Anda di halaman 1dari 12

ARTIKEL PENELITIAN

Analisis Kinerja Kader Posyandu di Puskesmas Paniki Kota Manado

Performance Analysis of Cadres Posyandu in Puskesmas Paniki Manado

Sriyatty W. Sengkey 1) G. D. Kandou 2) J. M. Pangemanan 2)


1)
Puskesmas Paniki Bawah
2)
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

Abstrak cadre of mothers getting health information first.


The objectives to be achieved from this research is
to analyze the performance of cadres Posyandu in
Peranan kader sangat penting karena kader Puskesmas Paniki Down Manado. This type of
bertanggung jawab dalam pelaksanaan program research is qualitative research that aims to get
posyandu, bila kader tidak aktif maka pelaksanaan more in-depth information about the performance
posyandu juga akan menjadi tidak lancar dan of cadres Posyandu in Puskesmas Paniki Down
akibatnya status gizi bayi atau balita tidak dapat Manado. The results showed that the performance
dideteksi secara dini dengan jelas. Hal ini secara of cadres in the form of results achieved cadre's
langsung akan mempengaruhi tingkat keberhasilan work is in accordance with their respective
program posyandu khususnya dalam memantau responsibilities, although some cadres are still not
tumbuh kembang balita. Kader ikut berperan dalam optimal in carrying out their duties.
tumbang anak dan kesehatan ibu, sebab melalui
kader para ibu mendapatkan informasi kesehatan
Keyword: Posyandu Cadres, Works Results..
lebih dulu. Tujuan yang akan dicapai dari
penelitian ini adalah untuk menganalisis kinerja
kader Posyandu di Puskesmas Paniki Bawah Kota
Manado. Jenis penelitian yang digunakan adalah
penelitian kualitatif yang bertujuan untuk
mendapatkan informasi yang lebih mendalam
tentang kinerja kader Posyandu di Puskesmas Pendahuluan
Paniki Bawah Kota Manado. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kinerja kader berupa hasil Pemanfaatan sarana pelayanan
kerja yang dicapai kader posyandu sudah sesuai kesehatan berbasis masyarakat secara
dengan tanggung jawabnya masing- masing
walaupun sebagian kader masih belum optimal
optimal oleh masyarakat seperti Pos
dalam menjalankan tugas mereka. Pelayanan Terpadu (Posyandu) merupakan
salah satu pendekatan untuk menemukan
dan mengatasi persoalan gizi pada balita.
Kata kunci: Kader Posyandu, Hasil Kerja.
Posyandu adalah salah satu bentuk Upaya
Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat
(UKBM) yang dikelola dan
Abstract diselenggarakan dari, oleh, untuk dan
bersama masyarakat dalam
The role of cadres is very important because penyelenggaraan pembangunan kesehatan
the cadres responsible for the implementation guna memberdayakan masyarakat dan
Posyandu program, when cadres Posyandu is not memberikan kemudahan kepada
active then the implementation will be smooth and masyarakat dalam memperoleh pelayanan
consequently the nutritional status of an infant or kesehatan dasar (Anonim, 2006).
toddler can not be clearly detected early. This will
directly affect the level of success of the Posyandu Pelayanan posyandu mencakup
program, especially in monitoring the growth and pelayanan kesehatan ibu dan anak,
development of infants. Kader had a role in the
fallen child and maternal health, because through a
keluarga berencana, pemberantasan

491
JIKMU, Vol. 5, No. 2b April 2015

penyakit menular dengan imunisasi, mengelola dan memanfaatkan posyandu


penanggulangan diare dan gizi serta karena posyandu adalah milik masyarakat,
adanya penimbangan balita. Sasaran dilaksanakan oleh masyarakat dan
penduduk posyandu adalah ibu hamil, ibu ditujukan untuk kepentingan masyarakat
menyusui, pasangan usia subur dan balita. (Koto, 2007).
Program posyandu merupakan strategi Revitalisasi posyandu sedang giat-
jangka panjang untuk menurunkan angka giatnya dilakukan oleh pemerintah. Hal ini
kematian bayi (infant mortality rate), disebabkan banyak posyandu di Indonesia
angka kelahiran bayi (birth rate), dan yang mulai tidak aktif. Hasil penelitian
angka kematian ibu (maternal mortality menunjukkan bahwa pada tahun 2007, dari
rate) turunnya (infant mortality rate, birth lebih kurang 250.000 posyandu di
rate, maternal mortality rate) di suatu Indonesia, hanya 49% yang masih aktif
daerah merupakan standart keberhasilan dan diperkirakan hanya 43% anak balita
pelaksanaan program terpandu di suatu yang terpantau status kesehatannya
wilayah tersebut. Untuk mempercepat (Anonim, 2008). Ketidakaktifan ini
penurunaan angka tersebut diperlukan disebabkan oleh banyak faktor, baik faktor
peran serta masyarakat dalam mengelola dari dalam maupun dari luar posyandu.
dan memanfaatkan posyandu karena Faktor yang berasal dari luar posyandu
posyandu adalah milik masyarakat, diantaranya tingkat pendidikan masyarakat
dilaksanakan oleh masyarakat dan di sekitar, keadaan sosial dan ekonomi
tunjukan untuk kepentingan masyarakat masyarakat sekitar serta jumlah balita di
(Koto, 2007). daerah sekitar, sedangkan faktor yang
Posyandu meliputi lima program berasal dari dalam posyandu itu sendiri
prioritas yaitu Keluarga Berencana (KB), diantaranya dana, kader dan sarana
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), gizi, prasarana (Suwandono, 2006).
imunisasi, dan penanggulangan diare Peranan kader sangat penting karena
terbukti mempunyai daya ungkit besar kader bertanggung jawab dalam
terhadap penurunan angka kematian bayi pelaksanaan program posyandu, bila kader
dan balita (Adisasmito, 2007). Pelayanan tidak aktif maka pelaksanaan posyandu
pos pelayanan terpadu (posyandu) juga akan menjadi tidak lancar dan
mencakup keterpaduan pelayanan akibatnya status gizi bayi atau balita tidak
kesehatan ibu dan anak, keluarga dapat dideteksi secara dini dengan jelas.
berencana, pemberantasan penyakit Hal ini secara langsung akan
menular dengan imunisasi, mempengaruhi tingkat keberhasilan
penanggulangan diare dan gizi serta program posyandu khususnya dalam
adanya penimbangan balita. Sasaran memantau tumbuh kembang balita. Kader
penduduk posyandu yaitu ibu hamil, ibu ikut berperan dalam tumbang anak dan
menyusui, pasangan usia subur dan balita. kesehatan ibu, sebab melalui kader para
Program posyandu merupakan strategi ibu mendapatkan informasi kesehatan
jangka panjang untuk menurunkan angka lebih dulu. (Andira, 2012)
kematian bayi (infant mortality rate),
angka kelahiran bayi (birth rate), dan Menurut Dijen Binakesmas Depkes RI
angka kematian ibu (maternal mortality (2009) bahwa kinerja posyandu mengalami
rate) turunnya (Infant mortality rate, birth penurunan, hal tersebut diketahui dari
rate, maternal mortality rate) di suatu cakupan balita yang datang ke posyandu
daerah dimana hal ini merupakan standar turun dari 60% menjadi 43% sehingga,
keberhasilan pelaksanaan program terpadu banyak ditemukan balita yang tidak
di suatu wilayah tersebut. Untuk ditimbang dan tidak mendapat immunisasi
mempercepat penurunan angka tersebut yang mengakibatkan semakin
diperlukan peran serta masyarakat dalam

492
Sengkey, Kandou dan Pangemanan, Analisis Kinerja Kader

meningkatnya prevalensi gizi kurang yang fasilitas posyandu, pelatihan kader,


dapat berlanjut menjadi gizi buruk. pembinaan kader, insentif dan dukungan
masyarakat yang diberikan kepada kader.
Dalam rangka peningkatan kualitas
layanan posyandu agar menjangkau semua Menurut Basyir, dkk (2008) bahwa
lapisan masyarakat, maka peningkatan faktor ekstrinsik merupakan faktor
kualitas layanan kader posyandu menjadi pendukung dalam meningkatkan keaktifan
tonggak penting yang harus diperhatikan. kader posyandu. Faktor ekstrinsik dalam
Dengan peningkatan pengetahuan dan kegiatan posyandu yang berupa fasilitas
pemahaman diharapkan kader posyandu posyandu dan sarana pendukung dapat
tahu proses tata laksana posyandu yang meningkatkan keaktifan kader dalam
efektif, kondisi kesehatan balita dan melaksanakan kegiatan posyandu.
deteksi dini kasus gizi buruk pada balita. Pemberdayaan kader melalui pelatihan,
Penekanannya yang tidak kalah penting penyegaran, dan cerdas cermat, serta
adalah menyangkut kemampuan kader pengadaan alat masak dan kebutuhan
posyandu sebagai agen sosial yang operasional, supaya kader posyandu dapat
dilengkapi dengan pengenalan diri yang meningkatkan kinerja dan fungsi sehingga
baik dan perangkat etika dalam mampu mengemban tugasnya untuk
berinteraksi dengan masyarakat, sehingga meningkatkan gizi keluarga. Insentif yang
para kader posyandu mampu menjadi diberikan kepada kader, adanya
patner yang positif di lingkungan sebagai kemudahan bagi kader dalam pegobatan di
agen sosial. Kader posyandu juga harus puskesmas dan pengurusan KTP (Kartu
memenuhi program-program apa saja yang Tanda Penduduk) juga memberikan
akan diberikan oleh pihak pemerintah yang motivasi tersendiri bagi keaktifan kader
bisa diakses oleh masyarakat dan posyandu.
bagaimana proses memperoleh kesempatan Berdasarkan data Profil Kesehatan
atas program tersebut. posyandu sangat Kota Manado (2013) di wilayah kerja
tergantung oleh peran kader, kader-kader puskesmas Paniki ditemukan cakupan
posyandu ini pada umumnya adalah penimbangan balita sebesar 67,15%.
relawan yang berasal dari tokoh Rendahnya penimbangan balita ke
masyarakat yang dipandang memiliki posyandu merupakan salah satu indikator
kemampuan lebih dibanding anggota outcome posyandu yang rendah. Balita
masyarakat lainya. Mereka inilah yang yang tidak melakukan penimbangan setiap
memiliki andil besar dalam memperlancar bulannya di wilayah kerja posyandu tidak
proses pelayanan kesehatan primer. dapat dipantau pertumbuhannya, sehingga
Namun keberadaan kader relatif labil dengan kondisi tersebut sangat diperlukan
karena partisipasinya bersifat sukarela, keaktifan kader dengan melakukan
sehingga tidak ada jaminan bahwa para kunjungan ke rumah-rumah dan
kader akan tetap menjalankan fungsinya melakukan penimbangan balita, agar dapat
dengan baik seperti yang diharapkan memantau tanda awal untuk mendeteksi
(Deliveri, 2002). secara dini berat badan balita setiap
Ada beberapa faktor yang bulannya. Balita yang mempunyai KMS
mempengaruhi kinerja kader posyandu (Kartu Menuju Sehat) di wilayah kerja
yaitu motivasi instrinsik dan ekstrinsik. Puskesmas Paniki sebanyak 79,16%,
Motivasi instrinsik (dari dalam diri) kader sehingga tidak sesuai dengan pencapaian
posyandu meliputi faktor umur, tingkat target 100%, hal ini menunjukkan bahwa
pendidikan, lama pekerjaan, lama menjadi cakupan pemberian KMS menjadi sangat
kader, minat dan kemampuan, sedangkan rendah. Balita yang seharusnya
motivasi esktrinsik (dorongan yang berasal mempunyai KMS karena masih dalam fase
dari luar diri individu), yang meliputi pertumbuhan, telah kehilangan kesempatan

493
JIKMU, Vol. 5, No. 2b April 2015

di posyandu untuk mendapat pelayanan Data hasil observasi dikumpulkan


sebagaimana yang terdapat dalam KMS melalui observasi dokumen Motivasi
tersebut. Internal Dan Eksternal Di Puskesmas
Paniki Bawah Kota Manado pada
informan yang berhubungan langsung
Metode maupun tidak langsung terhadap Kinerja
Kader Posyandu. Sebagian besar
Jenis penelitian yang digunakan adalah dokumen tersebut sudah lengkap, sebagian
penelitian kualitatif yang bertujuan untuk juga ada yang kurang lengkap bahkan ada
mendapatkan informasi yang lebih yang tidak ada dokumen sama sekali.
mendalam tentang kinerja kader Posyandu Dengan rincian sebagai berikut :
di Puskesmas Paniki Bawah Kota Manado. Penilaian observasi dokumen pada
Penelitian dilaksanakan di wilayah informan diberikan sesuai dengan
Puskesmas Paniki bawah Kota Manado kelengkapan dokumen yang di observasi.
pada bulan Nopember sampai Pebruari Penilaian tersebut dapat ditentukan sebagai
2015. Enam orang informan yaitu orang- berikut :
orang yang terlibat langsung maupun tidak
1. Dokumen lengkap : nilai 2
langsung dengan kinerja kader Posyandu
di wilayah Puskesmas Paniki Bawah Kota 2. Dokumen tidak lengkap : nilai 1
Manado yaitu Kepala Puskesmas Paniki 3. Tidak ada dokumen : nilai 0
Bawah, Kepala Bidang KIA/KB Dinas
Kesehatan Kota Manado, Ketua Tim Dari 7 item observasi dokumen yang
Penggerak PKK, Kader yang aktif, Kader dinilai maka di peroleh nilai sebagai
yang tidak aktif, Ibu yang mengadakan berikut :
kunjungan ke posyandu secara teratur, ibu 1. Nilai 60,8 (61) jika dokumen yang
yang berkunjung ke posyandu secara tidak diobservasi 80% lengkap dan diberikan
teratur. Data Primer didapatkan dari hasil penilaian Baik.
wawancara mendalam kepada Kepala
Puskesmas Paniki Bawah, Koordinator 2. Nilai 45,6 (46) jika dokumen yang
KIA/KB Dinas Kesehatan Kota Manado, diobservasi 60% lengkap dan di beri
Ketua Tim Penggerak PKK, Kader yang nilai cukup.
aktif, Kader yang tidak aktif, Ibu yang 3. Nilai 30,4 (30) jika dokumen yang
mengadakan kunjungan ke posyandu diobservasi 40% lengkap dan di beri
secara teratur, ibu yang berkunjung ke nilai kurang.
posyandu secara tidak teratur. Wawancara
mendalam dilakukan dengan menggunakan Dari skor tersebut di atas
daftar pertanyaan pada panduan dikelompokkan dan di berikan penilaian
wawancara mendalam dan hasilnya dicatat sebagai berikut :
atau direkam dengan tape recorder. Data Nilai 47-61 = Baik
yang sudah terkumpul, diolah secara
Nilai 31-46 = Cukup
manual dengan membuat transkrip
kemudian disusun dalam bentuk matriks Nilai 16-30 = Kurang
dan selanjutnya dianalisis dengan memakai Hasil Reduksi Triangulasi metode pada
metode analisis isi (content analisis). Koordinator KIA/KB Dinkes, Ketua Tim
Penggerak PKK, kader posyandu sehingga
di peroleh :
Nilai 54 pada Koordinator KIA/KB
Hasil dan Pembahasan
Dinkes
Nilai 45 pada Ketua Tim Penggerak PKK

494
Sengkey, Kandou dan Pangemanan, Analisis Kinerja Kader

Nilai 48 pada kader posyandu Memberitahukan warga adanya kegiatan di


posyandu, 3) Mendata jumlah sasaran Ibu
Hasil reduksi triangulasi metode dengan
hamil, WUS, PUS, Ibu menyusui, Ibu
observasi dokumen diperoleh total nilai
balita, dan sasaran UPGK yang ada
antara 48-54. Artinya dokumen Di
diwilayah posyandu binaan sebagian
Posyandu Puskesmas Paniki Bawah Kota
informan mengatakan bahwa pelayanan
Manado cukup lengkap.
yang diberikan sudah cukup baik walaupun
masih ada kekurangannya namun ada
1. Kinerja sebagian yang mengatakan pelayanan tidak
sesuai dengan yang mereka harapkan.
Fungsi manajemen posyandu adalah
untuk mengetahui keberhasilan program Berdasarkan hasil wawancara
posyandu, kajian output (cakupan) masing- mendalam dengan informan, sebelum hari
masing program yang dibandingkan HPosyandu apakah kader 1)
dengan targetnya adalah salah satu cara Melaksanakan pendaftaran pengunjung
yang dapat dipakai sebagai bahan penilaian Posyandu balita dan ibu hamil, 2)
cakupan program adalah hasil langsung Melakukan penimbangan balita dan Ibu
(output) kegiatan program posyandu yang hamil yang berkunjung ke posyandu, 3)
dapat dapat dihitung segera setelah Melakukan penimbangan balita dan Ibu
pelaksanaan kegiatan program. hamil yang berkunjung ke posyandu, 4)
Perhitungan cakupan ini dapat dilakukan melakukan kegiatan penyuluhan kesehatan
dengan menggunakan statistik sederhana dan gizi serta pemberian PMT bila
yaitu jumlah orang yang mendapatkan menemukan balita Bbnya BGM, 5)
pelayanan dibagi dengan jumlah penduduk Membantu memberikan pelayanan
sasaran setiap program. kesehatan : KB, imunisasi, Fe, Oralit dan
Dalam kerangka organisasi, kinerja obat-obatan lainnya bersama petugas
merupakan hasil evaluasi terhadap kesehatan di Posyandu kepada pengunjung
pekerjaan yang dilakukan kemudian Posyandu 6) Mencatat di secarik kertas
dibandingkan dengan kriteria yang telah yang diselipkan kedalam KMS/ buku KIA
ditetapkan. Kinerja adalah perilaku atau setelah menimbang balita dan Ibu hamil
tindakan yang relevan untuk tujuan kemudian baru mencatat hasilnya di KMS/
organisasi dan dapat di skalakan (diukur) buku KIA dan mengisi buku register, 7)
dalam hal tingkat kecakapan (atau Melakukan konsultasi kepada petugas
kontribusi kepada tujuan) yang ditujukan kesehatan bila menemukan balita sudah 3
oleh tindakan tertentu atau serangkaian (tiga) kali berturut-turut BBnya tidak naik
tindakan. Hal ini menunjukkan bahwa ternyata sebagian informan mengatakan
kinerja dapat pula dilihat berdasarkan bahwa pelayanan yang diberikan sudah
aktivitas seseorang dalam melaksanakan cukup baik walaupun masih ada
suatu pekerjaan ini menggambarkan kekurangannya namun ada sebagian yang
sejauhmana yang dilakukan oleh seserang mengatakan pelayanan tidak sesuai dengan
dapat mencapai tujuan sesuai dengan yang mereka harapkan.
standart yang telah ditentukan. Kinerja didefinisikan sebagai perilaku
Berdasarkan hasil wawancara dan hasil. Perilaku berasal dari pelaku
mendalam dengan informan, sebelum hari yang mengubah kinerja dari abstraksi
H Posyandu apakah kader kedalam bentuk tindakan, tidak hanya
melaksanakan beberapa kegiatan yaitu 1) merupakan sesuatu yang berdiri sendiri,
menyiapkan tempat pelaksanaan, produk usaha mental dan fisik yang
peralatan, sarana dan prasarana, PMT diterapkan dalam pelaksanaan tugas, serta
sebelum posyandu dimulai. 2) dapat dinilai secara terpisah dari hasil.

495
JIKMU, Vol. 5, No. 2b April 2015

Kinerja (performance) adalah hasil panduan kegiatan pelayanan kesehatan


kerja yang dapat dicapai seseorang atau dengan beberapa kegiatan tersebut
sekelompok orang dalam suatu organisasi, diharapkan kader merasa mampu dalam
sesuai dengan tanggung jawabnya masing- memberikan pelayanan dan aktif datang di
masing. Dengan demikian kinerja setiap kegiatan posyandu (Koto dkk,
merupakan kondisi yang harus diketahui 2007).
dan diinformasikan kepada pihak-pihak Untuk kinerja kader posyandu,
tertntu untuk mengetahui sejauh mana indikator penilaian kinerja kader telah
tingkat pencapaian suatu instansi disusun berdasarkan telaah kemandirian
dihubungkan dengan visi yang diemban posyandu (TKP) dalam buku Pedoman
suatu organisasi. ARRIF dikatakan bahwa frekuensi
Baron and Greenberg secara lengkap penyelenggaran posyandu ada 12 kali
menjelaskan bahwa empat faktor yang setiap tahun dan sedikitnya dikatakan
mempengaruhi kinerja yaitu : 1) faktor posyandu cukup baik bila frekuensi 8 kali
personal, meliputi ketrampilan individual, setiap tahun. Jika kurang dari angka
kompetensi, motivasi dan komitmen. 2) tersebut dianggap posyandu tersebut masih
faktor kepemimpinan, yaitu kualitas dari rawan. Demikian juga keberadaan kader di
pemberian motivasi, bimbingan dan posyandu, bila kader kurang aktif
dorongan yang diberikan pimpinan, 3) dinyatakan jika tidak hadir untuk bekerja
faktor sistim pekerjaan dan fasilitas yang di posyandu kurang dari 8 kali dalam satu
diberikan organisasi, dan 4) faktor tahun.
situasional dan penekanan dari factor Selain kehadiran kader penilaian
internal dan eksternal. Kinerja kinerja kader juga dapat dilihat dari peran
menggambarkan hasil yang memuaskan dan fungsi kader posyandu yang
dalam melaksanakan tugas tugas pokok, dijabarkan dalam kegiatan pelaksanaan
bukan pada kontribusi pimpinan dalam posyandu seperti melaksanakan pencatatan
memberi penghargaan, pelatihan dan dan pelaporan, membuat absensi
pergantian pegawai. kehadiran, melaksanakan penyuluhan
Kinerja yang optimal didorong oleh kesehatan, melakukan penimbangan balita,
kuatnya motivasi mengembangkan merujuk bila ada masalah kesehatan pada
pengetahuan dan ketrampilan kader balita dan ibu hamil dan lain sebagainya.
dengan cara mengikuti kursus, pelatihan
dan refreezing secara berkala dari segi 2. Kemampuan
pengetahuan, teknis dari beberapa sektor
sesuai dengan bidangnya. Pengetahuan
Berdasarkan hasil wawancara
yang dimiliki oleh kader untuk usaha mendalam dengan informan, apakah kader
melanjarkan proses pelayanan di menyiapkan tempat pelaksanaan,
posyandu. Proses kelancaran pelayanan peralatan, sarana dan prasarana, PMT
posyandu di dukung oleh keaktifan kader. sebelum posyandu dimulai bahwa sebagian
Aktif tidaknya kader posyandu mengatakan bahwa pelayanan yang
dipengaruhi oleh fasilitas (mengirim kader diberikan tidak sesuai dengan yang mereka
ke pelatihan kesehatan, pemberian buku harapkan, namun ada sebagian yang
panduan, mengikutkan seminar-seminar mengatakan pelayanan sudah cukup baik
kesehatan) penghargaan, kepercayaan yang walaupun masih ada kekurangannya.
diterima kader dalam memberikan
pelayanan mempengaruhi aktif/tidaknya Menurut Robbins (1996) kemampuan
seorang kader posyandu. Penghargaan bagi adalah kapasitas seseorang dalam
kader dengan mengikutkan seminar dan mengerjakan berbagai macam tugas dalam
pelatihan serta pemberian modul-modul pekerjaannya. Kemampuan berkaitan

496
Sengkey, Kandou dan Pangemanan, Analisis Kinerja Kader

dengan tingkat kemampuan individu yang 3. Fasilitas


diperlukan untuk menyelesaikan suatu
pekerjaan tertentu. Dengan kemampuan Berdasarkan hasil wawancara
yang ada diharapkan kegiatan individu mendalam dengan informan,
tidak akan menyimpang jauh dari kegiatan bagaimanakah ketersediaan sarana dan
badan usaha, sehingga bukan hal yang prasarana seperti meja, kursi, timbangan,
aneh apabila badan usaha memberi alat tulis dan terutama tempat posyandu
harapan kepada individu agar tujuan dapat sebagian mengatakan bahwa sarana dan
tercapai. Kinerja akan sangat tergantung prasarana yang tersedia tidak sesuai
pada faktor kemampuan individu itu dengan yang mereka harapkan, namun ada
sendiri seperti tingkat pendidikan, sebagian yang mengatakan sarana dan
pengetahuan, pengalaman dimana dengan prasarana sudah cukup baik walaupun
tingkat kemampuan yang semakin tinggi masih ada kekurangannya.
akan mempunyai kinerja semakin tinggi Untuk memotivasi pekerjaan
pula. Dengan demikian tingkat pendidikan, hendaknya dilakukan dengan menyediakan
pengetahuan dan pengalaman yang rendah sarana dan prasarana yang baik untuk
akan berdampak negatif pada kinerja. digunakan dalam melaksanakan tugas.
Kemampuan dapat dibagi menjadi dua Seperti yang dikeluhkan oleh pembina
tipe, yaitu kemampuan intelektual dan kader tingkat Kecamatan Cipayung, bahwa
kemampuan fisik yang harus disesuaikan sarana dan prasarana kurang memadai
dengan pekerjaannya. Kemampuan seperti meja, kursi, timbangan, alat tulis
intelektual adalah kemampuan yang dan terutama tempat posyandu akan
diperlukan untuk melakukan aktivitas- menghambat kinerja kader posyandu
aktivitas mental, sedangkan kemampuan (Syahmasa, 2003).
fisik adalah kemampuan yang diperlukan Menurut Siagian (1998), kegiatan-
untuk suatu tugas yang membutuhkan kegiatan posyandu tidak akan dapat
stamina kekuatan, dan ketrampilan- berjalan dengan baik bila tidak didukung
ketrampilan yang serupa. Menurut Baron oleh adanya fasilitas yang memadai.
dan Greenberg (1990), kemampuan Penyediaan fasilitas kerja adalah bahwa
seseorang akan mempengaruh kinerja. fasilitas kerja yang disediakan harus cukup
Seseorang yang mempunyai kemampuan dan sesuai dengan tugas dan fungsi dan
yang rendah, akan menghasilkan kinerja harus dilaksanakan serta tersedia pada
yang lebih rendah dan seseorang yang waktu dan tempat yang tepat
mempunyai kemampuan yang lebih tinggi
akan menghasilkan kinerja yang lebih Fasilitas posyandu yaitu segala sesuatu
baik. Thoha (2000) menyimpulkan bahwa yang dapat menunjang penyelenggaraan
kemampuan adalah suatu kondisi yang kegiatan Posyandu seperti tempat atau
menunjukkan unsur kematangan yang lokasi yang tetap, dana rutin untuk
berkaitan pula dengan pengetahuan dan pemberian makanan tambahan (PMT),
ketrampilan yang dapat di peroleh dari alat-alat yang diperlukan misalnya : dacin,
pendidikan, latihan dan pengetahuan. KMS, meja, kursi, buku register dan lain-
lain. Keaktifan seorang kader dalam
Kemampuan seseorang akan melakukan kegiatan di Posyandu
mempengaruh kinerja. Seseorang yang dipengaruhi oleh adanya sarana, fasilitas
mempunyai kemampuan yang rendah, Posyandu yang memadai, bentuk
akan menghasilkan kinerja yang lebih penghargaan kepada kader, sikap petugas
rendah dan seseorang yang mempunyai kesehatan dan adanya pembinaan,
kemampuan yang lebih tinggi akan pelatihan yang diberikan kepada kader
menghasilkan kinerja yang lebih baik. (Warta Posyandu, 1999).

497
JIKMU, Vol. 5, No. 2b April 2015

Fasilitas yang lengkap dan sesuai adalah proses membantu pegawai untuk
dengan standar yang ditetapkan (Standart memperoleh efektivitas dalam pekerjaan
personal and Facilities) diharapkan dapat mereka yang sekarang atau yang akan
meningkatkan kualiats mutu layanan. datang melalui penggembangan kebiasaan-
Sumber daya merupakan faktor yang perlu kebiasaan pikiran, tindakan dan
untuk terlaksananya suatu perilaku. keterampilan.
Fasilitas yang tersedia hendkanya dengan Materi pelatihan kader dititik beratkan
jumlah serta jenis yang memadai dan pada keterampilan teknis menyusun
selalu keadaaan siap pakai. Untuk rencana kegiatan di posyandu, cara yang
melakukan tindakan harus ditunjang benar dalam melakukan penimbangan
fasilitas yang lengkap dan sebelumnya balita, menilai pertumbuhan anak baik
harus sudah disediakan. Dalam upaya fisik maupun mental, cara menyiapkan
perubahan perilaku diperlukan fasilitas, kegiatan pelayanan sesuai dengan
sarana dan pra sarana yang memfasilitasi kebutuhan anak dan ibu, menyiapkan
individu. beragam cara pemberian makanan
tambahan (PMT), makanan pendamping
4. Pelatihan ASI untuk yang pertumbuhannya tidak
sesuai, membantu pemeriksaan ibu hamil
Berdasarkan hasil wawancara dan menyusui serta membuat laporan.
mendalam dengan informan, apakah para Pelatihan bertujuan meningkatkan
kader diberikan pelatihan, sebagian pengetahuan dan keterampilan sekaligus
mengatakan bahwa pelatihan yang dedikasi kader agar timbul kepercayaan
diberikan tidak sesuai dengan yang mereka diri untuk melaksanakan tugas sebagai
harapkan, namun ada sebagian yang kader posyandu dalam melayani
mengatakan pelatihan sudah cukup baik masyarakat, baik di posyandu maupun saat
walaupun masih ada kekurangannya. melakukan kunjungan rumah (Anonim,
Menurut Munandar dalam Aprilia (2009), 2001). Menurut Martoyo (2000) mengutip
pelatihan adalah suatu proses jangka pendapat Moekijat (1981) tujuan utama
pendek yang mempergunakan prosedur pelatihan adalah: Pertama, untuk
sistimatis dan terorganisir, yang mana mengembangkan keahlian seseorang
karyawan non manejerial mempelajari sehingga pekerjaan dapat diselesaikan
pengetahuan dan ketrampilan teknis untu dengan lebih cepat dan efektif. Kedua,
tujuan tujuan tertentu. Menurut Gibson untuk mengembangkan keahlian dan
(1985), ketrampilan adalah kecakapan pengetahuan, sehingga pekerjaan dapat
yang berhubungan dengan tugas yang diselesaikan secara rasional. Ketiga,
dimiliki dan dipergunakan oleh sesorang mengembangkan sikap sehingga
dalam dalam waktu yang tepat. menimbulkan kemajuan kerja sama dengan
Pelatihan adalah suatu upaya kegiatan sesama teman sekerja dan diluar kerja serta
yang dilaksanakan untuk meningkatkan dengan pemimpin.
kemampuan, pengetahuan, keterampilan Pelatihan bagi kader sangat diperlukan
teknis dan dedikasi kader (Anonim, 2005). dari petugas kesehatan yang berguna untuk
Pengetahuan akan bertambah berkat meningkatkan pengetahuan dan
kemauan dokter dan staf puskesmas untuk keterampilan kader dalam melaksanakan
memberikan tambahan pada waktu mereka tugas dan fungsinya. Pengetahuan itu
datang melakukan supervisi. Pengetahuan bertambah berkat kemauan dokter dan staf
dan keterampilan juga didapat dari teman puskesmas untuk memberikan tambahan
sekerja. (Junadi, 1990). pada waktu mereka datang melakukan
Menurut Frank Sherwood dan Wallas supervisi. Pengetahuan dan keterampilan
Best dalam (Moekijat, 1981), pelatihan juga didapat dari teman sekerja (Junadi,

498
Sengkey, Kandou dan Pangemanan, Analisis Kinerja Kader

1990). Kurangnya kemampuan kader persepsi itu dikaitkan dengan berbagai hal
dalam memberikan penyuluhan yaitu mengenai insentif dan jumlah jam
kemungkinan menyebabkan ibu balita kerja (Sondang, 2004).
kurang berminat untuk mengunjungi Sebagai imbalan dari pekerjaanya,
posyandu. Ibu balita yang mampu, lebih kebanyakan para kader tidak menerima
memilih untuk mengunjungi dokter untuk pembayaran tunai untuk pelayanan mereka
memantau pertumbuhan balitanya (Basyir, tetapi mereka mendapat upah dalam
dkk 2008). Agar pelatihan kader berjalan bentuk lain seperti seragam sebagai tanda
efektif, maka diperlukan unsur pelatih penghargaan, sertifikat sebagai tanda jasa,
kader yang mampu berdedikasi dalam dan peralatan rumah tangga kecil-kecilan.
memberikan pelatihan secara efektif dan Akan tetapi salah satu faktor penting
berkesinambungan, yakni melalui dalam keuntungan yang diperoleh para
pendampingan dan bimbingan. Pelatihan kader adalah setatusnya. Untuk para kader
kader diberikan secara berkelanjutan Posyandu, status ini tidak diperoleh karena
berupa pelatihan dasar dan berjenjang yang partisipasi mereka dalam program
berpedoman pada modul (Nilawati, 2008). kemasyarakatan yang berprioritas tinggi
Selanjutnya sebagian besar kader tersebut tetapi juga karena penghargaan
menyatakan pernah mengikuti pelatihan tinggi yang diberkan oleh pihak
yang terkait dengan posyandu. Adapun pemerintah.
jenis pelatihan yang pernah diikuti adalah Alasan utama penggunaan insentif
pelatihan gizi, KB, imunisasi, kesehatan upah adalah jelas, insentif hampir
lingkungan, PIN, keorganisasian, selamanya meningkatkan produktifitas.
kesehatan, lansia, dan PHBS. Semua kader Agar berhasil, insentif hendaknya cukup
yang pernah mengikuti pelatihan sederhana, sehingga mereka yakin prestasi
menyatakan memperoleh mafaat dari kerja yang akan menghasilkan imbalan.
pelatihan tersebut. Insentif yang berhasil dapat menimbulkan
imbalan psikologis dan juga imbalan
5. Insentif ekonomi, ada perasaan puas yang timbul
dari penyelesaian pekerjaan yang
Berdasarkan hasil wawancara dilakukan dengan baik.
mendalam dengan informan, apakah kader Pemberian insentif merupakan bayaran
diberikan upah setiap 3-6 bulan sekali, pokok untuk memotivasi para pegawai
sebagian mengatakan bahwa upah yang agar lebih maju dalam pekerjaan dengan
diberikan tidak sesuai dengan yang mereka keterampilan dan tanggung jawab yang
harapkan, namun ada sebagian yang
lebih besar (Davis, 1995). Insentif adalah
mengatakan upah sudah cukup walaupun salah satu jenis penghargaan yang
masih kurang. dikaitkan dengan prestasi kerja (Mutiara,
Pemberian insentif merupakan bayaran 2002) Secara sederhana dinyatakan bahwa
pokok untuk memotivasi para pegawai biasanya seseorang akan merasa
agar lebih maju dalam pekerjaan dengan diperlakukan secara tidak adil apabila
keterampilan dan tanggung jawab yang perlakuan itu dilihatnya sebagai suatu hal
lebih besar (Davis, 1995). Insentif adalah yang merugikan. Dalam kehidupan bekerja
salah satu jenis penghargaan yang persepsi itu dikaitkan dengan berbagai hal
dikaitkan dengan prestasi kerja (Mutiara, yaitu mengenai insentif dan jumlah jam
2002) Secara sederhana dinyatakan bahwa kerja (Siagian, 2004).
biasanya seseorang akan merasa
diperlakukan secara tidak adil apabila 6. Penghargaan
perlakuan itu dilihatnya sebagai suatu hal
yang merugikan. Dalam kehidupan bekerja

499
JIKMU, Vol. 5, No. 2b April 2015

Berdasarkan hasil wawancara untuk mempertahankan keaktifan kader


mendalam dengan informan, apakah ada posyandu, pemberian tugas yang tidak
dukungan dari PEMDA berupa penyediaan membosankan disertai pujian, melengkapi
sarana dan prasarana, sebagian atribut saat bertugas akan membuat kinerja
mengatakan bahwa pelayanan yang kader semakin meningkat.
penghargaan tidak sesuai dengan yang
mereka harapkan, namun ada sebagian
yang mengatakan penghargaan sudah Kesimpulan
cukup baik walaupun masih ada
kekurangannya. 1. Hasil wawancara dan observasi
Keberadaan kader hendaknya dokumen ditemukan bahwa kinerja
mendapat pengakuan dan penghargaan kader berupa hasil kerja yang dicapai
yang wajar dan tulus. Semua orang kader posyandu sudah sesuai dengan
memerlukan pengakuan atas tanggung jawabnya masing- masing
keberadaannya dan statusnya oleh orang walaupun sebagian kader masih belum
lain. Keberadaan dan status seseorang optimal dalam menjalankan tugas
tercermin pada berbagai lambang yang mereka.
penggunaannya sering dipandang sebagai 2. Hasil wawancara dan observasi
hak seseorang (Siagian, 2006). Pengakuan dokumen ditemukan motivasi kader
terhadap keberadaan kader dari Pembina yang merupakan kumpulan perilaku
kader di kecamatan perlu diwujudkan yang memberikan landasan bagi kader
dengan prioritas pelayanan kesehatan untuk bertindak dalam suatu cara yang
gratis, dan adanya pakaian seragam kader diarahkan kepada tujuan spesifik
(Anonim, 2010). tertentu sudah cukup baik namun
Hirarki kebutuhan manusia menurut masih perlu ditingkatkan
Maslow (1996) diawali dari kebutuhan 3. Hasil wawancara dan observasi
primer (kebutuhan fisiologis dan dokumen ditemukan kemampuan
kebutuhan rasa aman) akan dominan kader yang menunjukkan unsur
sampai kebutuhan tersebut dirasakan kematangan yang berkaitan pula
cukup terpenuhi. Setelah itu barulah dengan pengetahuan dan ketrampilan
individu termotivasi untuk mencapai yang dapat di peroleh dari pendidikan,
kebutuhan yang bersifat skunder seperti latihan dan pengetahuan cukup baik
kebutuhan kasih sayang, kebutuhan namun masih perlu ditingkatkan
penghargaan, dan kebutuhan aktualisasi.
Kebutuhan akan penghargaan dicerminkan 4. Hasil wawancara dan observasi
oleh kebutuhan akan respek terhadap diri dokumen ditemukan fasilitas yang
sendiri, prestasi, dan pengakuan oleh pihak merupakan segala sesuatu yang dapat
lain. Kebutuhan akan penghargaan menunjang penyelenggaraan kegiatan
merupakan kebutuhan dasar manusia posyandu seperti tempat atau lokasi
tingkat keempat. yang tetap, dana rutin untuk pemberian
makanan tambahan (PMT), alat-alat
Menurut Ranupandojo dan Husnan yang diperlukan misalnya : dacin,
(1993) penghargaan terhadap pekerjaan KMS, meja, kursi, buku register dan
yang dijalankan, merupakan keinginan dari lain-lain sudah cukup namun masih
kebutuhan egoistis, yang diwujudkan perlu ditambah atau diperbaharui
dalam pujian, hadiah (dalam bentuk uang
ataupun tidak), diumumkan kepada rekan- 5. Hasil wawancara dan observasi
rekan sekerjanya. Menurut Suryatim dokumen ditemukan bahwa
(2001) pemberian penghargaan terhadap penghargaan berupa keinginan dari
loyalitas kader akan sangat membantu kebutuhan egoistis, yang diwujudkan

500
Sengkey, Kandou dan Pangemanan, Analisis Kinerja Kader

dalam pujian, hadiah (dalam bentuk pelaksanaan pelayanan di Posyandu


uang ataupun tidak), diumumkan g. Diperlukan peran aktif pimpinan,
kepada rekan-rekan sekerjanya cukup terutama bidang pelayanan.
baik namun masih dirasakan belum
sesuai
3. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan
agar meneliti dengan ruang lingkup
Saran yang sama tetapi variabel yang berbeda
1. Untuk Pemerintah Kota Manado: sebagai salah satu variabel penelitian
dan menggunakan metode penelitian
a. Perlu peningkatan advokasi kepada
kuantitatif.
DPR tentang pentingnya
mendapatkan tambahan anggaran
yang lebih bagi Puskesmas
b. Perlu peningkatan dana kesehatan
Daftar Pustaka
yang dianggarkan melalui
Anggaran Pendapatan Belanja Adisasmito, W. 2007. Sistem Kesehatan.
Daerah (APBD) untuk menunjang PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
pelaksanaan pelayanan
c. Perlu segera menyusun kebijakan Andira, R. A., Z. Abdullah, dan D. Sidik,
regulasi untuk menanggulangi 2012. Faktor faktor Yang
pembiayaan bagi kader Berhubungan dengan Kinerja Kader
posyandu di Kec. Bontobahari
Kabupaten Bulukumba. Jurnal Ilmu
2. Untuk Puskesmas: Kesehatan Masyarakat. Unhas.
a. Perlu dilaksanakan pelatihan Makasar.
berkala bagi kader
Anonimous. 2005. Pedoman Pengelolaan
b. Diharapkan kepada kader posyandu Posyandu, Cetakan ke 1, Jakarta.
agar terus menggali ilmu
pengetahuan dan pengalaman untuk Anonimous. 2006. Modul Pelatihan
meningkatkan kinerja dalam Revitalisasi Posyandu, Jakarta.
pelaksanaan kegiatan posyandu dan
selalu bersikap positif pada setiap Anonimous 2008, Pedoman Pelaksanaan
kegiatan yang dilakukan di Respon Cepat Penanggulangan Gizi
posyandu. Buruk, Direktur Bina Gizi Masyarakat,
c. Perlu perbaikan dan peningkatan Jakarta.
sarana dan prasarana untuk
Aprillia, Y. 2009. Analisis Faktor Yang
memenuhi kebutuhan dasar
Berhubungan Dengan Partisipasi
pelayanan
Kader Dalam Kegiatan Posyandu Di
d. Perlu penguatan koordinasi dengan Wilayah Puskesmas Jogonalon II
semua sektor khususnya dengan Kabupaten Klaten.
Dinas Kesehatan kota Manado
terkait peningkatan SDM Baron, A. dan J. Greenberg. 2005.
Behavior In Organization, Boston:
e. Perlu perbaikan manajemen bagi
Allynand Bacon, p. 76-77.
kader
f. Segera memberlakukan atau Mastuti, T., 2003. Studi uji Hubungan
menerapkan SOP dalam Beberapa Faktor Kader yang
Berhubungan dengan Kelansungan

501
JIKMU, Vol. 5, No. 2b April 2015

kader Posyandu di Kecamatan Posyandu dengan Keaktifan Kader


Kecamatan Panjatan Kabupaten Kulon Posyandu di Desa Dukuh Tengah
Progo Propinsi Daerah Istimewa Kecamatan Ketanggungan Kabupaten
Yogyakarta. http://eprints.undip.ac.id Brebes. Fikkes Jurnal Keperawatan,
/5536/1/1683.pdf. Diakses 14 Januari vol. 2, no. 1, h.1-8.
2015. Sahrul. 2007. Studi Tentang Faktor-Faktor
Yang Berhubungan Dengan Kinerja
Nilawati. 2008. Pengaruh Karakteristik
Kader Posyandu Di Wilayah Kerja
Kader Dan Strategi Revitalisasi
Puskesmas Pompanua Kecamatan
Posyandu Terhadap Keaktifan Kader
Ajangale Kabupaten Bone Tahun 2006.
Di Kecamatan Samadua Kabupaten
FKM Unhas
Aceh Selatan Tahun 2008. Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Siagian, S. 2003. Teori dan Praktek
Utara Medan Kepimpinan. Rineka Jakarta.
Nugroho, H. A. 2008. Hubungan antara
Pengetahuan dan Motivasi Kader

502

Anda mungkin juga menyukai