Menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam penulisan tugas ujian
akhir semester yang berjudul:
Apabila suatu saat nanti terbukti penulis melakukan plagiat, maka penulis akan
menerima sanksi yang telah ditetapkan.
Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................................iii
SURAT PERNYATAAN............................................................................................iv
KATA PENGANTAR.................................................................................................v
ABSTRAK..................................................................................................................vii
ABSTRACT..............................................................................................................viii
DAFTAR ISI...............................................................................................................ix
DAFTAR TABEL.....................................................................................................xiii
DAFTAR GAMBAR................................................................................................xiv
DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................................xv
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.1.1 Tes Subbab Latar Belakang.....................................................................1
1.1.1.1 Tes Latar Belakang Heading 4.........................................................1
Universitas Indonesia
BAB 2 TINJAUAN LITERATUR.......................................................................5
2.1 Subbab.............................................................................................................5
2.2 Subbab.............................................................................................................5
2.2.1 Sub Subbab..............................................................................................5
2.2.2 Sub Subbab 2...........................................................................................6
2.3 Subbab 3..........................................................................................................6
2.4 Subbab 4..........................................................................................................6
2.4.1 Sub Subbab..............................................................................................6
2.4.2 Sub Subbab 4...........................................................................................7
2.5 Subbab.............................................................................................................7
2.6 Subbab.............................................................................................................7
2.7 Kerangka Teori...............................................................................................8
Universitas Indonesia
4.7.1 Analisis Univariat..................................................................................15
4.7.2 Analisis Bivariat....................................................................................16
4.7.3 Analisis Multivariat...............................................................................16
BAB 6 PEMBAHASAN......................................................................................20
6.1 Subbab...........................................................................................................20
6.1.1 Sub Subbab............................................................................................20
6.1.2 Sub Subbab 2.........................................................................................20
6.1.3 Sub Subbab............................................................................................21
6.2 Subbab...........................................................................................................21
6.3 Subbab...........................................................................................................21
6.3.1 Sub Subbab............................................................................................21
6.3.2 Sub Subbab............................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................25
Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN
Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
Usia remaja, khususnya pada remaja putri, rentan mengalami gangguan gizi
seperti anemia. Sedikit sekali yang diketahui tentang asupan pangan pada remaja,
meskipun asupan kalori dan protein sudah tercukupi, elemen lain seperti zat besi,
kalsium, dan beberapa vitamin ternyata masih kurang. Anemia pada remaja putri adalah
suatu keadaan dimana kadar hemoglobin dalam darah kurang dari normal dimana nilai
Hb normal pada remaja putri menurut WHO adalah 12 g % (Arisman, 2010). Remaja
putri (10-19 tahun, menurut WHO) merupakan salah satu kelompok yang rawan
mengalami anemia. Berdasarkan data dari Kemenkes RI (2014), penderita anemia
berumur 5-14 tahun sebesar 26,4% dan penderita berumur 15-24 tahun sebesar 18,4%.
Hal ini dikarenakan remaja membutuhkan lebih banyak besi dalam masa pertumbuhan.
Lebih lagi, wanita membutuhkan lebih banyak asupan zat besi untuk mengganti zat besi
yang hilang bersamaan dengan darah haid. Anemia berhubungan signifikan dengan
wanita yang mengalami menstruasi secara teratur dibandingkan yang tidak teratur.
Diketahui bahwa anemia pada remaja putri cenderung akan berlanjut hingga
dewasa (Sari et al, 2016). Padahal, remaja putri nantinya akan menjadi ibu hamil di
masa mendatang. Kurangnya kebutuhan zat besi pada ibu hamil dapat menghambat
pemberian gizi pada janin. Kondisi tersebut dapat meningkatkan risiko kematian ibu dan
bayi karena ibu hamil dengan anemia berpotensi melahirkan bayi dengan berat badan
rendah dibandingkan ibu hamil yang tidak anemia (Sunita, 2011).
Universitas Indonesia
2
Siklus masalah gizi harus dipotong dari sisi yang strategis dalam upaya
mengatasi masalah gizi dalam kehidupan ini. Gerakan 1000 HPK mendukung upaya
perbaikan gizi untuk meningkatkan mutu SDM generasi masa datang. Kegiatan 1000
HPK dibentuk dengan tujuan untuk perluasan dan percepatan perbaikan gizi di dunia
dengan fokus pada 1000 hari sejak hari pertama kehamilan. Remaja putri secara
langsung tidak disebutkan dalam 1000 HPK, tetapi status gizi remaja putri atau pranikah
memiliki kontribusi besar pada kesehatan dan keselamatan kehamilan dan kelahiran,
apabila remaja putri menjadi ibu (Bappenas RI, 2012). Sehingga upaya perbaikan gizi
melalui fase remaja menjadi pertimbangan penting untuk memutus rantai masalah gizi.
Pemberian TTD pada remaja putri bertujuan untuk memenuhi kebutuhan zat besi
bagi para remaja putri yang akan menjadi ibu di masa yang akan datang. Dengan
cukupnya asupan zat besi sejak dini, diharapkan angka kejadian anemia ibu hamil,
pendarahan saat persalinan, BBLR (Berat Badan Lahir Rendah), dan balita pendek
dapat menurun. sesuai dengan Surat Edaran Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat
Kementerian Kesehatan Nomor HK.03.03/V/0595/2016 tentang Pemberian Tablet
Tambah Darah pada Remaja Putri dan Wanita Usia Subur (WUS), yakni wanita yang
keadaan organ reproduksinya berjalan dengan baik dan berada pada kisaran usia 15-49
tahun (Depkes RI, 2016), pemberian TTD pada remaja putri dilakukan melalui UKS/M
di institusi Pendidikan (SMP dan SMA atau yang sederajat) dengan menentukan hari
minum TTD bersama. Dosis yang diberikan adalah satu tablet setiap minggu selama
sepanjang tahun (Kemenkes RI, 2017). Berdasarkan data dari Riskesdas (2018) remaja
putri yang mendapatkan tablet tambah darah (TTD) di sekolah sebanyak 80.9%.
Kemudian, dari 80.9% terdapat 98,6% remaja putri yang mengkonsumsi TTD kurang
dari 52 butir. Hal ini menunjukkan bahwa remaja putri belum mengkonsumsi TTD
sesuai dengan jadwal.
Universitas Indonesia
3
tentang efektivitas program suplementasi zat besi pada remaja putri di kota bogor bahwa
Program PPAGB dinilai masih belum efektif. Meskipun terjadi penurunan prevalensi,
tetapi angka kepatuhan dari konsumsi TTD masih rendah. Hal ini dikarenakan
kurangnya motivasi dan dukungan baik dari orangtua dan guru untuk mendorong remaja
putri mengkonsumsi TTD secara teratur. Selain itu, disebutkan pula bahwa penting
adanya edukasi dan pelatihan terhadap guru oleh petugas kesehatan terkait pentingnya
program TTD dan penatalaksanaan program TTD. Dengan mengetahui masalah yang
ada, penulis berupaya untuk merancang inovasi program sebagai solusi dari
permasalahan program. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu
alternatif model program pencegahan anemia pada remaja putri.
Universitas Indonesia
4
Universitas Indonesia
5
Universitas Indonesia
BAB 2
TUJUAN INTERVENSI
2.3 Indikator
Indikator keberhasilan untuk program pencegahan dan penanggulangan anemia
pada remaja putri adalah:
Universitas Indonesia
2
c. Indikator Output, terdiri dari cakupan program anemia pada remaja putri
serta kepatuhan remaja putri yang mengkonsumsi TTD. Untuk mencapai
indikator output terkait cakupan program anemia dan pemberian TTD bisa
dilakukan melalui buku rapor kesehatan untuk siswi SMA sedangkan
indikator kepatuhan minum obat dilakukan melalui kartu kontrol.
Universitas Indonesia
BAB 3
KAJIAN PUSTAKA
Universitas Indonesia
4
Universitas Indonesia
5
Universitas Indonesia
6
Universitas Indonesia
7
Pada dasarnya, sejarah dan asal-usul pendidikan sebaya tidak begitu jelas.
Sejarah pendidikan sebaya didasarkan pada berbagai pembelajaran, pengaruh teman
sebaya, dan teori psikologi sosial terkait perilaku. Kelompok pertama, berdasarkan
Teori Lev Vygotsky (1978) tentang pembelajaran proximal dimana perubahan
pengetahuan dan pemahaman akan meningkat karena kolaborasi atau hubungan dengan
orang-orang terdekat, serta Teori Albert Bandura (1977) tentang pembelajaran sosial
Universitas Indonesia
8
juga berpengaruh bagi pendidikan teman sebaya yang menekankan pada role model
yang mempengaruhi pembelajaran dan perilaku. Kelompok kedua, berdasarkan Teori
Everett Rogers (2003) tentang pertemanan dan jaringan sosial yang lebih luas. Konsep
kunci rogers untuk promosi kesehatan adalah pesan, saluran komunikasi dan system
sosial. Kelompok ketiga, menyatukan berbagai ide tentang pembelajaran, difusi,
pengaruh sosial dari berbagai teori perilaku kesehatan. berdasarkan Theory of Reasoned
Action (Ajzen and Fishbein, 1980) dan Health Belief Model (Glanz et al., 2008) yang
menekankan pada perubahan perilaku kesehatan yang dipengaruhi faktor psikologis
(intrinsik) dan sosial (eksternal).
Universitas Indonesia
9
Berikut merupakan empat kekuatan media sosial sebagai alat dalam promosi
kesehatan yaitu:
a. The ability of social media to reach marginal groups, dimana media sosial
dianggap dapat menjangkau kelompok audiens yang lebih luas.
b. The potential low cost of social media compared with other media
methods, karena berkecimpung di dunia maya, sumber daya yang
dibutuhkan pada media sosial pun dianggap lebih murah dibandingkan
metode promosi kesehatan tradisional.
Universitas Indonesia
10
Teori Difusi Inovasi pada dasarnya menjelaskan proses bagaimana suatu inovasi
disampaikan (dikomunikasikan) melalui saluran-saluran tertentu sepanjang waktu
kepada sekelompok anggota dari sistem sosial. Hal tersebut sejalan dengan pengertian
difusi dari Rogers (1983), yaitu “as the process by which an innovation is
communicated through certain channels over time among the members of a social
system.” Lebih jauh dijelaskan bahwa difusi adalah suatu bentuk komunikasi yang
bersifat khusus berkaitan dengan penyebaranan pesan-pesan yang berupa gagasan baru,
atau dalam istilah difusi menyangkut “which is the spread of a new idea from its source
of invention or creation to its ultimate users or adopters” (Rogers, 1983).
Universitas Indonesia
11
Ada tiga konsep pokok yang dibahas Rogers dalam DOI, yakni inovasi, difusi,
dan adopsi. Inovasi adalah sebuah ide, praktik atau objek yang dipersepsikan sebagai
sesuatu yang baru oleh individu. Sedangkan difusi merupakan proses
mengkomunikasikan sebuah inovasi melalui saluran komunikasi tertentu dalam waktu
tertentu kepada anggota sistem sosial. Adopsi akan terjadi ketika individu menggunakan
secara penuh sebuah inovasi ke dalam prakteksebagai pilihan terbaik (Scott dan
McGuire, 2017). Berikut adalah skema model Diffussion of Inovation Rogers.
Dalam konteks difusi inovasi menuju adopsi final itulah Rogers (1983)
menawarkan karakteristik yang dapat membantu mengurangi ketidakpastian tentang
inovasi sehingga memengaruhi tingkat adopsi seseorang terhadap produk baru. Faktor
karakteristik inovasi ini dapat mempengaruhi individu atau sistem sosial terhadap
tingkat adopsi atau rate of adoptionatau kecepatan relatif sebuah inovasi itu diadopsi
oleh anggota sistem sosial. Adapun lima karakteristik inovasi yang ditawarkan Rogers
(1983) tersebut itu adalah:
Universitas Indonesia
12
Universitas Indonesia
13
Artikel berjudul The People’s Choice yang ditulis oleh Paul Lazarfeld, Bernard
Barelson, dan H. Gaudet pada tahun 1994 menjadi titik awal munculnya teori difusi-
inovasi. Di dalam teori difusi-inovasi dikatakan bahwa komunikator yang mendapatkan
pesan dari media massa sangat kuat untuk mempengaruhi orang-orang. Dengan
demikian, adanya penemuan (inovasi), lalu disebarkan (difusi) melalui media massa
akan kuat mempengaruhi massa untuk mengikutinya Nurudin, 2007).
Studi yang dilakukan Rogers (1983) terhadap berbagai riset mengenai difusi
inovasi yang tersebar dalam berbagai disiplin ilmu yang dilakukannya selama bertahun-
tahun menemukan beberapa kesamaan, yaitu bahwa seluruh studi dan riset yang
dilakukan melibatkan empat hal, yaitu (1) inovasi, (2) komunikasi antara satu orang
dengan orang lainnya, (3) adanya masyarakat atau komunitas sosial, dan (4) adanya
elemen waktu (Morissan, 2013).
Kondisi psikologis masyarakat yang selalu suka dengan hal-hal baru tersebut
sangat dimanfaatkan oleh produsen. Apalagi dalam masyarakat yang cenderung sangat
konsumtif. Menurut teori ini sesuatu yang baru akan menimbulkan keingintahuan
masyarakat untuk mengetahuinya. Seseorang yang menemukan hal baru cenderung
untuk menyosialisasikan dan menyebarkan kepada orang lain. Sangat cocok dengan
penemu yang ingin menyebarkan dan orang lain ingin mengetahui. Kemudian media
massa dipakai untuk memperkenalkan penemuan baru tersebut. Beberapa orang akan
segera mengadopsi atau menerima suatu inovasi begitu mereka mengetahuinya,
sementara orang lain membutuhkan waktu lebih lama untuk mencoba sesuatu yang
baru, sedangkan kelompok lainnya lagi membutuhkan waktu yang lebih lama lagi,
begitu seterusnya.
Universitas Indonesia
14
Universitas Indonesia
BAB 4
AKTIVITAS INTERVENSI
Universitas Indonesia
16
Program pemberian TTD oleh pihak sekolah kepada para siswi dan sekolah
dijalankan dengan kegiatan yang berbeda di setiap sekolah. Salah satu penelitian di
sekolah wilayah Thrissur di India (Sajna & Jacob, 2017) mengemukakan bahwa
pemberian TTD kepada para siswi dilakukan setiap minggu, dimana siswi akan
meminum tablet tambah darah sepulang sekolah dirumah. Namun, hal tersebut tidak
berjalan dengan efektif dikarenakan masih minimnya dukungan para orangtua dalam
mengawasi remaja putri saat mengkonsumsi TTD. Ketidakhadiran orang tua dalam
pertemuan komite sekolah menyebabkan proses edukasi mengenai TTD kepada
orangtua tidak berlangsung sebagaimana mestinya.
Universitas Indonesia
17
dalam mengawasi para remaja dalam mengkonsumsi TTD (Sajna & Jacob, 2017;
Nuradhiani 2018) serta pengetahuan gizi yang kurang juga dapat menyebabkan anemia
pada remaja putri (Wahyuningsih, 2019).
Predisposing
factors
Pengetahuan
remaja putri
mengenai
bahaya anemia
dan pentingnya
Health konsumsi TTD. Kepatuh
Promotion Role model an
sebagai minum
Health Penuru
penggerak trend TTD
Education aksi pencegahan nan Peningkatan
anemia masa prevale kualitas
Reinforcing
kini. nsi kesehatan
factors remaja putri
anemia
Dukungan guru Lingkung
Policy dan teman an
regulation sebaya
organizatio Dukungan
n program
pencegahan
anemia.
Enabling
factors
Tersedianya
TTD
Adanya pihak
pengingat
konsumsi TTD
Gambar 4.1 Model Precede-Proceed kepatuhan konsumsi TTD pada remaja putri.
Universitas Indonesia
18
Precede bagian dari fase 1 hingga 4 berfokus pada perencanaan program dan
Proceed bagian dari fase 5 sampai 8, berfokus pada implementasi dan evaluasi. Oleh
karena itu, terlihat pada Gambar 4.1, untuk dapat meningkatkan kepatuhan konsumsi
TTD pada remaja putri, dapat dilakukan intervensi mulai dari health education dan
policy regulation.
Universitas Indonesia
19
Program tersebut memiliki sasaran primer, yakni remaja putri Sekolah Menengah Atas,
dan sasaran sekunder, yaitu remaja pria, guru, dan wali murid atau keluarga. Setelah
intervensi tersebut dilakukan, diharapkan dapat terbentuk perilaku, gaya hidup, dan
lingkungan yang dapat meningkatkan kepatuhan remaja putri minum TTD. Hingga
nantinya akan tercapai penurunan angka prevalensi anemia pada remaja putri.
Universitas Indonesia
20
educator tidak hanya untuk memberikan informasi mengenai anemia, gizi seimbang dan
tablet tambah darah, tetapi juga sebagai role model dalam berperilaku sehat. Adanya
role model dapat mempengaruhi motivasi remaja dalam melakukan perilaku tertentu,
sehingga peer educator pun mampu memberi dukungan bagi remaja untuk
meningkatkan kepatuhannya mengkonsumsi TTD. Selain itu peer educator juga bisa
menjadi sebagai jembatan siswi kepada guru. Peer educator bisa menjadi penyampai
informasi kepada guru tentang permasalahan yang terjadi di lingkungan siswi.
Selanjutnya, peer educator juga bisa menyampaikan aspirasi siswi kepada guru.
Sebelum masuk ke intervensi pada remaja putri, para peer educator akan diberi
pelatihan dari stakeholders terkait (misalnya Puskesmas, Dinas Kesehatan, dan lain-
lain) untuk dapat meningkatkan kualitasnya baik dari segi hardskill (pengetahuan dan
keterampilan) maupun softskill (leadership, komunikasi interaktif, dan sebagainya).
Setelah itu, tiap peer educator akan menaungi satu kelas dengan dampingan guru wali
kelas, dan bersama-sama menggerakkan remaja putri untuk turut aktif dalam rangkaian
kegiatan program. Setiap seminggu sekali, peer educator akan memantau kepatuhan
konsumsi TTD melalui kartu kontrol dan Buku Catatan Kesehatan. Untuk dapat
menarik minat remaja menjadi seorang peer educator, penulis menggagas bahwa
dibutuhkan kerjasama dengan pihak sekolah dan dinas pendidikan agar mencantumkan
kegiatan yang diikuti oleh peer educator sebagai nilai softskill dalam rapor sekolah yang
diakui baik di tingkat sekolah, daerah/kota, provinsi, hingga nasional. Perlibatan remaja
sebagai peer educator bertujuan menjadikan sebagai subjek pembangunan kesehatan,
sehingga remaja dapat berperan secara aktif, sadar, dan bertanggung jawab dalam
pembangunan kesehatan.
Universitas Indonesia
21
generasi muda dirasa lebih efektif dibandingkan media tradisional seperti leaflet,
buletin, atau majalah (Novaeni et al, 2018; Suratmini, 2019).
a. BESI-ku (Bekal Edukasi Sehat Informatif), yakni berupa gejala dan bahaya
anemia, cara pencegahan anemia, pentingnya konsumsi TTD, hingga tips
sehat zaman ‘now’. Fitur tersebut bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan remaja mengenai anemia dan pencegahannya.
b. I-MinT (Ingat-Minum Tablet Tambah Darah), yakni berupa alarm sebagai
tanda pengingat minum obat. Aplikasi tersebut akan tersambungkan dengan
sistem operasi yang terdapat pada gadget remaja dan akan memberikan
notifikasi rutin setiap minggunya.
Universitas Indonesia
22
b. Tahap persuasion (persuasi): Tahap kedua ini terjadi lebih banyak dalam
tingkat pemikiran calon pengguna. Seseorang akan mengukur keuntungan
yang akan ia dapat jika mengadopsi inovasi tersebut secara personal. Strategi
yang dapat dilakukan adalah memperbanyak testimoni positif mengenai
aplikasi SaPA Remaja, sehingga siswi lainnya tertarik untuke men-download
aplikasi tersebut.
Universitas Indonesia
23
pengadopsian. Maka dari itu, perlu adanya maintenance yang baik dari
aplikasi ini, sehingga pengguna nyaman menggunakan aplikasi ini.
Knowledege
peer educator Confirmation
adalah sebagai Persuasion Decision Implementation Monitoring
pemberi Perbanyak Maintenance Adakan program
informasi testimoni aplikasi agar challenge berkala dan
mengenai positif SaPA pengguna berhadiah terus adakan
SaPA Remaja Remaja tetap nyaman inovasi
kepada siswi program
lainnya
Universitas Indonesia
24
Secara jangka pendek, output yang diharapkan dari program ini adalah
peningkatan kepatuhan minum TTD bagi remaja putri. Jika remaja putri memiliki
kepatuhan minum TTD yang baik maka akan berpangaruh terhadap kadar Hb. Hal
tersebut sejalan dengan penelitian Nofitasari (2017) yang menyatakan bahwa pemberian
TTD secara rutin selama 8 minggu berhubungan dengan peningkatan kadar Hb pada
siswi di Kabupaten Bantul. Sedangkan outcome yang diharapkan adalah program ini
mampu menurunkan prevalensi anemia pada remaja putri. Adapun outcome dan output
program dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut:
Tabel 4.1. Outcome, Output, Indicator, Monitoring, dan Evaluasi Program Inovasi
OUTCOME
OUTCOME EVALUATION DESCRIPTION
INDICATOR
Menurunkan prevalensi Hb remaja putri berada
Pendataan prevalensi kadar Hb
anemia pada remaja pada rentang normal
remaja putri setiap 3 bulan sekali.
putri di sekolah 12-16 g/dl.
OUTPUT
OUTPUT MONITORING DESCRIPTION
INDICATOR
Kolom Pencatatan Pemberian TTD
Meningkatkan cakupan 80% dari total remaja dalam Buku Catatan Kesehatan
program TTD pada putri di Sekolah yang telah ditandatangani oleh
remaja putri Menengah Atas petugas kesehatan, wali kelas, dan
orangtua.
Tabel 4.1. Outcome, Output, Indicator, Monitoring, dan Evaluasi Program Inovasi
(Lanjutan)
OUTPUT
OUTPUT MONITORING DESCRIPTION
INDICATOR
Kartu kontrol minum TTD
Meningkatkan yang ditandatangani oleh
Konsumsi TTD dengan
kepatuhan remaja putri siswi, peer educator, dan guru.
total minimal 54 tablet
dalam mengkonsumsi Kuesioner MMAS-8 (Morisky
dalam 18 bulan.
TTD Medication Adherence Scale-
8).
Universitas Indonesia
25
Universitas Indonesia
26
Universitas Indonesia
4.3.5 Timeline Program
Tabel 4.3 Jadwal Program Inovasi
1 1 1 2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 13 14 16 18 19 21
KEGIATAN 2 5 7 0
PERENCANAAN
Penentuan pemegang program TTD
Penentuan edukator program TTD
Needs Assessment
IMPLEMENTASI
Penentuan peer edukator
Pelatihan peer edukator
Pelantikan peer edukator
Pemberian TTD pada remaja putri
Implementasi edukasi oleh peer edukator
Sosialisasi aplikasi oleh peer edukator
MONITORING DAN EVALUASI
Evaluasi kadar Hb
Laporan kinerja peer edukator
Pre-evaluasi pelatihan peer edukator
Post-evaluasi pelatihan peer edukator
Laporan tingkat kepatuhan suplementasi
TTD oleh peer edukator
Laporan tingkat kepatuhan suplementasi
TTD oleh guru UKS
Laporan evaluasi program
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Alamdo, Y, Surjati I, dan Nurwijayanti. (2014). Alat Pengingat Jadwal Minum Obat dan
Jumlah Sisa Obat untuk Penderita Jantung. TESLA. 16(1): 90-104.
Alfian, R, dan Putra, AMP. (2017).“Pengaruh Penggunaan Aplikasi Digital Pengingat
Minum Obat terhadap Kepatuhan Minum Obat dan Keberhasilan Terapi Pasien
Diabetes Mellitus. Prosiding Seminar Nasional APTFI II. 63-71.
Amelia, F, Nahrin, SN, Permatasari, DA, dan Suryani, F. (2014). Aplikasi Kalender
Minum Obat TBC Berbasis Android. SNIMed. 5: 127-134.
Ameta, D, Mudaliar, K, dan Patel, P. (2015). Medication Reminder and Healthcare-An
Android Application. IJMPICT. 6(2): 39-48.
Arisman. (2010). Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Bappenas RI. (2012). Kerangka Kebijakan: Gerakan Sadar Gizi dalam Rangka Seribu
Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK). Jakarta: Badan Perencanaan dan
Pembangunan Nasional.
Fitriana, F, dan Pramardika, D. (2019). Evaluasi Program Tablet Tambah Darah pada
Remaja Putri. MPPKI. 2(3): 200-207
Ghasemi, V, Simbar, M, Fakari, FR, Naz, MSG, Kiani, Z. (2019). The Effect of Peer
Education on Health Promotion of Iranian Adolescents: A Systematic Review. Int J
Pediatr. 7(3): 9139-9157.
Green, LW, dan Kreuter, MW. (2005). Health Program Planning: An Educational and
Ecological Approach (4th ed.). Boston: McGraw-Hill.
Hamranani, S. (2019). Hubungan pengetahuan dan sikap dengan kepatuhan minum
tablet Fe pada remaja putri kelas x di SMK N 1 Klaten. Tugas Akhir. Stikes
Muhamadiyah.
Kementrian Kesehatan RI. (2017). Profil Kesehatan RI. Diakses pada tanggal 11
Desember 2019 pada
https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-
indonesia/PROFIL_KESEHATAN_2018_1.pdf.
Kementerian Kesehatan RI. (2018). Hasil Utama Riset Kesehatan Dasar tahun 2018.
Jakarta: Kementrian Kesehatan.
Universitas Indonesia
29
Nuradhiani, Annisa, Briawan1, Dodik, & Dwiriani, Cesilia Meti. (2018). Dukungan
Guru Meningkatkan Kepatuhan Konsumsi Tablet Tambah Darah Pada Remaja Putri
di Kota Bogor. Jurnal Gizi Pangan. 12(3): 153-160.
Nurudin. (2007). Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Nutland, W, dan Cragg, L. (2015). Health Promotion Practice. Berkshire: Open
University Press.
Permatasari, Tyas, Briawan Dodik, & Madanijah, Siti. (2018). Efektivitas Program
Suplementasi Zat Besi pada Remaja Putri di Kota Bogor. Jurnal MKMI, 14(1):
Putri, Retno Desita., Simanjuntak, Betty Yosephin., & Kusdalinah. 2017. Pengetahuan
Gizi, Pola Makan, dan Kepatuhan Konsumsi Tablet Tambah Darah dengan Kejadian
Anemia Remaja Putri. Jurnal Kesehatan, Volume VIII, Nomor 3, November 2017,
hlm 404-409.
Rofi’ah, S, Widatiningsih S, dan Vitaningrum, D. 2017. “Efektivitas Pendidikan
Kesehatan Metode Peer Group terhadap Tingkat Pengetahuan dan Sikap Personal
Hygiene saat Menstruasi”. Jurnal Limbah Bidan. 1(2): 31-36.
Rogers EM. Diffusion of Innovation. London: The Free Press; 1983.
Sari, HP, Dardjito, E, dan Anandari, D. 2016. “Anemia Gizi Besi pada Remaja Putri di
Wilayah Kabupaten Banyumas”. Jurnal Kesmas Indonesia. 8(1): 16-31.
Scott S, McGuire J. Using Diffusion of Innovation Theory to Promote Universally
Designed College Instruction. Int J Teach Learn High Edu. 2017;29.
Sunita, MS. 2011. “Gizi Seimbang dalam Daur Kehidupan”. Gramedia Pustaka Utama:
Jakarta.
Suratmini, D, dan Afriani, T. 2019. “Pemanfaatan Deteksi Stres Remaja yang Efektif
dan Efisien Melalui Aplikasi: Systematic Review”. Jurnal Keperawatan Respati
Yogyakarta. 6(1): 542-547.
V. Sajna M. & Jacob, Shefaly Ann. 2017. Adherence to weekly iron and folic acid
supplementation among the school students of Thrissur corporation – a cross
sectional study. International Journal of Community Medicine and Public Health.
May 2017. Vol 4 . Issue 5.
Universitas Indonesia
30
Universitas Indonesia