Anda di halaman 1dari 20

Gizi seimbang pada anak usia dini

Gizi seimbang adalah susunan makanan sehari-hari yang mengandung zat-zat gizi dalam

jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan memperhatikan prinsip

keanekaragaman atau variasi makanan, aktivitas fisik, kebersihan, dan berat badan ideal. Gizi

seimbang di Indonesia divisualisasikan dalam bentuk tumpeng gizi seimbang (TGS) yang sesuai

dengan budaya Indonesia. TGS dirancang untuk membantu setiap orang memilih makanan

dengan jenis dan jumlah yang tepat sesuai dengan berbagai kebutuhan menurut usia (bayi, balita,

remaja, dewasa dan usia lanjut), dan sesuai keadaan kesehatan (hamil, menyusui, aktivitas fisik,

sakit).

Setiap harinya, anak membutuhkan gizi seimbang yang terdiri dari asupan karbohidrat,

lemak, protein, vitamin dan mineral. Asupan kandungan gizi tersebut dapat diperoleh dari

makanan yang dikonsumsi yang berguna untuk pertumbuhan otak (intelegensia) dan

pertumbuhan fisik. Untuk mengetahui status gizi dan kesehatan anak secara menyeluruh dapat

dilihat mulai dari penampilan umum (berat badan dan tinggi badan), tanda-tanda fisik, motorik,

fungsional, emosi dan kognisi anak. Berdasarkan pengukuran antropometri, maka anak yang

sehat bertambah umur, bertambah berat, dan tinggi dikaitkan dengan kecukupan asupan

makronutrien, kalsium, magnesium, fosfor, vitamin D, yodium, dan seng.

Air susu ibu (ASI) adalah satu-satunya makanan yang mengandung semua zat gizi yang

dibutuhkan untuk pertumbuhan bayi 0-6 bulan. ASI eksklusif tanpa ditambah cairan atau

makanan lain merupakan makanan pertama dalam kehidupan manusia yang bergizi seimbang.

Namun sesudah usia 6 bulan kebutuhan gizi bayi meningkat dan harus ditambah bahan makanan

lain sehingga ASI tidak lagi bergizi seimbang. Sampai usia 2 tahun merupakan masa kritis dan
termasuk dalam periode window of opportunity. Pada periode kehidupan ini selsel otak tumbuh

sangat cepat sehingga saat usia 2 tahun pertumbuhan otak

sudah mencapai lebih 80% dan masa kritis bagi pembentukan kecerdasan. Oleh karena itu jika

pada usia ini kekurangan gizi maka perkembangan otak dan kecerdasan terhambat dan tidak

dapat diperbaiki. Pola makan bergizi seimbang sangat diperlukan dalam bentuk pemberian ASI

dan MP-ASI yang benar. Ketika memasuki usia 1 tahun, laju pertumbuhan mulai melambat

tetapi perkembangan motorik meningkat, anak mulai mengeksplorasi lingkungan sekitar dengan

cara berjalan kesana kemari, lompat, lari dan sebagainya. Namun pada usia ini anak juga mulai

sering mengalami gangguan kesehatan dan rentan terhadap penyakit infeksi seperti ISPA dan

diare sehingga anak butuh zat gizi tinggi dan gizi seimbang agar tumbuh kembangnya optimal.

Sementara ketika masuk usia 3 tahun, anak mulai bersifat ingin mandiri dan dalam memilih

makanan sudah bersikap sebagai konsumen aktif dimana anak sudah dapat memilih dan

menetukan makanan yan ingin dikonsumsinya. Pada rentang usia 3-5 tahun kerap terjadi anak

menolak makanan yang tidak disukai dan hanya memilih makanan yang disukai sehingga perlu

diperkenalkan kepada mereka beranekaragam makanan.

Saat ini banyak ditemukan anak yang terlalu gemuk sekaligus kurus, sekitar 14% balita di

Indonesia kurus (6% nya sangat kurus) dan sekitar 12% gemuk. Aktivitas bermain yang

meningkat dan mungkin mulai masuk sekolah membuat anak menunda waktu makan, bahkan

orang tua yang tidak memperhatikan bisa saja membuat anak minta makan menjelang tidur saat

ia terlalu lelah beraktivitas seharian dan baru lapar ketika malam. Pada usia ini anak juga mulai

banyak bermain dengan teman-temannya sehingga mudah tertular penyakit sehingga perlu

ditanamkan kebiasaan makan beragam dan bergizi serta pola hidup bersih.

B. PERMASALAHAN DI MASYARAKAT
Berdasarkan pendataan yang kami lakukan, masih banyak anak dengan kekurangan

asupan gizi, dan ibu yang memberikan asupan makanan yang kurang variatif. Maka kami

memutuskan untuk memberikan edukasi mengenai gizi seimbang pada anak usia dini dan

cara penerapannya pada menu makanan sehari-hari.

C. PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI

Metode penyuluhan yang kami pilih adalah terjun langsung ke masyarakat untuk

memberikan penyuluhan tentang pentingnya asupan gizi yang seimbang pada anak usia

dini dan penerapan dalam kesehariannya.

Kami memilih para ibu dengan anak yang berusia dini untuk mengikuti

penyuluhan agar anak dapat kecukupan gizi sesuai usianya.

D. PELAKSANAAN

a. Topik :

gizi seimbang pada anak usia dini dan penerapannya

b. Sasaran dan Target :

Sasaran : ibu dengan anak usia dini yang datang di balai desa aikmel

Target : ibu dengan anak usia dini yang datang di balai desa aikmel

c. Metode :

Ceramah, demonstrasi, dan diskusi.

d. Media dan Alat :

Laptop, LCD,

e. Waktu dan Tempat :

Pukul : 08:00 – 09:00 WITA


Tempat : balai desa aikmel

E. EVALUASI

1. Evaluasi Struktur

 Laporan telah dikoordinasi sesuai rencana

 Tidak semua ibu datang ke Posyandu

 Tempat, media dan alat sesuai rencana

2. Evaluasi Proses

 Peran dan tugas dokter sesuai dengan perencanaan

 Waktu pelaksanaan sesuai dengan perencanaan

 responden aktif dalam kegiatan penyuluhan

3. Evaluasi Hasil

Peserta mampu:

 Memahami pembagian gizi seimbang pada anak usia dini .

 Menjelaskan mengenai tumpeng gizi seimbang dan penerapannya.


Penyuluhan Mengenai Stunting dan Intervensi Pos Gizi di Desa Aikmel Timur II

LB:
Stunting merupakan permasalahan yang semakin banyak ditemukan di negara berkembang,
termasuk Indonesia. Menurut United Nations International Children’s Emergency Fund
(UNICEF) satu dari tiga anak mengalami stunting. Sekitar 40% anak di daerah pedesaan
mengalami pertumbuhan yang terhambat. Oleh sebab itu, UNICEF mendukung sejumlah
inisiasi untukmenciptakan lingkungan nasional yang kondusif untuk gizi melalui peluncuran
Gerakan Sadar Gizi Nasional (Scaling Up Nutrition – SUN) di mana program inimencangkup
pencegahan stunting.

Stunting didefinisikan sebagai keadaan tubuh yang pendek dan sangat pendek hingga
melampaui defisit -2 SD di bawah median panjang atau tinggi badan. Stunting juga sering
disebut sebagai Retardasi Pertumbuhan Linier (RPL) yang muncul pada dua sampai tiga
tahun awalkehidupan dan merupakan refleksi dari akibat atau pengaruh dari asupan
energidan zat gizi yang kurang serta pengaruh dari penyakit infeksi, karena dalam keadaan
normal, berat badan seseorang akan berbanding lurus atau linierdengan tinggi badannya.

Stunting merupakan indikator keberhasilan kesejahteraan, pendidikan dan pendapatan


masyarakat. Dampaknya sangat luas mulai dari dimensi ekonomi, kecerdasan, kualitas, dan
dimensi bangsa yang berefek pada masa depan anak. Anak usia 3 tahun yang stunting
severe (-3 < z ≤ 2) pada laki-laki memiliki kemampuan membaca lebih rendah 15 poin dan
perempuan 11 poin dibanding yang stunting mild (z > -2). Hal ini mengakibatkan penurunan
intelegensia (IQ), sehingga prestasi belajar menjadi rendah dan tidak dapat melanjutkan
sekolah.

Permasalahan:
Stunting berdampak tidak hanya pada fisik yang lebih pendek saja, tetapi juga pada
kecerdasan, produktivitas dan prestasinya seorang anak. Efek jangka panjang stunting juga
berakibat pada gangguan metabolik seperti penyakit yang terkait dengan obesitas,
hipertensi dan diabetes mellitus. Oleh karena itu diperlukan kegiatan penyuluhan,
screening (deteksi dini) dan intervensi terhadap kasus stunting dengan tujuan para
orangtua dapat memberikan gizi seimbang untuk anak-anaknya agar menurunkan
angka stunting pada balita di Desa Wanayasa Kecamatan Kramatwatu.

Perencanaan:
Dilakukan penyuluhan dan deteksi dini pada balita di Desa Aikmel Timur. Selain itu,
dilakukan juga penyuluhan mengenai sinergitas lintas sektor dan lintas program oleh
Pemerintah Daerah, aparatur desa, SDM puskesmas dan masyarakat untuk intevensi dan
rencana aksi penanganan Stunting di Kabupaten Serang.

Pelaksanaan :
Penyuluhan mengenai stunting dan Intervensi Pos Gizi dilakukan di balai Desa Aikmel tImur
yang dihadiri oleh 20 orang terdiri dari Kader, RT/RW, Aparatur Desa (Sekretaris Desa,
Lurah) dan Babinsa.
Kegiatan dilaksanakan oleh 1 orang dokter Internship, 1 orang Penanggung Jawab Gizi dan 1
orang Bidan Desa.
Susunan Acara terdiri dari :
- Pembukaan
- Sambutan dari Aparatur Desa dan Babinsa.
- Penyampaian Materi Mengenai Stunting
- Penyampaian Materi mengenai Intervensi dan Pencegahan Stunting (Pos Gizi)
- Sesi Tanya Jawab
- Penutupan

Monitoring dan Evaluasi


Melakukan Validasi Data hasil screening BB dan TB balita yang telah didapatkan
sebelumnya dari Data Posyandu. Memantau perkembangan kebijakan dan rencana anggaran
oleh aparatur desa untuk Pos Gizi sebagai Langkah intervensi Pencegahan dan
Penatalaksanaan Stunting & Gizi Buruk.
Melakukan pelatihan kepada Kader dan Orang tua pasien untuk pelaksanaan Pos Gizi.

LAPORAN PENYULUHAN GIZI SEIMBANG PADA IBU HAMIL II


Ibu hamil adalah seorang wanita yang mengandung dimulai dari konsepsi (bertemunya sel telur

dan sel sperma) sampai lahirnya janin/ jabang bayi. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40

minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir (HPHT). Umur kehamilan

terbagi dalam 3 trimester, yaitu :

1. Trimester I      : Umur kehamilan 0-12 minggu

2. Trimester II     : Umur kehamilan 13-28 minggu

3. Trimester III   : Umur kehamilan 29-40 minggu

Gizi seimbang adalah susunan makanan sehari-hari yang mengandung  zat-zat gizi dalam jenis

dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan memperhatikan prinsip

keanekaragaman atau variasi makanan, aktivitas fisik, kebersihan, dan berat badan ideal.

Ibu hamil harus mengkonsumsi  makanan lebih banyak karena harus memenuhi kebutuhan zat

gizi untuk dirinya dan untuk pertumbuhan serta perkembangan janin/bayinya. Meskipun ibu

hamil membutuhkan zat gizi yang lebih banyak dibandingkan dengan keadaan tidak hamil, tetapi

konsumsi pangannya tetap beraneka ragam dan seimbang dalam jumlah dan proporsinya. Janin

tumbuh dengan mengambil zat-zat gizi dari makanan yang dikonsumsi oleh ibunya dan dari

simpanan zat gizi yang berada di dalam tubuh ibunya. Selama hamil seorang ibu harus

menambah jumlah dan jenis makanan yang dimakan untuk mencukupi kebutuhan pertumbuhan

bayi dan kebutuhan ibu yang sedang mengandung bayinya. Bila makanan ibu sehari-hari tidak

cukup mengandung zat gizi yang dibutuhkan, maka janin atau bayi akan mengambil persediaan

yang ada didalam tubuh ibunya, seperti sel lemak ibu sebagai sumber kalori; zat besi dari

simpanan di dalam tubuh ibu sebagai sumber zat besi janin/bayi. Demikian juga beberapa zat
gizi tertentu tidak disimpan di dalam tubuh seperti vitamin C dan vitamin B yang banyak

terdapat di dalam sayuran dan buah-buahan.

A. PERMASALAHAN DI MASYARAKAT

Berdasarkan pendataan yang kami lakukan, ibu hamil masih banyak yang kurang

pengetahuan mengenai gizi seimbang pada ibu hamil. Ibu hamil harus mempunyai status gizi

yang baik dan mengonsumsi makanan yang beranekaragam baik proporsi maupun jumlahnya.

Kenyataannya di Indonesia masih banyak ibu-ibu yang saat hamil mempunyai status gizi kurang,

misalnya kurus dan menderita anemia. Hal ini dapat disebabkan karena asupan makanannya

selama kehamilan tidak mencukupi untuk kebutuhan dirinya sendiri dan bayinya. Selain itu

kondisi ini dapat diperburuk oleh beban kerja ibu hamil yang biasanya sama atau lebih berat

dibandingkan dengan sebelum hamil. Akibatnya, bayi tidak mendapatkan zat gizi yang

dibutuhkan, sehingga mengganggu pertumbuhan dan perkembangannya.

Oleh karena itu, kami tertarik dan berinisiatif untuk melakukan kegiatan penyuluhan tentang gizi

seimbang pada ibu hamil dari definisi hingga cara penerapan gizi seimbang dalam menu

makanan ibu hamil sehari-hari.

B. PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI

Metode penyuluhan yang kami pilih adalah terjun langsung ke masyarakat untuk memberikan

penyuluhan tentang pentingnya menerapkan gizi seimbang pada ibu hamil dalam kesehariannya

untuk mencegah anemia dan penyulit lainnya saat persalinan.

Kami memilih para ibu-ibu rumah tangga yang datang ke kelas ibu hamil sebagai prioritas

penyuluhan kami dengan alasan bahwa setiap ibu hamil wajib mengetahui kecukupan gizi yang
diperlukan tubuh dalam menjalani keseharian agar tidak terjadi anemia, dan penyulit lain selama

hamil dan menuju persalinan.

D. PELAKSANAAN

a. Topik :

gizi seimbang pada ibu hamil dan penerapannya

b. Sasaran dan Target :

Sasaran : Ibu hamil peserta kelas ibu hamil desa dana mulya

Target : Ibu hamil peserta kelas ibu hamil desa dana mulya

c. Metode :

Ceramah, demonstrasi, dan diskusi.

d. Media dan Alat :

Laptop, LCD,

e. Waktu dan Tempat :

Pukul : 08:00 – 09:00 WITA

Tempat : balai desa aikmel

F. EVALUASI

1. Evaluasi Struktur

 Laporan telah dikoordinasi sesuai rencana

 Tidak semua ibu datang ke Posyandu

 Tempat, media dan alat sesuai rencana

2. Evaluasi Proses
 Peran dan tugas dokter sesuai dengan perencanaan

 Waktu pelaksanaan sesuai dengan perencanaan

 Ibu-ibu aktif dalam kegiatan penyuluhan

3. Evaluasi Hasil

Peserta mampu:

 Memahami pembagian gizi seimbang pada ibu hamil sesuai dengan 13 pesan gizi

umum serta 4 khusus untuk ibu hamil.

 Menjelaskan mengenai tumpeng gizi seimbang dan penerapannya.


Gizi seimbang pada diabetes militus II

Tempat : balai desa aikmel

Diabetes Melitus (DM) merupakan kelainan metabolik dengan etiologi multifactorial.

penyakit ini ditandai dengan hiperglikemia kronis lan mempengaruhi metabolisme karbohidrat,

protein dan lemak. Penyandang DM akan ditemukan lengan berbagai gejala seperti poliuria

(banyak berkemih), polidipsia (banyak minum) dan polifagia (banyak makan) dengan penurunan

berat badan. jangka waktu lama menimbulkan rangkaian jangguan metabolik yang menyebabkan

kelainan patologis makrovaskular dan mikrovaskular.

Selain faktor obesitas, faktor resiko lain yang berperan terhadap terjadinya Penyakit DM,

antara lain; genetik, pertambahan usia, kurangnya aktifitas fisik dan pola makan tidak seimbang

yang memicu terjadinya obesitas. Pola makan berupa asupan makanan tinggi energi dan tinggi

lemak tanpa disertai dengan aktifitas fisik yang teratur akan mengubah keseimbangan energi

dengan disimpannya energi sebagai lemak simpanan yang jarang digunakan. Asupan energi yang

berlebihan akan meningkatkan resistensi insulin sekalipun belum terjadi kenaikanberat badan

yang signifikan. Diet tinggi kalori, tinggi lemak dan rendah karbohidrat berkaitan dengan DM

tipe 2.

Pola makan atau diet merupakan determinan penting yang menentukan obesitas dan

resistensi insulin. Konsumsi makanan tinggi energi dan tinggi lemak, selain aktivitas fisik

rendah, akan mengubah keseimbangan energi dengan disimpannya energi sebagai lemak

simpanan yang jarang digunakan. Asupan energi yang berlebihan akan meningkatkan resistensi

insulin sekalipun belum terjadi kenaikan berat badan yang signifikan. Diet tinggi kalori, tinggi

lemak dan rendah karbohidrat berkaitan dengan DMtipe 2. Diet kaya akan energi dan rendah
serat akan meningkatkan kenaikan berat badan dan resistensi insulin bahkan pada populasi

berisiko rendah.

Pada masyarakat dianjurkan untuk menerapkan pola makan yang sehat supaya terhindar

dari DM terutama DM tipe 2 dengan cara mengonsumsi makanan secara seimbang terutama

mengonsumsi lemak dan karbohidrat cukup serta meningkatkan konsumsi serat, selain

melakukan aktifitas fisik atau olah raga secara teratur.

A. PERMASALAHAN DI MASYARAKAT

Berdasarkan pendataan yang kami lakukan, masih banyak penderita diabetes militus

mengaku kebingungan untuk melakukan pola hidup yang baik dengan gizi seimbang agar tetap

cukup gizi dan terhindar dari penyakit DM.

Oleh karena itu, kami tertarik dan berinisiatif untuk melakukan kegiatan penyuluhan tentang

gizi seimbang pada penyakit diabetes militus dari definisi hingga cara penerapan gizi seimbang

dalam menu makanan sehari-hari.

C. PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI

Metode penyuluhan yang kami pilih adalah terjun langsung ke masyarakat untuk memberikan

penyuluhan tentang pentingnya menerapkan gizi seimbang pada penyakit diabetes militus dalam

kesehariannya untuk mencegah hiperglikemi bahkan hipoglikemia dan komplikasi penyakit

diabetes militus.

Kami memilih masyarakat yang datang ke kelas PTM sebagai prioritas penyuluhan kami dengan

alasan bahwa setiap orang dengan diabates militus harus mengetahui mengenai asupan gizi yang

baik untuk mereka sehingga terhindar dari komplikasi.

D. PELAKSANAAN
a. Topik :

gizi seimbang pada diabetes militus dan penerapannya

b. Sasaran dan Target :

Sasaran : masyarakat peserta kegiatan PTM desa karang asem

Target : masyarakat peserta kegiatan PTM desa karang asem

c. Metode :

Ceramah, demonstrasi, dan diskusi.

d. Media dan Alat :

Laptop, LCD,

e. Waktu dan Tempat :

Pukul : 08:00 – 09:00 WITA

Tempat : balai desa aikmel

G. EVALUASI

1. Evaluasi Struktur

 Laporan telah dikoordinasi sesuai rencana

 Tidak semua masyarakat datang ke balai desa

 Tempat, media dan alat sesuai rencana

2. Evaluasi Proses

 Peran dan tugas dokter sesuai dengan perencanaan

 Waktu pelaksanaan sesuai dengan perencanaan


 Masyarakat aktif dalam kegiatan penyuluhan

3. Evaluasi Hasil

Peserta mampu:

 Memahami pembagian gizi seimbang pada diabetes militus, dan makanan yang

harus di hindari.

 Menjelaskan cara penerapannya.


Gizi seimbang pada hipertensi II

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah meningkat melebihi batas normal.

Batas tekanan darah normal bervariasi sesuai dengan usia. Berbagai faktor dapat memicu

terjadinya hipertensi, walaupun sebagian besar (90%) penyebab hipertensi tidak diketahui

(hipertensi essential). Penyebab tekanan darah meningkat adalah peningkatan kecepatan denyut

jantung, peningkatan resistensi (tahanan) dari pembuluh darah tepi dan peningkatan volume

aliran darah.

Prevalensi hipertensi terus saja meningkat baik di negara maju maupun di negara

berkembang. Diperkirakan pada tahun 2025 di dunia akan terjadi peningkatan prevalensi

hipertensi pada usia dewasa sebesar 35% dibandingkan tahun 2000. Peningkatan tekanan darah

dapat dipengaruhi oleh faktor risiko genetik dan lingkungan, yaitu asupan makanan sehari-hari,

aktivitas fisik, toksin, dan lain-lain. Hipertensi merupakan faktor risiko yang penting bagi

terjadinya penyakit jantung koroner, stroke, penyakit ginjal, dan retinopati. Terapi hipertensi

yang adekuat dapat menurunkan risiko stroke sebesar 40% dan risiko miokard infark sampai

15%. Seventh report of the joint national committee on prevention, detection, evaluation, and

treatment of high blood pressure (JNC 7) merekomendasikan modifikasi gaya hidup sebagai

terapi yang penting pada hipertensi. Modifikasi asupan makanan sehari-hari merupakan salah

satu bagian modifikasi gaya hidup yang mempunyai peran yang besar dalam mencegah kenaikan

tekanan darah pada individu yang tidak menderita hipertensi, serta menurunkan tekanan darah

pada prehipertensi dan penderita hipertensi.

B. PERMASALAHAN DI MASYARAKAT
Berdasarkan pendataan yang kami lakukan, masih banyak penderita hipertensi mengaku

kebingungan untuk melakukan pola hidup yang baik dengan gizi seimbang agar tetap cukup gizi

dan terhindar dari penyakit hipertensi.

Oleh karena itu, kami tertarik dan berinisiatif untuk melakukan kegiatan penyuluhan tentang

gizi seimbang pada penyakit hipertensi dari definisi hingga cara penerapan gizi seimbang dalam

menu makanan sehari-hari.

D. PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI

Metode penyuluhan yang kami pilih adalah terjun langsung ke masyarakat untuk memberikan

penyuluhan tentang pentingnya menerapkan gizi seimbang pada penyakit hipertensi dalam

kesehariannya untuk mencegah penyakit koroner lain.

Kami memilih masyarakat yang datang ke kelas PTM sebagai prioritas penyuluhan kami dengan

alasan bahwa setiap orang dengan hipertensi harus mengetahui mengenai asupan gizi yang baik

untuk mereka sehingga terhindar dari komplikasi.

D. PELAKSANAAN

a. Topik :

gizi seimbang pada hipertensi dan penerapan modifikasi gaya hidup.

b. Sasaran dan Target :

Sasaran : masyarakat peserta kegiatan PTM desa aikmel

Target : masyarakat peserta kegiatan PTM desa aikmel

c. Metode :

Ceramah, demonstrasi, dan diskusi.

d. Media dan Alat :

Laptop, LCD,
e. Waktu dan Tempat :

Pukul : 08:00 – 09:00 WITA

Tempat : balai desa aikmel

H. EVALUASI

1. Evaluasi Struktur

 Laporan telah dikoordinasi sesuai rencana

 Tidak semua masyarakat datang ke balai desa

 Tempat, media dan alat sesuai rencana

2. Evaluasi Proses

 Peran dan tugas dokter sesuai dengan perencanaan

 Waktu pelaksanaan sesuai dengan perencanaan

 Masyarakat aktif dalam kegiatan penyuluhan

3. Evaluasi Hasil

Peserta mampu:

 Memahami pembagian gizi seimbang pada hipertensi, dan makanan yang harus di

hindari.

 Menjelaskan cara penerapan modifikasi gaya hidup


Gizi seimbang pada lansia II

Tubuh kita mengalami perubahan sesuai dengan masanya. Semakin bertambah usia,

maka akan semakin berkurang fungsi tubuh kita. Pada mereka yang berusia lanjut atau lansia,

terjadi berbagai perubahan baik secara fisik maupun persepsi yang kemudian mempengaruhi

kebutuhan gizi lansia tersebut.

Salah satu hal yang menyebabkan perubahan kebutuhan zat gizi seseorang adalah

keadaan fisiknya. Pada lansia, kebutuhan gizinya terkadang susah untuk digeneralisasi.

Meskipun secara umum lansia akan mengalami penurunan kebutuhan gizi, tetapi karena

penurunan massa tubuh dan kecepatan metabolisme basalnya berbeda-beda, maka kebutuhan

gizinya berbeda-beda pula. Selain karena penurunan massa tubuh dan kecepatan metabolisme

basal, menurunnya kemampuan organ-organ untuk bekerja secara maksimal juga mempengaruhi

kebutuhan gizi lansia. Masalah pencernaan seperti konstipasi dan gastritis juga sering terjadi

pada mereka yang berusia lanjut sehingga pemenuhan gizi lansia terkadang menjadi tantangan

tersendiri.

Tidak hanya perubahan fisik, perubahan indra dan persepsi seperti kepekaan terhadap

rasa, aroma, bahkan pendengaran dan penglihatan juga merupakan faktor yang mempengaruhi

pemenuhan gizi lansia. Salah satu masalah terkait persepsi yang biasa terjadi pada lansia adalah

berkurangnya kemampuan indera pengecapan. Ketika kemampuan seseorang untuk mengecap

rasa berkurang, makanan dapat terasa hambar atau pahit sehingga cenderung menambahkan

bumbu seperti garam atau penyedap ke dalam makanan, padahal konsumsi garam dan penyedap

termasuk yang harus dibatasi pada lansia. Penurunan fungsi penciuman juga mempengaruhi

bagaimana seseorang memilih jenis makanan.


E. PERMASALAHAN DI MASYARAKAT

Berdasarkan pendataan yang kami lakukan, banyak lansia yang mengeluhkan kurangnya

nafsu makan dan rendahnya asupan gizi pada lansia maka kami memutuskan untuk

memberikan edukasi kepada lansia dan keluarga yang tinggal bersama lansia untuk

memberi perhatian lebih terhadap asupan gizi pada lansia.

F. PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI

Metode penyuluhan yang kami pilih adalah terjun langsung ke masyarakat untuk

memberikan penyuluhan tentang pentingnya asupan gizi yang seimbang pada lansia dan

penerapan dalam kesehariannya.

Kami memilih para lansia dan perwakilan anggota rumah tangga yang tinggal

bersama lansia Posbindu sebagai prioritas penyuluhan kami dengan alasan agar lansia

dan keluarga mampu mengetahui asupan gizi yang seimbang, sehingga terhindar dari

kekurangan gizi.

G. PELAKSANAAN

a. Topik :

gizi seimbang pada lansia dan penerapannya

b. Sasaran dan Target :

Sasaran : lansia dan keluarga yang tinggal bersama lansia di desa aikmel

Target : lansia dan keluarga yang tinggal bersama lansia di desa aikmel

c. Metode :

Ceramah, demonstrasi, dan diskusi.

d. Media dan Alat :

Laptop, LCD,
e. Waktu dan Tempat :

Pukul : 08:00 – 09:00 WITA

Tempat : balai desa aikmel

I. EVALUASI

1. Evaluasi Struktur

 Laporan telah dikoordinasi sesuai rencana

 Tidak semua ibu datang ke Posbindu

 Tempat, media dan alat sesuai rencana

2. Evaluasi Proses

 Peran dan tugas dokter sesuai dengan perencanaan

 Waktu pelaksanaan sesuai dengan perencanaan

 responden aktif dalam kegiatan penyuluhan

3. Evaluasi Hasil

Peserta mampu:

 Memahami pembagian gizi seimbang pada lansia.

 Menjelaskan mengenai tumpeng gizi seimbang dan penerapannya.

Anda mungkin juga menyukai