Anda di halaman 1dari 32

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANAK DENGAN

OBESITAS

oleh :
Kelompok 15

Resi Permatasari 172310101039


Ika Hestri Purwanti 172310101050

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANAK DENGAN
OBESITAS

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak


Dosen Pembimbing:
Dr. Ns. Iis Rahmawati, S.Kep., M.Kes

oleh:
Resi Permatasari 172310101039
Ika Hestri Purwanti 172310101050

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat,
Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah
yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Pasien Anak dengan Obesitas”.
Dalam penulisan makalah ini, kami telah mendapat banyak bantuan dari
banyak pihak. Kami menyampaikan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Ns. Ira Rahmawati, M.Kep, Sp.Kep.An sebagai PJMK Keperawatan Anak
serta sebagai Dosen Pembimbing
2. Seluruh pihak-pihak yang telah membantu
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih
terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Saya
mengharap kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk meningkatkan
kualitas dan sistematika dari penulisan makalah saya yang berjudul “Asuhan
Keperawatan pada Pasien Anak dengan Obesitas”.

Jember, 13 September 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................iii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang..........................................................................................1
1.2 Tujuan......................................................................................................2
1.3 Manfaat....................................................................................................2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Obesitas......................................................................................3
2.2 Klasifikasi Obesitas.................................................................................3
2.3 Patofisiologi Obesitas..............................................................................3
2.4 Penatalaksanaan Obesitas........................................................................6
BAB III. ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian................................................................................................12
3.2 Diagnosa..................................................................................................17
3.3 Intervensi.................................................................................................18
BAB IV. PENUTUP
4.1 Pathway....................................................................................................22
BAB V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan..............................................................................................22
5.2 Rekomendasi isu menarik........................................................................22
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................23

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Obesitas merupakan suatu keaadan dimana menumpuknya sisa energi
yang disimpan dalam bentuk lemak di jaringan adiposa. keadaan ini terjadi
akibat tidak seimbangnya antara asupan makanan dengan penggunaan energi
yang dilakukan. obesitas berbahaya dikarenakan dapat memicu penyakit
kardiovaskuler, hipertensi, stroke, diabetes, perlemakan hati, infeksi jamur, serta
masalah saluran pernafasan. Menurut WHO pada tahun 2016 jumlah anak yang
memiliki berat badan berlebih di bawah usia lima tahun diperkirakan mencapai
lebih dari 41 juta jiwa. hampir setengah dari prevalensi tersebut berada di
wilayah asia (WHO, 2016). Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) 2013 didapatkan prevalensi obesitas pada anak balita di tahun 2007,
2010, dan 2013 yang diukur berdasarkan berat badan menurut tinggi badan
menggunakan baku antropometri anak balita WHO berturut-turut 12,2%,
14,0%, dan 11,9%, serta anak berusia 5-12, 13-15, dan 16-18 tahun berturut-
turut 8,8%, 2,5%, dan 1,6% mengunakan pengukuran yang sama (IDAI, 2013).
Obesitas merupakan suatu masalah yang kompleks dikarenakan tidak hanya
dipengaruhi oleh faktor asupan makanan yang berlebih saja namun jika diteliti
lebih lanjut, peran genetik juga sangat berpengaruhi. dalam berbagai penelitian
genetika, anak akan memiliki kecenderungan mengalami obesitas apabila kedua
orang tuanya mengalami obesitas juga. Obesitas pada anak menjadi masalah
kesehatan serius yang bersifat global karena anak dengan berat badan berlebih
memiliki kecenderugan akan tetap gemuk saat dewasa yang berisiko tinggi
mengidap penyakit non-komunikabel yang telah disebutkan sebelumnya (WHO,
2016). Sehingga diperlukannya pencegahan dan penatalaksanaan yang tepat
untuk menangani permasalahan obesitas pada anak. menurut IDAI 2013,
pencegahan yang harus dilakukan meliputi pencegahan primer, sekunder, dan
tersier.

1
1.2 Tujuan
a. Tujuan umun
Untuk memahami dan menjelaskan tentang konsep dasar obesitas pada
anak serta konsep asuhan keperawatan pada anak obesitas atau berat badan
berlebih.
b. Tujuan khusus
1. Untuk menjelaskan klasifikasi dan patofisiologis dari obesitas
2. Untuk menjelaskan penatalaksanaan medis dan non medis
3. Untuk menjelaskan pengkajian pada anak obesitas
4. Menjelaskan diagnosa dan intervensi keperawatan yang dapat
diterapkan

1.3 Manfaat
Manfaat dari penulisan tugas ini adalah untuk memberikan pemahaman
yang mudah bagi pembaca dalam mengenali dan mengerti bahaya obesitas pada
anak serta asuhan keperawatan apa saja yang dapat diberikan pada anak
obesitas.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Obesitas


Obesitas adalah tubuh yang memiliki Body Mass Index (BMI) pada atau
diatas presentil ke-95 untuk anak-anak dan remaja dengan usia dan jenis
kelamin yang sama. Status berat badan anak ditentukan menggunakan BMI
presentil usia dan jenis kelamin daripada BMI yang digunakan pada orang
dewasa. Hal ini dikarenakan komposisi setiap anak bervariasi seiring dengan
bertambahnya usia dan juga bervariasi antara anak laki-laki dan perempuan
(CDC, 2018).

Gambar 1.1 anak dengan obesitas


(www.tribunnews.com)

2.2 Klasifikasi Obesitas


a. Obesitas Idiopatik
Umunya didapatkan riwayat obesitas pada kelurga. fungsi mental normal.
usia tulang normal. pemeriksaan fisik umumnya normal dan cenderung
berperawakan cenderung tinggi. memiliki lebih dari 90 % kasus yang
ditemukan (IDAI, 2013).

3
b. Obesitas Endogen
Umumnya tidak didapat riwayat obesitas pada keluarga. fungsi mental
seringkali retardasi. usia tulang terlambat. pemeriksaan fisik terdapat
kelainan cenderung berperawakan pendek. ditemukan kurang dari 10 %
kasus (IDAI, 2013).

2.3 Patofisiologi Obesitas


Obesitas terjadi bila asupan energi melebihi penggunaannya sebagai
akibat perubahan genetik maupun lingkungan. Proses biokimiawi dalam tubuh
menentukan rasa kenyang dan lapar, termasuk pemilihan macam makanan,
selera dan frekuensi makan seseorang. Kondisi dan aktifitas menyimpan
kelebihan energi di jaringan adiposit dikomunikasikan ke sistem saraf sentral
melalui mediator leptin dan sinyal-sinyal lain. Mutasi gen-gen penyandi leptin
dan sinyal transduksi tersebut akan mempengaruhi pengendali asupan makanan.
Mekanisme rasa kenyang yaitu dengan disekresikannya hormone Leptin oleh
sel-sel adiposit yang disalurkan melalui sirkulasi dan ditranspor menuju sistem
saraf pusat untuk berikatan dengan reseptor leptin di hipotalamus. Ikatan ini
merangsang sintesis pro-opiomelanokortin (POMC) yang menghasilkan alpha-
melanocyte stimulating hormone (alpha-MSH) yang bertugas untu berikatan
dengan reseptor melanokortin-4 (MC4-R) di hipotalamus yang akan
menyebabkan penurunan nafsu makan. Selanjutnya alpha-MSH menekan pusat
lapar dan melalui sirkulasi darah ke perifer meningkatkan metabolisme dengan
memacu lipolisis di jaringan adipose. Pada penderita obesitas mekanisme ini
terganggu oleh adanya perubahan gen atau terjadi resistensi terhadap hormone
sehingga biasanya penderita obesitas memiliki nafsu makan yang tinggi dan
pemecahan jaringan adiposa menjadi energi cenderung lambat(Xia, 2013).
Termogenesis adalah proses biokimia yang mengendalikan tingkat
besarnya energi untuk menjadi kalor. Pada pemilik gen obesitas, tubuh tidak
mengubah sisa energi secara optimal ke dalam bentuk kalor namun disimpan
dalam bentuk jaringan lemak dalam sel adiposa. Selain thermogenesis,

4
adipogenesis pada pemilik gen obesitas menghasilkan variasi karakteristik
jaringan lemak. Pada obesitas ringan dan sedang, jaringan adipose cenderung
mengalami hipertrofi. Sedangkan pada obesitas berat, jaringan adipose
mengalami hiperplasi. PPAR-gamma adalah reseptor inti yang penting dalam
adipogenesis dan insulin signalling. Mutasi pada gen PPAR-gamma dapat
menyebabkan penurunan kemampuan pemecahan lemak. Kesimpulannya
bahwa pada penderita obesitas, mekanisme leptin, thermogenesis, dan
adipogenesis mengalami perubahan baik mutasi ataupun resistensi pada
hormone, reseptor, ataupun mediatornya sehingga membuat penderita obesitas
diawali dengan nafsu makan yang tidak terkontrol dan cepat menumpuknya sisa
makanan yang menjadi lemak (Xia, 2013).

Manifestasi klinis yang muncul pada anak dengan obesitas antara lain (IDAI,
2013):
1. Anak < 2 tahun (IMT WHO 2006) : overweight (z score > +2), obesitas (z
score > +3) Anak 2-18 tahun (IMT CDC 2000) : overweight (BMI >P – P ),
obesitas (BMI >P )
2. Seringkali mengantuk setelah makan, tidur mengorok yang disertai henti
napas saat tidur, sering terbangun saat tidur dan sering mengantuk di siang
hari.
3. Memiliki tampilan wajah membulat, pipi tembem, dagu rangkap karena
jaringan adipose yang menyimpan banyak lemak dibawah kulit, serta kulit
wajah berminyak dan berjerawat
4. Kesulitan melakukan pergerakan, berpindah, dan lambat merespon gerak.
5. Leher relatif terlihat pendek dengan lapisan kulit yang bergelambir
6. Abnormal gait yaitu gerakan panggul yang terbatas. Bowing of tibia atau
tulang tibia melengkung.

5
2.4 Penatalaksanaan Obesitas
1. Penatalaksanaan Medis
a. Farmakoterapi
Secara umum farmakoterapi untuk obesitas dikelompokkan menjadi
tiga, yaitu (IDAI, 2013) :
1. Penekan nafsu makan (Sibutramin)
Sibutramin berfungsi menimbulkan rasa kenyang dan
meningkatkan pengeluaran energi dengan menghambat ambilan
ulang (reuptake) noraderenalin dan serotonin. Penggunaan obat
tersebut pernah diijinkan pada remaja yang berusia ≥ 16 tahun.
Sebagian besar penelitian menunjukkan manfaat jangka pendek
yang terbatas. menunjukkan peningkatan efek samping pada
kardiovaskular sehingga tahun 2010 dilakukanya penghentian
pemberian sibutramin dan menginstruksikan produsen agar
menarik sibutramin dari pasar.
2. Penghambat absorbsi zat-zat gizi (Orlistat)
Pemberian Orlistat biasanya akan diberikan bersama
suplementasi vitamin yang larut dalam lemak untuk tata laksana
obesitas pada remaja di atas usia 12 tahun. Studi klinis
menunjukkan bahwa orlistat dapat membantu menurunkan berat
badan lebih efektif dibandingkan placebo.
3. Rekombinan leptin obesitas karena defisiensi leptin bawaan
serta kelompok obat untuk mengatasi komordibitas (Metformin)
Metformin merupakan obat yang digunakan pada diabetes
melitus tipe-2 tetapi sering disalahgunakan sebagai
farmakoterapi untuk obesitas. penggunaan metformin untuk
obesitas pada anak dan remaja memperoleh hasil penggunaan
metformin jangka pendek memberikan efek penurunan IMT dan
resistensi insulin pada anak dan remaja obes dengan
hiperinsulinemia.

6
b. Terapi Bedah
Terapi bedah pada obesitas disebut bariatric yaitu pengurangan
volume lambung dengan cara di potong sebagian kemudian
direkatkan kembali. Prinsip terapi bedah pada obesitas (bedah
bariatrik) adalah (IDAI, 2013) :
1. Mengurangi asupan makanan (restriksi) atau memperlambat
pengosongan lambung dengan cara gastric banding dan
vertical-banded gastroplasty.
2. Mengurangi absorbsi makanan dengan cara membuat gastric
bypass dari lambung ke bagian akhir usus halus.
Sampai saat ini belum cukup banyak diteliti manfaat serta bahaya
pembedahan jika diterapkan pada anak. Bedah bariatrik dapat di
pertimbangkan dilakukan pada (IDAI, 2013):
1. Remaja yang mengalami kegagalan menurunkan berat badan
setelah menjalani program yang terencana ≥ 6 bulan serta
memenuhi persyaratan antropometri, medis, dan psikologis.
2. Super-obesitas (sesuai dengan definisi World Health
Organization jika IMT ≥40).
3. Secara umum sudah mencapai maturitas tulang (umumnya
perempuan ≥13 tahun dan laki-laki ≥15 tahun).
4. Menderita komplikasi obesitas yang hanya dapat diatasi
dengan penurunan berat badan.
Terapi bedah bariatrik tetap berpotensi menimbulkan komplikasi
yang serius walaupun menghasilkan penurunan berat badan yang
bermakna pada pasien pediatrik. Komplikasi laparoscopic adjustable
gastric banding (LAGB) yang paling sering dilaporkan adalah band
slippage dan defisiensi mikronutrien, dengan beberapa kasus
sporadik erosi band, disfungsi lubang atau pipa, hiatal hernia, infeksi
luka dan dilatasi kantung. Komplikasi yang lebih berat dilaporkan
setelah Roux-en-Y gastric bypass (RYGB), seperti embolisme paru,

7
syok, obstruksi usus, perdarahan pasca bedah, kebocoran di tempat
jahitan, dan gizi buruk. Sehingga perlu perawatan pascaoperatif yang
ketat dan teliti. (IDAI, 2013)

2. Penatalaksanaan Non-Medis
Tujuan tata laksana gizi lebih dan obesitas pada anak harus disesuaikan
dengan usia dan perkembangan anak, penurunan berat badan mencapai
20% di atas berat badan ideal, serta pola makan dan aktivitas fisis yang
sehat dapat diterapkan jangka panjang untuk mempertahankan berat badan
tetapi tidak menghambat pertumbuhan dan perkembangan (IDAI, 2013).
a. Pola makan yang benar
Pemberian diet seimbang sesuai requirement daily allowances
(RDA) merupakan prinsip pengaturan diet pada anak gemuk karena
anak masih bertumbuh dan berkembang dengan metode food rules,
yaitu (IDAI, 2013):
1. Terjadwal dengan pola makan besar 3x/hari dan camilan
2x/hari yang terjadwal (camilan diutamakan dalam bentuk
buah segar), diberikan air putih di antara jadwal makan utama
dan camilan, serta lama makan 30 menit/kali.
2. Lingkungan netral dengan cara tidak memaksa anak untuk
mengonsumsi makanan tertentu dan jumlah makanan
ditentukan oleh anak.
3. Prosedur dilakukan dengan pemberian makan sesuai dengan
kebutuhan kalori yang diperoleh dari hasil perkalian antara
kebutuhan kalori berdasarkan RDA menurut height age dengan
berat badan ideal menurut tinggi badan

8
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengaturan kalori
dengan metode food rules, yaitu (IDAI, 2013):
1. Kalori yang diberikan disesuaikan dengan kebutuhan normal.
Pengurangan kalori berkisar 200–500 kalori sehari dengan
target penurunan berat badan 0,5 kg per minggu. Penurunan
berat badan ditargetkan sampai mencapai kira-kira 20% di atas
berat badan ideal atau cukup dipertahankan agar tidak
bertambah karena pertumbuhan linier masih berlangsung
2. Diet seimbang dengan komposisi karbohidrat 50-60%, lemak
30%, dan protein cukup untuk tumbuh kembang normal (15-
20%). Bentuk dan jenis makanan harus dapat diterima anak,
serta tidak dipaksa mengonsumsi makanan yang tidak disukai
3. Diet tinggi serat dapat membantu pengaturan berat badan
melalui jalur intrinsik, hormonal dan colonic. Ketiga
mekanisme tersebut selain menurunkan asupan makanan akibat
efek serat yang cepat mengenyangkan (meskipun kandungan
energinya rendah) serta mengurangi rasa lapar, juga
meningkatkan oksidasi lemak sehingga mengurangi jumlah
lemak yang disimpan. Pada anak di atas 2 tahun dianjurkan
pemberian serat dengan rumus (umur dalam tahun + 5) g per
hari.

b. Aktivitas/latihan fisik
Latihan fisis yang dianjurkan pada anak dan remaja berbeda di
beberapa negara. Pedoman Health Canada menganjurkan untuk
meningkatkan latihan fisis minimal 30 menit dengan 10 menit
latihan fisis bugar, dan menurunkan aktivitas fisis kurang gerak
dengan jumlah waktu yang sama setiap hari. Center for Disease
Control and Prevention Amerika Serikat menganjurkan anak dan
remaja harus melakukan latihan fisis setiap hari selama 60 menit

9
atau lebih, yang terdiri dari aktivitas aerobik, penguatan otot, dan
penguatan tulang (IDAI, 2013).
1. Aktivitas aerobic
Aktivitas aerobik merupakan latihan fisis yang dapat dilakukan
setiap hari selama 60 menit atau lebih. Aktivitas aerobik terdiri
dari aktivitas aerobik dengan intensitas sedang (misalnya jalan
cepat) atau aktivitas aerobik dengan intensitas bugar (misalnya
berlari). Aktivitas aerobik dengan intensitas bugar dilakukan
paling sedikit tiga kali dalam satu minggu.
2. Penguatan otot (muscle strengthening)
Aktivitas penguatan otot, seperti senam atau push-up,
dilakukan paling sedikit tiga kali dalam satu minggu sebagai
bagian dari total latihan fisis selama 60 menit atau lebih.
3. Penguatan tulang (bone strengthening)
Aktivitas penguatan tulang, seperti lompat tali atau berlari,
dilakukan paling sedikit tiga kali dalam satu minggu sebagai
bagian dari total latihan fisis selama 60 menit atau lebih.

c. Modifikasi Perilaku
Tata laksana diet dan latihan fisis merupakan komponen yang efektif
untuk pengobatan, serta menjadi perhatian paling besar bagi ahli
fisiologi untuk memperoleh perubahan makan dan aktivitas
perilakunya. Oleh karena prioritas utama adalah perubahan perilaku,
maka perlu menghadirkan peran orangtua sebagai komponen
intervensi.
Beberapa cara pengubahan perilaku berdasarkan metode food rules
diantaranya adalah (IDAI, 2013):
1. Pengawasan sendiri terhadap berat badan, masukan makanan,
dan aktivitas fisis, serta mencatat perkembangannya.

10
2. Kontrol terhadap rangsangan/stimulus, misalnya pada saat
menonton televisi diusahakan untuk tidak makan karena
menonton televisi dapat menjadi pencetus makan. Orangtua
diharapkan dapat meniadakan semua stimulus di sekitar anak
yang dapat merangsang keinginan untuk makan.
3. Mengubah perilaku makan, misalnya belajar mengontrol porsi
dan jenis makanan yang dikonsumsi, serta mengurangi
makanan camilan.
4. Penghargaan, yaitu orangtua dianjurkan untuk memberikan
dorongan, pujian terhadap keberhasilan atau perilaku sehat
yang diperlihatkan anaknya, misalnya makan makanan menu
baru yang sesuai dengan program gizi yang diberikan, berat
badan turun, dan mau melakukan olahraga.
5. Pengendalian diri, misalnya dapat mengatasi masalah apabila
menghadapi rencana bepergian atau pertemuan sosial yang
memberikan risiko untuk makan terlalu banyak, yaitu dengan
memilih makanan yang berkalori rendah atau mengimbanginya
dengan melakukan latihan tambahan untuk membakar energi.

11
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian keperawatan


3.1.1 Identitas Klien
Berisi identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama,
pendidikan, alamat, nomer rumah sakit, pekerjaan, status perkawinan, serta
tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian dan sumber informasi dari
pasien.
3.1.2 Riwayat Kesehatan
1. Diagnosa Medik:
Pada anak penderita obesitas bisa saja disertai diagnosa penyakit komplikasi
lainnya.
2. Keluhan Utama:
Pada orang tua dengan anak penderita obesitas akan datang ke rumah sakit
atau pelayanan kesehatan apabila tingkat obesitas sudah menganggu
aktifitas dan menunjukkan gejala-gejala komplikasi seperti gangguan
saluran nafas, demam, masalah pada jantung.
3. Riwayat penyakit sekarang:
Pada anak penderita obesitas gejala yang ditunjukkan apabila menaggu
aktifitas, seperti hambatan berjalan dikarenakan kaki yang berbentuk o
dengan beban tubuh yang berlebih. Rincian penyakit mulai dari awal sampai
saat pertama kali berhubungan dengan petugas kesehatan. Waktu kejadian,
cara (proses), tempat, suasana, manifestasi masalah, perjalanan
penyakit/masalah.
4. Riwayat kesehatan terdahulu:
a. Penyakit yang pernah dialami:
Riwayat penyakit yang pernah diderita: jenis, tindakan pengobatan,
pemberi perawatan, prognosis, hospitalisasi, dan lain-lain.

12
b. Alergi (obat, makanan, plester, dll):
Semua jenis alergen beserta efek yang ditimbulkan.
c. Imunisasi:
Semua riwayat imunisasi, baik imunisasi dasar maupun tambahan.
d. Kebiasaan/pola hidup/life style:
Kebiasan setiap hari pada anak obesitas cenderung memiliki kebiasaan
makan-makanan berlemak dan junkfood serta kurang aktifitas fisik
sehingga menambah cadangan lemak di dalam tubuh.
e. Obat-obat yang digunakan
Riwayat obat-obatan yang digunakan oleh pasien.
5. Riwayat penyakit keluarga:
Status kesehatan keluarga, usia dan penyebab kematian keluarga, ortu,
saudara kandung, pasangan, anak, kaji riwayat penyakit keturunan. Pada
anak obesitas seringkali ditemui memiliki orang tua obesitas atau risiko
tinggi obesitas.

3.1.3 Pengkajian Fungsional


1. Persepsi kesehatan & pemeliharaan kesehatan
Mendeskripsikan pola kesehatan dan kesejahteraan klien dan bagaimana
kesehatan dikelola. Pada orang tua anak obesitas biasanya memiliki
pemeliharaan kesehatan yang kurang baik karena gaya hidup yang juga
kuraang baik dibuktikan dengan anak yang mengalami obesitas dikarenakan
peran orang tua juga.
2. Pola nutrisi/ metabolik (ABCD)
Berisi tentang pengukuran Antropometry (IDAI, 2013) :
Anak < 2 tahun (IMT WHO 2006) : overweight (z score > +2), obesitas (z
score > +3) Anak 2-18 tahun (IMT CDC 2000) : overweight (BMI >P – P ),
obesitas (BMI >P )

13
Biomedical sign :
Tergantung pada pemeriksaan penunjang pada anak obesitas yang memiliki
perbedaan masing-masing individu. Adanya peningkatan tekanan darah
(hipertensi) jika tekanan darah sistolik atau diastolik > P untuk usia, jenis
kelamin, dan tinggi badan pada ≥ 3 kali pemeriksaa.
Diet Pattern (intake makanan dan cairan):
Pada anak obesitas memiliki pola makan yang terlalu sering dengan variasi
makanan bermacam dan porsi yang banyak sehingga menyebabkan
kelebihan nutrisi kurang dari yang dibutuhkan tubuh.
3. Pola eliminasi:
Pada anak obesitas pola eliminasi akan terganggu, khususnya saat buang air
kecil dikarenakan syaraf akan mengalami gangguan saat kadar lemak
didalam tubuh tinggi sehingga cenderung tidak bisa menahan buang air
kecil.
4. Pola aktivitas & latihan
Pada anak obesitas ditemukan bahwa ekstremitas menunjukkan abnormal
gait yaitu gerakan panggul terbatas yang disebut slipped capital femoral
epiphysis, selain itu juga ditemukannya bowing of tibia atau tibia
melengkung yang disebut blount disease. Seringkali juga ditemukan juga
kelainan sindrom genetik berupa tangan dan kaki kecil serta polidaktil.
5. Pola tidur & istirahat
Pada anak obesitas ditemukan bahwa kebiasaan tidur melebihi anak pada
normalnya. Seringkali mengantuk setelah makan. Tidur mengorok yang
disertai henti napas saat tidur, sering terbangun saat tidur dan sering
mengantuk di siang hari.
6. Pola kognitif & perceptual
Pada anak obesitas terkadang fungsi kognitif dan memori sedikir terlambat
walaupun sebagian besar anak obesitas tidak ditemukan hal tersebut. Namun
dalam mengambil keputusan lebih cenderung mengikuti naluri saja.

14
7. Fungsi dan keadaan indera
Pada anak obesitas ditemukan bahwa beberapa diantaranya mengalami
papilledema, paralisis neurveus VI kranilais yang menunjukkan gambaran
diskus optikus kabur disebut pseudotumor serebri.
8. Pola persepsi diri
Mayoritas pada anak obesitas memiliki harga diri rendah terkait citra
tubuhnya yang berbeda dengan anak normal lainnya yaitu mengalami
kegemukan.
9. Pola seksualitas & reproduksi
Pada anak obesitas ditemukan bahwa beberapa mengalami stadium tanner
yaitu timbulnya perkembangan seks sekunder <9 tahun pada anak lali-laki,
< 8 tahun pada anak perempuan. Selain itu mikropenis yaitu penis
berukuran kecil serta syndrome polikistik ovarium serta sindrom polikistik
ovarium yang meiliki ciri yaitu menstruasi terlambat.
10. Pola peran & hubungan
Menjelaskan peran pasien dalam keluarga dan hubungannya dengan orang
lain, siapa pengambil keputusan dalam keluarga, apakah keluarga berperan
dalam tanggung jawab terhadap pasien, apakah anggota keluarga kooperatif
dengan pasien. Pada anak obesitas akan cenderung menempel pada orang
tua atau orang terdekat yang terpecaya.
11. Pola manajemen koping-stress
Menjelaskan pola koping umum dan efektivitas pola dalam hal toleransi
stres. Pada anak dengan obesitas koping stres mengalami gangguan karena
tampilan fisik. Penyelesaian permasalahan cenderung sulit dilakukan.
12. System nilai & keyakinan
Pada anak obesitas perkembangan sistem nilai dan keyakinan sesuai dengan
umur. Pada masa anak-anak, sistem nilai keyakinan dan spiritual masih
mengikuti orangtuanya.

15
3.1.4 Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum:
pada anak obesitas cenderung lemah, lambat dalam bergerak karena terbatas,
masih dapat mempertahankan kesadaran jika tidak ada komplikasi penyakit
utama lain.
Tanda vital: cenderung memiliki tekanan darah yang tinggi dan respirasi rate
yang cepat
2. Pengkajian Fisik (Inspeksi, Palpasi, Perkusi, Auskultasi) (IDAI, 2013)
1. Kepala
Memiliki tampilan wajah membulat, pipi tembem, dagu rangkap karena
jaringan adipose yang menyimpan banyak lemak dibawah kulit. Kulit
wajah berminyak dan berjerawat
2. Mata
Beberapa kasus ditemukan adanya papilledema dan paralisis nerveus VI
yang disebut pseudotumor serebri yang memiliki keluhan nyeri kepala
hebat, fotofobia, dan penglihatan ganda.
3. Telinga
Pada anak obesitas tidak memiliki gangguan telinga apabila tidak
terdapat komplikasi penyakit yang terkait dengan telinga.
4. Hidung
Pada anak obesitas tidak memiliki gangguan hidung apabila tidak
terdapat komplikasi penyakit yang terkait dengan hidung.
5. Mulut
Pada anak obesitas tak jarang ditemukannya Sianosis pada bibir, jari,
kulit.
6. Leher
Pada anak obesitas leher relatif terlihat pendek dengan lapisan kulit yang
bergelambir

16
7. Dada
Ngorok saat tidur terkadang disertai henti napas saat tidur. Terdengar
Wheezing. Asma, terkait dengan intoleransi latihan, sindrom
hipoventilasi obesitas.
8. Abdomen
Perut membuncit disertai dinding perut yang berlipat-lipat. Terdapat
nyeri abdomen Gangguan refluks gastroesofagus, penyakit kandung
empedu.
9. Urogenital
Timbulnya perkembangan seks sekunder < 9 tahun pada anak laki-laki
atau < 8 tahun pada anak perempuan. Penis dengan ukuran normal yang
terpendam dalam lemak suprapubik
10. Ekstremitas
Undescended testis atau testis belum berada ditempatnya. Abnormal gait
yaitu gerakan panggul yang terbatas. Bowing of tibia atau tulang tibia
melengkung. Anak obesitas cenderung memiliki tangan dan kaki yang
kecil, polidaktili.
11. Kulit dan kuku
Sering ditemukan pada anak obesitas, yaitu kulit terlihat gelap
disebabkan peningkatan risiko resistensi insulin. Jerawat berlebihan.
Cepat iritasi dan inflamasi. Ditemukan striae violaceous.

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Obesitas berhubungan dengan faktor keturunan ditandai dengan kurang
aktifitas fisik harian, makan makanan berminyak/berlemak, gangguan
kebiasaan makan
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan indeks masa tubuh diatas
percentile ke-95 sesuai usia ditandai dengan gangguan sikap berjalan,
ketidaknyaman, gerakan lambat (00085).

17
3. Defisiensi pengetahuan berhungan dengan kurang informasi ditandai dengan
(00126)
4. Ketidakefektifan koping berhubungan dengan ketidakadekuatan
kesempatan untuk bersiap menghadapi stressor ditandai dengan
ketidakmampuan mengatasi masalah, ketidakmampuan menghadapi situasi,
perilaku destruktif terhadap diri sendiri (00069).

18
3.4. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa
Tujuan (NOC) Intervensi (NIC) Rasional
. keperawatan
1. Obesitas Setelah dilakukan perawatan Edukasi Berat Badan Efektif 1. Mengetahui kesiapan pasien dalam
selama 7x24 jam diharapkan berat (1.12365) menerima informasi yang akan
badan menurun dengan kriteria 1. Identifikasi kesiapan dan diberikan
hasil: kemampuan menerima informasi 2. Memberikan kenyamanan dan
1. Berat badan dari skala 2 2. Jadwalkan pendidikan kesehatan kesiapan pasien
memburuk ditingkatkan sesuai kesepakatan 3. Pasien memahami mengenai
menjadi skala 3 sedang 3. Jelaskan hubungan asupan makan, penjelasan untuk mencapai tujuan
2. Verbalisasi perasaan negatif latihan, peningkatan dan 4. Pasien dapat berhati-hati dalam
tentang perubahan tubuh dari penurunan berat badan kondisinya yang mengalami obesitas
skala 4 cukup menurun 4. Jelaskan risiko kondisi kegemukan 1. Meminimalisir kejadian yang tidak
ditingkatkan menjadi skala 2 (overweight) dan kurus diinginkan
cukup meningkat (underweight) 2. Mendapatkan kepastian mengenai
3. Memiliki komitmen pada Manajemen Berat Badan (1.03097) berat badan untuk dilakukan
rencana makan yang sehat 1. Identifikasi kondisi kesehatan perawatan
dari skala 2 cukup menurun pasien yang dapat mempengaruhi 3. Pasien tidak kebingungan dalam
ditingkatkan menjadi skala 4 berat badan menentukan target
cukup meningkat 2. Hitung berat badan ideal pasien 4. Agar pasien memahami dan dapat
4. Mengontrol porsi makan dan 3. Fasilitasi menentukan target berat menerapkannya
menetapkan latihan rutin dari badan yang realistis 5. Lebih berhati-hati dengan keadaan
skala 2 cukup menurun 4. Jelaskan hubungan antara asupan tubuhnya

19
ditingkatkan menjadi skala 4 makanan, aktivitas fisik,
cukup meningkat penambahan berat badan dan
penurunan berat badan
5. Jelaskan faktor risiko berat badan
lebih dan berat badan kurang
2. Hambatan Setelah dilakukan perawatan Peningkatan latihan : latihan 1. Agar pasien mengerti dan
mobilitas fisik selama 7x24 jam diharapkan kekuatan (0201) memahami tentang informsi
(00085) mobilitas fisik meningkat dengan 1. Sediakan informasi mengenai yang diberikan perawat
kriteria hasil: fungsi otot, latihan fisiologis, dan 2. Memberikan bantuan kepada
1. Berjalan dengan langkah konsekuensi dari pasien untuk mencapai tujuan
yang efektif dari skala 2 penyalahgunaannya. program
banyak terganggu 2. Bantu mengembangkan program
ditingkatkan menjadi skala 3 latihan kekuatan yang sesuai 1. Agar pasien mengerti
cukup terganggu dengan tingkat kebugaran otot, pentingnya terapi yang
2. Menopang berat badan dari hambatan musculoskeletal, tujuan dilakukan secara rutin
skala 2 banyak terganggu kesehatan nasional, sumber 2. Agar otot pasien terbiasa
ditingkatkan menjadi skala 3 peralatan latihan, kecenderungan bergerak dan menjaga
cukup terganggu pribadi, dan dukungan sosial. keseimbangannya.
3. Keseimbangan dari skala 2 3. Agar pasien dapat
banyak terganggu Terapi Latihan : keseimbangan meminimalisir cedera jatuh
ditingkatkan menjadi 3 (0221)
cukup terganggu 1. Instruksikan pasien mengenai
pentingnya terapi latihan dalam
menjaga dan meningkatkan
20
latihan
2. Instruksikan pasien untuk
melakukan latihan keseimbangan
seperti berdiri denga satu kaki,
membungkuk kedepan,
peregangan dan presistensi yang
sesuai
3. Bantu dengan program penguatan
pergelangan kaki dan berjalan
2. Defisiensi Setelah dilakukan perawatan Peningkatan Kesadaran kesehatan
1. Pasien dapat menerima informasi
pengetahuan selama 2x24 jam diharapkan (5515)
dengan baik
(00126) pengetahuan meningkat, dengan 1. Gunakan komunikasi yang sesuai
2. Mencari persepsi pasien yang salah
kriteria hasil: dan jelas
terkait kesehatan
1. Kisaran berat badan personal 2. Observasi tanda-tanda kesadaran
3. Untuk mempermudah pasien dalam
yang optimal dari skala 2 kesehatan yang terganggu
memahami informasi
pengetahuan terbatas 3. Gunakan strategi untuk
4. Menilai sejauh mana pasien dapat
ditingkatkan menjadi skala 4 meningkatkan pemahaman yaitu
menangkap informasi
pengetahuan banyak dengan informasi yang paling
1. Pasien diharapkan memahami
2. Strategi untuk penting dahulu, fokus pada pesan-
informasi dan dapat mencapai tujuan
mempertahankan diet yang pesan inti
2. Menilai sejauh mana keinginan
sehat dari skala 2 4. Evaluasi pemahaman pasien
pasien dalam perubahan perilaku
pengetahuan terbatas dengan meminta pasien
3. Pasien memiliki motivasi yang kuat
ditingkatkan menjadi skala 4 mengulangi kembali
untuk mencapai tujuan
pengetahuan banyak
21
3. Pentingnya aktivitas fisik dari menggunakan kata-kata sendiri
4. Mempermudah pasien dalam
skala 2 pengetahuan terbatas Manajemen Berat Badan (1260)
mencapai target yang telah ditetapkan
ditingkatkan menjadi skala 4 1. Diskusikan dengan pasien
pengetahuan banyak mengenai hubungan antar asupan
4. Hubungan diet, olahraga, dan makanan, olahraga, peningkatan
berat badan dari skala 2 berat badan, dan penurunan berat
pengetahuan terbatas badan
ditingkatkan menjadi skala 4 2. Kaji motivasi pasien untuk
pengetahuan banyak mengubah pola makannya
5. Risiko kesehatan 3. Dorong pasien untuk
berhubungan dengan berat mengkonsumsi air yang cukup
badan berlebih dari skala 2 setiap hari
pengetahuan terbatas 4. Bantu pasien membuat
ditingkatkan menjadi skala 4 perencanaan makan yang
pengetahuan banyak seimbang dan konsisten dengan
jumlah energy yang dibutuhkan
setiap harinya
3. Ketidakefektifan Setelah dilakukan perawatan Peningkatan Koping (5230)
1. Membantu agar cara yang digunakan
koping (00069) selama 2x24 jam diharapkan 1. Bantu pasien untuk menyelesaikan
tidak destruktif
koping individu meningkat, masalah dengan cara yang
2. Tidak mengalami kecemasan dan
dengan kriteria hasil: konstruktif
kemungkinan buruk tentang
1. Mengidentifikasi pola 2. Dukung sikap pasien terkait
ekspektasi klien
koping yang efektif dari skala dengan harapan yang realistis
1. Memberikan keinginan perubahan
2 jarang menunjukkan sebagai upaya untuk mengatasi
22
ditingkatkan menjadi skala 4 perasaan ketidakberdayaan
yang kuat dalam diri pasien
sering menunjukkan Modifikasi Perilaku (4360)
2. Membantu pasien dalam memahami
2. Modifikasi gaya hidup untuk 1. Tentukan motivasi pasien terhadap
dirinya
mengurangi stress dari skala perlunya perubahan perilaku
1. Agar pasien tidak merasa tertekan
2 jarang menunjukkan 2. Bantu pasien untuk dapat
dan dapat mengatasinya
ditingkatkan menjadi skala 4 mengidentifikasi kekuatan dirinya
2. Pasien dapat dengan mudah dalam
sering menunjukkan dan menguatkannya
mencapai tujuannya yaitu
3. Mengenali kebutuhan untuk Peningkatan Harga Diri (5400)
peningkatan harga diri
menyeimbangkan aktivitas- 1. Bantu pasien untuk mengatasi
3. Agar pasien merasa dihargai dan mau
aktivitas hidup dari skala 2 bullying atau ejekan
untuk melanjutkan perubahan
jarang dilakukan ditingkatkan 2. Bantu pasien untuk mengatur
perilakunya
menjadi skala 4 sering tujuan yang realistik dalam rangka
dilakukan mencapai harga diri yang lebih
tinggi
3. Berikan hadiah atau pujian terkait
dengan kemajuan pasien dalam
mencapai tujuan

23
BAB IV

PATHWAY

Faktor idiopatik Faktor gaya


hidup

Mutasi gen

Mutasi reseptor Resistensi leptin Pola makan tidak Makan berlemak


MC4R terkontrol dan karbohidrat

Terhambatnya Tidak adanya Kurang aktivitas


PPAR-gamma kontrol rasa fisik
lapar

Adipogenesis dan
Nafsu makan
thermogenesis
tinggi
terganggu

Penumpukan sisa
energi

Sisa energy disimpan dalam


bentuk jaringan lemak

Ekstremitas terhalang Kegemukan Obesitas


jaringan lemak

Pipi tembem, wajah membulat,


Susah berjalan dan dagu rangkap, perut buncit Risiko komplikasi
melakukan pergerakan penyakit lain

Tidak percaya diri


Hambatan mobilitas
Defisit
fisik
pengetahuan
Ketidefektifan
koping

5
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Obesitas adalah tubuh yang memiliki Body Mass Index (BMI) pada
atau diatas presentil ke-95 untik anak-anak dan remaja dengan usia dan jenis
kelamin yang sama. Obesitas dibedakan menjadi obesitas idiopati yaitu ada
riwayat dari keluarga dan obesitas endogen yang tidak berkaitan dengan riwayat
keluarga. Obesitas terjadi bila asupan energi melebihi penggunaannya sebagai
akibat perubahan genetik maupun lingkungan. Penatalaksanaan obesitas
menggunakan medis dan non-medi. Penatalaksanaan medis dapat menggunakan
farmakologi yaitu sibutramin, orlistat, metformin dan juga bisa dengan terapi
bedah. Sedangkan untuk non-medis dapat menggunakan pengaturan pola
makan yang benar, aktivitas atau latihan fisik, dan modifikasi perilaku.

5.2 Rekomendasi isu menarik


Menurut media jurnalistik liputan6.com (6 juli 2019) di daerah
karawang terdapat seorang anak bernama Satia Putra yang berumur 7 tahun
memiliki berat badan 101 kilogram. Kondisi Satia cukup mengkawatirkan,
diantaranya sulit untuk bergerak. Bahkan keluarga juga kesulitan untuk
mencarikan pakaian karena badannya yang terus membesar. setelah dilakukan
pengkajian terhadap satia oleh tenaga kesehatan dan medis, menyarankan untuk
melakukan tindakan operasi. Namun ibu kandung satia menyatakan keberatan
jika anaknya menjalani operasi untuk proses penurunan berat badan. Dia
menjelaskan alas an penolakan upaya tindakan medis operasi terhadap satia
diantaranya rasa takut kehilangan anak bungsunya jika terjadi hal yang tidak
diinginkan.
Dari isu diatas, perawat memiliki peran memberi edukasi tentang
pentingnya mengatasi obesitas terhadap keluarga klien. Perawat menjelaskan

6
tentang apa saja penatalaksanaan yang dilakukan untuk menangani obesitas
sesuai tingkatan keparahan.

7
DAFTAR PUSTAKA

Centers for Disease Control and Prevention (CDC). 2018. Overweight & Obesity
https://www.cdc.gov/obesity/childhood/defining.html [Diakses pada tanggal
14 Sepember 2019].

Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2014. Rekomendasi Ikatan Dokter Anak


Indonesia :Diagnosis, Tata Laksana dan Pencegahan Obesitas pada
Anak dan Remaja. Ukk Nutrisi Dan Penyakit Metabolik.
http://www.idai.or.id/professional-resources/guideline-consensus/diagno
sis-tata-laksana-dan-pencegahan-obesitas-pada-anak-dan-remaja
(diakses pada tanggal 14 september 2019)

WHO. 2016. Report Of The Commission On Ending Childhood Obesity. WHO


Document Production Services, Geneva, Switzerland
http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/204176/1/9789241510066_eng.
pdf?ua=1&ua=1 (diakses pada tanggal 14 september 2019)

Xia, Q. Grant, S. F. A. 2013. The genetics of human obesity. Annals Of The New
York Academy Of Sciences 1281 : 178–190. doi: 10.1111/nyas.12020

8
9

Anda mungkin juga menyukai