Anda di halaman 1dari 37

Evaluasi Program Gizi Pada Kejadian Balita Kurus dan Jumlah Bayi yang Ditimbang

per Sasaran (D/S) Puskesmas Pulogebang


Januari-Desember 2020

Disusun Oleh:
Dr. Saereza Mufti Aulia Illahi

Pembimbing:
Dr. Magda Mariana Batubara

PROGRAM DOKTER INTERNSHIP DKI JAKARTA


PERIODE JULI 2021 -APRIL 2022

1
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.
Puji Syukur kita panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah memberikan nikmat islam, iman,
dan ikhsan sehingga kami dapat menyelesaikan presentasi kasus yang berjudul “Evaluasi
Program Gizi Pada Jumlah Bayi yang Ditimbang per Sasaran (D/S) Puskesmas Pulogebang
Januari-Desember 2020 ” ini tepat pada waktunya.
Terima kasih penulis ucapkan kepada dr. Magda Mariana Batubara , pembimbing
Puskesmas Kelurahan Pulogebang , yang telah memberi kesempatan dan waktu beliau untuk
menjadi pembimbing dalam menyelesaikan studi kasus ini. Penulis menyadari bahwa
makalah studi kasus ini masih ada beberapa kekurangan. Kritik dan saran yang membangun
kami harapkan dari semua pihak demi kesempurnaan makalah studi kasus ini. Demikian
semoga makalah studi kasus ini dapat bermanfaat.

Jakarta , September
2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar …………………………………………………………………………… 2


Daftar Isi …………………………………………………………………………………. 3
BAB I Pendahuluan ……………………………………………………………………… 4
1.1 Latar Belakang ………………………………………………………........ 4
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………....... 5
1.3 Tujuan ……………………………………………………………………. 6
1.4 Manfaat …………………………………………………………………... 6
BAB II Profil Puskesmas Pulogebang …………………………………………………… 8
2.1 Profil Puskesmas Pulogebang ……………………………………………. 8
2.2 Gambaran Umum Puskesmas Pulogebang ……………………………..... 9
BAB III Tinjauan Pustaka ……………………………………………………………...... 10
3.1. Pertumbuhan dan Perkembangan ………………………………………... 10
3.2. Program Pembinaan Gizi Masyarakat …………………………………… 17
3.3. Posyandu ………………………………………………………………… 21
BAB IV Evaluasi Program ……………………………………………………………… 30
4.1 Gambaran Umum Program Pemberdayaan Gizi Masyarakat …………... 30
4.2 Penetapan Masalah ……………………………………………………… 31
4.3 Identifikasi Penyebab Masalah …………………………………………. 31
4.4 Penyelesaian Masalah …………………………………………………… 37
4.5 Rencana Kegiatan………………………………………………………...
BAB V Kesimpulan dan Saran …………………………………………………………..
5.1 Simpulan …………………………………………………………………
5.2 Saran ……………………………………………………………………..
Daftar Pustaka ……………………………………………………………………………
Daftar Lampiran ………………………………………………………………………….

3
BAB I
LATAR BELAKANG

1.1 Latar Belakang


Pos pelayanan terpadu atau yang lebih dikenal dengan sebutan posyandu, yaitu salah
satu bentuk upaya pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh, dari, dan bersama
masyarakat untuk memberdayakan dan memberikan kemudahan kepada masyarakat guna
memperoleh pelayanan kesehatan bagi ibu dan balita. Kegiatan Posyandu terdiri dari
kegiatan utama mencakup lima program prioritas yaitu : KB, Gizi, KIA, Imunisasi dan
Penanggulangan diare. Upaya pengembangan kualitas sumberdaya manusia yang
mengoptimalkan potensi tumbuh kembang anak dapat dilaksanakan secara merata apabila
sistem pelayanan kesehatan yang berbasis masyarakat seperti posyandu dapat dilakukan
secara efektif dan efisien, dan dapat menjangkau semua sasaran yang membutuhkan
pelayanan, salah satunya adalah layanan tumbuh kembang anak.1
Pertumbuhan anak diakui secara internasional sebagai indikator penting dari status
gizi dan kesehatan di suatu populasi. Bila kenaikan berat badan anak lebih rendah dari
yang seharusnya, pertumbuhan anak terganggu dan anak berisiko akan mengalami
kekurangan gizi. Sebaliknya bila kenaikan berat badan lebih besar dari yang seharusnya
merupakan indikasi risiko kelebihan gizi.2
Berjalannya layanan posyandu ini di dukung oleh kader posyandu yang siap berperan
serta didalam layanan kesehatan khususnya penimbanganberat badan balita diposyandu
sedangkan persepsi yang positif sendiri wajib dimiliki oleh setiap kader sehingga layanan
kesehatan ini dapat berjalan dengan maksimal. Kurangya persepsi kader terkait
pentingnya penimbangan berat badan balita menjadi hal yang fatal ketika layanan
kesehatan ini sedang berlangsung, baik tidaknya persepsi-persepsi kader ini dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu internal dan eksternal. Rendahnya partisipasi kader berdampak
pada rendahnya kesadaran masyarakat untuk datang dalam kegiatan pemantauan tingkat
status gizi anak, ibu hamil dan menyusui, yang pada akhirnya tidak dapat memenuhi
kebutuhan data perkembangan status gizi anak balita di posyandu.
Kegiatan pemantauan pertumbuhan di Indonesia telah dilaksanakan sejak tahun 1974
melalui penimbangan bulanan di posyandu dengan menggunakan (Kartu Menuju Sehat)
KMS. KMS memuat kurva pertumbuhan normal anak berdasarkan indeks antropometri

4
berat badan menurut umur. Dengan penimbangan bulanan ini diharapkan gangguan
pertumbuhan setiap anak dapat diketahui lebih awal sehingga dapat ditanggulangi secara
cepat dan tepat. Pemantauan pertumbuhan perlu ditingkatkan perannya dalam tindak
kewaspadaan untuk mencegah memburuknya keadaan gizi balita.
Selama pandemic Covid 19 , semua kegiatan dibatasi selama pengadaan PPKM.
Dengan demikian, banyak warga masyarakat yang merasa takut untuk memeriksakan diri
ke puskesmas. Berbagai program kesehatan masyarakat seperti program Posyandu,
kurang berjalan karena tutup . Hal ini mempengaruhi terjadinya penurunan jumlah
kunjungan kehamilan, pelayanan kesehatan bagi bayi, anak dibawah umur lima tahun
(balita0 sertab jumlah bayi ditimbang per sasaran (D/S) di Indonesia , khususnya di
Puskesmas Pulogebang. Oleh karena itu, hal ini mempengaruhi kunjungan layangan
kesehatan ibu dan ana terutama layanan pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK),
dikhawatirkan akan membawa dampak negatif bagi pencapaian target pemerintah. (Profil
Kesehatan Ibu dan Anak 2020).
Berdasarkan data yang didapatkan di Puskesmas Pulogebang pada tahun 2020 , pada
balita ditimbang berat badanyya dari bulan Januari hingga Februari memenuhi target
puskesmas yaitu 80 %. Namun pada bulan Maret hingga Juni 2020 , tidak ada pasien
yang dapat ditimbang serta pada bulan berikutnya dari bulan Juli-September 2020
cakupan bayi yang ditimbang berat badannya hanya 5,2 persen , jauh lebih rendah dari
target puskesmas yang menargetkan 50,4-60,4 persen. Hal ini mempengaruhi jumlah
balita yang ditimbang naik berat badannya juga berkurang dari target seharusnya adalah
76 % dan hasilnya 6,3 -20 persen.
Percepatan penurunan stunting merupakan salah satu fokus pemerintah di bidang
kesehatan. Hal ini sejalan dengan target global sebagaimana terdapat dalam Sustainable
Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) serta Global
Nutrition Target 2025. Pada target 2.2 dari TPB disebutkan bahwa pada tahun 2030
menghilankan segala bwntuk kekurangan gizi termasuk pada tahun 2025 mencapai target
yang disepakati secara internasional untuk anak pendek dan kurus dibawah umur 5 tahun
dan memenuhi gizi remaja perempuan , ibu hamil menyusui , serta manula. Adapun pada
Global Nutrition Target 2025, diharapkan pada tahun 2025 terjadi penurunan angka
stunting sebesar 40,00 persen.

5
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang ingin digali dari penelitian ini adalah alternatif masalah seperti
apa yang dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam meningkatkan pencapaian
balita yang ditimbang yang masih dibawah 10 % menjadi sesuai target yaitu 40-60%
selama Pandemi Covid 19?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan dari evaluasi program ini adalah untuk meningkatkan
penimbangan ballita ke Posyandu di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan
Pulogebang

1.3.2 Tujuan Khusus

- Mengetahui hasil pencapaian program D/S pada balita di Puskesmas


Kelurahan Pulogebang.
- Menentukan alternatif pemecahan masalah dan solusi dari program D/S
pada balita di Puskesmas Kelurahan Pulogebang
- Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan penimbangan balita ke
Posyandu di Puskesmas Kelurahan Pulogebang masih rendah.
- Membuat rencana kegiatan untuk pemecahan prioritas masalah di
Puskesmas Kelurahan Pulogebang.
- Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan penimbangan balita ke
Posyandu di Puskesmas Kelurahan Pulogebang masih rendah.
- Membuat rencana kegiatan untuk pemecahan prioritas masalah di
Puskesmas Kelurahan Pulogebang.

1.4 Manfaat
a. Bagi Mahasiswa
 Mengetahui sistem manajemen puskesmas secara keseluruhan.

 Melatih kemampuan analisis dan pemecahan terhadap masalah yang


ditemukan didalam program puskesmas.

6
b. Bagi Puskesmas
 Membantu Puskesmas untuk mengetahui pencapaian yang belum maksimal.

 Membantu Puskesmas dalam mengidentifikasi penyebab dari upaya


puskesmas yang belum memenuhi target SPM.

 Membantu Puskesmas dalam memberikan alternatif penyelesaian terhadap


masalah tersebut.

c. Bagi Masyarakat
Manfaat evaluasi ini bagi masyarakat adalah meningkatkan kunjungan balita ke
Posyandu untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat kelurahan Pulogebang,
terutama tumbuh kembang balita.

7
BAB II
PROFIL PUSKESMAS PULOGEBANG

2.1. Profil Puskesmas Pulogebang


 Profil Puskesmas Pulogebang
- Wilayah Kelurahan Pulo Gebang terletak di Kecamatan Cakung, Jakarta
Timur. berbatasan dengan kabupaten Bekasi ,Provinsi Jawa Barat.
- Luas wilayah Kelurahan Pulo Gebang 685,81 HA atau km2 atau merupakan
Kelurahan dengan wilayah terluas peringakat sepuluh se DKI Jakarta, dan
terluas ke tiga di Jakarta Timur setelah Halim dan Cakung Timur. Terbagi
dalam 17 RW dan 201 RT.
- Berdasarkan data tahun 2021, jumlah penduduk kelurahan Pulo Gebang
sebanyak 123.040 jiwa dengan 38.660 KK dengan 61.930 laki-laki dan 61.110
perempuan

 Batas Wilayah
Utara : Kelurahan Cakung Barat, Cakung Timur dan Ujung Menteng
Timur : Kelurahan Pondok Kopi, Kecamatan Duren Sawit
Selatan : Kabupaten Bekasi
Barat : Kelurahan Penggilingan

Gambar 1. Peta Wilayah Kerja Puskesmas Pulogebang

8
Terdapat beberapa kantor pemerintahan dan fasilitas umum di Kelurahan Pulo Gebang
diantaranya:

 Kantor Wali Kota Jakarta Timur


 Kantor Kelurahan Pulo Gebang
 Balai Diklat Keagamaan
 Kantor Badan Pertanahan Nasional Jakarta Timur
 Stasiun Cakung
 Terminal Terpadu Pulo Gebang
 Rusun seruni
 Rusun Rawa Bebek
 Rusun Pulo Gebang

2.2. Gambaran Umum Puskesmas Pulogebang


Puskesmas Kelurahan Pulo Gebang dibawahi oleh Puskesmas Kecamatan
Cakung dan dipimpin oleh Kepala Satuan Pelayanan Puskesmas Pulo Gebang.
- Puskesmas Kelurahan Pulo Gebang berlokasi di Jalan Stasiun Cakung Km 4,
RT 06, Rw 03 Kelurahan Pulo Gebang, Kota Administrasi Jakarta Timur
Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta
- Pada Tahun 2018 Puskesmas Kelurahan Pulo Gebang pindah sementara ke
Jalan Rawa kuning RT 03, Rw 07 Kelurahan Pulo Gebang hingga sekarang.
- Puskesmas Kelurahan Pulo Gebang menerapkan Pengelolaan Keuangan –
Badan Layanan Umum Daerah ( PK-BLUD)
- Bangunan Puskesmas Kelurahan Pulo Gebang terdiri dari 2 lantai :
1) Lantai 1 :Loket pendaftaran dan sekaligus penyimpanan buku
status/rekam medis , Kepegawaian, BPU 1, BPG, Poli Gizi,
Poli KI, Poli KA, Poli KB, Poli Tindakan, Poli Lansia.
2) Lantai 2 : BPU 2, Poli MTBS, Pelayanan Obat, Gudang Obat, Poli TB,
Kesling, Ruang Kerja Kepala Puskesmas, Poli Jiwa, Poli
PKPR. Gudang

9
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Pertumbuhan dan Perkembangan


Anak memiliki suatu ciri yang khas yaitu yang selalu tumbuh dan
berkembang sejak saat konsepsi sampai berakhirnya masa remaja. Hal inilah
yang membedakan anak dari orang dewasa. Jadi anak tidak bisa diidentikkan
dengan dewasa dalam bentuk kecil. Ilmu Pertumbuhan (Growth) dan
Perkembangan (Development) merupakan dasar Ilmu Kesehatan Anak dan
kedua istilah disatukan menjadi Ilmu Tumbuh-Kembang oleh karena
meskipun proses yang berbeda, keduanya tidak berdiri sendiri, tetapi saling
berkaitan satu sama lain.5
Pertumbuhan ialah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan
interseluler, berarti bertambahnya ukuran fisik, dan struktur tubuh dalam anak
sebagian atau keseluruhan. Jadi bersifat kuantitatif sehingga dengan demikian
dapat kita ukur dengan mempergunakan satuan panjang atau satuan berat.
Perkembangan ialah bertambahnya kemampuan struktur dan fungsi tubuh
yang lebih kompleks, jadi bersifat kualitatif yang pengukurannya jauh lebih
sulit daripada pengukuran pertumbuhan.
Dengan demikian, seorang anak bukanlah dewasa kecil, oleh karena
anak mempunyai ciri khas berbeda dengan orang dewasa baik anatomi,
fisiologi maupun biokimia.
Mempelajari Tumbuh-Kembang mempunyai tujuan umum; menjaga
agar seorang anak dapat tumbuh dan berkembang melalui tahap – tahap
pertumbuhan dan perkembangan, baik secara fisik, mental, emosi dan sosial
sesuai dengan potensi yang dimilikinya agar menjadi manusia dewasa yang
berguna.
Di samping itu tujuan khususnya ialah mengetahui dan memahami
proses pertumbuhan dan perkembangan sejak konsepsi sampai dewasa agar
kita dapat mendeteksi kelainan yang terjadi pada proses pertumbuhan dan
perkembangan dan segera dapat mengatasi permasalahannya.

10
 Ciri-Ciri Pertumbuhan

Secara garis besar terdapat 4 kategori perubahan sebagai ciri


pertumbuhan yaitu :5
1. Perubahan ukuran
Perubahan ini terlihat secara jelas pada pertumbuhan fisik yang
dengan bertambahnya umur anak terjadi pula penambahan berat badan,
tinggi badan, lingkaran kepala dan lain – lain. Organ tubuh seperti jantung,
paru – paru atau usus akan bertambah besar, sesuai dengan peningkatan
kebutuhan tubuh.
2. Perubahan proporsi
Selain bertambahnya ukuran – ukuran, tubuh juga memperlihatkan
perubahan proporsi. Anak bukanlah dewasa kecil, tubuh anak
memperlihatkan perbedaan proporsi bila dibandingkan dengan tubuh orang
dewasa. Proporsi tubuh seorang bayi baru lahir sangat berbeda
dibandingkan tubuh anak ataupun orang dewasa. Pada bayi baru lahir,
kepala relatif mempunyai proporsi yang lebih besar dibandng dengan umur
– umur lainnya. Titik pusat tubuh bayi baru lahir kurang lebih setinggi
umbilikus, sedangkan pada orang dewasa titik pusat tubuh terdapat kurang
lebih setinggi simpisis pubis. Perubahan proporsi tubuh mulai usia
kehamilan 2 bulan sampai dewasa.
3. Hilangnya ciri – ciri lama
Selama proses pertumbuhan terdapat hal – hal yang terjadi
perlahan – lahan, seperti menghilangnya kelenjar timus, lepasnya gigi susu
dan menghilangnya refleks – refleks primitif.
4. Timbulnya ciri – ciri baru
Timbulnya ciri – ciri baru ini adalah sebagai akibat pematangan
fungsi – fungsi organ. Perubahan fisik yang penting selama pertumbuhan
adalah munculnya gigi tetap yang menggantikan gigi susu yang telah
lepas, dan munculnya tanda – tanda seks sekunder seperti tumbuhnya
rambut pubis dan aksila, tumbuhnya buah dada pada wanita dan lain – lain.

11
 Ciri-Ciri Perkembangan
Perkembangan merupakan sederetan perubahan fungsi organ tubuh
yang berkelanjutan, teratur dan saling terkait. Seperti pertumbuhan,
perkembangan pun mempunyai ciri – ciri tertentu sebagai suatu pola yang
tetap walaupun variasinya sangat luas.
Perkembangan terjadi secara simultan dengan pertumbuhan.
Perkembangan merupakan hasil interaksi kematangan susunan saraf pusat
dengan organ yang dipengaruhinya, antara lain meliputi perkembangan sistem
neuromuskuler, bicara, emosi dan sosial. Semua fungsi tersebut berperan
penting dalam kehidupan manusia yang utuh. Ciri – ciri perkembangan adalah:
- Perkembangan melibatkan perubahan
Karena perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan,
maka setiap pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi.
Perkembangan sistem produksi misalnya, disertai dengan perubahan pada
organ tubuh tertentu.
- Perkembangan awal menentukan pertumbuhan selanjutnya
Seseorang tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan
sebelum ia melewati tahapan sebelumnya. Sebagai contoh, seorang anak
tidak akan bisa berjalan sebelum ia bisa berdiri. Karena itu perkembangan
awal ini merupakan masa kritis karena akan menentukan perkembangan
selanjutnya.
- Perkembangan memiliki tahap yang berurutan :
Tahap ini dilalui seorang anak mengikuti pola yang teratur dan
berurutan, tahap – tahap tersebut tidak bisa terjadi terbalik, misalnya anak
terlebih dahulu mampu membuat lingkaran sebelum mampu membuat
gambar kotak, berdiri sebelum berjalan dan sebagainya.
- Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan
Pada saat pertumbuhan berlangsung cepat, perkembangan pun
demikian, terjadi peningkatan mental, ingatan, daya nalar, asosiasi dan lain
– lain.

12
 Status Gizi
Pertumbuhan anak diakui secara internasional sebagai indikator
penting dari status gizi dan kesehatan di suatu populasi. Status gizi dengan
pengukuran antropometri adalah metode yang dianjurkan oleh WHO,
berupa penilaian standar grafik bertumbuhan berdasarkan panjang atau
tinggi badan menurut umur, berat badan menurut umur, berat menurut
panjang, berat menurut tinggi dan IMT menurut umur. Pertumbuhan anak
juga dapat dinilai dengan proporsi tubuh, maturasi skelet (bone age),
perkembangan gigi, pertumbuhan fisiologi dan struktur tubuh.3
Status gizi anak balita diukur berdasarkan umur, berat badan (BB)
dan tinggi badan (TB). Berat badan anak balita ditimbang menggunakan
timbangan digital yang memiliki presisi 0,1 kg, panjang atau tinggi badan
diukur menggunakan alat ukur panjang/tinggi dengan presisi 0,1 cm.
Variabel BB dan TB/PB anak balita disajikan dalam bentuk tiga indeks
antropometri, yaitu BB/U, TB/U, dan BB/TB.5
Untuk menilai status gizi anak balita, maka angka berat badan dan
tinggi badan setiap anak balita dikonversikan ke dalam nilai terstandar
(Zscore) menggunakan baku antropometri anak balita WHO 2005.
Selanjutnya berdasarkan nilai Zscore dari masing-masing indikator
tersebut ditentukan status gizi anak balita dengan batasan sebagai berikut :3

a. Klasifikasi status gizi berdasarkan indeks BB/U


- Gizi buruk : Zscore < -3,0
- Gizi kurang : Zscore ≥ -3,0 s/d Zscore < -2,0
- Gizi baik : Zscore ≥ -2,0

b. Klasifikasi status gizi berdasarkan indikator TB/U:


- Sangat pendek :Zscore <-3,0
- Pendek :Zscore ≥- 3,0 s/d Zscore < -2,0
- Normal :Zscore ≥-2,0

c. Klasifikasi status gizi berdasarkan indikator BB/TB:


- Sangat kurus :Zscore < -3,0

13
- Kurus :Zscore ≥ -3,0 s/d Zscore < -2,0
- Normal :Zscore ≥ -2,0 s/d Zscore ≤ 2,0
- Gemuk :Zscore > 2,0

d. Klasifikasi status gizi berdasarkan gabungan indikator TB/U dan BB/TB:


- Pendek-kurus : Zscore TB/U < -2,0 dan Zscore BB/TB < -2,0
- Pendek-normal : Zscore TB/U < -2,0 dan Zscore BB/TB antara -2,0 s/d 2,0
- Pendek-gemuk : Zscore ≥ -2,0 s/d Zscore ≤ 2,0
- TB Normal-kurus : Zscore TB/U ≥ -2,0 dan Zscore BB/TB < -2,0
- TB Normal-normal : Zscore TB/U ≥ -2,0 dan Zscore BB/TB antara -2,0 s/d 2,0
- TB Normal-gemuk : Zscore TB/U ≥ -2,0 dan Zscore BB/TB > 2,0

 Etiologi Permasalahan Gizi


Masalah gizi pada balita diperngaruhi oleh berbagai oleh berbagai
faktor baik faktor penyebab langsung maupun faktor penyebab tidak langsung.
Menurut Depkes RI, faktor penyebab langsung timbulnya masalah gizi pada
balita adalah penyakit infeksi serta kesesuai pola konsumsi makanan dengan
kebutuhan anak, sedangkan faktor penyebab tidak langsung merupakan faktor
seperti tingkat sosial ekonomi, pengetahuan ibtu tentang kesehatan,
ketersediaan pangan ditingkat keluarga, pola konsumsi serta akses ke fasilitas
pelyanan. Selain pemeliharaan kesehatan juga memegang peranan penting.
Di bawah ini dijelaskan beberapa faktor penyebab tidak langsung masalah gizi
balita, yaitu:
a. Tingkat Pendapatan Keluarga.
Tingkat penghasilan ikut menentukan jenis pangan apa yang
disediakan untuk konsumsi balita serta kuantitas ketersediannya. Pengaruh
peningkatan pengasilan terhadap perbaikan kesehatan dan kondisi keluar
lain yang mengadakan interaksi dengan status gizi yang berlawanan hampir
universal. Selain itu diupayakan menanamkan pengertian kepada para orang
tua dalam halmemberikan makanan anak dengan cara yang tepat dan dalam
kondisi yang higienis.

14
 b. Tingkatan Pengetahuan Ibu tentang Gizi.
Suatu hal yang meyakinkan tentang pentingnya pengetahuan
gizi didasarkan pada tiga kenyataan yaitu:
 Status gizi cukup adalah penting bagi kesehatan dan kesejahteraan.
 Setiap orang hanya akan cukup gizi jika makanan yang dimakannya
mampumenyediakan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan tubuh
yang optimal.
 Ilmu gizi memberikan fakta-fakta yang perlu sehingga penduduk dapat
belajarmenggunakan pangan dengan baik bagi perbaikan gizi.
Pengetahuan gizi yang baik akan menyebabkan seseorang mampu
menyusun menu yang baik untuk dikonsumsi. Semakin banyak
pengetahuan gizi seseorang,makaia akan semakin memperhitungkan jenis
dan jumlah makanan yang diperolehnya untuk dikonsumsi.
Pengetahuan gizi yang dimaksud disini termasuk pengetahuan
tentang penilaianstatus gizi balita. Dengan demikian ibu bias lebih bijak
menanggapi tentang masalahyang berkaitan dengan gangguan status gizi
balita.

c. Tingkatan Pendidikan Ibu


Pendidikan ibu merupakan faktor yang sangat penting. Tinggi
rendahnya tingkat pendidikan ibu berkaitan erat kaitannya dnegan tingkat
pengetahuan terhadap perawatan kesehatan, kebersihan pemeriksaan
kehamilan dan pasca persalinan, serta kesadaran terhadap kesehatan dan
gizi anak-anak dan keluarganya.
Di samping itu pendidikan berpengaruh pula pada faktor social
ekonomi lainnya seperti pendapatan, pekerjaan, kebiasaan hidup,
makanan, perumahan dan tempat tinggal. Tingkat pendidikan turut pula
menentukan mudah tidaknya seseorang menyerapdan memahami
pengetahuan gizi yang mereka peroleh. Hal ini bisa dijadikan
landasanuntuk membedakan metode penyuluhan yang tepat. Dari
kepentingan gizi keluarga, pendidikan diperlukan agar seseorang lebih
tanggap terhadap adanya masalah gizi di dalam keluarga dan bisa

15
mengambil tindakan secepatnya. Tingkat pendidikan ibu banyak
menentukan sikap dan tindak-tanduk menghadapi berbagai masalah,
missal memintakan vaksinasi untuk anaknya, memberikan oralit waktu
diare, atau kesediaan menjadi peserta KB. Anak-anak dari ibu yang
mempunyai latar pendidikan lebih tinggi akan mendapat kesempatan hidup
serta tumbuh lebih baik. Keterbukaan mereka untuk menerima perubahan
atau hal baru guna pemeliharaan kesehatan anak maupun salah satu
penjelasannya

d. Akses Pelayanan Kesehatan.


Sistem akses kesehatan mencakup pelayanan kedokteran (medical
service) dan pelayanan kesehatan masyarakat (public health service).
Secara umum akses kesehatan masyarakat adalah merupakan subsistem
akses kesehatan, yang tujuan utamanya adalah pelayanan preventif
(pencegahan) dan promotif (peningkatan kesehatan) dengan
sasaranmasyarakat. Meskipun demikian, tidak berarti bahwa akses
kesehatan masyarakat tidakmelakukan pelayanan kuratif (pengobatan) dan
rehabilitatif (pemulihan).
Upaya akses kesehatan dasar diarahkan kepada peningkatan
kesehatan dan status gizi pada golongan rawan gizi seperti pada wanita
hamil, ibu menyusui, bayi dan anak-anak kecil, sehingga dapat
menurunkan angka kematian. Pusat kesehatan yang paling sering melayani
masyarakat, membantu mengatasi dan mencegah gizi kurang
melalui program-program pendidikan gizi dalam masyarakat.
Akses kesehatan yang selalu siapdan dekat dengan masyarakat akan sangat
membantu meningkatkan derajat kesehatan.Dengan akses kesehatan
masyarakat yang optimal kebutuhan kesehatan dan pengetahuan gizi
masyarakat akan terpenuhi.

3.2. Program Pembinaan Gizi Masyarakat


 Latar Belakang
Upaya perbaikan gizi masyarakat sebagaimana disebutkan di dalam
Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 bertujuan untuk meningkatkan mutu

16
gizi perseorangan dan masyarakat, antara lain melalui perbaikan pola
konsumsi makanan, perbaikan perilaku sadar gizi, dan peningkatan akses dan
mutu pelayanan gizi dan kesehatan sesuai dengan kemajuan ilmu dan
teknologi. Upaya perbaikan gizi dilaksanakan secara bertahap dan
berkesinambungan sesuai dengan pentahapan dan prioritas pembangunan
nasional. Sasaran jangka panjang yang ingin dicapai adalah bahwa masalah
gizi tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat, berdasarkan ukuran-ukuran
universal yang telah disepakati. 2
Untuk mencapai sasaran RPJMN 2020-2024 bidang kesehatan,
Kementerian Kesehatan telah menetapkan Rencana Strategis Kementerian
Kesehatan 2020-2024, yang memuat indikator keluaran yang harus dicapai,
kebijakan dan strategi Kementerian Kesehatan. Di bidang perbaikan gizi telah
ditetapkan 8 indikator keluaran setiap tahun sebagai berikut:
a) Percepatan penurunan stunting dengan peningkatan efektivitas
intervensi spesifik perluasan dan penajaman intervensi sensitif secara
terintegrasi sampai tingkat desa
b) Peningkatan cakupan dan mutu intervensi spesifik mulai dari remaja,
ibu hamil, bayi, da anak balita
c) Penguatan kampanye nasional dan strategi komunikasi untuk
perubahan perilaku sampai pada keluarga
d) Penguatan puskemas dalam penanganan balita gizi buruk dan wasting
e) Penguatan sistem surveilans gizi melalui e-PPGBM
f) Pendampingan ibu hamil untuk menjamin asupan gizi yang berkualitas
g) Pendampingan baduta untuk mendapatkan ASI eksklusif, makanan
pendamping ASI, dan stimulasi perkembangan yang adekuat
 h) Respon cepat perbaikan gizi dalam kondisi darurat

17
Sumber: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2020-
2024

Untuk mencapai indikator Renstra tersebut perlu disusun kebijakan dan


strategi operasional serta kegiatan yang spesifik dan terukur setiap tahun di
pusat dan di daerah. Rencana aksi pembinaan gizi masyarakat disusun sebagai
acuan setiap pemangku kepentingan, untuk menyusun perencanaan,
mengkoordinasikan dan penilaian pelaksanaan perbaikan gizi secara
berkesinambungan.

 Tujuan
Tujuan dari pembinaan gizi adalah meningkatkan kesadaran gizi
keluarga dan masyarakat dalam upaya meningkatkan status gizi masyarakat
terutama pada ibu hamil, bayi, dan balita serta usia produktif.

 Sasaran dan Target Kegiatan \


Sasaran operasional kegiatan pembinaan gizi masyarakat tahun 2014-
2019 mencakup 2 (dua) indikator kegiatan dan 6 (enam) indikator penunjang.
1. Indikator Utama
a. Balita yang ditimbang berat badannya
b. Balita gizi buruk yang mendapat perawatan
2. Indikator Kegiatan
a. Balita mendapat kapsul vitamin A

18
b. Bayi 0 – 6 bulan mendapat ASI Ekslusif
c. Ibu hamil mendapat Fe 90 tablet
d. Rumah Tangga yang mengonsumsi garam beriodium
e. Penyediaan bufferstock MP-ASI untuk gizi darurat
f. Kabupaten dan Kota melaksanakan surveilans gizi

Target Kegiatan :
Sesuai dengan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2014
terdapat 8 (delapan) sasaran keluaran Pembinaan Gizi Masyarkat sebagai
berikut:
1. 85 % balita yang ditimbang berat badannya (D/S)
2. 100 % gizi buruk yang mendapat perawatan
3. 80 % bayi 0-6 bulan yang mendapat ASI Eksklusif
4. 90 % rumah tangga mengonsumsi garam beryodium
5. 85 % balita usia 6-59 bulan mendapat Kapsul Vitamin A
6. 95 % ibu hamil yang mendapat 90 tablet besi
7. 100 % kabupaten/kota yang melaksanakan surveilan gizi
8. 100 % penyediaan buffer stock MP-ASI untuk daerah bencana

Berkaitan dengan program pemerintah dalam pembangunan bidang


kesehatan diprioritaskan pada indikator-indikator pembangunan kesehatan
dalam narasi RPJMN Tahun 2020-2024 sebagai berikut:
1. meningkatnya status kesehatan ibu dan anak;
2. meningkatnya status gizi masyarakat;
3. meningkatnya pengendalian penyakit menular dan faktor risiko
penyakit tidak menular;
4. meningkatnya kinerja sistem kesehatan dan meningkatnya
pemerataan akses pelayanan kesehatan berkualitas;
5. meningkatnya perlindungan sosial bagi seluruh penduduk.

Sesuai dengan 8 Sasaran Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2020-2024:


1. Meningkatnya kesehatan ibu, anak dan gizi masyarakat.
2. Meningkatkan ketersediaan dan mutu fasyanke sdasar dan rujukan

19
3. Meningkatnya pencegahan dan pengendalian penyakit serta
pengelolaan kedaruratan Kesehatan masyarakat.
4. Meningkatnya akses , kemandirian dan mutu kefarmasian dan alat
kesehatan.
5. Meningkatnya pemenuhan SDM Kesehatan dan kompetensi sesuai
standar.
6. Terjaminnya pembiiayaan kesehatan
7. Meningkatnya sinergisme pusat dan daerah serta meningkatnya tata
Kelola pemerintahan yang baik dan bersih.
8. Meningkatnya efektivitas pengelolaan litbangkes dan system
informasi kesehatan untuk pengambilan keputusan.

Percepatan perbaikan gizi masyarakat untuk pencegahan dan


penanggulangan permasalahan gizi ganda Mencakup:
1) Penguatan komitmen, kampanye, pemantauan dan evaluasi upaya
perbaikan gizi masyarakat;
2) Pengembangan sistem jaminan gizi dan tumbuh kembang anak
dengan pemberian jaminan asupan gizi sejak dalam kandungan,
perbaikan pola asuh keluarga, dan perbaikan fasilitas air bersih dan
sanitasi lingkungan;
3) Percepatan penurunan stunting dengan peningkatan efektivitas
intervensi spesifik, perluasan dan penajaman intervensi sensitif secara
terintegrasi;
4) Peningkatan intervensi yang bersifat life saving dengan didukung
bukti (evidence based policy) termasuk fortifikasi pangan;
5) Penguatan advokasi dan komunikasi perubahan perilaku terutama
mendorong pemenuhan gizi seimbang berbasis konsumsi pangan (food
based approach);
6) Penguatan sistem surveilans gizi;
7) Peningkatan komitmen dan pendampingan bagi daerah dalam
intervensi perbaikan gizi dengan strategi sesuai kondisi setempat; 8)
Respon cepat perbaikan gizi dalam kondisi darura

20
Berikut juga dijabarkan mengenai Indikator Sasaran Strategis Kementerian
Kesehatan 2020-2024:
1. Persentase bumil KEK dari 17,3% menjadi 10%
2. Persentase persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan 95%
3. Jumlah kabupaten/kota yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan ibu
dan bayi baru lahir sebanyak 514 kabupaten/kota
4. Persentase balita stunting dari 27,7% menjadi 14%
5. Persentase bayi kurang dari 6 bulan mendapat ASI eksklusif sebesar 60%
6. Persentase kabupaten/kota melaksanakan pembinaan posyandu aktif dari
51% menjadi 100%
7. Persentase kabupaten/kota yang menerapkan kebijakan gerakan masyarakat
hidup sehat sebesar 50%
8. 100% kabupaten/kota menerapkan kebijakan KTR (Jumlah 514)
9. kabupaten/kota sehat sebanyak 420 kabupaten/kota.

3.3. Posyandu
 Pengertian Posyandu
Pos pelayanan terpadu atau yang lebih dikenal dengan sebutan
posyandu, yaitu salah satu bentuk upaya pelayanan kesehatan yang
dilaksanakan oleh, dari, dan bersama masyarakat untuk memberdayakan dan
memberikan kemudahan kepada masyarakat guna memperoleh pelayanan
kesehatan bagi ibu dan balita. Kegiatan Posyandu terdiri dari kegiatan utama
mencakup lima program prioritas yaitu : KB, Gizi, KIA, Imunisasi dan
Penanggulangan diare.1
Tujuan penyelenggaraan posyandu menurut Depkes yaitu :
a. Mempercepat penurunan angka kematian bayi (AKB), anak balita
dan angka kelahiran.
b. Mempercepat penerimaan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan
Sejahtera ( NKKBS).
c. Meningkatkan ketrampilan masyarakat untuk mengembangkan
kegiatan-kegiatan kesehatan dan lainnya yang menunjang sesuai
dengan kebutuhan.
d. Meningkatkan daya jangkau pelayanan kesehatan.

21
Posyandu merupakan perpanjangan tangan puskesmas yang
memberikan pelayanan dan pemantauan kesehatan yang dilaksanakan secara
terpadu. Kegiatan posyandu dilakukan oleh dan untuk masyarakat. Posyandu
sebagai wadah peran serta masyarakat yang menyelenggarakan sistem
pelayanan pemenuhan kebutuhan dasar, peningkatan kualitas manusia, secara
empirik telah dapat memeratakan pelayanan tentang kesehatan. Kegiatan
tersebut meliputi pelayanan informasi, pendidikan gizi masyarakat serta
pelayanan kesehatan ibu dan anak. Peran serta posyandu sangat penting karena
posyandu sebagai wahana pelayanan berbagai program guna meningkatkan
derajat kesehatan serta melihat kemunduran kinerja posyandu.
Revitalisasi posyandu adalah supaya pemberdayaan posyandu untuk
mengurangi dampak krisis ekonomi terhadap penurunan status gizi dan
kesehatan ibu dan anak, yang bertujuan untuk meningkatkan fungsi kerja dan
kinerja posyandu, pelaksanaannya diselenggarakan dengan dukungan lembaga
kesehatan masyarakat desa, tim penggerak pembinaan kesejahteraan keluarga,
lembaga swadaya masyarakat, sektor swasta, sektor terkait serta lembaga
otonom yang berminat (Ulfah, 2005).

 Kegiatan Posyandu
Pada hakekatnya di posyandu diselenggarakan upaya kesehatan yang
bersifat promotif dan preventif atas dasar-dasar dari masyarakat, oleh
masyarakat sebagian besar pelayanan dalam posyandu dilakukan oleh kader
pada waktu-waktu hari buka posyandu, sebulan sekali. Hari buka posyandu
diatur atas dasar kesepakatan antara masyarakat kader dan petugas disesuaikan
menurut kemampuan dan kesempatan yang ada. Apabila diperlukan, hari buka
Posyandu dapat lebih dari satu kali dalam sebulan.
Tugas kader pada hari buka posyandu disebut juga dengan tugas
pelayanan 5 meja, meliputi:
1. Meja 1 adalah meja untuk pendaftaran. Di meja ini kader bertugas
menuliskan nama balita pada KMS yang baru dan lengkap bagi bayi dan
balita yang belum mempunyai KMS.

22
2. Meja ke 2 adalah penimbangan, di meja ini kader bertugas menimbang
anak dan mencatat beratnya pada secarik kertas yang akan dipindahkan
pada KMS.
3. Meja ke 3 adalah pencatatan. Di meja ini dilakukan pencatatan satu dengan
membubuhkan titik pada titik KMS anak sesuai dengan berat badan anak
pada bulan tersebut seperti tercantum pada kertas.
4. Meja ke 4 adalah menjelaskan data KMS atau keadaan anak berdasarkan
data kenaikan berat badan yang digambarkan dalam grafik KMS kepada
ibu dari anak yang bersangkutan dan memberikan penyuluhan kepada
setiap ibu dengan mengacu pada data KMS anaknya atau dari hasil
pengamatan mengenai masalah yang dialami sasaran.
5. Meja ke 5 merupakan kegiatan pelayanan sektor yang biasanya dilakukan
oleh petugas kesehatan. Pelayanan yang diberikan antara lain: Pelayanan
imunisasi, pelayanan keluarga berencana, pengobatan pemberian pil,
vitamin A.

 Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Ibu dan Balita Dalam


Penimbangan Balita di Posyandu
Dari hasil penelitian Pardede (2010) menyatakan bahwa cakupan
penimbangan balita di posyandu terdapat hubungan yang bermakna dengan
faktor internal ibu balita (karakteristik ibu) antara lain pendidikan ibu, status
pekerjaan ibu, jumlah anggota keluarga, pengetahuan dan sikap ibu mengenai
posyandu. Karakteristik ibu yang merupakan bagian dari karakteristik individu
seseorang mempunyai peranan penting terhadap pertumbuhan balita.
Keturunan Pelayanan Kesehatan Status Kesehatan Lingkungan Perilaku
Proses Perubahan Presdisposing factors, (pengetahuan, sikap, kepercayaan,
tradisi, nilai, dsb. Enabling factors, (ketersediaan sumbersumber/fasilitas)
Reinforcing faktor, (sikap dan perilaku petugas) Komunikasi Penyuluhan
Pemberdayaan Masyarakat Permbedayaan Social Training Pendidikan
Kesehatan (Promosi Kesehatan) Gultom (2010) menunjukkan bahwa variabel
yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel partisipasi ibu dalam
penimbangan balita di posyandu yaitu variabel pekerjaan, pengetahuan, dan
sikap. Dari hasil penelitian Angkat (2010) menyatakan bahwa partisipasi ibu
ke posyandu di Desa Penanggalan Kecamatan Penanggalan Kota
23
Subulussalam Tahun 2010 selama 1 tahun masih rendah tetapi partisipasinya
sudah baik. Faktor yang berhubungan dengan partisipasi ibu ke posyandu
adalah pengetahuan ibu, sikap ibu, jarak, dukungan dari petugas kesehatan.
Hal ini sesuai dengan beberapa pernyataan dan pendapat para peneliti.7

1. Pendidikan
Tingkat pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan formal.
Pendidikan dalam arti formal sebenarnya adalah suatu proses penyampaian
bahan atau materi pendidikan oleh pendidik kepada sasaran pendidikan (anak
didik) guna mencapai perubahan tingkah laku (tujuan). Karena pendidikan itu
adalah suatu proses maka dengan sendirinya mempunyai masukan dan
keluaran. Masukan proses pendidikan adalah sasaran pendidikan atau anak
didik yang mempunyai karakteristik. Sedangkan keluaran pendidikan adalah
tenaga atau lulusan yang mempunyai kualifikasi tertentu yang sesuai dengan
tujuan pendidikan institusi yang bersangkutan. (Notoatmodjo, 2003).
Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang penting dalam tumbuh
kembang anak, karena dengan pendidikan yang baik, maka orang tua dapat
menerima segala informasi dari luar terutama tentang cara pengasuhan anak
yang baik, bagaimana menjaga kesehatan anaknya, pendidikannya dan
sebagainya (Soetjiningsih, 1998) Hasil studi kuantitatif yang dilakukan Pusat
Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Depkes RI dan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia yang dikutip oleh Soeryoto dalam Gultom
(2010), menyatakan faktor pendidikan ibu balita yang baik akan mendorong
ibu-ibu balita untuk membawa anaknya ke posyandu.

2. Pekerjaan
Pekerjaan adalah kegiatan atau aktivitas utama yang dilakukan secara rutin
sebagai upaya untuk membiayai keluarga serta menunjang kebutuhan rumah
tangga. Salah satu alasan yang paling sering dikemukakan bila ibu tidak
membawa balitanya ke posyandu adalah karena mereka harus bekerja. Hasil
penelitian Pardede (2010) menyatakan bahwa penggunaan posyandu terkait
dengan status pekerjaan ibu. Ibu balita yang mempunyai pekerjaan tetap akan
memengaruhi kesempatan untuk menimbangkan anaknya ke posyandu. Dari
hasil pengamatan di lapangan oleh Gultom (2010), terlihat adanya perbedaan

24
dalam penimbangan balita di posyandu antara responden yang bekerja dengan
yang tidak bekerja (termasuk ibu rumah tangga). Berdasarkan hasil
pengamatan ditemukan bahwa bekerja menyebabkan ibu balita tidak
membawa balitanya ke posyandu untuk ditimbang, hal ini kemungkinan
karena posyandu diselenggarakan mulai jam 09.00 hingga 12.00 pada hari
kerja.

3. Pengetahuan
Pengetahuan dalam Notoatmodjo (2007) adalah hasil 'tahu' dan ini terjadi
setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Pengetahuan ibu balita
yang baik mengenai posyandu tentunya akan terkait dengan cakupan
penimbangan balita. Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif
mempunyai enam tingkat, yakni:
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu mated yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari
atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, 'tahu' ini merupakan
tingkat pengetahuan yang paling rendah.

2. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi tersebut
secara benar.
3. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenamya). Apiikasi di sini dapat
diartikan apiikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan
sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

25
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur
organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain, sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi
baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu
berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-
kriteria yang telah ada. 4. Sikap Sikap merupakan reaksi atau respons
seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi
sikap itu tidak dapat dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari
perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya
kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari
merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap
belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan
predisposisi tindakan suatu perilaku (Notoatmodjo, 2003). Seperti halnya
pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan, yakni:
1. Menerima (Receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (objek).

2. Merespons (Responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

3. Menghargai (Valuing)

26
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan
orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

4. Bertanggung jawab (Responsible)


Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan
segala risiko yang paling tinggi.

5. Kehadiran
Kader Posyandu Kader merupakan motor penggerak kegiatan
posyandu. Kader Kesehatan juga promoter kesehatan desa (promkes)
adalah tenaga sukarela yang dipilih oleh masyarakat. Kader Posyandu
sebagai kader pembangunan kesehatan didesa, dalam pelayanan di
posyandu mempunyai peran sejak persiapan pelayanan sebelum hari
pelaksanan (Suparyanto, 2011). Kehadiran Kader Posyandu sangat
menentukan berjalannya kegiatan pelayanan kesehatan posyandu seperti
mengingatkan/mengajak ibu untuk penimbangan balita ke posyandu,
menjelaskan hasil penimbangan, memberikan penyuluhan sesuai dengan
hasil dari penimbangan.

6. Jarak Posyandu
Akses geografis di maksudkan pada faktor yang berhubungan dengan
tempat yang memfasilitasi atau yang menghambat pemanfaatannya, ini
adalah hubungan antara lokasi suplai dan lokasi dari masyarakat yang dapat
diukur dengan jarak waktu tempuh, pemakaian pelayanan preventif lebih
banyak di hubungkan dengan akses geografis, dari pada pemakaian
pelayanan kuratif (Muninjaya, 2004) Lawrence Green dalam Notoatmodjo
(2003) yang menyatakan bahwa faktor lingkungan fisik/letak geografis
berpengaruh terhadap perilaku seseorang/masyarakat terhadap kesehatan.
Jarak antara tempat tinggal dengan posyandu sangat mempengaruhi ibu
untuk hadir atau berpartisipasi dalam kegiatan posyandu. Adin (2011)
mengungkapkan bahwa dari beberapa alasan yang sering dikemukakan ibu
yang tidak datang ke posyandu salah satunya adalah faktor geografi,
dimana letak dan kondisi geografis wilayah tersebut. Kondisi geografis
diantaranya jarak dan kondisi jalan ke tempat pelayanan kesehatan sangat

27
berpengaruh terhadap keaktifan membawa balitanya ke posyandu. Hanafiah
membuktikan terdapat pengaruh secara signifikan persepsi ibu balita (jarak
posyandu dengan tempat tinggal responden) terhadap pemanfaatan
posyandu di Desa Matang Tepah Kecamatan Bendahara Kabupaten Aceh
Tamiang.

7. Kelengkapan
Peralatan Posyandu Peralatan posyandu merupakan semua alat yang
digunakan dalam pelaksanaan posyandu baik peralatan yang digunakan
untuk mengukur status gizi maupun peralatan yang digunakan sebagai
penunjang lancarnya pelaksanaan posyandu yaitu: ketersediaan alat-alat
penunjang lainnya seperti timbangan bayi/balita, timbangan dewasa, alat
pengukur tinggi/panjang badan, KMS untuk mencatat hasil penimbangan
(Angkat,2010). Menurut Puspasari (2002) untuk kelancaran kegiatan
posyandu selain diperlukan tempat yang memadai juga harus didukung oleh
ketersediaan alat-alat penunjang lainnya seperti timbangan bayi/balita,
timbangan dewasa, alat pengukur tinggi/panjang badan, KMS untuk
mencatat hasil penimbangan. Dari hasil observasi dan data yang
dikumpulkan sebanyak 54,5% posyandu yang belum memiliki sarana yang
memadai di posyandu Kota Sabang Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam
Tahun 2002. Keberhasilan posyandu sangat ditentukan ketersediaan
sarana/peralatan yang memadai. Pada umumnya permasalahan yang
dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan posyandu adalah partisipasi pengguna
posyandu masih rendah, peralatan di posyandu belum memadai. Angkat
(2010) dari hasil penelitian menunjukkan bahwa kelengkapan peralatan
posyandu di Desa Penanggalan Kecamatan Penanggalan Kota
Subulussalam masih tidak lengkap. Masih banyak ibu-ibu yang mempunyai
anak balita khususnya anak berusia 36 bulan keatas mengatakan malas
membawa anaknya ke posyandu karena di posyandu tidak tersedia
timbangan injak untuk anaknya karena anaknya tidak mau ditimbang
dengan menggunakan timbangan dacin karena anak balita takut, terbukti
saat ditimbang anak menangis

28
8. Sikap Kader
Kader merupakan motor penggerak kegiatan posyandu. Kader
Kesehatan juga promotor kesehatan desa (promkes) adalah tenaga sukarela
yang dipilih oleh masyarakat. Kader Posyandu sebagai kader pembangunan
kesehatan didesa, dalam Universitas Sumatera Utara pelayanan di
posyandmempunyai peran sejak persiapan pelayanan sebelum hari
pelaksanan (Suparyanto, 2011). Hasil penelitian Angkat (2010)
menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara dukungan dari kader
dengan tingkat partisipasi ibu menimbangkan anaknya ke posyandu. Bahwa
ibu yang mendapat dukungan dari kader terlihat dari partisipasi ibu
menimbangkan balita cukup baik.

9. Sikap Keluarga
Sikap keluarga terdekat/suami, ibu atau pengasuh balita akan aktif ke
posyandu jika ada dorongan dari keluarga terdekat. Sikap keluarga yang
mendukung ibu untuk aktif ke posyandu sangat berperan dalam memelihara
dan mempertahankan status gizi balita yang optimal. Keluarga merupakan
system dasar dimana perilaku sehat dan perawatan kesehatan diatur,
dilaksanakan, dan diamankan, keluarga memberikan perawatan kesehatan
yang bersifat preventif dan secara bersama-sama merawat anggota
keluarga. Keluarga mempunyai tanggung jawab utama untuk memulai dan
mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh para professional
perawatan kesehatan.(Adin, 2011) Hasil penelitian Angkat (2010)
menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara dukungan dari keluarga
ibu dengan tingkat partisipasi ibu menimbangkan anaknya ke posyandu.
Bahwa ibu yang mendapat dukungan dari keluarga terlihat dari partisipasi
ibu menimbangkan balita sudah cukup baik.7

29
BAB IV
EVALUASI PROGRAM
4.1. Gambaran Umum Program Pembinaan Gizi Masyarakat

Berjalannya layanan posyandu ini di dukung oleh kader posyandu yang siap
berperan serta didalam layanan kesehatan khususnya penimbanganberat badan balita
diposyandu sedangkan persepsi yang positif sendiri wajib dimiliki oleh setiap kader
sehingga layanan kesehatan ini dapat berjalan dengan maksimal. Kurangya persepsi
kader terkait pentingnya penimbangan berat badan balita menjadi hal yang fatal ketika
layanan kesehatan ini sedang berlangsung, baik tidaknya persepsi-persepsi kader ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu internal dan eksternal. Rendahnya partisipasi
kader berdampak pada rendahnya kesadaran masyarakat untuk datang dalam kegiatan
pemantauan tingkat status gizi anak, ibu hamil dan menyusui, yang pada akhirnya
tidak dapat memenuhi kebutuhan data perkembangan status gizi anak balita di
posyandu.
Selama pandemic Covid 19 , semua kegiatan dibatasi selama pengadaan PPKM.
Dengan demikian, banyak warga masyarakat yang merasa takut untuk memeriksakan
diri ke puskesmas. Berbagai program kesehatan masyarakat seperti program
Posyandu, kurang berjalan karena tutup . Hal ini mempengaruhi terjadinya penurunan
jumlah kunjungan kehamilan, pelayanan kesehatan bagi bayi, anak dibawah umur
lima tahun (balita0 sertab jumlah bayi ditimbang per sasaran (D/S) di Indonesia ,
khususnya di Puskesmas Pulogebang. Oleh karena itu, hal ini mempengaruhi
kunjungan layangan kesehatan ibu dan ana terutama layanan pada 1000 Hari Pertama
Kehidupan (HPK), dikhawatirkan akan membawa dampak negatif bagi pencapaian
target pemerintah. (Profil Kesehatan Ibu dan Anak 2020).

30
Berdasarkan data yang didapatkan di Puskesmas Pulogebang pada tahun
2020 , pada balita ditimbang berat badanyya dari bulan Januari hingga Februari
memenuhi target puskesmas yaitu 80 %. Namun pada bulan Maret hingga Juni 2020 ,
tidak ada pasien yang dapat ditimbang serta pada bulan berikutnya dari bulan Juli-
September 2020 cakupan bayi yang ditimbang ebrat badannya hanya 5,2 % , jauh
lebih rendah dari target puskesmas yang menargetkan 50,4-60,4 persen. Hal ini
mempengaruhi jumlah baliyta yang ditimbang naik berat badannya juga berkurang
dari target seharusnya adalah 76 % dan hasilnya 6,3 -20 persen. Akibatnya, jumlah
sasaran pasien yang terdiagnosis gizi kurang dengan skrining balita juga menurun.

4.2. Penetapan Masalah


Berdasarkan analisis prioritas masalah menggunakan teknik kriteria
matematik, dengan mempertimbangkan pentingnya luasnya masalah
(Magnitude), beratnya kerugian yang timbul (Severity), tersedianya sumber
daya untuk mengatasi masalah kesehatan tersebut (Vulnerability), kepedulian
atau dukungan politis dan masyarakat (community and political concent),dan
ketersediaan dana (Affordability).

Masalah Magnitude Severity Vulnerability CPC Affordability Total Skor

Rendahnya
angka D/S 4 4 2 3 3 288
Posyandu
Cakupan ASI
2 2 4 4 3 192
Eksklusif
Cakupan Vitamin
2 3 2 1 1 12
A
Kunjungan Poli
3 4 1 2 2 48
Gizi

4.3. Identifikasi Penyebab Masalah

31
INPUT KELEBIHAN KEKURANGAN
MAN  Terdapat satu petugas  Beban kerja dan
program pemantauan status pemegang program
(Tenaga Kerja)
gizI balita di wilayah pekerjaan yang
puskesmas kelurahan merangkap
Pulogebang
 Pada saat pergantian
 Terdapat kader Posyandu kader , harus dilakukan
untuk tiap RW operan program gizi ke
suksesor kader dengan
SOP yang sama.

 Dalam operasionalnya
kader baru bergerak
Ketika dana DAK dan
BLUD kelurahan turun
MONEY  Tidak dipungut pembiayaan - Dimasa pandemi ini
dari setiap kegiatan pembiayaan untuk
(Pembiayaan) pengadaan kegiatan
 Pembiayaan berasal dari
Kelurahan Pulogebang , SPJ posyandu juga
dan dana DAK berkurang dan tidak
rutin turun tiap bulan

METHOD  Setiap balita yang ditimbang  Kurang optimalnya


langsung dicatat di buku penyuluhan serta konseling
(Metode)
PINK di dalam dan di luar
Gedung
 Terdapat pelacakan dan  Posyandu tak berjalan
konfirmasi kasus gizi buruk selama pandemi Covid 19
dan langsung dilakukan
intervensi dengan memberi
pengetahuan tentang cara
pemberian makan pada balita
 Terdapat pencatatan nama –
nama balita yang di timbang
setiap bulan
 Memberikan pengetahun dan
edukasi tentang pentingnya
penimbangan
 Kepemilkikan dan
pemanfaatan buku PINK oleh
setiap anak balita saat
posyandu
MATERIAL  Terdapat buku PINK  Tidak tersedia media
promosi yang menarik
(Perlengkapan)  Terdapat buku panduan untuk bagi Ibu/variasi acara.
para kader posyandu
 Partisipasi peserta ibu
 Adanya program konseling

32
gizi dan penyuluhan online yang kurang karena
terkendala waktu dan
kegiatan sehari-hari

MACHINE  Terdapat Antropometri Kit


pada setiap Posyandu
(Peralatan)
 Terdapat satu buah
timbangan bayi di setiap
posyandu

 Terdapat timbangan Dacin

PROSES KELEBIHAN KEKURANGAN


PLANNING  Jadwal diumumkan di  Penjadwalan pelayanan posyandu
(Perencanaan) acara masyarakat terhalang pandemic Covid dan
seperti arisan dan sering tidak aktif posyandu nya
masjid serta mushola
sekitar.
 Jadwal Posyandu
dibuat oleh program
posyandu puskesmas,
petugas dari
kelurahan dan kader.
ORGANIZING  Terdapat pertemuan  Kurangnya keterlibatan orang tua
tenaga kesehatan balita dan PAUD dalam kegiatan
(Pengorganisasian)
dengan kader yang diadakan oleh posyandu
posyandu setiap 3 dalam menilai status gizi
bulan.
ACTUATING  Telah terdapat jadwal  Kurang penyuluhan dan konseling
yang tetap pada mengenai manfaat penimbangan
(Pelaksanaan)
posyandu setiap berat badan untuk menilai gizi
bulannya balita di luar gedung Puskesmas
yang menarik perhatian
 Terdapat sistem masyarakat selama Pandemi Covid
perujukkan balita gizi 19
buruk ke puskesmas
apabila sudah tidak  Saat dilakukan penyuluhan online
dapat ditangani di oleh kader banyak orang tua ytang
tingkat puskesmas. kurang terlibat dalam zoom meet

 Terdapar pelayanan
pemantauan
pertumbuhan di

33
Posyandu.
CONTROLLING  Pengawasan dan  Kurangnya monitoring,
evaluasi terhadap evaluasi dan follow up bagi
kinerja kader ibu yang memiliki balita untuk
Posyandu sudah melakukan penimbangan berat
diterapkan dengan badan selama Pandemi Covid
baik. 19 doi PAUD maupun di
Posyandu
 Pencatatan dan
pelaporan
dilaksanakan rutin
setiap bulan.

 Dilakukan evaluasi
setiap bulan.

 Terdapat aturan
pencatatan yang baku
Lingkungan Terdapat Posyandu di  Kurangnya pengawasan terhadap
(Fisik) setiap RW keluarga sadar gizi pada balita
yang terdapat di bawah garis
kuning dan merah pada KMS
selama masa Pandemi
 Kurangnya pengetahuan
(Non Fisik) masyarakat tentang pentingnya
pemantauan status gizi balita
 Sebagian masyarakat pendatang
tidak mengetahui adanya posyandu
di sekitar tempat tinggal mereka.
 Kurangnya edukasi mengenai
pentingnya pengukuran berat
badan balita kepada orang tua

Dari hasil identifikasi penyebab didapatkan beberapa penyebab


ketidaksesuaian antara keluaran program secara kualitatif dan kuantitatif adalah
sebagai berikut :
Technical Resources
C Contribution Jumlah
feasibility availability

34
- C : Kontribusi penyebab masalah (contribution)
- T : Kelayakan teknologi Iptek (Technical feasibility)
- R : Ketersediaan sumber daya (Resources availability)
-
Dari tabel diatas didapatkan kesimpulan penyebab masalah adalah

4.4. Penyelesaian Masalah


Penyebab Masalah Cara Penyelesaian Maslaah M I C V Jumlah

Keterangan :
M = magnitude
I = importancy

35
V = venerability
C = cost
M × I ×V
Cara penyelesaian P =
C

4.5. Rencana Kegiatan

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
5.2. Saran

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR LAMPIRAN

INPUT
1. Men
2. Dana
3. Metode Program
4. Material / Sarana
5. Waktu
PROSES
1. Perencanaan
2. Pengorganisasian
3. Pelaksanaan

36
4. Kontroling
OUTPUT

37

Anda mungkin juga menyukai