Disusun Oleh:
KHAREISA ZELHIJANA
NIM: 20020005
i
LEMBARAN PENGESAHAN
Risfayanti, S.Tr.keb
NIP: 197601152006042002
Mengetahui,
Ketua Jurusan D-III Kebidanan
ii
KATA PENGANTAR
Khareisa Zelhijana
iii
DAFTAR ISI
COVER……………………………………………………………………….. i
LEMBARAN PENGESAHAN……………………………………………….ii
KATA PENGANTAR…………………………………………………………iii
DAFTAR ISI………………………………………………………………….. iv
BAB I : PENDAHULUAN………………………………………………… .. 1
A. Latar Belakang ………………………………………………………….1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………… .2
C. Tujuan…………………………………………………………………...2
D. Manfaat………………………………………………………………….3
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………..4
A. Pengertian Status Gizi ……………………………………………………….4
B. Klasifikasi Status Gizi…………………………………………………...4
C. Metode Penelitian Status Gizi…………………………………………...5
D. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi………………………7
BAB III : TINJAUAN KASUS……………………………………………… 11
BAB IV : PENUTUP…………………………………………………………. 16
A. Kesimpulan ……………………………………………………………..16
B. Saran…………………………………………………………………….16
DAFTAR PUSTAKA
iv
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gizi Kurang merupakan suatu kondisi berat badan menurut umur
(BB/U) yang tidak sesuai dengan usia yang seharusnya. Kondisi balita gizi
kurang akan rentan terjadi pada balita usia 2-5 tahun karena balita sudah
menerapkan pola makan seperti makanan keluarga dengan tingkat aktivitas
fisik yang tinggi (Diniyyah & Nindya, 2017).
Menurut World Health Organization (WHO), ada tiga indikator status
gizi pada anak yang dijadikan parameter, yaitu berat badan terhadap umur,
tinggi badan terhadap umur, dan berat badan terhadap tinggi badan. Berat
badan merupakan indikator umum status gizi karena berat badan berkorelasi
secara positif terhadap umur dan tinggi badan (Kemenkes RI, 2017).
1
Pendapatan sebuah keluarga sangat mempengaruhi kemampuan seseorang
untuk mengakses dan mengkonsumsi makanan tertentu yang akan
berpengaruh pada status gizi anak tersebut. Hal ini diperkuat dengan
penelitian yang dilakukan oleh Hosang, Umboh dan Lestari, yang
menyatakan terdapat hubungan Pemberian Makanan Tambahan terhadap
perubahan status gizi anak gizi kurang di Kota Manado tahun 2017.
Gizi kurang secara cepat harus segera ditangani, apabila tidak segera
ditangani akan menjadi masalah baru yaitu menambah prevalensi gizi kurang
di suatu wilayah. Skrining gizi dilakukan dengan tujuan untuk
mengidentifikasi responden yang berisiko, tidak berisiko malnutrisi atau
kondisi khusus. Bila hasil skrining gizi menunjukkan responden berisiko
malnutrisi, maka dilakukan pengkajian/assesment gizi dan dilanjutkan dengan
langkah-langkah proses asuhan gizi terstandar oleh ahli gizi/dietisien
(Kemenkes, 2013).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas, maka
permasalahan dalam laporan ini yaitu “Bagaimana Permasalahan Gizi
kurang Pada Bl.S di Puskesmas Pidie?”.
C. Tujuan
Untuk mengetahui Permasalahan Gizi kurang Pada Bl.S di Puskesmas
Pidie.
D. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
2
Dapat digunakan sebagai informasi tambahan dan masukan untuk
memperluas wawasan Mahasiswa/i STIKes Medika Nurul Islam.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Secara Langsung
Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi 4 penilaian
yaitu: antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik.
a. Antropometri
Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia ditijau
dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi adalah berhubungan
dengan berbgai macam pengukuran dimensi tubuh dan dimensi tubuh
dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.
5
Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan
gambaran masa tubuh. Masa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan-
perubahan yang mendadak, misalnya karena terserang penyakit infeksi,
penurunan nafsu makan, atau jumlah yang dikonsumsi. Berat badan
adalah parameter antropometri yang sangat labil. Dalam keadaan
normal, yaitu ketika keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara
konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin, berat badan berkembang
mengikuti pertambahan umur.
b. Pemeriksaan Klinis
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai
status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-
perubahan yang terjadi terkait ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat
dilihat pada jaringan epitel (superficial epithelial tissues) seperti kulit,
mata, rambut dan mukosa oral atau pada organorgan yang dekat dengan
permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.
6
Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat
(rapid clinical surveys). Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara
cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat
gizi. Selai itu, metode ini digunakan untuk mengetahui tingkat status
gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik, yaitu tanda (sign)
dan gejala (symptom) atau riwayat penyakit.
c. Penilaian Status
Gizi Secara Biokimia Penilaian status gizi dengan biokimia adalah
pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratorium yang dilakukan
pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan
antara lain: darah, urine, tinja, dan juga beberapa jaringan tubuh seperti
hati dan otot. Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa
kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi.
Banyak gejala klinis yang kurang spesifik, maka penemuan kimia faal
dapat lebih banyak menolong untuk menentukan diagnosis atau
kekurangan/kelebihan gizi yang spesifik.
1. Penyebab Langsung
a. Asupan Makanan
Pengukuran asupan makanan/konsumsi makanan sangat penting untuk
mengetahui kenyataan apa yang dimakan oleh masyarakat dan hal ini
7
dapat berguna untuk mengukur status gizi dan menemukan faktor diet
yang dapat menyebabkan malnutrisi (Supariasa, 2013).
b. Pola Makan
Pola makan yang baik, frekuensi ysng sesuai dengan kebutuhan, jadwal
makan yang teratur dan hidangan yang bervariasi dapat terpenuhinya
kecukupan sumber tenaga, asupan zat pembangun, zat pengatur bagi
kebutuhan gizi anak balita sehingga proses tumbuh kembang anak balita
tetap sehat (Novitasari dkk, 2016).
d. Penyakit Infeksi
Adanya hubungan antara penyakit infeksi dengan status gizi merupakan
suatu hal yang saling berhubungan satu sama lain karena anak balita yang
mengalami penyakit infeksi akan membuat nafsu makan anak berkurang
sehingga asupan makanan untuk kebutuhan tidak terpenuhi yang kemudian
menyebabkan daya tahan tubuh anak balita melemah yang akhirnya mudah
diserang penyakit infeksi (Novitasari dkk, 2016).
8
Puskesmas sebagai lembaga mempunyai bermacanmacam aktivitas.
Salah satunya adalah posyandu, dimana pada posyandu terdapat
skrining pertama dalam pemantauan status gizi balita, adanya
penyuluhan tetag gizi, PMT, Vit A dan sebagainya (Profil Kesehatan
Provinsi Jawa Tengah, 2016).
Ibu yang rutin ke posyandu dapat dipantau status gizi anak balitaya
oleh petugas kesehatan dan begitu juga sebaliknya ibu yang tidak rutin
ke posyandu maka status gizi anak balitanya akan sulit terpantau
(Novitasari, dkk. 2016)
a) Sosial Budaya
1) Tingkat Pendidikan
Seseorang yang berpendidikan tinggi umumnya memiliki
pendapatan yang relative tinggi pula. Semakin tinggi pendidikan maka
cenderung memiliki pendapatan yang lebih besar, sehingga akan
berpengaruh pada kualitas dan kuantitas makanan yang dikonsumsi
(Shilfia dan Wahyuningsih, 2017).
9
cenderung untuk mendapatkan informasi baik dari orang lain maupun
media massa. Pengetahuan erat hubunganya dengan pendidikan,
seseorang dengan pendidikan yang tinggi maka semakin luas pula
pengetahuan yang dimiliki (Ariani, 2017).
2) Pendapatan
Pendapatan menunjukkan kemampuan keluarga untuk membeli
pangan yang selanjutnya akan mempengaruhi kualitas pangan dan
gizi. Keluarga dengan pendapatan tinggi memiliki kesempatan untuk
membeli makanan yang bergizi bagi anggota keluarganya, sehingga
dapat mencukupi kebutuhan gizi setiap anggota keluarganya (Adriana,
M., 2013).
3) Tingkat Pengetahuan
Gizi buruk dapat dihindari apabila dalam keluarga terutama ibu
mempunyai tingkat pengetahuan yang baik mengenai gizi, orang tua
yang memiliki pengetahuan yang kurang tentang gizi dan kesehatan,
cenderung tidak memperhatikan kandungan zat gizi dalam makanan
keluarganya terutama untuk anak balita, serta kebersihan makanan
yang di makan, sehingga akan mempengaruhi status gizinya (Ariani,
2017).
4) Tradisi/Kebiasaan
Dalam hal sikap terhadap makanan masih banyak terdapat
pantangan, tahayul dan tabu dalam masyarakat, sehingga
menyebabkan konsumsi makanan yang bergizi pada masyarakat
menjadi rendah (Supariasa, 2013).
10
BAB III
TINJAUAN KASUS
Pidie
BIODATA
1. Anak
Umur : 14 Bulan
DATA SUBJEKTIF
1. Keluhan Utama : Ibu dating membawa anaknya dan mengatakan bahwa anaknya
demam dan tidak mau makan.
11
2. Riwayat Kesehaan
c. Imunisasi
a. Nutrisi
Frekuensi : 2x sehari
b. Eliminasi
BAB BAK
Warna : Kuning Warna : Kuning benih
12
c. Istirahat dan Tidur
d. Kebersihan Diri
Mandi : 3x sehari
4. Keadaan Psikososial
DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
c. TTV
S : 36 °C
N : 90x/menit
RR : 33x/menit
d. BB : 7 kg
e. BB/TB : 8,5 kg
2. Pemeriksaan Fisik
ASSASSMENT
3. Kebutuhan : Nutrisi
PLANNING
1) Memberi tahu ibu bahwa ibu harus menjaga pola makan anak karena anak
mengalami gizi kurang.
14
EVALUASI
1) Ibu sudah memahami dan mengerti tentang permasalahan Giz pada anaknya
3) Ibu sudah mulai melakukan pengolahan makanan untuk anaknya agar anak
mau makan
4) Ibu sudah mulai memberikan anak makanan yang brgizi dan seimabang
5) Ibu sudah menjalankan untuk si anak agar dibawa ke Posyandu dengan rutin
15
BAB IV
PENUTUP
B. Kesimpulan
Gizi Kurang merupakan suatu kondisi berat badan menurut umur (BB/U)
yang tidak sesuai dengan usia yang seharusnya. Kondisi balita gizi kurang
akan rentan terjadi pada balita usia 2-5 tahun karena balita sudah menerapkan
pola makan seperti makanan keluarga dengan tingkat aktivitas fisik yang
tinggi (Diniyyah & Nindya, 2017).
Banyak faktor yang mempengaruhi gizi kurang pada anak diantaranya
yaitu konsumsi makanan yang tidak seimbang dengan kebutuhan kalori akan
berpengaruh pada pertumbuhan seorang anak. Sikap dan perilaku makan yang
kurang baik akan mengakibatkan kurangnya status gizi pada balita tersebut
(Setyawati dan Setyowati, 2015).
Gizi kurang secara cepat harus segera ditangani, apabila tidak segera
ditangani akan menjadi masalah baru yaitu menambah prevalensi gizi kurang
di suatu wilayah. Skrining gizi dilakukan dengan tujuan untuk
mengidentifikasi responden yang berisiko, tidak berisiko malnutrisi atau
kondisi khusus. Bila hasil skrining gizi menunjukkan responden berisiko
malnutrisi, maka dilakukan pengkajian/assesment gizi dan dilanjutkan dengan
langkah-langkah proses asuhan gizi terstandar oleh ahli gizi/dietisien
(Kemenkes, 2013).
A. Saran
Bayi yang mengalami permasalahan Gizi kurang harus menerapkan hidup pola
sehat, ibu juga harus memantau perkembangan dan pertumbuhan bayi secara terus
menerus, ibu juga harus pandai dalam mengolah makanan bayi agar bayi tetap
terus makan dan memberikan cemilan seperti roti-roti, bayi juga harus terpenuhi
nutrisinya.
16
DAFTAR PUSTAKA
Adriana. D. 2013. Tumbuh Kembang & Terapi Bermain Pada Anak. Jakarta:
Selemba Medika.
Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak. 2010. Keputusan
Menteri Kesehatan. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Hardinsyah dan Supariasa. 2017. Ilmu Gizi Teori dan Aplikasinya. Jakarta: EGC
Kemenkes RI. 2015. Situasi Kesehatan Anak Balita di Indonesia. Jakarta :
Kemenkes RI .
Putri Ariani, A. 2017. Ilmu Gizi Dilengkapi dengan Standar Penilaian Status Gizi
Dan Daftar Komposisi Bahan Makanan. Yogyakarta : Nuha Medika.
Sugiyarti R, Aprilia V, Hati F. 2014. Kepatuhan Kunjungan Posyandu dan Status
Gizi Balita di Posyandu Karangbendo Banguntapan, Bantul. Yogyakarta :
JKN.
Supariasa, dkk. 2013. Penilaian Status Gizi (Edisi Revisi). Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
17