Anda di halaman 1dari 6

MONITORING BAYI ANAK (minimal 5)

LATAR BELAKANG
Posyandu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan berbasis masyarakat (UKBM)
yang dikelola dan diselenggarakan dari,oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam
penyelenggaran pembangunan kesehatan guna memberdayakan masyarakat dan memberikan
kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar/sosial dasar
untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan angka kematian bayi. Poyandu
yang terintegrasi adalah kegiatan pelayanan sosial dasar keluarga dalam aspek
pemantauan tumbuh kembang anak. Dalam pelaksanaannya dilakukan secara koordinatif
dan integratif serta saling memperkuat antar kegiatan dan program untuk
kelangsungan pelayanan di posyandu sesuai dengan situasi/kebutuhan lokal yang dalam
kegiatannya tetap memperhatikan aspek pemberdayaan masyarakat (Kemenkes RI, 2011).
Posyandu masih menjadi sarana penting didalam masyarakat yang mendukung pencapaian
keluarga sadar gizi (KADARZI), membantu angka kematian bayi dan lahir, serta
mempercepat penerimaan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera. Kegiatan
didalamnya meliputi kegiatan pemantauan pertumbuhan yang diintegrasikan seperti
imunisasi untuk pencegahan penyakit, penanggulangan diare, pelayanan kesehatan ibu
dan anak, pelayanan kontasepsi, hingga penyuluhan dan konseling (Kemenkes, 2011).
Derajat kesehatan masyarakat masih rendah. Dalam hal ini derajat kesehatan
masyarakat dapat ditentukan dengan beberapa indikator di antaranya adalah angka
kematian bayi (AKB) dan angka kematian ibu (AKI), dimana jika AKB dan AKI naik,
maka derajat kesehatan masih rendah dan sebaliknya (Kemenkes RI, 2009)
Penimbangan balita sangat penting untuk deteksi dini status gizi kurang dan gizi
buruk. Dengan rajin menimbang balita maka pertumbuhan balita dapat dipantau secara
intensif sehingga bila berat badan anak tidak naik atau jika ditemukan penyakit
akan dapat segera dilakukan upaya pemulihan dan pencegahan supaya tidak menjadi
gizi kurang atau gizi buruk. Semakin cepat ditemukan, penanganan kasus gizi kurang
atau gizi buruk akan semakin baik (Kemenkes RI, 2015)

RINGKASAN PELAKSANAAN
Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 3 oktober 2022 di desa Arenan pos 6 pada pukul
09.00-11.00. Kegiatan diawali dengan pendaftaran bayi/balita di meja 1, kemudian
petugas melaksanakan pengukuran tinggi badan, panjang badan, lingkar lengan atas,
lingkar kepala di meja 2. Lalu dilakukan pencatatan pada KMS dan dokumentasi pada
kohort di meja 3, kemudian dilakukan konseling gizi dan pengecekan status imunisasi
di meja 4, lalu dilakukan penilaian stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh
kembang di meja 5.

LATAR BELAKANG
Menurut Word Health Organization (WHO) masalah tumbuh kembang anak merupakan
masalah yang perlu diketahui atau dipahami sejak konsepsi hingga dewasa usia 18
tahun. Pembinaan tumbuh kembang anak secara komprehensif dan berkualitas
diselenggarakan melalui kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi dini
penyimpangan tumbuh kembang balita dilakukan mulai pada �masa kritis�. Usia Balita
disebut sebagai �Masa kritis�, karena pada masa ini pertumbuhan dasar akan
mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada masa balita ini
perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial, emosional, dan
intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan berikutnya.
Perkembangan moral serta dasar-dasar kepribadian juga dibentuk pada masa ini. Pada
masa periode kritis ini, diperlukan rangsangan atau stimulasi yang berguna agar
potensinya berkembang. Perkembangan anak akan optimal bila interaksi diusahakan
sesuai dengan kebutuhan anak pada berbagai tahap perkembangannya, bahkan sejak bayi
masih dalam kandungan.
Sejak tahun 2011, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia melaksanakan program
Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) yang merupakan
revisi dari program Deteksi Dini Tumbuh Kembang. SDIDTK dapat diselenggarakan di
fasilitas pelayanan kesehatan dasar atau fasilitas lainnya seperti posyandu, Bina
Keluarga Balita, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan TK yang merupakan jalur
formal dan non formal SDIDTK. Stimulasi Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang
(SDIDTK), adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak umur 0-6 tahun agar anak
tumbuh dan berkembang secara optimal. Kurangnya stimulasi dapat menyebabkan
penyimpangan tumbuh kembang anak bahkan gangguan yang menetap.
Kegiatan stimulasi deteksi dan intervensi dini tumbuh kembang (SDIDTK) sangat
penting untuk dilaksanakan, karena hal ini merupakan hak anak untuk mendapatkan
yang terbaik dari keluarga sehingga keluarga harus mengupayakan agar anaknya tumbuh
kembang secara optimal, salah satunya melalui kegiatan SDIDTK. Bila terjadi
penyimpangan pertumbuhan dan perkembangan pada anak melalui kegiatan SDIDTK ini
dapat dideteksi dan diintervensi secara dini. Bila deteksi terlambat maka
penanganannya juga akan terlambat sehingga penyimpangan sukar diperbaiki.
Penyimpangan tumbuh kembang harus dapat dideteksi (ditemukan) sejak dini, terutama
sebelum anak berumur 24 bulan supaya dapat segera diintervensi (diperbaiki).

RINGKASAN PELAKSANAAN
Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 23 Agustus 2022 di BA Aisyah I Sinduraja pada
pukul 08.00-10.00. Kegiatan diawali dengan absensi anak-anak, kemudian petugas
memberitahukan kepada anak � anak bahwa akan dilaksanakan pemeriksaan serta cara
pemeriksaan SDIDTK. Kemudian petugas memulai pemeriksaan dengan melaksanakan
pengukuran tinggi badan, panjang badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala di meja
1. Lalu dilakukan pemeriksaan head to toe di meja 2. Lalu dilakukan pencatatan pada
KMS dan dokumentasi pada kohort di meja 3, kemudian dilakukan konseling gizi dan
pengecekan status imunisasi di meja 4, lalu dilakukan penilaian stimulasi deteksi
intervensi dini tumbuh kembang di meja 5. Kemudian setelah pemeriksaan selesai,
anak-anak boleh pulang dan petugas menjelaskan apa saja temuan pada anak ke masing
� masing guru.

An. M memiliki status gizi yang baik, pasien diedukasi untuk mempertahankan status
gizinya dan mempertahankan untuk konsumsi protein, lemak, karbohidrat,, vitamin,
dan mineral dengan mengonsumsi makan makanan 4 sehat 5 sempurna (nasi, lauk, sayur,
buah, susu)
An. M tidak suka makan sayur, buah, dan susu. Lebih suka makan nugget dan nasi
Pasien diedukasi untuk mengonsumsi lebih banyak mengonsumsi makanan yang mengandung
protein, vitamin dan mineral seperti daging, telur, tahu tempe, sayur2, buah2 dan
susu.
----------------------------------------------------------------------------------

DETEKSI STUNTING (minimal 2)

LATAR BELAKANG
Stunting merupakan suatu kondisi kronis yang menggambarkan terhambatnya pertumbuhan
karena malnutrisi jangka panjang. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam
kandungan dan pada awal bayi baru lahir. Kondisi Stunting baru akan tampak setelah
bayi berusia 2 tahun. Stunting adalah balita dengan panjang badan (PB/U) atau
tinggi badan (TB/U) menurut umurnya dibandingkan dengan standard batas (z-score) <-
2 SD sesuai panduan WHO Child Growth Standard (WHO, 2013). Balita tergolong
Stunting apabila Panjang atau tinggi badan menurut umurnya rendah dari standar
nasional yang berlaku. Stunting pada balita perlu menjadi perhatian khusus karena
dapat menghambat perkembangan fisik dan mental anak. Stunting berkaitan dengan
peningkatan risiko kesakitan dan kematian serta terhambatnya pertumbuhan kemampuan
motorik dan mental. Stunting yang terjadi pada balita disebabkan oleh bebrapa
faktor diantaranya akibat status ekonomi keluarga, ASI eksklusif, status imunisasi,
tingkat pengetahuan ibu tentang gizi dan BBLR.
Berdasarkan Riskesdas Jawa Tengah 2017 prevalensi stunting di Provinsi Jawa Tengah
sebesar 28.5% pada tahun 2017 (Kemenkes, 2017). Angka ini meningkat pada tahun 2019
yang mencapai 33,3% (Kemenkes, 2019). Keadaan ini lebih tinggi dibandingkan dengan
prevalensi stunting secara nasional yaitu 30,8% dan dan lebih besar dari batas
maksimal prevalensi stunting yang telah ditetapkan oleh WHO yaitu 20%. Salah satu
tindakan yang dilakukan pelayanan kesehatan dalam upaya mencegah stunting pada anak
adalah medeteksi sedini mungkin dan upaya promosi kesehatan tentang stunting.

RINGKASAN PELAKSANAAN
Telah dilakukan pembinaan terhadap posyandu balita (posyandu mawar 3) desa
Selanegara pada 3 September 2022 pukul 09.00-11.30 WIB di Rumah Kadus Selanegara.
Kegiatan diawali dengan pendaftaran, kemudian penimbangan berat badan dan
pengukuran tinggi badan bayi dan balita yang sudah terdaftar, kemudian dilakukan
penyuluhan mengenai gizi, faktor yang dapat menyebabkan balita kurang gizi,
perkembangan balita sesuai dengan usianya, serta mengajarkan para ibu balita
bagaimana cara mengisi kurva TB/U dari WHO serta menilai hasilnya apakah dalam
kategori normal atau pendek (stunted). Berikut daftar peserta posyandu balita
(posyandu Mawar 3) desa Selanegara :
1. Arzan Al-Farizi/51 bulan/BB: 25,1/TB:107/ (BB/U gizi lebih, TB/U normal)
2. Ariel Firmansyah/8 bulan/BB: 8,2/TB:70/ (BB/U gizi normal, TB/U normal)
3. Ralina Kalila Arkhan/42 bulan/BB:12,8/TB:95/ (BB/U gizi normal, TB/U normal)
4. Salwa Az-Zahra/9 bulan/BB:10,1/TB:68/ (BB/U gizi normal, TB/U normal)
5. Arfanda Alnasya/11 bulan/BB 9,1/TB 70/ (BB/U gizi normal, TB/U normal)
6. Arfinda Elnisya/11 bulan/BB7,9/TB 69/ (BB/U gizi normal, TB/U normal)
7. Arfa Nur Dihyan/31 bulan/BB 12,4/TB 90/ (BB/U gizi normal, TB/U normal)
8. Mahesa Khai Shaka/38 bulan/BB 14,7/ TB 95/ (BB/U gizi normal, TB/U normal)
9. Adiba Syakila Atmarini/30 bulan/BB 11,8/TB 86/ (BB/U gizi normal, TB/U
normal)
10. Zayyan Faeyza N/25 bulan/BB 10,7/TB 87/ (BB/U gizi normal, TB/U normal)
11. Agra Atthafariz/24 bulan/BB 12,5/TB 91/ (BB/U gizi normal, TB/U normal)
12. Daryan Amsyar R/21 bulan/BB 11,9/TB 90/ (BB/U gizi normal, TB/U normal)
13. Hisyam Alfarizqi/9 bulan/BB 9,5/TB 70/ (BB/U gizi normal, TB/U normal)
14. Nadhira Syam Almahyra/16 bulan/BB 9/TB 76/ (BB/U gizi normal, TB/U normal)
15. Naomi Maezara/13 bulan/BB 9,7/TB 78/ (BB/U gizi normal, TB/U normal)
16. Muhammad Alfarizqi S/14 bulan/BB 9,9/TB 74/ (BB/U gizi normal, TB/U normal)
17. Sauqi Ali Masykur/52 bulan/BB 13/TB 97/ (BB/U gizi kurang, TB/U pendek)
18. Atthar Hanif Ramadhan/28 bulan/BB 10,9/TB 80/ (BB/U gizi normal, TB/U pendek)
19. Atika Husna/28 bulan/BB 10/TB 82/ (BB/U gizi normal, TB/U pendek)
20. Zidan Muhammad Desta/8 bulan/BB 9,8/TB 73/ (BB/U gizi normal, TB/U normal)
21. Gibran Arfandharu/26 bulan/BB 9,8/ TB 86/ (BB/U gizi kurang, TB/U normal)
22. Hanum Aulia Rahma/17 bulan/BB 10,9/TB 79/ (BB/U gizi normal, TB/U normal)
23. Aryan Dwi Saputra/41 bulan/BB 13,3/TB 92/ (BB/U gizi normal, TB/U normal)
24. Hanifa Ghaniyya Arsy/40 bulan/BB 16/ TB 95/ (BB/U gizi normal, TB/U normal)
25. Kairiya Noura Andani/ 9 bulan/BB 8/TB 71/ (BB/U gizi normal, TB/U normal)
26. Faeyza Atha Alfarizqi/24 bulan/BB 11,6/TB 85/ (BB/U gizi normal, TB/U normal)
27. Rayan Al Fatih Maulana/37 bulan/BB 12,1/TB 91/ (BB/U gizi normal, TB/U
normal)
28. Reynand Afzhal H/2 bulan/BB 6,1/TB 56/ (BB/U gizi normal, TB/U normal)
29. Cantika Nur Annisa/9 bulan/BB 8/TB 68/ (BB/U gizi normal, TB/U normal)
30. Kenzo Junior/26 bulan/BB 10,6/TB 83/ (BB/U gizi normal, TB/U normal)
31. Anindya Lysandra S/4 bulan/BB 5,3/TB 62/ (BB/U gizi normal, TB/U normal)
32. Adinda Nur Khaerunnisa/34 bulan/BB 12,5/TB 89/ (BB/U gizi normal, TB/U
normal)
33. Ezra Naufal Pratama/8 bulan/BB 8/TB 72/ (BB/U gizi normal, TB/U normal)
34. Shanum Diya Syakira/23 bulan/BB 10,2/TB 82/ (BB/U gizi normal, TB/U normal)
35. Zico Alrafaeyza P/17 bulan/BB 11/TB 81/ (BB/U gizi normal, TB/U normal)
36. Adelia Salsabila/5 bulan/BB 7/TB 65/ (BB/U gizi normal, TB/U normal)
37. Felisya Nadhira M/26 bulan/BB 11,3/TB 84/ (BB/U gizi normal, TB/U normal)
38. Wulan putri Lia/8 bulan/BB 8,2/TB 72/ (BB/U gizi normal, TB/U normal)

Dari hasil pemeriksaan, pada bayi dan balita yang memiliki nilai kurva BB/U dan
TB/U kurang dari normal, kami tekankan kepada ibunya untuk evaluasi dan
memerhatikan asupan gizi anaknya.

LATAR BELAKANG
Stunting merupakan suatu kondisi kronis yang menggambarkan terhambatnya pertumbuhan
karena malnutrisi jangka panjang. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam
kandungan dan pada awal bayi baru lahir. Kondisi Stunting baru akan tampak setelah
bayi berusia 2 tahun. Stunting adalah balita dengan panjang badan (PB/U) atau
tinggi badan (TB/U) menurut umurnya dibandingkan dengan standard batas (z-score) <-
2 SD sesuai panduan WHO Child Growth Standard (WHO, 2013). Balita tergolong
Stunting apabila Panjang atau tinggi badan menurut umurnya rendah dari standar
nasional yang berlaku. Stunting pada balita perlu menjadi perhatian khusus karena
dapat menghambat perkembangan fisik dan mental anak. Stunting berkaitan dengan
peningkatan risiko kesakitan dan kematian serta terhambatnya pertumbuhan kemampuan
motorik dan mental. Stunting yang terjadi pada balita disebabkan oleh bebrapa
faktor diantaranya akibat status ekonomi keluarga, ASI eksklusif, status imunisasi,
tingkat pengetahuan ibu tentang gizi dan BBLR.
Berdasarkan Riskesdas Jawa Tengah 2017 prevalensi stunting di Provinsi Jawa Tengah
sebesar 28.5% pada tahun 2017 (Kemenkes, 2017). Angka ini meningkat pada tahun 2019
yang mencapai 33,3% (Kemenkes, 2019). Keadaan ini lebih tinggi dibandingkan dengan
prevalensi stunting secara nasional yaitu 30,8% dan dan lebih besar dari batas
maksimal prevalensi stunting yang telah ditetapkan oleh WHO yaitu 20%. Salah satu
tindakan yang dilakukan pelayanan kesehatan dalam upaya mencegah stunting pada anak
adalah medeteksi sedini mungkin dan upaya promosi kesehatan tentang stunting.

GAMBARAN PELAKSANAAN
Telah dilakukan pembinaan terhadap posyandu balita (pos 8) desa Arenan pada 11
Oktober 2022 pukul 09.00-11.30 WIB di Rumah Kadus Arenan. Kegiatan diawali dengan
pendaftaran, kemudian penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan bayi dan
balita yang sudah terdaftar, kemudian dilakukan penyuluhan mengenai gizi, faktor
yang dapat menyebabkan balita kurang gizi, perkembangan balita sesuai dengan
usianya, serta mengajarkan para ibu balita bagaimana cara mengisi kurva TB/U dari
WHO serta menilai hasilnya apakah dalam kategori normal atau pendek (stunted).
Berikut daftar peserta posyandu balita (pos 8) desa Arenan :
Bulan September
1. Aisyah/12 bulan/BB: 8,2/TB:67/ (BB/U gizi normal, TB/U pendek)
2. Dava/45 bulan/BB: 14,1/TB:94/ (BB/U gizi normal, TB/U normal)
3. Arhan/4 bulan/BB:7.6/TB:64/ (BB/U gizi normal, TB/U normal)
4. Hasna/51 bulan/BB:12.5/TB:95/ (BB/U gizi normal, TB/U pendek)
5. Kemal/14 bulan/BB 8.7/TB 75/ (BB/U gizi normal, TB/U normal)
6. Danisfara/15 bulan/BB 9,1/TB 75/ (BB/U gizi normal, TB/U normal)
7. Abil/37 bulan/BB 12,4/TB 93/ (BB/U gizi normal, TB/U normal)
8. Hafid/29 bulan/BB 12,2/ TB 83/ (BB/U gizi normal, TB/U pendek)
9. Altaf/7 bulan/BB 7,3/TB 68/ (BB/U gizi normal, TB/U normal)
10. Andira/40 bulan/BB 15,1/TB 99/ (BB/U gizi normal, TB/U normal)
11. Sridewi/37 bulan/BB 12,8/TB 89/ (BB/U gizi normal, TB/U normal)
12. Latief/22 bulan/BB 10/TB 84/ (BB/U gizi kurang, TB/U pendek)

Bulan oktober
1. Aisyah/13 bulan/BB: 8,3/TB:67/ (BB/U gizi normal, TB/U pendek), Status
kenaikan BB N2
2. Dava/46 bulan/BB: 14,3/TB:95/ (BB/U gizi normal, TB/U normal), Status
kenaikan BB N2
3. Arhan/5 bulan/BB:8.4/TB:65/ (BB/U gizi normal, TB/U normal), status kenaikan
BB N1
4. Hasna/52 bulan/BB:12,6/TB:95/ (BB/U gizi normal, TB/U pendek), status
kenaikan BB N2
5. Kemal/15 bulan/BB 9,1/TB 77/ (BB/U gizi normal, TB/U normal), status kenaikan
BB N2
6. Danisfara/16 bulan/BB 9,5/TB 75/ (BB/U gizi normal, TB/U normal), status
kenaikan BB N2
7. Abill/38 bulan/BB 12,7/TB 93/ (BB/U gizi normal, TB/U normal), status
kenaikan BB N2
8. Hafid/30 bulan/BB 12,3/ TB 83/ (BB/U gizi normal, TB/U pendek), status
kenaikan BB N2
9. Altaf/8 bulan/BB 7,5/TB 68/ (BB/U gizi normal, TB/U normal), status kenaikan
BB N2
10. Andira/41 bulan/BB 15,3/TB 99/ (BB/U gizi normal, TB/U normal), status
kenaikan BB N2
11. Sridewi/38 bulan/BB 12,6/TB 91/ (BB/U gizi normal, TB/U normal), status
kenaikan BB T3
12. Latief/23 bulan/BB 10/TB 84/ (BB/U gizi kurang, TB/U pendek), status kenaikan
BB T2

Dari data BB dan TB selama 2 bulan, kami membandingkan status gizi bulan Oktober
dengan bulan sebelumnya, yaitu September sehingga kami dapat menentukan apakah
status gizi balita Baik (N1 atau N2) atau gizi balita tidak baik (T1 atau T2 atau
T3).
Dari data didapatkan, terdapat 1 balita dengan status gizi N1, 9 balita dengan
status gizi N2, 1 balita dengan status gizi T2 dan 1 balita dengan status gizi T3.
Untuk ibu yang memiliki balita dengan status BB T2 dan T3 kami berikan edukasi
mengenai gizi buruk. Kami memberitahu kemungkinan mengapa anak tidak mengalami
kenaikan BB. Salah satunya adalah karena gizi yang kurang memadai. Rata-rata balita
di posyandu ini yang tidak mengalami kenaikan BB sangat sulit untuk makan. Kami
memberitahu bahwa balita harus rutin makan minimal 3 kali sehari dengan komposisi
karbohidrat, lauk berupa protein hewani seperti ayam, ikan, telur dan daging lalu
protein nabati seperti tahu, tempe dan kacang-kacangan, balita juga harus
mengkonsumsi sayuran. Selain makanan pokok, balita juga dapat diselingi dengan
snack yang sebaiknya dibuat oleh ibu sehingga kebersihan dan nutrisnya lebih
terjaga. Untuk balita yang kurang dari 2 tahun disarankan untuk tetap minum ASI,
sedangkan untuk yang lebih dari 2 tahun untuk mengkonsumsi susu formula atau UHT
untuk membantu pemenuhan nutrisi anak.
Kami juga memberitahu ibu, jika anak mengalami sakit segera di bawa ke dokter agar
bisa mendapatkan pengobatan secepat mungkin. Karena infeksi yang ada pada anak bisa
menjadi salah satu faktor penyebab BB anak tidak naik.
Jika bulan depan BB ataupun TB anak tetap tidak mengalami kenaikan atau bahkan
turun, anak dirujuk ke puskesmas untuk mendapatkan pemeriksaan dan tatalaksana
lebih lanjut.

-------------------------------------------------------------------------------

SUPLEMENTASI TABLET TAMBAH DARAH (minimal 2)

LATAR BELAKANG
Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke dewasa. Pada masa ini akan
terjadi perubahan fisik, biologis, dan psikologis. Pada masa ini, remaja rentan
terhadap masalah gizi terutama untuk remaja putri. Pada umumnya, pola makan yang
kurang tepat menjadi penyebab dari masalah gizi yang terjadi pada remaja. Beberapa
masalah gizi yang sering dialami pada masa remaja adalah gangguan makan, obesitas,
KEK, makan tidak teratur dan anemia.
Anemia adalah keadaan seseorang yang memiliki kadar hemoglobin di bawah nomal yaitu
pada wanita kurang dari 12 g/dl. nSecara keseluruhan prevalensi anemia pada wanita
di negara berkembang mencapai 45% sedangkan di negara maju mencapai 13%.
World Health Organization (WHO) menyebutkan 30% penduduk di dunia mengalami anemia
dan banyak diderita oleh Ibu hamil dan remaja putri. Cakupan anemia di kalangan
remaja masih cukup tinggi yaitu sebesar 29% (WHO, 2015). Prevalensi anemia di
Indonesia secara nasional mencapai 21,7%, dengan penderita anemia pada usia 5-14
tahun sebesar 26,4% dan 18,4% penderita pada usia 15-24 tahun.
Telah dilakukan beberapa strategi untuk mencegah dan menanggulangi kejadian anemia
melalui beberapa pendekatan seperti fortifikasi zat besi pada bahan pangan dan
edukasi gizi untuk meningkatkan jumlah asupan serta bioavailabilitas zat besi.
Meskipun strategi tersebut telah dilakukan, pengalaman dari Amerika Serikat dan
negara lainnya menunjukkan bahwa pendekatan berbasis food-base saja tidak cukup
untuk mencukupi kebutuhan zat besi pada wanita. Oleh karena itu, salah satu program
penanggulangan anemia yang dilakukan pemerintah adalah dengan penyediaan
suplementasi zat besi atau pemberian tablet tambah darah bagi ibu hamil dan juga
remaja putri.

RINGKASAN PELAKSANAAN
Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 13 September 2022 di Ruang Kelas 10 SMP 3
Ajibarang pada pukul 09:00 � 11:00. Kegiatan diawali dengan pembukaan oleh pihak
puskesmas, kemudian dilanjutkan penyuluhan tentang anemia dan tablet penambah gizi,
setelah selesai penyukuhan tentang anemia, kemudian pelajar dibagikan tablet tambah
darah (zat besi) dari Puskesmas dan ajakkan agar tablet tambah darah diminum
bersama- sama secara serentak kemudian dilakukan dokumentasi. Setelah itu dilakukan
penyuluhan tentang kesehatan reproduksi dan dilanjutkan dengan penyuluhan tentang
NAPZA oleh mas Seto dari bagian UKM Puskesmas Kaligondang. Kegiatan penyuluhan
diikuti oleh pelajar dengan seksama dan diakhiri dengan tanya jawab oleh para
pelajar.
Setelah kegiatan penyuluhan dan pembagian tablet tambah darah, kemudian dilakukan
screening terhadap pelajar yang meliputi pemeriksaan tekanan darah, BB dan TB, dan
dilakukan pemeriksaan secara head to toe.
Hasil pemeriksaan yaitu siswa siswi berjumlah 156 siswa tidak didapatkan kelainan/
penyakit pada pelajar SMP 3 Ajibarang

Anda mungkin juga menyukai