Disusun Oleh:
Dr. Saereza Mufti Aulia Illahi
Pembimbing:
Dr. Magda Mariana Batubara
1
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.
Puji Syukur kita panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah memberikan nikmat islam, iman,
dan ikhsan sehingga kami dapat menyelesaikan presentasi kasus yang berjudul “Evaluasi
Program Gizi Pada Jumlah Bayi yang Ditimbang per Sasaran (D/S) Puskesmas Pulogebang
Januari-Desember 2020 ” ini tepat pada waktunya.
Terima kasih penulis ucapkan kepada dr. Magda Mariana Batubara , pembimbing
Puskesmas Kelurahan Pulogebang , yang telah memberi kesempatan dan waktu beliau untuk
menjadi pembimbing dalam menyelesaikan studi kasus ini. Penulis menyadari bahwa
makalah studi kasus ini masih ada beberapa kekurangan. Kritik dan saran yang membangun
kami harapkan dari semua pihak demi kesempurnaan makalah studi kasus ini. Demikian
semoga makalah studi kasus ini dapat bermanfaat.
Jakarta , September
2021
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
LATAR BELAKANG
4
berat badan menurut umur. Dengan penimbangan bulanan ini diharapkan gangguan
pertumbuhan setiap anak dapat diketahui lebih awal sehingga dapat ditanggulangi secara
cepat dan tepat. Pemantauan pertumbuhan perlu ditingkatkan perannya dalam tindak
kewaspadaan untuk mencegah memburuknya keadaan gizi balita.
Selama pandemic Covid 19 , semua kegiatan dibatasi selama pengadaan PPKM.
Dengan demikian, banyak warga masyarakat yang merasa takut untuk memeriksakan diri
ke puskesmas. Berbagai program kesehatan masyarakat seperti program Posyandu,
kurang berjalan karena tutup . Hal ini mempengaruhi terjadinya penurunan jumlah
kunjungan kehamilan, pelayanan kesehatan bagi bayi, anak dibawah umur lima tahun
(balita0 sertab jumlah bayi ditimbang per sasaran (D/S) di Indonesia , khususnya di
Puskesmas Pulogebang. Oleh karena itu, hal ini mempengaruhi kunjungan layangan
kesehatan ibu dan ana terutama layanan pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK),
dikhawatirkan akan membawa dampak negatif bagi pencapaian target pemerintah. (Profil
Kesehatan Ibu dan Anak 2020).
Berdasarkan data yang didapatkan di Puskesmas Pulogebang pada tahun 2020 , pada
balita ditimbang berat badanyya dari bulan Januari hingga Februari memenuhi target
puskesmas yaitu 80 %. Namun pada bulan Maret hingga Juni 2020 , tidak ada pasien
yang dapat ditimbang serta pada bulan berikutnya dari bulan Juli-September 2020
cakupan bayi yang ditimbang berat badannya hanya 5,2 persen , jauh lebih rendah dari
target puskesmas yang menargetkan 50,4-60,4 persen. Hal ini mempengaruhi jumlah
balita yang ditimbang naik berat badannya juga berkurang dari target seharusnya adalah
76 % dan hasilnya 6,3 -20 persen.
Percepatan penurunan stunting merupakan salah satu fokus pemerintah di bidang
kesehatan. Hal ini sejalan dengan target global sebagaimana terdapat dalam Sustainable
Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) serta Global
Nutrition Target 2025. Pada target 2.2 dari TPB disebutkan bahwa pada tahun 2030
menghilankan segala bwntuk kekurangan gizi termasuk pada tahun 2025 mencapai target
yang disepakati secara internasional untuk anak pendek dan kurus dibawah umur 5 tahun
dan memenuhi gizi remaja perempuan , ibu hamil menyusui , serta manula. Adapun pada
Global Nutrition Target 2025, diharapkan pada tahun 2025 terjadi penurunan angka
stunting sebesar 40,00 persen.
5
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang ingin digali dari penelitian ini adalah alternatif masalah seperti
apa yang dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam meningkatkan pencapaian
balita yang ditimbang yang masih dibawah 10 % menjadi sesuai target yaitu 40-60%
selama Pandemi Covid 19?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan dari evaluasi program ini adalah untuk meningkatkan
penimbangan ballita ke Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan
Pulogebang
1.4 Manfaat
a. Bagi Mahasiswa
Mengetahui sistem manajemen puskesmas secara keseluruhan.
6
b. Bagi Puskesmas
Membantu Puskesmas untuk mengetahui pencapaian yang belum maksimal.
c. Bagi Masyarakat
Manfaat evaluasi ini bagi masyarakat adalah meningkatkan kunjungan balita ke
Posyandu untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat kelurahan Pulogebang,
terutama tumbuh kembang balita.
7
BAB II
PROFIL PUSKESMAS PULOGEBANG
Batas Wilayah
Utara : Kelurahan Cakung Barat, Cakung Timur dan Ujung Menteng
Timur : Kelurahan Pondok Kopi, Kecamatan Duren Sawit
Selatan : Kabupaten Bekasi
Barat : Kelurahan Penggilingan
8
Terdapat beberapa kantor pemerintahan dan fasilitas umum di Kelurahan Pulo Gebang
diantaranya:
9
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
10
Ciri-Ciri Pertumbuhan
11
Ciri-Ciri Perkembangan
Perkembangan merupakan sederetan perubahan fungsi organ tubuh
yang berkelanjutan, teratur dan saling terkait. Seperti pertumbuhan,
perkembangan pun mempunyai ciri – ciri tertentu sebagai suatu pola yang
tetap walaupun variasinya sangat luas.
Perkembangan terjadi secara simultan dengan pertumbuhan.
Perkembangan merupakan hasil interaksi kematangan susunan saraf pusat
dengan organ yang dipengaruhinya, antara lain meliputi perkembangan sistem
neuromuskuler, bicara, emosi dan sosial. Semua fungsi tersebut berperan
penting dalam kehidupan manusia yang utuh. Ciri – ciri perkembangan adalah:
- Perkembangan melibatkan perubahan
Karena perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan,
maka setiap pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi.
Perkembangan sistem produksi misalnya, disertai dengan perubahan pada
organ tubuh tertentu.
- Perkembangan awal menentukan pertumbuhan selanjutnya
Seseorang tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan
sebelum ia melewati tahapan sebelumnya. Sebagai contoh, seorang anak
tidak akan bisa berjalan sebelum ia bisa berdiri. Karena itu perkembangan
awal ini merupakan masa kritis karena akan menentukan perkembangan
selanjutnya.
- Perkembangan memiliki tahap yang berurutan :
Tahap ini dilalui seorang anak mengikuti pola yang teratur dan
berurutan, tahap – tahap tersebut tidak bisa terjadi terbalik, misalnya anak
terlebih dahulu mampu membuat lingkaran sebelum mampu membuat
gambar kotak, berdiri sebelum berjalan dan sebagainya.
- Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan
Pada saat pertumbuhan berlangsung cepat, perkembangan pun
demikian, terjadi peningkatan mental, ingatan, daya nalar, asosiasi dan lain
– lain.
12
Status Gizi
Pertumbuhan anak diakui secara internasional sebagai indikator
penting dari status gizi dan kesehatan di suatu populasi. Status gizi dengan
pengukuran antropometri adalah metode yang dianjurkan oleh WHO,
berupa penilaian standar grafik bertumbuhan berdasarkan panjang atau
tinggi badan menurut umur, berat badan menurut umur, berat menurut
panjang, berat menurut tinggi dan IMT menurut umur. Pertumbuhan anak
juga dapat dinilai dengan proporsi tubuh, maturasi skelet (bone age),
perkembangan gigi, pertumbuhan fisiologi dan struktur tubuh.3
Status gizi anak balita diukur berdasarkan umur, berat badan (BB)
dan tinggi badan (TB). Berat badan anak balita ditimbang menggunakan
timbangan digital yang memiliki presisi 0,1 kg, panjang atau tinggi badan
diukur menggunakan alat ukur panjang/tinggi dengan presisi 0,1 cm.
Variabel BB dan TB/PB anak balita disajikan dalam bentuk tiga indeks
antropometri, yaitu BB/U, TB/U, dan BB/TB.5
Untuk menilai status gizi anak balita, maka angka berat badan dan
tinggi badan setiap anak balita dikonversikan ke dalam nilai terstandar
(Zscore) menggunakan baku antropometri anak balita WHO 2005.
Selanjutnya berdasarkan nilai Zscore dari masing-masing indikator
tersebut ditentukan status gizi anak balita dengan batasan sebagai berikut :3
13
- Kurus :Zscore ≥ -3,0 s/d Zscore < -2,0
- Normal :Zscore ≥ -2,0 s/d Zscore ≤ 2,0
- Gemuk :Zscore > 2,0
14
b. Tingkatan Pengetahuan Ibu tentang Gizi.
Suatu hal yang meyakinkan tentang pentingnya pengetahuan
gizi didasarkan pada tiga kenyataan yaitu:
Status gizi cukup adalah penting bagi kesehatan dan kesejahteraan.
Setiap orang hanya akan cukup gizi jika makanan yang dimakannya
mampumenyediakan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan tubuh
yang optimal.
Ilmu gizi memberikan fakta-fakta yang perlu sehingga penduduk dapat
belajarmenggunakan pangan dengan baik bagi perbaikan gizi.
Pengetahuan gizi yang baik akan menyebabkan seseorang mampu
menyusun menu yang baik untuk dikonsumsi. Semakin banyak
pengetahuan gizi seseorang,makaia akan semakin memperhitungkan jenis
dan jumlah makanan yang diperolehnya untuk dikonsumsi.
Pengetahuan gizi yang dimaksud disini termasuk pengetahuan
tentang penilaianstatus gizi balita. Dengan demikian ibu bias lebih bijak
menanggapi tentang masalahyang berkaitan dengan gangguan status gizi
balita.
15
mengambil tindakan secepatnya. Tingkat pendidikan ibu banyak
menentukan sikap dan tindak-tanduk menghadapi berbagai masalah,
missal memintakan vaksinasi untuk anaknya, memberikan oralit waktu
diare, atau kesediaan menjadi peserta KB. Anak-anak dari ibu yang
mempunyai latar pendidikan lebih tinggi akan mendapat kesempatan hidup
serta tumbuh lebih baik. Keterbukaan mereka untuk menerima perubahan
atau hal baru guna pemeliharaan kesehatan anak maupun salah satu
penjelasannya
16
gizi perseorangan dan masyarakat, antara lain melalui perbaikan pola
konsumsi makanan, perbaikan perilaku sadar gizi, dan peningkatan akses dan
mutu pelayanan gizi dan kesehatan sesuai dengan kemajuan ilmu dan
teknologi. Upaya perbaikan gizi dilaksanakan secara bertahap dan
berkesinambungan sesuai dengan pentahapan dan prioritas pembangunan
nasional. Sasaran jangka panjang yang ingin dicapai adalah bahwa masalah
gizi tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat, berdasarkan ukuran-ukuran
universal yang telah disepakati. 2
Untuk mencapai sasaran RPJMN 2020-2024 bidang kesehatan,
Kementerian Kesehatan telah menetapkan Rencana Strategis Kementerian
Kesehatan 2020-2024, yang memuat indikator keluaran yang harus dicapai,
kebijakan dan strategi Kementerian Kesehatan. Di bidang perbaikan gizi telah
ditetapkan 8 indikator keluaran setiap tahun sebagai berikut:
a) Percepatan penurunan stunting dengan peningkatan efektivitas
intervensi spesifik perluasan dan penajaman intervensi sensitif secara
terintegrasi sampai tingkat desa
b) Peningkatan cakupan dan mutu intervensi spesifik mulai dari remaja,
ibu hamil, bayi, da anak balita
c) Penguatan kampanye nasional dan strategi komunikasi untuk
perubahan perilaku sampai pada keluarga
d) Penguatan puskemas dalam penanganan balita gizi buruk dan wasting
e) Penguatan sistem surveilans gizi melalui e-PPGBM
f) Pendampingan ibu hamil untuk menjamin asupan gizi yang berkualitas
g) Pendampingan baduta untuk mendapatkan ASI eksklusif, makanan
pendamping ASI, dan stimulasi perkembangan yang adekuat
h) Respon cepat perbaikan gizi dalam kondisi darurat
17
Sumber: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2020-
2024
Tujuan
Tujuan dari pembinaan gizi adalah meningkatkan kesadaran gizi
keluarga dan masyarakat dalam upaya meningkatkan status gizi masyarakat
terutama pada ibu hamil, bayi, dan balita serta usia produktif.
18
b. Bayi 0 – 6 bulan mendapat ASI Ekslusif
c. Ibu hamil mendapat Fe 90 tablet
d. Rumah Tangga yang mengonsumsi garam beriodium
e. Penyediaan bufferstock MP-ASI untuk gizi darurat
f. Kabupaten dan Kota melaksanakan surveilans gizi
Target Kegiatan :
Sesuai dengan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2014
terdapat 8 (delapan) sasaran keluaran Pembinaan Gizi Masyarkat sebagai
berikut:
1. 85 % balita yang ditimbang berat badannya (D/S)
2. 100 % gizi buruk yang mendapat perawatan
3. 80 % bayi 0-6 bulan yang mendapat ASI Eksklusif
4. 90 % rumah tangga mengonsumsi garam beryodium
5. 85 % balita usia 6-59 bulan mendapat Kapsul Vitamin A
6. 95 % ibu hamil yang mendapat 90 tablet besi
7. 100 % kabupaten/kota yang melaksanakan surveilan gizi
8. 100 % penyediaan buffer stock MP-ASI untuk daerah bencana
19
3. Meningkatnya pencegahan dan pengendalian penyakit serta
pengelolaan kedaruratan Kesehatan masyarakat.
4. Meningkatnya akses , kemandirian dan mutu kefarmasian dan alat
kesehatan.
5. Meningkatnya pemenuhan SDM Kesehatan dan kompetensi sesuai
standar.
6. Terjaminnya pembiiayaan kesehatan
7. Meningkatnya sinergisme pusat dan daerah serta meningkatnya tata
Kelola pemerintahan yang baik dan bersih.
8. Meningkatnya efektivitas pengelolaan litbangkes dan system
informasi kesehatan untuk pengambilan keputusan.
20
Berikut juga dijabarkan mengenai Indikator Sasaran Strategis Kementerian
Kesehatan 2020-2024:
1. Persentase bumil KEK dari 17,3% menjadi 10%
2. Persentase persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan 95%
3. Jumlah kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan ibu
dan bayi baru lahir sebanyak 514 kabupaten/kota
4. Persentase balita stunting dari 27,7% menjadi 14%
5. Persentase bayi kurang dari 6 bulan mendapat ASI eksklusif sebesar 60%
6. Persentase kabupaten/kota melaksanakan pembinaan posyandu aktif dari
51% menjadi 100%
7. Persentase kabupaten/kota yang menerapkan kebijakan gerakan masyarakat
hidup sehat sebesar 50%
8. 100% kabupaten/kota menerapkan kebijakan KTR (Jumlah 514)
9. kabupaten/kota sehat sebanyak 420 kabupaten/kota.
3.3. Posyandu
Pengertian Posyandu
Pos pelayanan terpadu atau yang lebih dikenal dengan sebutan
posyandu, yaitu salah satu bentuk upaya pelayanan kesehatan yang
dilaksanakan oleh, dari, dan bersama masyarakat untuk memberdayakan dan
memberikan kemudahan kepada masyarakat guna memperoleh pelayanan
kesehatan bagi ibu dan balita. Kegiatan Posyandu terdiri dari kegiatan utama
mencakup lima program prioritas yaitu : KB, Gizi, KIA, Imunisasi dan
Penanggulangan diare.1
Tujuan penyelenggaraan posyandu menurut Depkes yaitu :
a. Mempercepat penurunan angka kematian bayi (AKB), anak balita
dan angka kelahiran.
b. Mempercepat penerimaan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan
Sejahtera ( NKKBS).
c. Meningkatkan ketrampilan masyarakat untuk mengembangkan
kegiatan-kegiatan kesehatan dan lainnya yang menunjang sesuai
dengan kebutuhan.
d. Meningkatkan daya jangkau pelayanan kesehatan.
21
Posyandu merupakan perpanjangan tangan puskesmas yang
memberikan pelayanan dan pemantauan kesehatan yang dilaksanakan secara
terpadu. Kegiatan posyandu dilakukan oleh dan untuk masyarakat. Posyandu
sebagai wadah peran serta masyarakat yang menyelenggarakan sistem
pelayanan pemenuhan kebutuhan dasar, peningkatan kualitas manusia, secara
empirik telah dapat memeratakan pelayanan tentang kesehatan. Kegiatan
tersebut meliputi pelayanan informasi, pendidikan gizi masyarakat serta
pelayanan kesehatan ibu dan anak. Peran serta posyandu sangat penting karena
posyandu sebagai wahana pelayanan berbagai program guna meningkatkan
derajat kesehatan serta melihat kemunduran kinerja posyandu.
Revitalisasi posyandu adalah supaya pemberdayaan posyandu untuk
mengurangi dampak krisis ekonomi terhadap penurunan status gizi dan
kesehatan ibu dan anak, yang bertujuan untuk meningkatkan fungsi kerja dan
kinerja posyandu, pelaksanaannya diselenggarakan dengan dukungan lembaga
kesehatan masyarakat desa, tim penggerak pembinaan kesejahteraan keluarga,
lembaga swadaya masyarakat, sektor swasta, sektor terkait serta lembaga
otonom yang berminat (Ulfah, 2005).
Kegiatan Posyandu
Pada hakekatnya di posyandu diselenggarakan upaya kesehatan yang
bersifat promotif dan preventif atas dasar-dasar dari masyarakat, oleh
masyarakat sebagian besar pelayanan dalam posyandu dilakukan oleh kader
pada waktu-waktu hari buka posyandu, sebulan sekali. Hari buka posyandu
diatur atas dasar kesepakatan antara masyarakat kader dan petugas disesuaikan
menurut kemampuan dan kesempatan yang ada. Apabila diperlukan, hari buka
Posyandu dapat lebih dari satu kali dalam sebulan.
Tugas kader pada hari buka posyandu disebut juga dengan tugas
pelayanan 5 meja, meliputi:
1. Meja 1 adalah meja untuk pendaftaran. Di meja ini kader bertugas
menuliskan nama balita pada KMS yang baru dan lengkap bagi bayi dan
balita yang belum mempunyai KMS.
22
2. Meja ke 2 adalah penimbangan, di meja ini kader bertugas menimbang
anak dan mencatat beratnya pada secarik kertas yang akan dipindahkan
pada KMS.
3. Meja ke 3 adalah pencatatan. Di meja ini dilakukan pencatatan satu dengan
membubuhkan titik pada titik KMS anak sesuai dengan berat badan anak
pada bulan tersebut seperti tercantum pada kertas.
4. Meja ke 4 adalah menjelaskan data KMS atau keadaan anak berdasarkan
data kenaikan berat badan yang digambarkan dalam grafik KMS kepada
ibu dari anak yang bersangkutan dan memberikan penyuluhan kepada
setiap ibu dengan mengacu pada data KMS anaknya atau dari hasil
pengamatan mengenai masalah yang dialami sasaran.
5. Meja ke 5 merupakan kegiatan pelayanan sektor yang biasanya dilakukan
oleh petugas kesehatan. Pelayanan yang diberikan antara lain: Pelayanan
imunisasi, pelayanan keluarga berencana, pengobatan pemberian pil,
vitamin A.
1. Pendidikan
Tingkat pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan formal.
Pendidikan dalam arti formal sebenarnya adalah suatu proses penyampaian
bahan atau materi pendidikan oleh pendidik kepada sasaran pendidikan (anak
didik) guna mencapai perubahan tingkah laku (tujuan). Karena pendidikan itu
adalah suatu proses maka dengan sendirinya mempunyai masukan dan
keluaran. Masukan proses pendidikan adalah sasaran pendidikan atau anak
didik yang mempunyai karakteristik. Sedangkan keluaran pendidikan adalah
tenaga atau lulusan yang mempunyai kualifikasi tertentu yang sesuai dengan
tujuan pendidikan institusi yang bersangkutan. (Notoatmodjo, 2003).
Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang penting dalam tumbuh
kembang anak, karena dengan pendidikan yang baik, maka orang tua dapat
menerima segala informasi dari luar terutama tentang cara pengasuhan anak
yang baik, bagaimana menjaga kesehatan anaknya, pendidikannya dan
sebagainya (Soetjiningsih, 1998) Hasil studi kuantitatif yang dilakukan Pusat
Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Depkes RI dan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia yang dikutip oleh Soeryoto dalam Gultom
(2010), menyatakan faktor pendidikan ibu balita yang baik akan mendorong
ibu-ibu balita untuk membawa anaknya ke posyandu.
2. Pekerjaan
Pekerjaan adalah kegiatan atau aktivitas utama yang dilakukan secara rutin
sebagai upaya untuk membiayai keluarga serta menunjang kebutuhan rumah
tangga. Salah satu alasan yang paling sering dikemukakan bila ibu tidak
membawa balitanya ke posyandu adalah karena mereka harus bekerja. Hasil
penelitian Pardede (2010) menyatakan bahwa penggunaan posyandu terkait
dengan status pekerjaan ibu. Ibu balita yang mempunyai pekerjaan tetap akan
memengaruhi kesempatan untuk menimbangkan anaknya ke posyandu. Dari
hasil pengamatan di lapangan oleh Gultom (2010), terlihat adanya perbedaan
24
dalam penimbangan balita di posyandu antara responden yang bekerja dengan
yang tidak bekerja (termasuk ibu rumah tangga). Berdasarkan hasil
pengamatan ditemukan bahwa bekerja menyebabkan ibu balita tidak
membawa balitanya ke posyandu untuk ditimbang, hal ini kemungkinan
karena posyandu diselenggarakan mulai jam 09.00 hingga 12.00 pada hari
kerja.
3. Pengetahuan
Pengetahuan dalam Notoatmodjo (2007) adalah hasil 'tahu' dan ini terjadi
setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Pengetahuan ibu balita
yang baik mengenai posyandu tentunya akan terkait dengan cakupan
penimbangan balita. Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif
mempunyai enam tingkat, yakni:
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu mated yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari
atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, 'tahu' ini merupakan
tingkat pengetahuan yang paling rendah.
2. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi tersebut
secara benar.
3. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenamya). Apiikasi di sini dapat
diartikan apiikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan
sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
25
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur
organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain, sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi
baru dari formulasi-formulasi yang ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu
berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-
kriteria yang telah ada. 4. Sikap Sikap merupakan reaksi atau respons
seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi
sikap itu tidak dapat dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari
perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya
kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari
merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap
belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan
predisposisi tindakan suatu perilaku (Notoatmodjo, 2003). Seperti halnya
pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan, yakni:
1. Menerima (Receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (objek).
2. Merespons (Responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
3. Menghargai (Valuing)
26
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan
orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
5. Kehadiran
Kader Posyandu Kader merupakan motor penggerak kegiatan
posyandu. Kader Kesehatan juga promoter kesehatan desa (promkes)
adalah tenaga sukarela yang dipilih oleh masyarakat. Kader Posyandu
sebagai kader pembangunan kesehatan didesa, dalam pelayanan di
posyandu mempunyai peran sejak persiapan pelayanan sebelum hari
pelaksanan (Suparyanto, 2011). Kehadiran Kader Posyandu sangat
menentukan berjalannya kegiatan pelayanan kesehatan posyandu seperti
mengingatkan/mengajak ibu untuk penimbangan balita ke posyandu,
menjelaskan hasil penimbangan, memberikan penyuluhan sesuai dengan
hasil dari penimbangan.
6. Jarak Posyandu
Akses geografis di maksudkan pada faktor yang berhubungan dengan
tempat yang memfasilitasi atau yang menghambat pemanfaatannya, ini
adalah hubungan antara lokasi suplai dan lokasi dari masyarakat yang dapat
diukur dengan jarak waktu tempuh, pemakaian pelayanan preventif lebih
banyak di hubungkan dengan akses geografis, dari pada pemakaian
pelayanan kuratif (Muninjaya, 2004) Lawrence Green dalam Notoatmodjo
(2003) yang menyatakan bahwa faktor lingkungan fisik/letak geografis
berpengaruh terhadap perilaku seseorang/masyarakat terhadap kesehatan.
Jarak antara tempat tinggal dengan posyandu sangat mempengaruhi ibu
untuk hadir atau berpartisipasi dalam kegiatan posyandu. Adin (2011)
mengungkapkan bahwa dari beberapa alasan yang sering dikemukakan ibu
yang tidak datang ke posyandu salah satunya adalah faktor geografi,
dimana letak dan kondisi geografis wilayah tersebut. Kondisi geografis
diantaranya jarak dan kondisi jalan ke tempat pelayanan kesehatan sangat
27
berpengaruh terhadap keaktifan membawa balitanya ke posyandu. Hanafiah
membuktikan terdapat pengaruh secara signifikan persepsi ibu balita (jarak
posyandu dengan tempat tinggal responden) terhadap pemanfaatan
posyandu di Desa Matang Tepah Kecamatan Bendahara Kabupaten Aceh
Tamiang.
7. Kelengkapan
Peralatan Posyandu Peralatan posyandu merupakan semua alat yang
digunakan dalam pelaksanaan posyandu baik peralatan yang digunakan
untuk mengukur status gizi maupun peralatan yang digunakan sebagai
penunjang lancarnya pelaksanaan posyandu yaitu: ketersediaan alat-alat
penunjang lainnya seperti timbangan bayi/balita, timbangan dewasa, alat
pengukur tinggi/panjang badan, KMS untuk mencatat hasil penimbangan
(Angkat,2010). Menurut Puspasari (2002) untuk kelancaran kegiatan
posyandu selain diperlukan tempat yang memadai juga harus didukung oleh
ketersediaan alat-alat penunjang lainnya seperti timbangan bayi/balita,
timbangan dewasa, alat pengukur tinggi/panjang badan, KMS untuk
mencatat hasil penimbangan. Dari hasil observasi dan data yang
dikumpulkan sebanyak 54,5% posyandu yang belum memiliki sarana yang
memadai di posyandu Kota Sabang Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam
Tahun 2002. Keberhasilan posyandu sangat ditentukan ketersediaan
sarana/peralatan yang memadai. Pada umumnya permasalahan yang
dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan posyandu adalah partisipasi pengguna
posyandu masih rendah, peralatan di posyandu belum memadai. Angkat
(2010) dari hasil penelitian menunjukkan bahwa kelengkapan peralatan
posyandu di Desa Penanggalan Kecamatan Penanggalan Kota
Subulussalam masih tidak lengkap. Masih banyak ibu-ibu yang mempunyai
anak balita khususnya anak berusia 36 bulan keatas mengatakan malas
membawa anaknya ke posyandu karena di posyandu tidak tersedia
timbangan injak untuk anaknya karena anaknya tidak mau ditimbang
dengan menggunakan timbangan dacin karena anak balita takut, terbukti
saat ditimbang anak menangis
28
8. Sikap Kader
Kader merupakan motor penggerak kegiatan posyandu. Kader
Kesehatan juga promotor kesehatan desa (promkes) adalah tenaga sukarela
yang dipilih oleh masyarakat. Kader Posyandu sebagai kader pembangunan
kesehatan didesa, dalam Universitas Sumatera Utara pelayanan di
posyandmempunyai peran sejak persiapan pelayanan sebelum hari
pelaksanan (Suparyanto, 2011). Hasil penelitian Angkat (2010)
menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara dukungan dari kader
dengan tingkat partisipasi ibu menimbangkan anaknya ke posyandu. Bahwa
ibu yang mendapat dukungan dari kader terlihat dari partisipasi ibu
menimbangkan balita cukup baik.
9. Sikap Keluarga
Sikap keluarga terdekat/suami, ibu atau pengasuh balita akan aktif ke
posyandu jika ada dorongan dari keluarga terdekat. Sikap keluarga yang
mendukung ibu untuk aktif ke posyandu sangat berperan dalam memelihara
dan mempertahankan status gizi balita yang optimal. Keluarga merupakan
system dasar dimana perilaku sehat dan perawatan kesehatan diatur,
dilaksanakan, dan diamankan, keluarga memberikan perawatan kesehatan
yang bersifat preventif dan secara bersama-sama merawat anggota
keluarga. Keluarga mempunyai tanggung jawab utama untuk memulai dan
mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh para professional
perawatan kesehatan.(Adin, 2011) Hasil penelitian Angkat (2010)
menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara dukungan dari keluarga
ibu dengan tingkat partisipasi ibu menimbangkan anaknya ke posyandu.
Bahwa ibu yang mendapat dukungan dari keluarga terlihat dari partisipasi
ibu menimbangkan balita sudah cukup baik.7
29
BAB IV
EVALUASI PROGRAM
4.1. Gambaran Umum Program Pembinaan Gizi Masyarakat
Berjalannya layanan posyandu ini di dukung oleh kader posyandu yang siap
berperan serta didalam layanan kesehatan khususnya penimbanganberat badan balita
diposyandu sedangkan persepsi yang positif sendiri wajib dimiliki oleh setiap kader
sehingga layanan kesehatan ini dapat berjalan dengan maksimal. Kurangya persepsi
kader terkait pentingnya penimbangan berat badan balita menjadi hal yang fatal ketika
layanan kesehatan ini sedang berlangsung, baik tidaknya persepsi-persepsi kader ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu internal dan eksternal. Rendahnya partisipasi
kader berdampak pada rendahnya kesadaran masyarakat untuk datang dalam kegiatan
pemantauan tingkat status gizi anak, ibu hamil dan menyusui, yang pada akhirnya
tidak dapat memenuhi kebutuhan data perkembangan status gizi anak balita di
posyandu.
Selama pandemic Covid 19 , semua kegiatan dibatasi selama pengadaan PPKM.
Dengan demikian, banyak warga masyarakat yang merasa takut untuk memeriksakan
diri ke puskesmas. Berbagai program kesehatan masyarakat seperti program
Posyandu, kurang berjalan karena tutup . Hal ini mempengaruhi terjadinya penurunan
jumlah kunjungan kehamilan, pelayanan kesehatan bagi bayi, anak dibawah umur
lima tahun (balita0 sertab jumlah bayi ditimbang per sasaran (D/S) di Indonesia ,
khususnya di Puskesmas Pulogebang. Oleh karena itu, hal ini mempengaruhi
kunjungan layangan kesehatan ibu dan ana terutama layanan pada 1000 Hari Pertama
Kehidupan (HPK), dikhawatirkan akan membawa dampak negatif bagi pencapaian
target pemerintah. (Profil Kesehatan Ibu dan Anak 2020).
30
Berdasarkan data yang didapatkan di Puskesmas Pulogebang pada tahun
2020 , pada balita ditimbang berat badanyya dari bulan Januari hingga Februari
memenuhi target puskesmas yaitu 80 %. Namun pada bulan Maret hingga Juni 2020 ,
tidak ada pasien yang dapat ditimbang serta pada bulan berikutnya dari bulan Juli-
September 2020 cakupan bayi yang ditimbang ebrat badannya hanya 5,2 % , jauh
lebih rendah dari target puskesmas yang menargetkan 50,4-60,4 persen. Hal ini
mempengaruhi jumlah baliyta yang ditimbang naik berat badannya juga berkurang
dari target seharusnya adalah 76 % dan hasilnya 6,3 -20 persen. Akibatnya, jumlah
sasaran pasien yang terdiagnosis gizi kurang dengan skrining balita juga menurun.
Rendahnya
angka D/S 4 4 2 3 3 288
Posyandu
Cakupan ASI
2 2 4 4 3 192
Eksklusif
Cakupan Vitamin
2 3 2 1 1 12
A
Kunjungan Poli
3 4 1 2 2 48
Gizi
31
INPUT KELEBIHAN KEKURANGAN
MAN Terdapat satu petugas Beban kerja dan
program pemantauan status pemegang program
(Tenaga Kerja)
gizI balita di wilayah pekerjaan yang
puskesmas kelurahan merangkap
Pulogebang
Pada saat pergantian
Terdapat kader Posyandu kader , harus dilakukan
untuk tiap RW operan program gizi ke
suksesor kader dengan
SOP yang sama.
Dalam operasionalnya
kader baru bergerak
Ketika dana DAK dan
BLUD kelurahan turun
MONEY Tidak dipungut pembiayaan - Dimasa pandemi ini
dari setiap kegiatan pembiayaan untuk
(Pembiayaan) pengadaan kegiatan
Pembiayaan berasal dari
Kelurahan Pulogebang , SPJ posyandu juga
dan dana DAK berkurang dan tidak
rutin turun tiap bulan
32
gizi dan penyuluhan online yang kurang karena
terkendala waktu dan
kegiatan sehari-hari
Terdapar pelayanan
pemantauan
pertumbuhan di
33
Posyandu.
CONTROLLING Pengawasan dan Kurangnya monitoring,
evaluasi terhadap evaluasi dan follow up bagi
kinerja kader ibu yang memiliki balita untuk
Posyandu sudah melakukan penimbangan berat
diterapkan dengan badan selama Pandemi Covid
baik. 19 doi PAUD maupun di
Posyandu
Pencatatan dan
pelaporan
dilaksanakan rutin
setiap bulan.
Dilakukan evaluasi
setiap bulan.
Terdapat aturan
pencatatan yang baku
Lingkungan Terdapat Posyandu di Kurangnya pengawasan terhadap
(Fisik) setiap RW keluarga sadar gizi pada balita
yang terdapat di bawah garis
kuning dan merah pada KMS
selama masa Pandemi
Kurangnya pengetahuan
(Non Fisik) masyarakat tentang pentingnya
pemantauan status gizi balita
Sebagian masyarakat pendatang
tidak mengetahui adanya posyandu
di sekitar tempat tinggal mereka.
Kurangnya edukasi mengenai
pentingnya pengukuran berat
badan balita kepada orang tua
34
- C : Kontribusi penyebab masalah (contribution)
- T : Kelayakan teknologi Iptek (Technical feasibility)
- R : Ketersediaan sumber daya (Resources availability)
-
Dari tabel diatas didapatkan kesimpulan penyebab masalah adalah
Keterangan :
M = magnitude
I = importancy
35
V = venerability
C = cost
M × I ×V
Cara penyelesaian P =
C
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
5.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
INPUT
1. Men
2. Dana
3. Metode Program
4. Material / Sarana
5. Waktu
PROSES
1. Perencanaan
2. Pengorganisasian
3. Pelaksanaan
36
4. Kontroling
OUTPUT
37