KEJANG DEMAM
Oleh:
Musdalifah Eka Pratiwi
111 2017 2019
Pembimbing Supervisor:
dr. Kartini Badruddin, M.Kes, SpA
1
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Kasus yang berjudul “Kejang Demam” yang dipersiapkan dan disusun
oleh: Musdalifah Eka Pratiwi (111 2017 2019)
Telah diperiksa dan dianggap telah memenuhi syarat Tugas Ilmiah Mahasiswa
Pendidikan Profesi Dokter dalam Disiplin Ilmu Kesehatan Anak pada;
2
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL...................................................................................... 1
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................2
DAFTAR ISI.......................................................................................................3
BAB I. PENDAHULUAN.................................................................................4
BAB II. LAPORAN KASUS.............................................................................5
Identitas Pasien..................................................................................................5
Status Umum.....................................................................................................6
Resume Pasien................................................................................................10
BAB III. PEMBAHASAN...............................................................................15
BAB IV. TINJAUAN PUSTAKA...................................................................17
Definisi............................................................................................................17
Epidemiologi...................................................................................................18
Etiologi............................................................................................................18
Faktor Risiko...................................................................................................18
Klasifikasi.......................................................................................................19
Patogenesis......................................................................................................20
Gejala Klinis dan Diagnosis............................................................................22
Terapi..............................................................................................................25
Edukasi............................................................................................................29
Diagnosis Banding..........................................................................................30
Komplikasi......................................................................................................30
Prognosis.........................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................32
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
BAB II
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
1. Nama : An. Z
2. Umur : 10 Bulan
3. Jenis Kelamin : Laki-Laki
4. Tanggal Lahir : 15 September 2017
5. Agama : Islam
6. Alamat : Salutubu, Luwu
7. Bangsa Suku : Bugis
8. No. RM : 34-05-07
9. Tanggal Masuk : 10 Juli 2018/Pukul 22.25 WITA
10. Anak (Ke 1 dari 1 anak). Keguguran: -
5
B. Status Umum
Pembuatan status didasarkan pada Alloanamnesis dari keluarga pasien
(Ibu pasien).
1. Keluhan Utama:
Kejang
2. Anamnesis Terpimpin:
Pasien anak laki-laki umur 10 bulan dibawa oleh ibunya MRS
dengan keluhan kejang (+), frekuensi 1x dirumah sebelum MRS, dengan
durasi <5 menit, tangan dan kaki menjadi kaku. Keluhan disertai demam
tinggi sejak 1 hari yang lalu, sifat demam naik turun., meningkat terutama
pada malam hari. Batuk (+) sesekali, lendir(-). Ibu pasien juga mengatakan
anaknya sebelumnya mengalami BAB encer (+) sejak 2 hari yang lalu,
frekuensi >3x/hari, ampas(+), lendir(-), darah(-). Nafsu makan anak
menurun (+). Sesak (-), mual (-), muntah(-). BAK: kuning, lancar.
3. Riwayat Penyakit Sebelumnya:
Dari Alloanamnesis diketahui bahwa pasien belum pernah
memiliki riwayat penyakit yang sama sebelumnya. Riwayat kejang
sebelumnya tidak ada. Riwayat alergi disangkal dan penyakit yang lain
juga disangkal.
4. Riwayat Penyakit Keluarga:
Tidak ada riwayat penyakit dengan keluhan yang sama dalam
keluarga.
C. Penilaian Status Gizi
Umur : 10 Bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Ukuran Tubuh
BB : 10 kg
PB : 67 cm
BB/TB : >2 SD (Gemuk)
BB/U : antara -2 SD sampai 2 SD (Gizi baik)
PB/U : antara -3 SD sampai <-2 SD (Pendek)
6
D. Status Imunisasi
Imunisasi Belum Pernah 1 2 3 4 5 Booster
Hepatitis B √ √ √ √ -
Polio √ √ √ -
BCG √ -
-DTP √ √ √ -
HIB √ √ √ -
Campak √ -
MMR √ -
PCV √ -
Rotavirus √ -
Influenza √ -
Tifoid √ -
Hepatitis A √ -
Varicella √ -
HPV √ -
E. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
Sakit Sedang/Gizi Baik/GCS E4M6V5
2. Tanda Vital
Tekanan Darah :-
Nadi : 120 kali / menit
Pernapasan : 30 kali / menit
Suhu : 39,2oC
3. Kulit
Warna kulit : Kuning langsat
Skar BCG : Ada
Turgor : baik
Sianosis : Tidak ada
4. Kepala
Kepala
o Bentuk : Mesocephal
o Ukuran : Normocephal
7
o Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut
o Ubun-ubun besar : belum menutup
Wajah
o Bentuk : Simetris
o Edema : Tidak ada
Mata
o Mata cekung : ada
o Konjunctiva pucat : Tidak ada
o Sklera ikterik : Tidak ada
o Pupil : Isokor (+/+), Refleks Cahaya (+/+)
Hidung
o Deformitas : Tidak ada
o Sekret : Tidak ada
o Napas cuping hidung : Tidak ada
Telinga
o Deformitas : Tidak ada
o Tanda infeksi : Tidak ada
o Sekret : Tidak ada
Mulut
o Trismus : Tidak ada
o Bibir Membiru : Tidak ada
o Bibir kering : Ada
o Lidah kotor : Tidak ada
o Perdarahan gusi : Tidak ada
o Mukosa pipi : Tidak ada kelainan
o Selaput lidah : tampak stomatitis (+)
Tenggorokan
o Uvula : Ditengah
8
o Faring : Hiperemis(-)
o Tonsil : T1 – T1
5. Leher
Kaku kuduk : Tidak ada
6. Thorax
Inspeksi : Normochest, Pengembangan dada kiri =
kanan, Gerakan simetris kiri = kanan,
Retraksi (-). Iga gambang tidak ada
Palpasi : Fremitus raba kiri = kanan, nyeri tekan(-),
massa (-)
Perkusi : Sonor kiri = kanan
Auskultasi
Bunyi pernafasan : Bronkovesikuler
Bunyi tambahan :Wheezing (-/-), Rhonki (-/-)
7. Cor
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Thrill tidak teraba
Perkusi : Batas atas: ICS 2linea parasternalis sinistra
Batas kiri:ICS 5 midclavicula sinistra
Batas kanan: ICS 4 linea parasternalis dextra
Auskultasi : BJ I/II murni-regular, murmur (-).
8. Abdomen
Inspeksi : Datar. Ikut gerak napas
Auskultasi : Peristaltik (+) Kesan: Normal
Perkusi : Tympani (+)
Palpasi : Dinding perut rileks, Nyeri tekan (-), Tidak teraba
massa tumor, lien/hepar tidak teraba. Acites tidak
ada.
9
9. Urogenital
Tidak ada kelainan
10. Ekstremitas
Akral hangat, edema (-), deformitas (-)
11. Collumna Vertebralis
Scoliosis : Tidak ada
Gibbus : Tidak ada
12. Kelenjar Limfe
Tidak ada pembesaran
13. Pemeriksaan Neurologis
Motorik : Dalam batas normal
Sensorik : Belum dapat dinilai
Refleks fisiologis : (+) kesan: normal
Refleks patologis : (-)
F. Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan
G. Resume Pasien
Pasien anak laki-laki umur 10 bulan dibawa oleh ibunya MRS dengan
keluhan kejang (+), frekuensi 1x dirumah sebelum MRS, dengan durasi<5
menit, tangan dan kaki menjadi kaku, keluhan disertai demam tinggi sejak 1
hari yang lalu, sifat demam naik turun. meningkat terutama pada malam hari.
Batuk (+) sesekali, lendir (-). Ibu pasien juga mengatakan anaknya
sebelumnya mengalami BAB encer (+) sejak 2 hari yang lalu, frekuensi
>3x/hari, ampas(+), lendir(-), darah(-). Saat ini BAB encer (-). Nafsu makan
anak menurun (+). BAK: kuning, lancar. Riwayat penyakit yang sama
sebelumnya tidak ada. Riwayat kejang sebelumnya tidak ada. Riwayat alergi
disangkal dan penyakit yang lain juga disangkal. Riwayat keluarga dengan
keluhan yang sama disangkal.
10
Dari hasil pemeriksaan tanda vital didapatkan keadaan umum pasien :
Sakit sedang/Gizi Baik/GCS 15: E4M6V5. Status vitalis didapatkan nadi 120
kali/menit, pernafasan 30 kali/menit, suhu 39,2oC. Hasil pemeriksaan fisik
didapatkan mata cekung, bibir kering dan ditemukan stomatitis pada selaput
lidah.
H. Diagnosis Kerja:
Kejang Demam Sederhana e.c GEA
ISPA
Stomatitis aphtosa
I. Diagnosis Banding:
Meningitis
Epilepsi
J. Tatalaksana
1. IVFD KAEN 3B 14 tpm
2. Paracetamol syrup 1c/8jam/oral
3. Diazepam 1 mg/8jam/oral
4. Amoxan syr 1c/8jam/oral
5. Apialys syr 1c/24jam/oral
11
K. Follow Up
1. Follow Up I (11 Juli 2018)
S O A P
Saat ini KU: lemah Kejang IVFD KAEN 3B
demam Nadi: 100x/menit demam 14 tpm
naik turun Nafas: 30x/menit sederhana Paracetamol syrup
kejang(-). Suhu: 36,7°C e.c GEA 1c/8jam/oral (K/P)
Batuk ada Mata: ISPA Apialys syr
sesekali, Anemis (-/-), ikterus Stomatitis 1c/24jam/oral
lender(-), (-/-), mata cekung (+) Aphtosa Amoxan syr
sesak Mulut: 1c/8jam/oral
tidak ada Selaput lidah tampak Diazepam
Nafsu stomatitis (+) 1 mg/8jam/oral
makan Paru: (bila S>38°C)
anak Bp: bronkovesikuler
kurang Bt: wheezing -/-
BAB Ronkhi -/-
encer (-). Retraksi subcostal
BAK:kun tidak ada
ing, Jantung:
lancar. BJ I/II murni regular.
Bising tidak ada
Abdomen:
Peristaltik ada
kesan normal
Organomegali tidak
ditemukan.
Ext: akral hangat,
edema(-)
12
2. Follow Up II (12 Juli 2018)
S O A P
Demam (-) KU: membaik Kejang Apialys syr
Kejang (-) Nadi: 100x/menit demam 1c/24jam/oral
Batuk kadang- Nafas: 30x/menit sederhana Amoxan syr
kadang, sesak Suhu: 36,4°C e.c GEA 1c/8jam/oral
tidak ada. Mata: Stomatitis Diazepam
Nafsu makan Anemis (-/-), ikterus Aphtosa 1 mg/8jam/oral
anak mulai (-/-), mata cekung (-) (bila S>38°C)
membaik Mulut:
BAB encer Selaput lidah tampak
(+) frekuensi stomatitis (+)
1x hari ini, Paru:
ampas ada, Bp: bronkovesikuler
lender(-), Bt: wheezing -/-
darah(-) Ronkhi -/-
BAK: kuning, Retraksi subcostal
lancer. tidak ada
Jantung:
BJ I/II murni regular.
Bising tidak ada
Abdomen:
Peristaltik ada
kesan normal
Organomegali tidak
ditemukan.
13
3. Follow Up III (13 Juli 2018)
S O A P
Demam (-) KU: baik Kejang Apialys syr
Kejang(-) Nadi: demam 1c/24jam/oral
Batuk (+) 110x/menit sederhana Amoxan syr
kadang-kadang Nafas: e.c GEA 1c/8jam/oral
dialami, lendir 30x/menit ISPA Puyer batuk
(+). Suhu: 36,7°C (ambroxol
Nafsu makan Mata: +ctm)/8jam/oral
baik Anemis (-/-),
BAB : biasa, ikterus (-/-), mata Plan: Rawat Jalan
lancer cekung (-)
BAK: kuning, Mulut:
lancar Selaput lidah:
stomatitis (-)
Paru:
Bp:
bronkovesikuler
Bt: wheezing -/-
Ronkhi -/-
Retraksi subcostal
tidak ada
Jantung:
BJ I/II murni
regular. Bising
tidak ada
Abdomen:
Peristaltik ada
kesan normal
BAB III
14
PEMBAHASAN
Seorang anak laki-laki usia 10 bulan dibawa oleh ibunya MRS dengan
keluhan kejang, dengan frekuensi 1x, durasi<5 menit dialami dirumah sebelum
MRS. Tampak kaki dan tangan anak kaku. Sebelumnya, pasien mengalami
demam tinggi sehari sebelum MRS, sifat demam naik turun, demam meningkat
pada malam hari. Batuk pilek juga dialami sesekali. Ibu pasien juga mengeluhkan
adanya BAB encer dialami sejak 2 hari lalu SMRS, dengan frekuensi lebih dari 3
kali per hari. Nafsu makan anak menurun, Buang air kecil lancer, berwarna
kuning.
Berdasarkan teori, dari hasil alloanamnesis pasien anak yang menderita
Kejang demam, Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi karena
peningkatan suhu tubuh dengan cepat >38oC, dan kenaikan suhu tersebut di
akibatkan oleh proses ekstrakranial. umumnya terjadi pada anak usia 6 bulan-5
tahun. Puncaknya pada usia 14-18 bulan dan merupakan penyebab kejang
tersering pada anak dan memiliki prognosis sangat baik. Demam yang memicu
kejang berasal dari proses ekstrakranial, paling sering disebabkan karena infeksi
saluran nafas akut, otitis media akut, roseola, infeksi saluran kemih, dan infeksi
saluran cerna.
Secara klinis umumnya tidak sulit untuk menegakkan diagnosis kejang
demam, dengan adanya gejala kejang pada suhu badan yang tinggi serta tidak
didapatkan gejala neurologis lain dan anak segera sadar setelah kejang berlalu.
Pada kasus ini, pasien di diagnosis kejang demam sederhana didasarkan pada: (i)
timbul kejang yang sebelumnya didahului dengan demam (ii) durasi kejang
berlangsung kurang dari 5 menit, dan tidak berulang dalam jangka waktu 24 jam.
(iii) anak berada pada rentang usia 6 bulan sampai 5 tahun, merupakan usia yang
pada umumnya sering dijumpai kasus kejang demam, (iv) demam yang timbul
didahului oleh adanya proses ekstrakranial, yakni infeksi saluran cerna berupa
GEA, dan (v) anak segera sadar setelah kejang, dan tidak ada gejala neurologis
lain.
Hasil pemeriksaan fisik didapatkan mata cekung, bibir kering merupakan
akibat dari diare yang terjadi sehingga menimbulkan gambaran klinis dehidrasi
15
pada anak, serta gejala demam yang menyertai. Ditemukan pula stomatitis pada
selaput lidah dengan gambaran khas berupa lesi bulat kecil berwarna putih,
sehingga anak didiagnosa dengan stomatitis aphtosa. Gejala penyerta lainnya
berupa batuk dan flu yang dialami pasien mendukung diagnosa lainnya berupa
infeksi akut pada saluran napas anak.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan berupa pemeriksaan cairan
serebrospinal untuk menyingkirkan kemungkinan meningitis, terutama pada
pasien kejang demam yang pertama dan dengan usia kurang dari 1 tahun. Akan
tetapi pada kasus ini, berdasarkan hasil anamnesis sudah sangat mendukung
diagnosa kejang demam yang terjadi, sehingga pemeriksaan penunjang tidak lagi
dilakukan.
Hasil anamnesis dan pemeriksaan fisis serta maka pasien tersebut dapat
didiagnosis menderita Kejang demam sederhana disebabkan oleh GEA
(gastroenteritis akut), ISPA, dan stomatitis aphtosa.
Terapi yang diberikan pada pasien ini adalah pemberian cairan KAEN-3B
sebagai larutan rumatan untuk memenuhi kebutuhan harian air dan elektrolit, pada
keadaan asupan oral terbatas, mengingat pasien juga mengalami nafsu makan
yang menurun. Pemberian paracetamol syrup sebagai anti piretik untuk
menurunkan demam, sehingga dengan turunnya suhu pasien diharapkan
mengurangi resiko terjadinya kembali kejang . Obat anti kejang yang merupakan
terapi awal yang diberikan ialah diazepam, baik dalam bentuk oral, rectal maupun
intravena. Pada kasus ini diberi berupa diazepam dosis 0,5mg/kgBB/8 jam
sediaan oral, diberikan sebagai bentuk profilaksis terhadap timbulnya kejang
apabila suhu anak meningkat kembali. Pemberian Antibiotik berupa amoxan
syrup (amoxicillin) merupakan golongan penicillin, diberikan atas indikasi pada
pasien yang mengalami demam dan batuk pilek beberapa hari terakhir. Pemberian
apialys syrup untuk membantu meningkatkan nafsu makan dan daya tahan tubuh
anak.
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
16
A. DEFINISI
peningkatan suhu tubuh dengan cepat >38oC, dan kenaikan suhu tersebut
dan memiliki prognosis sangat baik. Kejang di sertai demam juga terjadi
saraf pusat (SSP). Oleh karena itu, diagnosis selain kejang demam harus
maupun penunjang;
5. Bila terjadi pada anak < 6 bulan atau >5 tahun, maka harus di
B. EPIDEMIOLOGI
17
Insidens di negara-negara barat berkisar antara 3-5%. Di Asia
C. ETIOLOGI
neuron terjadi lebih mudah. Pola penurunan genetik masih belum jelas.
paling sering disebabkan karena infeksi saluran nafas akut, otitis media
D. FAKTOR RESIKO
demam. Selain itu juga terdapat faktor riwayat kejang demam pada orang
18
Setelah kejang demam pertama, kira-kira 33% anak akan mengalami satu
rekurensi atau lebih. Resiko rekurensi meningkat pada usia dini, cepatnya
rendah saat kejang, riwayat keluarga kejang demam, dan riwayat keluarga
epilepsi.9
demam pada orang tua penderita kejang demam ialah 17% dan pada
E. KLASIFIKASI
19
- Berlangsung singkat < 15 menit
F. PATOGENESIS
otak, jantung, otot, dan terjadi gangguan pusat pengaturan suhu. Demam
20
semakin bertambah. Pada kejang yang lama akan terjadi perubahan
berikut :
sel.
akan meninggalkan gejala sisa. Pada kejang demam yang lama (lebih dari
21
darah di otak, sehingga terjadi hipoksemia dan edema otak, pada akhirnya
G. GEJALA KLINIS
suhu yang cepat dan biasnya berkembang bil suhu tubuh mencapai 39 0C
tonik klonik. Bentuk kejang yang lain dapat juga terjadi seperti mata
fokal3,4,5,6
reaksi apapun untuk sejenak atau disebut periode mengantuk singkat pasca
kejang, tetapi setelah beberapa detik atau menit, anak terbangun dan sadar
bersifat fokal atau unilateral dan kadang-kadang diikuti oleh parese Tood
jam sampai beberapa hari. Kejang unilateral yang lama dapat diikuti oleh
22
hemiparesis yang menetap. Bangkitan kejang yang berlangsung lama
Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
23
Pemeriksaan Penunjang
yang tinggi dapat pula tejadi pada kelainan lain, misalnya pada
kejang demam yang pertama dan dengan usia kurang dari 1 tahun.
24
H. TERAPI
pada waktu pasien datang, kejang sudah berhenti. Apabila saat pasien
datang dalam keadaan kejang, obat yang paling cepat untuk menghentikan
kejang akut mengikuti algoritma kejang pada umumnya. Obat yang praktis
rektal. Dosis diazepam rektal adalah 0,5-0,75 mg/kg atau diazepam rektal
dapat diulang lagi dengan cara dan dosis yang sama dengan interval waktu
5 menit. Bila setelah 2 kali pemberian diazepam rektal masih tetap kejang,
Pemberian Antipiretik :
25
D), namun para ahli di Indonesia sepakat bahwa antipiretik tetap dapat
adalah 10-15 mg/kg/kali diberikan dalam 4 kali pemberian per hari dan
tidak lebih dari 5 kali. Dosis ibuprofen adalah 5-10 mg/kg/kali, 3-4 kali
Pemberian Antikonvulsan :
Obat yang digunakan adalah diazepam oral 0,3 mg/kg/kali per oral
untuk berat badan >12 kg), sebanyak 3 kali sehari, dengan dosis
sedasi
- Kejang fokal
26
Kejang demam 4 X atau lebih pertahun
organik.
ilmiah bahwa kejang demam tidak berbahaya dan penggunaan obat dapat
perilaku dan kesulitan belajar pada 40-50% kasus. Dosis asam valproat
pada anak anak adalah 15-40 mg/kg/hari dalam 2-3 dosis, dan dosis
27
Pengobatan diberikan selama 1 tahun, penghentian pengobatan
28
I. EDUKASI
tua. Pada saat kejang sebagian besar orang tua beranggapan bahwa
yang diantaranya:
prognosis baik.
3. Bila anak tidak sadar, posisikan anak miring. Bila terdapat muntah,
29
7. Berikan diazepam rektal bila kejang masih berlangsung lebih dari 5
atau lebih, suhu tubuh lebih dari 40 derajat Celsius, kejang tidak
J. DIAGNOSIS BANDING
1. meningitis
2. ensefalitis
3. epilepsi
K. KOMPLIKASI
L. PROGNOSIS
mengalami kejang demam berulang dan 75% nya terjadi dalam satu tahun
adalah 28%
30
- Riwayat keluarga kejang dman atau epilepsi
demam berulang hingga 80%. Namun bila tidak satupun faktor di atas di
31
DAFTAR PUSTAKA
Aesculapius:Jakarta.2014.Hal102-105
2. Fuadi, 2010. Faktor Risiko Bangkitan Kejang Demam pada Anak. (Tesis).
Kejang Pada Anak. Cetakan ke2. Balai Penerbit FKUI. Jakarta 2002.
Indonesia.2016
pertama,FKUI-RSCM.Jakara,2005
32