Disusun Oleh:
RAHMATILLA
NIM: 20020004
i
LEMBARAN PENGESAHAN
RAHMATILLA
NIM: 20020004
Mengetahui,
Ketua Jurusan D-III Kebidanan
STIKes Medika Nurul Islam
ii
KATA PENGANTAR
Rahmatilla
iii
DAFTAR ISI
COVER……………………………………………………………………….. i
LEMBARAN PENGESAHAN……………………………………………….ii
KATA PENGANTAR…………………………………………………………iii
DAFTAR ISI………………………………………………………………….. iv
BAB I : PENDAHULUAN………………………………………………… .. 1
A. Latar Belakang ………………………………………………………….1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………… .2
C. Tujuan…………………………………………………………………...2
D. Manfaat………………………………………………………………….3
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………..4
A. Pengertian Status Gizi……………………………………………………….4
B. Klasifikasi Status Gizi…………………………………………………...4
C. Metode Penelitian Status Gizi…………………………………………...5
D. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi………………………7
BAB III : TINJAUAN KASUS……………………………………………… 11
A. Asuhan Kebidanan Pada Balita…………………………………………. 11
BAB IV : PENUTUP…………………………………………………………. 16
A. Kesimpulan ……………………………………………………………..16
B. Saran…………………………………………………………………….16
DAFTAR PUSTAKA
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gizi Kurang merupakan suatu kondisi berat badan menurut umur (BB/U) yang
tidak sesuai dengan usia yang seharusnya. Kondisi balita gizi kurang akan rentan
terjadi pada balita usia 2-5 tahun karena balita sudah menerapkan pola makan seperti
makanan keluarga dengan tingkat aktivitas fisik yang tinggi (Diniyyah & Nindya,
2017).
Menurut World Health Organization (WHO), ada tiga indikator status
gizi pada anak yang dijadikan parameter, yaitu berat badan terhadap umur,
tinggi badan terhadap umur, dan berat badan terhadap tinggi badan. Berat
badan merupakan indikator umum status gizi karena berat badan berkorelasi
secara positif terhadap umur dan tinggi badan (Kemenkes RI, 2017).
1
Pendapatan sebuah keluarga sangat mempengaruhi kemampuan
seseorang untuk mengakses dan mengkonsumsi makanan tertentu yang akan
berpengaruh pada status gizi anak tersebut. Hal ini diperkuat dengan
penelitian yang dilakukan oleh Hosang, Umboh dan Lestari, yang
menyatakan terdapat hubungan Pemberian Makanan Tambahan terhadap
perubahan status gizi anak gizi kurang di Kota Manado tahun 2017.
Gizi kurang secara cepat harus segera ditangani, apabila tidak segera
ditangani akan menjadi masalah baru yaitu menambah prevalensi gizi kurang
di suatu wilayah. Skrining gizi dilakukan dengan tujuan untuk
mengidentifikasi responden yang berisiko, tidak berisiko malnutrisi atau
kondisi khusus. Bila hasil skrining gizi menunjukkan responden berisiko
malnutrisi, maka dilakukan pengkajian/assesment gizi dan dilanjutkan dengan
langkah-langkah proses asuhan gizi terstandar oleh ahli gizi/dietisien
(Kemenkes, 2013).
Berdasarkan hasil survei oleh Dinas Kesehatan dan Pusat Kajian Gizi
dan Kesehatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Aceh pada tahun 2017,
indikator status gizi kurang di kabupaten Pidie mencapai sebanyak 18,8%.
Sedangkan prevalensi gizi kurang pada anak di Gampong Mesjid Bungie,
Kecamatan Simpang tiga terdapat balita, balita diantaranya mengalami gizi
kurang.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas, maka
permasalahan dalam laporan ini yaitu “Bagaimana Permasalahan Gizi
Pada By.M di Puskesmas Pidie?”.
C. Tujuan
Untuk mengetahui Permasalahan Abortus Imminens Pada Ny.R di
Puskesmas Pidie.
2
D. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
E. Manfaat
4. Bagi Mahasiswa
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
Menurut Kementrian Kesehatan RI Direktorat Jenderan Bina Gizi dan
Kesehatan Ibu dan Anak (2010), menyatakan bahwa klasifikasi status gizi
balita menurut BB/U dibagi menjadi 4, yaitu:
1. Gizi buruk: <-3 SD
2. Gizi kurang: -3 SD sampai <-2 SD
3. Gizi baik: -2 SD sampai 2 SD
4. Gizi lebih: >2 SD
1. Secara Langsung
Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi 4 penilaian
yaitu: antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik.
a. Antropometri
Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia ditijau dari
sudut pandang gizi, maka antropometri gizi adalah berhubungan
5
manusia, antara lain umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas,
lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul dan tebal lemak di bawah kulit.
6
E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi Balita
1. Penyebab Langsung
a. Asupan Makanan
Pengukuran asupan makanan/konsumsi makanan sangat penting untuk
mengetahui kenyataan apa yang dimakan oleh masyarakat dan hal ini
dapat berguna untuk mengukur status gizi dan menemukan faktor diet
yang dapat menyebabkan malnutrisi (Supariasa, 2013).
b. Pola Makan
Pola makan yang baik, frekuensi ysng sesuai dengan kebutuhan, jadwal
makan yang teratur dan hidangan yang bervariasi dapat terpenuhinya
kecukupan sumber tenaga, asupan zat pembangun, zat pengatur bagi
kebutuhan gizi anak balita sehingga proses tumbuh kembang anak balita
tetap sehat (Novitasari dkk, 2016).
d. Penyakit Infeksi
Adanya hubungan antara penyakit infeksi dengan status gizi merupakan
suatu hal yang saling berhubungan satu sama lain karena anak balita yang
mengalami penyakit infeksi akan membuat nafsu makan anak berkurang
sehingga asupan makanan untuk kebutuhan tidak terpenuhi yang kemudian
menyebabkan daya tahan tubuh anak balita melemah yang akhirnya mudah
diserang penyakit infeksi (Novitasari dkk, 2016).
7
malnutrisi dengan penyakit infeksi, dan juga infeksi akan mempengaruhi
status gizi dan mempercepat malnutrisi.
Ibu yang rutin ke posyandu dapat dipantau status gizi anak balitaya
oleh petugas kesehatan dan begitu juga sebaliknya ibu yang tidak rutin
ke posyandu maka status gizi anak balitanya akan sulit terpantau
(Novitasari, dkk. 2016)
a) Sosial Budaya
1) Tingkat Pendidikan
Seseorang yang berpendidikan tinggi umumnya memiliki
pendapatan yang relative tinggi pula. Semakin tinggi pendidikan maka
8
cenderung memiliki pendapatan yang lebih besar, sehingga akan
berpengaruh pada kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi
(Shilfia dan Wahyuningsih, 2017).
2) Tradisi/Kebiasaan
Dalam hal sikap terhadap makanan masih banyak terdapat
pantangan, tahayul dan tabu dalam masyarakat, sehingga
menyebabkan konsumsi makanan yang bergizi pada masyarakat
menjadi rendah (Supariasa, 2013
9
BAB III
TINJAUAN KASUS
Pidie
BIODATA
1. Anak
Umur : 14 Bulan
10
DATA SUBJEKTIF
1. Keluhan Utama : Ibu dating membawa anaknya dan mengatakan bahwa anaknya demam
dan tidak mau makan.
Riwayat Kesehaan
c. Imunisasi
a. Nutrisi
Frekuensi : 2x sehari
b. Eliminasi
BAB BAK
Warna : Kuning Warna : Kuning benih
11
Bau : Khas Bau : Pesing
c. Kebersihan Diri
Mandi : 3x sehari
3. Keadaan Psikososial
Yang mengasuh :
Nenek
DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
b. Kesadaran :
c. TTV
S : 36 °C
N : 90x/menit
RR : 33x/menit
12
d. BB : 7 kg
e. BB/TB : 8,5 kg
2. Pemeriksaan Fisik
c. Telinga : Bersih
f. Dada :
g. Abdomen :
h. Ekstermitas :
i. Turgor / Kulit :
j. Anus : (+)
ASSASSMENT
1. Diagnosis : Balita S usia 14 bulan dengan gizi kurang ≤ -2 berdasarkan pengukuran BB/TB
3. Kebutuhan : Nutrisi
13
PLANNING
1) Memberi tahu ibu bahwa ibu harus menjaga pola makan anak karena anak
mengalami gizi kurang.
EVALUASI
1) Ibu sudah memahami dan mengerti tentang permasalahan Giz pada anaknya
3) Ibu sudah mulai melakukan pengolahan makanan untuk anaknya agar anak
mau makan
4) Ibu sudah mulai memberikan anak makanan yang brgizi dan seimabang
5) Ibu sudah menjalankan untuk si anak agar dibawa ke Posyandu dengan rutin
14
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gizi Kurang merupakan suatu kondisi berat badan menurut umur (BB/U)
yang tidak sesuai dengan usia yang seharusnya. Kondisi balita gizi kurang
akan rentan terjadi pada balita usia 2-5 tahun karena balita sudah menerapkan
pola makan seperti makanan keluarga dengan tingkat aktivitas fisik yang
tinggi (Diniyyah & Nindya, 2017).
Banyak faktor yang mempengaruhi gizi kurang pada anak diantaranya
yaitu konsumsi makanan yang tidak seimbang dengan kebutuhan kalori akan
berpengaruh pada pertumbuhan seorang anak. Sikap dan perilaku makan yang
kurang baik akan mengakibatkan kurangnya status gizi pada balita tersebut
(Setyawati dan Setyowati, 2015).
Gizi kurang secara cepat harus segera ditangani, apabila tidak segera
ditangani akan menjadi masalah baru yaitu menambah prevalensi gizi kurang
di suatu wilayah. Skrining gizi dilakukan dengan tujuan untuk
mengidentifikasi responden yang berisiko, tidak berisiko malnutrisi atau
kondisi khusus. Bila hasil skrining gizi menunjukkan responden berisiko
malnutrisi, maka dilakukan pengkajian/assesment gizi dan dilanjutkan dengan
langkah-langkah proses asuhan gizi terstandar oleh ahli gizi/dietisien
(Kemenkes, 2013).
B. Saran
15
DAFTAR PUSTAKA
Adriana. D. 2013. Tumbuh Kembang & Terapi Bermain Pada Anak. Jakarta: Selemba
Medika.
Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak. 2010. Keputusan Menteri
Kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Hardinsyah dan Supariasa. 2017. Ilmu Gizi Teori dan Aplikasinya. Jakarta: EGC
Kemenkes RI. 2015. Situasi Kesehatan Anak Balita di Indonesia. Jakarta :
Kemenkes RI .
Putri Ariani, A. 2017. Ilmu Gizi Dilengkapi dengan Standar Penilaian Status Gizi Dan
Daftar Komposisi Bahan Makanan. Yogyakarta : Nuha Medika.
Sugiyarti R, Aprilia V, Hati F. 2014. Kepatuhan Kunjungan Posyandu dan Status Gizi
Balita di Posyandu Karangbendo Banguntapan, Bantul. Yogyakarta : JKN.
Supariasa, dkk. 2013. Penilaian Status Gizi (Edisi Revisi). Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
16