatan anggaran


dana desa yang telah digelontorkan oleh pemerintah. Lewat peraturan yang
dikeluarkan tersebut, Warga Desa bisa terlibat aktif menghadirkan aneka kegiatan
yang berhubungan upaya penanganan stunting yang berfokus pada kebun gizi pada
tiap desa dengan pendekatan keluarga. Sehingga Kehadiran Dana Desa tidak hanya
berfokus pada Pondok Bersalin Desa (Polindes), maupun (Posyandu), namun :
berfokus pada pembentukan kebun gizi dengan pendekatan keluarga dengan
berbasis pemberdayaan masyarakat sehingga bisa dilakukan edukasi mengenai gizi.
2. Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2013 harus disikapi dengan koordinasi yang
kuat di tingkat pusat dan aturan main dan teknis yang jelas di tingkat provinsi,
kabupaten/kota, hingga pelaksana ujung tombak. Diseminasi informasi dan advocacy
perlu dilakukan oleh unit teknis kepada stake holders lintas sektor dan pemangku
kepentingan lain pada tingkatan yang sama. Sehingga Dibutuhkan upaya yang
bersifat holistik dan saling terintegrasi.
3. Mendorong Kebijakan Akses Pangan Bergizi, akses air bersih dan sanitasi serta
melakukan Pemantauan dan Evaluasi secara berkala.
4. Memperkuat survailens gizi masyarakat sehingga dapat mendeteksi secara dini
permasalahanpermasalahan gizi yang muncul di masyarakat.

4. Simpulan
Hasil dari program kerja KKN Kampung Emas 2.0 di Kelurahan Klampis Ngasem
yaitu peningkatan pengerahuan masyarakat tentang stunting dan pemenuhan gizi sebagai
upaya pencegahan stunting serta rutin konsumsi MMN bagi ibu hamil. Kegiatan berjalan
dengan lancar dan mendapat respon baik dari masyarakat. Dengan adanya kegiatan ini,
diharapkan tercapainya ‘zero stunting’ di Kelurahan Klampis Ngasem.
Daftar Pustaka :

Bima, A. 2019. Analisis bagaimana mengatasi permasalahan stunting di Indonesia? Berita


Kedokteran Masyarakat, 35(4), 6-10.
Paramita, S., Rahmadi, A., Isnuwardana, R., & Nugroho, R. A. 2020. One-month Progress of
COVID-19 Cases in East Kalimantan, Indonesia. Open Access Macedonian Journal
of Medical Sciences, 8(T1), 45-50.
Prihatini, D., & Subanda, I. N. 2020. Implementasi Kebijakan Alokasi Dana Desa Dalam
Upaya Pencegahan Stunting Terintegrasi. Jurnal Ilmiah MEA (Manajemen,
Ekonomi, & Akuntansi), 4(2), 46-59.
Rizal, M. F., & van Doorslaer, E. 2019. Explaining the fall of socioeconomic inequality in
childhood stunting in Indonesia. SSM-population health, 9, 100469
Sasube, L. M., & Luntungan, A. H. 2018. Asupan Gizi Pada 1000 Hari Pertama Kehidupan
(Nutrition Intake of Golden Period of Life). Medicines (Basel, Switzerland), 1(1), 1-8.
Tampubolon, D. 2020. Kebijakan Intervensi Penanganan Stunting Terintegrasi. Jurnal
Kebijakan Publik, 11(1), 25-32.
Titaley, C. R., Ariawan, I., Hapsari, D., Muasyaroh, A., & Dibley, M. J. 2019. Determinants of
the stunting of children under two years old in Indonesia: A multilevel analysis of the
2013 Indonesia Basic Health Survey. Nutrients, 11(5), 1106.

Anda mungkin juga menyukai