Gizi seimbang adalah susunan makanan sehari-hari yang mengandung zat-zat gizi dalam
jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan memperhatikan prinsip
keanekaragaman atau variasi makanan, aktivitas fisik, kebersihan, dan berat badan ideal. Gizi
seimbang di Indonesia divisualisasikan dalam bentuk tumpeng gizi seimbang (TGS) yang sesuai
dengan budaya Indonesia. TGS dirancang untuk membantu setiap orang memilih makanan
dengan jenis dan jumlah yang tepat sesuai dengan berbagai kebutuhan menurut usia (bayi, balita,
remaja, dewasa dan usia lanjut), dan sesuai keadaan kesehatan (hamil, menyusui, aktivitas fisik,
sakit).
Setiap harinya, anak membutuhkan gizi seimbang yang terdiri dari asupan karbohidrat,
lemak, protein, vitamin dan mineral. Asupan kandungan gizi tersebut dapat diperoleh dari
makanan yang dikonsumsi yang berguna untuk pertumbuhan otak (intelegensia) dan
pertumbuhan fisik. Untuk mengetahui status gizi dan kesehatan anak secara menyeluruh dapat
dilihat mulai dari penampilan umum (berat badan dan tinggi badan), tanda-tanda fisik, motorik,
fungsional, emosi dan kognisi anak. Berdasarkan pengukuran antropometri, maka anak yang
sehat bertambah umur, bertambah berat, dan tinggi dikaitkan dengan kecukupan asupan
Air susu ibu (ASI) adalah satu-satunya makanan yang mengandung semua zat gizi yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan bayi 0-6 bulan. ASI eksklusif tanpa ditambah cairan atau
makanan lain merupakan makanan pertama dalam kehidupan manusia yang bergizi seimbang.
Namun sesudah usia 6 bulan kebutuhan gizi bayi meningkat dan harus ditambah bahan makanan
lain sehingga ASI tidak lagi bergizi seimbang. Sampai usia 2 tahun merupakan masa kritis dan
termasuk dalam periode window of opportunity. Pada periode kehidupan ini selsel otak tumbuh
sudah mencapai lebih 80% dan masa kritis bagi pembentukan kecerdasan. Oleh karena itu jika
pada usia ini kekurangan gizi maka perkembangan otak dan kecerdasan terhambat dan tidak
dapat diperbaiki. Pola makan bergizi seimbang sangat diperlukan dalam bentuk pemberian ASI
dan MP-ASI yang benar. Ketika memasuki usia 1 tahun, laju pertumbuhan mulai melambat
tetapi perkembangan motorik meningkat, anak mulai mengeksplorasi lingkungan sekitar dengan
cara berjalan kesana kemari, lompat, lari dan sebagainya. Namun pada usia ini anak juga mulai
sering mengalami gangguan kesehatan dan rentan terhadap penyakit infeksi seperti ISPA dan
diare sehingga anak butuh zat gizi tinggi dan gizi seimbang agar tumbuh kembangnya optimal.
Sementara ketika masuk usia 3 tahun, anak mulai bersifat ingin mandiri dan dalam memilih
makanan sudah bersikap sebagai konsumen aktif dimana anak sudah dapat memilih dan
menetukan makanan yan ingin dikonsumsinya. Pada rentang usia 3-5 tahun kerap terjadi anak
menolak makanan yang tidak disukai dan hanya memilih makanan yang disukai sehingga perlu
Saat ini banyak ditemukan anak yang terlalu gemuk sekaligus kurus, sekitar 14% balita di
Indonesia kurus (6% nya sangat kurus) dan sekitar 12% gemuk. Aktivitas bermain yang
meningkat dan mungkin mulai masuk sekolah membuat anak menunda waktu makan, bahkan
orang tua yang tidak memperhatikan bisa saja membuat anak minta makan menjelang tidur saat
ia terlalu lelah beraktivitas seharian dan baru lapar ketika malam. Pada usia ini anak juga mulai
banyak bermain dengan teman-temannya sehingga mudah tertular penyakit sehingga perlu
ditanamkan kebiasaan makan beragam dan bergizi serta pola hidup bersih.
B. PERMASALAHAN DI MASYARAKAT
Berdasarkan pendataan yang kami lakukan, masih banyak anak dengan kekurangan
asupan gizi, dan ibu yang memberikan asupan makanan yang kurang variatif. Maka kami
memutuskan untuk memberikan edukasi mengenai gizi seimbang pada anak usia dini dan
Metode penyuluhan yang kami pilih adalah terjun langsung ke masyarakat untuk
memberikan penyuluhan tentang pentingnya asupan gizi yang seimbang pada anak usia
Kami memilih para ibu dengan anak yang berusia dini untuk mengikuti
D. PELAKSANAAN
a. Topik :
Sasaran : ibu dengan anak usia dini yang datang di balai desa aikmel
Target : ibu dengan anak usia dini yang datang di balai desa aikmel
c. Metode :
Laptop, LCD,
E. EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
2. Evaluasi Proses
3. Evaluasi Hasil
Peserta mampu:
LB:
Stunting merupakan permasalahan yang semakin banyak ditemukan di negara berkembang,
termasuk Indonesia. Menurut United Nations International Children’s Emergency Fund
(UNICEF) satu dari tiga anak mengalami stunting. Sekitar 40% anak di daerah pedesaan
mengalami pertumbuhan yang terhambat. Oleh sebab itu, UNICEF mendukung sejumlah
inisiasi untukmenciptakan lingkungan nasional yang kondusif untuk gizi melalui peluncuran
Gerakan Sadar Gizi Nasional (Scaling Up Nutrition – SUN) di mana program inimencangkup
pencegahan stunting.
Stunting didefinisikan sebagai keadaan tubuh yang pendek dan sangat pendek hingga
melampaui defisit -2 SD di bawah median panjang atau tinggi badan. Stunting juga sering
disebut sebagai Retardasi Pertumbuhan Linier (RPL) yang muncul pada dua sampai tiga
tahun awalkehidupan dan merupakan refleksi dari akibat atau pengaruh dari asupan
energidan zat gizi yang kurang serta pengaruh dari penyakit infeksi, karena dalam keadaan
normal, berat badan seseorang akan berbanding lurus atau linierdengan tinggi badannya.
Permasalahan:
Stunting berdampak tidak hanya pada fisik yang lebih pendek saja, tetapi juga pada
kecerdasan, produktivitas dan prestasinya seorang anak. Efek jangka panjang stunting juga
berakibat pada gangguan metabolik seperti penyakit yang terkait dengan obesitas,
hipertensi dan diabetes mellitus. Oleh karena itu diperlukan kegiatan penyuluhan,
screening (deteksi dini) dan intervensi terhadap kasus stunting dengan tujuan para
orangtua dapat memberikan gizi seimbang untuk anak-anaknya agar menurunkan
angka stunting pada balita di Desa Wanayasa Kecamatan Kramatwatu.
Perencanaan:
Dilakukan penyuluhan dan deteksi dini pada balita di Desa Aikmel Timur. Selain itu,
dilakukan juga penyuluhan mengenai sinergitas lintas sektor dan lintas program oleh
Pemerintah Daerah, aparatur desa, SDM puskesmas dan masyarakat untuk intevensi dan
rencana aksi penanganan Stunting di Kabupaten Serang.
Pelaksanaan :
Penyuluhan mengenai stunting dan Intervensi Pos Gizi dilakukan di balai Desa Aikmel tImur
yang dihadiri oleh 20 orang terdiri dari Kader, RT/RW, Aparatur Desa (Sekretaris Desa,
Lurah) dan Babinsa.
Kegiatan dilaksanakan oleh 1 orang dokter Internship, 1 orang Penanggung Jawab Gizi dan 1
orang Bidan Desa.
Susunan Acara terdiri dari :
- Pembukaan
- Sambutan dari Aparatur Desa dan Babinsa.
- Penyampaian Materi Mengenai Stunting
- Penyampaian Materi mengenai Intervensi dan Pencegahan Stunting (Pos Gizi)
- Sesi Tanya Jawab
- Penutupan
dan sel sperma) sampai lahirnya janin/ jabang bayi. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40
minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir (HPHT). Umur kehamilan
Gizi seimbang adalah susunan makanan sehari-hari yang mengandung zat-zat gizi dalam jenis
dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan memperhatikan prinsip
keanekaragaman atau variasi makanan, aktivitas fisik, kebersihan, dan berat badan ideal.
Ibu hamil harus mengkonsumsi makanan lebih banyak karena harus memenuhi kebutuhan zat
gizi untuk dirinya dan untuk pertumbuhan serta perkembangan janin/bayinya. Meskipun ibu
hamil membutuhkan zat gizi yang lebih banyak dibandingkan dengan keadaan tidak hamil, tetapi
konsumsi pangannya tetap beraneka ragam dan seimbang dalam jumlah dan proporsinya. Janin
tumbuh dengan mengambil zat-zat gizi dari makanan yang dikonsumsi oleh ibunya dan dari
simpanan zat gizi yang berada di dalam tubuh ibunya. Selama hamil seorang ibu harus
menambah jumlah dan jenis makanan yang dimakan untuk mencukupi kebutuhan pertumbuhan
bayi dan kebutuhan ibu yang sedang mengandung bayinya. Bila makanan ibu sehari-hari tidak
cukup mengandung zat gizi yang dibutuhkan, maka janin atau bayi akan mengambil persediaan
yang ada didalam tubuh ibunya, seperti sel lemak ibu sebagai sumber kalori; zat besi dari
simpanan di dalam tubuh ibu sebagai sumber zat besi janin/bayi. Demikian juga beberapa zat
gizi tertentu tidak disimpan di dalam tubuh seperti vitamin C dan vitamin B yang banyak
A. PERMASALAHAN DI MASYARAKAT
Berdasarkan pendataan yang kami lakukan, ibu hamil masih banyak yang kurang
pengetahuan mengenai gizi seimbang pada ibu hamil. Ibu hamil harus mempunyai status gizi
yang baik dan mengonsumsi makanan yang beranekaragam baik proporsi maupun jumlahnya.
Kenyataannya di Indonesia masih banyak ibu-ibu yang saat hamil mempunyai status gizi kurang,
misalnya kurus dan menderita anemia. Hal ini dapat disebabkan karena asupan makanannya
selama kehamilan tidak mencukupi untuk kebutuhan dirinya sendiri dan bayinya. Selain itu
kondisi ini dapat diperburuk oleh beban kerja ibu hamil yang biasanya sama atau lebih berat
dibandingkan dengan sebelum hamil. Akibatnya, bayi tidak mendapatkan zat gizi yang
Oleh karena itu, kami tertarik dan berinisiatif untuk melakukan kegiatan penyuluhan tentang gizi
seimbang pada ibu hamil dari definisi hingga cara penerapan gizi seimbang dalam menu
Metode penyuluhan yang kami pilih adalah terjun langsung ke masyarakat untuk memberikan
penyuluhan tentang pentingnya menerapkan gizi seimbang pada ibu hamil dalam kesehariannya
Kami memilih para ibu-ibu rumah tangga yang datang ke kelas ibu hamil sebagai prioritas
penyuluhan kami dengan alasan bahwa setiap ibu hamil wajib mengetahui kecukupan gizi yang
diperlukan tubuh dalam menjalani keseharian agar tidak terjadi anemia, dan penyulit lain selama
D. PELAKSANAAN
a. Topik :
Sasaran : Ibu hamil peserta kelas ibu hamil desa dana mulya
Target : Ibu hamil peserta kelas ibu hamil desa dana mulya
c. Metode :
Laptop, LCD,
F. EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
2. Evaluasi Proses
Peran dan tugas dokter sesuai dengan perencanaan
3. Evaluasi Hasil
Peserta mampu:
Memahami pembagian gizi seimbang pada ibu hamil sesuai dengan 13 pesan gizi
penyakit ini ditandai dengan hiperglikemia kronis lan mempengaruhi metabolisme karbohidrat,
protein dan lemak. Penyandang DM akan ditemukan lengan berbagai gejala seperti poliuria
(banyak berkemih), polidipsia (banyak minum) dan polifagia (banyak makan) dengan penurunan
berat badan. jangka waktu lama menimbulkan rangkaian jangguan metabolik yang menyebabkan
Selain faktor obesitas, faktor resiko lain yang berperan terhadap terjadinya Penyakit DM,
antara lain; genetik, pertambahan usia, kurangnya aktifitas fisik dan pola makan tidak seimbang
yang memicu terjadinya obesitas. Pola makan berupa asupan makanan tinggi energi dan tinggi
lemak tanpa disertai dengan aktifitas fisik yang teratur akan mengubah keseimbangan energi
dengan disimpannya energi sebagai lemak simpanan yang jarang digunakan. Asupan energi yang
berlebihan akan meningkatkan resistensi insulin sekalipun belum terjadi kenaikanberat badan
yang signifikan. Diet tinggi kalori, tinggi lemak dan rendah karbohidrat berkaitan dengan DM
tipe 2.
Pola makan atau diet merupakan determinan penting yang menentukan obesitas dan
resistensi insulin. Konsumsi makanan tinggi energi dan tinggi lemak, selain aktivitas fisik
rendah, akan mengubah keseimbangan energi dengan disimpannya energi sebagai lemak
simpanan yang jarang digunakan. Asupan energi yang berlebihan akan meningkatkan resistensi
insulin sekalipun belum terjadi kenaikan berat badan yang signifikan. Diet tinggi kalori, tinggi
lemak dan rendah karbohidrat berkaitan dengan DMtipe 2. Diet kaya akan energi dan rendah
serat akan meningkatkan kenaikan berat badan dan resistensi insulin bahkan pada populasi
berisiko rendah.
Pada masyarakat dianjurkan untuk menerapkan pola makan yang sehat supaya terhindar
dari DM terutama DM tipe 2 dengan cara mengonsumsi makanan secara seimbang terutama
mengonsumsi lemak dan karbohidrat cukup serta meningkatkan konsumsi serat, selain
A. PERMASALAHAN DI MASYARAKAT
Berdasarkan pendataan yang kami lakukan, masih banyak penderita diabetes militus
mengaku kebingungan untuk melakukan pola hidup yang baik dengan gizi seimbang agar tetap
Oleh karena itu, kami tertarik dan berinisiatif untuk melakukan kegiatan penyuluhan tentang
gizi seimbang pada penyakit diabetes militus dari definisi hingga cara penerapan gizi seimbang
Metode penyuluhan yang kami pilih adalah terjun langsung ke masyarakat untuk memberikan
penyuluhan tentang pentingnya menerapkan gizi seimbang pada penyakit diabetes militus dalam
diabetes militus.
Kami memilih masyarakat yang datang ke kelas PTM sebagai prioritas penyuluhan kami dengan
alasan bahwa setiap orang dengan diabates militus harus mengetahui mengenai asupan gizi yang
D. PELAKSANAAN
a. Topik :
c. Metode :
Laptop, LCD,
G. EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
2. Evaluasi Proses
3. Evaluasi Hasil
Peserta mampu:
Memahami pembagian gizi seimbang pada diabetes militus, dan makanan yang
harus di hindari.
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah meningkat melebihi batas normal.
Batas tekanan darah normal bervariasi sesuai dengan usia. Berbagai faktor dapat memicu
terjadinya hipertensi, walaupun sebagian besar (90%) penyebab hipertensi tidak diketahui
(hipertensi essential). Penyebab tekanan darah meningkat adalah peningkatan kecepatan denyut
jantung, peningkatan resistensi (tahanan) dari pembuluh darah tepi dan peningkatan volume
aliran darah.
Prevalensi hipertensi terus saja meningkat baik di negara maju maupun di negara
berkembang. Diperkirakan pada tahun 2025 di dunia akan terjadi peningkatan prevalensi
hipertensi pada usia dewasa sebesar 35% dibandingkan tahun 2000. Peningkatan tekanan darah
dapat dipengaruhi oleh faktor risiko genetik dan lingkungan, yaitu asupan makanan sehari-hari,
aktivitas fisik, toksin, dan lain-lain. Hipertensi merupakan faktor risiko yang penting bagi
terjadinya penyakit jantung koroner, stroke, penyakit ginjal, dan retinopati. Terapi hipertensi
yang adekuat dapat menurunkan risiko stroke sebesar 40% dan risiko miokard infark sampai
15%. Seventh report of the joint national committee on prevention, detection, evaluation, and
treatment of high blood pressure (JNC 7) merekomendasikan modifikasi gaya hidup sebagai
terapi yang penting pada hipertensi. Modifikasi asupan makanan sehari-hari merupakan salah
satu bagian modifikasi gaya hidup yang mempunyai peran yang besar dalam mencegah kenaikan
tekanan darah pada individu yang tidak menderita hipertensi, serta menurunkan tekanan darah
B. PERMASALAHAN DI MASYARAKAT
Berdasarkan pendataan yang kami lakukan, masih banyak penderita hipertensi mengaku
kebingungan untuk melakukan pola hidup yang baik dengan gizi seimbang agar tetap cukup gizi
Oleh karena itu, kami tertarik dan berinisiatif untuk melakukan kegiatan penyuluhan tentang
gizi seimbang pada penyakit hipertensi dari definisi hingga cara penerapan gizi seimbang dalam
Metode penyuluhan yang kami pilih adalah terjun langsung ke masyarakat untuk memberikan
penyuluhan tentang pentingnya menerapkan gizi seimbang pada penyakit hipertensi dalam
Kami memilih masyarakat yang datang ke kelas PTM sebagai prioritas penyuluhan kami dengan
alasan bahwa setiap orang dengan hipertensi harus mengetahui mengenai asupan gizi yang baik
D. PELAKSANAAN
a. Topik :
c. Metode :
Laptop, LCD,
e. Waktu dan Tempat :
H. EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
2. Evaluasi Proses
3. Evaluasi Hasil
Peserta mampu:
Memahami pembagian gizi seimbang pada hipertensi, dan makanan yang harus di
hindari.
Tubuh kita mengalami perubahan sesuai dengan masanya. Semakin bertambah usia,
maka akan semakin berkurang fungsi tubuh kita. Pada mereka yang berusia lanjut atau lansia,
terjadi berbagai perubahan baik secara fisik maupun persepsi yang kemudian mempengaruhi
Salah satu hal yang menyebabkan perubahan kebutuhan zat gizi seseorang adalah
keadaan fisiknya. Pada lansia, kebutuhan gizinya terkadang susah untuk digeneralisasi.
Meskipun secara umum lansia akan mengalami penurunan kebutuhan gizi, tetapi karena
penurunan massa tubuh dan kecepatan metabolisme basalnya berbeda-beda, maka kebutuhan
gizinya berbeda-beda pula. Selain karena penurunan massa tubuh dan kecepatan metabolisme
basal, menurunnya kemampuan organ-organ untuk bekerja secara maksimal juga mempengaruhi
kebutuhan gizi lansia. Masalah pencernaan seperti konstipasi dan gastritis juga sering terjadi
pada mereka yang berusia lanjut sehingga pemenuhan gizi lansia terkadang menjadi tantangan
tersendiri.
Tidak hanya perubahan fisik, perubahan indra dan persepsi seperti kepekaan terhadap
rasa, aroma, bahkan pendengaran dan penglihatan juga merupakan faktor yang mempengaruhi
pemenuhan gizi lansia. Salah satu masalah terkait persepsi yang biasa terjadi pada lansia adalah
rasa berkurang, makanan dapat terasa hambar atau pahit sehingga cenderung menambahkan
bumbu seperti garam atau penyedap ke dalam makanan, padahal konsumsi garam dan penyedap
termasuk yang harus dibatasi pada lansia. Penurunan fungsi penciuman juga mempengaruhi
Berdasarkan pendataan yang kami lakukan, banyak lansia yang mengeluhkan kurangnya
nafsu makan dan rendahnya asupan gizi pada lansia maka kami memutuskan untuk
memberikan edukasi kepada lansia dan keluarga yang tinggal bersama lansia untuk
Metode penyuluhan yang kami pilih adalah terjun langsung ke masyarakat untuk
memberikan penyuluhan tentang pentingnya asupan gizi yang seimbang pada lansia dan
Kami memilih para lansia dan perwakilan anggota rumah tangga yang tinggal
bersama lansia Posbindu sebagai prioritas penyuluhan kami dengan alasan agar lansia
dan keluarga mampu mengetahui asupan gizi yang seimbang, sehingga terhindar dari
kekurangan gizi.
G. PELAKSANAAN
a. Topik :
Sasaran : lansia dan keluarga yang tinggal bersama lansia di desa aikmel
Target : lansia dan keluarga yang tinggal bersama lansia di desa aikmel
c. Metode :
Laptop, LCD,
e. Waktu dan Tempat :
I. EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
2. Evaluasi Proses
3. Evaluasi Hasil
Peserta mampu: