EPIDEMIOLOGI OBESITAS
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Surveilans
Epidemiologi Gizi
Disusun oleh:
KELOMPOK 3
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt. karena berkat rahmat,
nikmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Epidemiologi Obesitas” yang bertujuan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Surveilans Epidemiologi Gizi.
Penulisan makalah ini tidak lepas dari bantuan, dukungan serta motivasi dari
berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terimakasih kepada dosen yang telah membimbing dan membantu penulis agar dapat
menyelesaikan makalah ini.
Besar harapan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi siapapun
yang membacanya khususnya penulis pribadi dan semua pihak pada umumnya.
Semoga Allah Swt. melimpahkan rahmat, nikmat dan karunia-nya kepada kita semua.
Aamiin.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1
1.2 Tujuan..................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................4
2.1 Definisi.................................................................................................................4
2.2 Etiologi.................................................................................................................4
2.3 Tipe Obesitas.......................................................................................................6
2.4 Prevalensi.............................................................................................................9
2.5 Prevalensi Obesitas Pada Anak..........................................................................13
Prevalensi Status Gizi (BB/U) Baduta (Anak Umur 0-23 bulan)........................13
Prevalensi Status Gizi (BB/U) Balita (Anak Umur 0-59 bulan)..........................17
Prevalensi Status Gizi (IMT/U) (Anak Umur 5-12 th)........................................21
Prevalensi Status Gizi (IMT/U) (Anak Umur 13-15 th)......................................23
Prevalensi Status Gizi (IMT/U) (Anak Umur 16-18 th)......................................25
Prevalensi Status Gizi Berdasarkan IMT Pada Penduduk Dewasa (Umur >18 Th)
..............................................................................................................................27
Prevalensi Status Gizi Berdasarkan IMT Pada Penduduk Laki-laki Dewasa
(Umur >18 Th).....................................................................................................29
Prevalensi Status Gizi Berdasarkan IMT Pada Penduduk Perempuan Dewasa
(Umur >18 Th).....................................................................................................31
Prevalensi Obesitas Sentral pada Penduduk Umur ≥ 15 th..................................33
2.6 Patogenesis.........................................................................................................35
2.7 Diagnosa............................................................................................................36
2.8 Pencegahan........................................................................................................38
BAB III KESIMPULAN.............................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................iii
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1
sosial. Upaya pencegahan lebih menghemat biaya dibandingkan upaya
pengobatan.
2
3
1.2 Tujuan
2.1 Definisi
2.2 Etiologi
a. Faktor Genetik
Faktor genetik adalah faktor keturunan yang berasal dari orang tuanya.
Menurut penelitian, anak-anak dari orang tua yang mempunyai berat badan
normal ternyata mempunyai 10% risiko obesitas. Bila salah satu orang tuanya
menderita obesitas, maka peluang itu meningkat menjadi 40–50%. Dan bila
kedua orang tuanya menderita obesitas maka peluang faktor keturunan menjadi
70–80% (Purwati, 2001). Berdasarkan penelitian Nugraha 2010, pencetus
obesitas dari faktor genetik 30%, namun demikian faktor keturunan sebenarnya
belum terlalu jelas sebagai penyebab obesitas.
4
5
b. Faktor lingkungan
Pola makan mencakup jumlah, jenis, jadwal makan, dan pengolahan bahan
makanan. Jumlah asupan energi yang berlebih secara kronis akan
menyebabkan kelebihan berat badan dan obesitas. Jenis makanan dengan
kepadatan energi yang tinggi (banyak mengandung lemak, gula, serta kurang
mengandung serat) turut menyebabkan ketidakseimbangan energi (Gibney,
2009). Jadwal makan yang tidak teratur, tidak sarapan, dan suka mengemil
sangat berhubungan dengan kejadian obesitas. Teknik pengolahan makanan
dengan menggunakan minyak yang banyak, santan kental, dan banyak gula
berisiko terhadap peningkatan asupan energi.
Pola Aktivitas Fisik, pola aktivitas fisik sedentary (kurang gerak)
menyebabkan energi yang dikeluarkan tidak maksimal sehingga
meningkatkan risiko obesitas. Beberapa hal yang mempengaruhi
berkurangnya aktivitas fisik antara lain adanya berbagai fasilitas yang
memberikan berbagai kemudahan yang menyebabkan aktivitas fisik menurun.
Faktor lainnya adalah adanya kemajuan teknologi diberbagai bidang
kehidupan yang mendorong masyarakat untuk menjalani kehidupan yang
tidak memerlukan kerja fisik yang berat. Hal ini menjadikan jumlah penduduk
yang melakukan pekerjaan fisik sangat terbatas menjadi semakin banyak
(Moehyi, 1997).
a. Tipe hiperplastik, adalah kegemukan yang terjadi karena jumlah sel yang lebih
banyak dibandingkan kondisi normal, tetapi ukuran sel-selnya sesuai dengan
ukuran sel normal terjadi pada masa anak-anak.
b. Tipe hipertropik, kegemukan ini terjadi karena ukuran sel yang lebih besar
dibandingkan ukuran sel normal. Kegemukan tipe ini terjadi pada usia dewasa dan
upaya untuk menurunkan berat akan lebih mudah bila dibandingkan dengan tipe
hiperplastik.
c. Tipe hiperplastik dan hipertropik kegemukan tipe ini terjadi karena jumlah dan
ukuran sel melebihi normal. Pembentukan sel lemak baru terjadi segera setelah
derajat hypertropi mencapai maksimal dengan perantara suatu sinyak yang
dikelurkan oleh sel lemak yang mengalami hypertropik. Obesitas tipe ini dimulai
pada masa anak - anak dan terus berlangsung sampai setelah dewasa. Upaya untuk
menurunkan berat badan pada tipe ini merupakan yang paling sulit, karena dapat
beresiko terjadinya komplikasi penyakit, seperti penyakit degeneratif.
Pada tipe ini ditandai dengan pertumbuhan lemak yang berlebih dibagian tubuh
sebelah atas yaitu sekitar dada, pundak, leher. Pada pria obesitas umumnya
menyimpan lemak dibawah kulit dinding perut dan rongga perut sehingga perut
tampak gemuk dan mempunyai bentuk tubuh seperti buah apel (apple type).
Disebabkan karena lemak banyak berkumpul dirongga perut, obesitas tipe buah
apel disebut juga obesitas sentral, karena banyak terjadi pada laki-laki yang disebut
juga obesitas tipe android. Istilah lain juga sering digunakan untuk obesitas type ini
antara lain : abdominal obesity atau visceral obesity. Disebut obesitas visceral karena
penimbunan lemak terjadi didalam rongga perut (abdomen) tepatnya disekitar
omentum usus (visceral). Lemak viseral yang berlebihan memperoleh suplai darah
8
dari pembuluah darah omentum, dan mengeluarkan banyak bahan kimia serta hormon
ke dalam peredaran darah. Banyaknya lemak yang tersimpan di ronggga perut
mencerminkan makin lebarnya linggar pinggang (waist circurference).
Kelebihan lemak pada wanita disimpan dibawah kulit bagian daerah pinggul dan
paha, sehingga tubuh terbentuk seperti buah pear (pear type). Disebabkan karena
lemak berkumpul di pinggir tubuh yaitu pinggul dan paha, obesitas tipe buah pear
disebut juga sebagai obesitas perifer dan karena banyak terdapat pada perempuan
disebut juga sebagai obesitas tipe perempuan atau obesitas gynoid. Nama lain dari
tipe obesitas ini adalah peripheral obesity atau gluteal obesity.
dalam menurunkan lemak perut dan menurunkan resiko penyakit metabolik. Pola
makan juga dapat menjadi salah satu faktor terjadinya obesitas.
Menurut Hariri terdapat hubungan positif antara makanan tinggi lemak dengan
obesitas. Pemilihan sumber energi dengan kandungan nutrisi yang kurang baik seperti
makanan manis dan softdrink dan kurangnya konsumsi buah berperan dalam
mekanisme terjadinya obesitas.
Etiologi Obesitas
2.4 Prevalensi
Epidemiologi obesitas dengan cepat menjadi tantangan terbesar kesehatan
masyarakat global, peringkat tiga besar penyebab gangguan kesehatan kronis.
Pada tahun 2014 diperkirakan bahwa dampak ekonomi global akibat obesitas
adalah 2 triliun dolar per tahun, hampir sama dengan merokok dan perang /
konflik global. Angka ini termasuk biaya kesehatan serta biaya yang terkait
dengan kehilangan produktivitas.
10
Di dunia, obesitas meningkat lebih dari dua kali lipat sejak tahun 1980. Pada
tahun 2014, lebih dari 1,9 miliar orang dewasa, usia 18 tahun ke atas, kelebihan
BB. Dari jumlah tersebut lebih dari 600 juta mengalami obesitas.
11
12
13
Prevalensi Status Gizi (BB/U) pada Anak Umur 0-23 bulan (Baduta)
menurut Provinsi, menurut data nasional menunjukkan 2,7% Gizi Lebih,
berdasarkan angka nasional tersebut, tertinggi pada provinsi Papua (6,1%), Jambi
(5,1%), Sumatera Utara (4,9%), Gorontalo (4,7%), Maluku Utara (4,3%), dan
terendah Sulawesi Barat (0,6%).
14
Prevalensi Status Gizi (BB/U) pada Anak Umur 0-23 bulan (Baduta) menurut
Karakteristik, status Gizi Lebih pada Usia 12-23 bulan (3,0%), 6-11 bulan (2,6%),
dan 0-5 bulan (2,2%), menurut jenis kelamin ; perempuan (3,0%), Laki-laki
(2,5%), menurut Pendidikan KRT; tertinggi pada tamat SLTP/MTS (3,0%)
terendah pada tamat SD/MI (2,5%), menurut Pekerjaan KRT; tertinggi pada
Petani/buruh tani (3,0%) terendah pada Sekolah (0,2%), menurut tempat tinggal
yaitu Pedesaan (3,0%) Perkotaan (2,5%).
15
Prevalensi Status Gizi (BB/PB) pada Anak Umur 0-23 bulan (Baduta)
menurut Provinsi, menurut data nasional menunjukkan 9,0% status gizi Gemuk,
tertinggi pada provinsi Papua (15,0%), Jambi (12,2%), Bengkulu (12,0%), Aceh
(11,3%), Sumatera Selatan (11,2%), dan tertendah pada DI Yogyakarta (3,6%).
16
Prevalensi Status Gizi (BB/PB) pada Anak Umur 0-23 bulan (Baduta)
menurut Karakteristik, status Gizi Gemuk pada Usia 0-5 bulan (13,6%), 6-11
bulan (8,2%), 12-23 bulan (7,3%); menurut jenis kelamin ; Laki-laki (9,2%),
perempuan (8,8%); menurut Pendidikan KRT; tertinggi pada tamat D1-D3/PT
(9,9%) terendah pada tidak tamat SD (8,0%) menurut Pekerjaan KRT; tertinggi
pada wiraswasta (9,3%) terendah pada Sekolah (7,7%), menurut tempat tinggal
yaitu Pedesaan (9,4%) Perkotaan (8,6%).
17
Prevalensi Status Gizi (BB/U) pada Anak Umur 0-59 bulan (Balita) menurut
Provinsi, menurut data nasional menunjukkan angka 3,1% status Gizi Lebih,
tertinggi pada provinsi Papua (7,4%), DKI Jakarta (4,8%), Gorontalo (4,7%),
Bengkulu (4,5%), Kepulauan Riau (4,4%), dan terendah NTT (1,1%).
18
Prevalensi Status Gizi (BB/U) pada Anak Umur 0-59 bulan (Balita) menurut
Karakteristik, status Gizi Lebih tertinggi pada usia 48-59 bulan (4,0%) terendah
pada usia 0-5 bulan (2,2%); menurut jenis kelamin Laki-laki (3,2%), Perempuan
(3,1%), menurut Pendidikan KRT, tertinggi Tamat D1-D3/PT (4,4%), terendah
pada Tidak Tamat SD/MI (2,6%), Tamat SD/MI (2,6%); menurut pekerjaan KRT:
tertinggi pada PNS/TNI/Polri/BUMN/BUMD (5,1%). Terendah pada Sekolah
(0,3%).
19
Prevalensi Status Gizi (BB/TB) pada Anak Umur 0-59 bulan (Balita) menurut
Provinsi, menurut data nasional menunjukkan angka 8,0% status Gizi Gemuk,
tertinggi pada provinsi Papua (13,2%), Jambi (10,8%), Sumatera Selatan (10,8%),
Bengkulu (10,4%), Kalimantan Timur (9,4%), dan terendah NTT (3,3%).
20
Prevalensi Status Gizi (BB/TB) pada Anak Umur 0-59 bulan (Balita) menurut
Karakteristik, status Gizi Gemuk tertinggi pada usia 0-5 bulan (13,6%), terendah
pada usia 24-35 bulan (7,1%); menurut Jenis Kelamin: Laki-laki (8,4%),
Perempuan (7,7%); menurut Pendidikan KRT: tertinggi pada Tamat D1-D3/PT
(10,2%) terendah pada Tidak Tamat SD (6,9%); menurut pekerjaan KRT:
tertinggi pada PNS/TNI/Polri/BUMN/BUMD (9,9%). Terendah pada
Buruh/Supir/Pembantu ruta (6,7%); menurut tempat tinggal: Perkotaan (8,2%),
Perdesaan (7,9%).
21
Prevalensi Status Gizi (IMT/U) pada Anak Umur 5-12 tahun menurut
Provinsi, menurut data nasional menunjukkan angka 9,2% status Gizi Obesitas,
tertinggi pada provinsi Papua (15,3%), DKI Jakarta (14,0%), Kepulauan Riau
(12,3%), Jambi (11,4%), Kalimantan Timur (11,4%), dan terendah pada NTT
(2,4%).
22
Prevalensi Status Gizi (IMT/U) pada Anak Umur 5-12 tahun Status Gizi
Obesitas menurut Karakteristik: Jenis Kelamin Laki-laki (10,7%), perempuan
(7,7%), Tempat tinggal Perkotaan (10,5%), Perdesaan (7,8%).
23
Prevalensi Status Gizi (IMT/U) pada Anak Umur 13-15 tahun menurut
Provinsi, menurut data nasional menunjukkan angka 4,8% status Gizi Obesitas,
tertinggi pada provinsi DKI Jakarta (10,0%), dan terendah pada NTT (0,9%).
24
Prevalensi Status Gizi (IMT/U) pada Anak Umur 13-15 tahun Status Gizi
Obesitas menurut Karakteristik: Jenis Kelamin Laki-laki (5,3%), perempuan
(4,3%), menurut Pendidikan: tertinggi pada Tamat SLTA (10,3%) terendah pada
Tidak Tamat SD (3,7%): menurut Tempat tinggal Perkotaan (5,9%), Perdesaan
(3,6%).
25
Prevalensi Status Gizi (IMT/U) pada Anak Umur 16-18 tahun menurut
Provinsi, menurut data nasional menunjukkan angka 4,0% status Gizi Obesitas,
tertinggi pada provinsi DKI Jakarta (8,3%), dan terendah pada NTT (1,0%).
26
Prevalensi Status Gizi (IMT/U) pada Anak Umur 16-18 tahun Status Gizi
Obesitas menurut Karakteristik: Jenis Kelamin Perempuan (4,5%), Laki-laki
(3,6%); menurut Pendidikan: tertinggi pada tidak Tamat SD (4,6%) terendah pada
Tamat D1-D3/PT (2,6%); menurut Pekerjaan: tertinggi pada
PNS/TNI/Polroi/BUMN/BUMD (8,3%), terendah pada Nelayan (0,6%); menurut
Tempat tinggal Perkotaan (4,8%), Perdesaan (3,1%).
27
Prevalensi Status Gizi Berdasarkan IMT Pada Penduduk Dewasa (Umur >18 Th)
Prevalensi Status Gizi (IMT) pada Penduduk Dewasa (umur > 18 tahun)
menurut Provinsi, menurut data nasional menunjukkan angka 21,8% status Gizi
Obesitas, tertinggi pada provinsi Sumatera Utara (30,2%), terendah pada NTT
(10,3%).
28
Prevalensi Status Gizi (IMT) pada Penduduk Dewasa (umur > 18 tahun)
Satatus gizi Obesitas menurut karakteristik: tertinggi pada usia 40-33 tahun
(29,6%), terendah pada usia 19 tahun (8,9%); menurut jenis kelamin Perempuan
(29,3%), Laki-laki (14,5%); menurut Pendidikan, tertinggi pada Tamat D1-D3/PT
(28,1%), terendah pada tidak sekolah (14,2%); menurut pekerjaan pada
PNS/TNI/Polri/BUMN/BUMD (33,7%), terendah pada Sekolah (13,8%).
29
Prevalensi Status Gizi (IMT) pada Penduduk Laki-laki Dewasa (umur > 18
tahun) Status Gizi Obesitas menurut Provinsi, menurut data nasional
menunjukkan angka 14,5% status Gizi Obesitas, tertinggi pada provinsi DKI
Jakarta (23,2%), terendah pada provinsi NTT (7,2%).
30
Prevalensi Status Gizi (IMT) pada Penduduk Laki-laki Dewasa (umur > 18
tahun) Status Gizi Obesitas menurut karakterisitk Umur: tertinggi pada usia 45-49
tahun (18,8%), terendah pada usia 19 tahun (7,2%); menurut Pendidikan: tertinggi
pada Tamat D1-D3/PT (27,1%), terendah pada tidak sekolah (7,0%).
31
Prevalensi Status Gizi (IMT) pada Penduduk Perempuan Dewasa Status Gizi
Obesitas (umur > 18 tahun) menurut Provinsi, menurut data nasional
menunjukkan angka 29,3% status Gizi Obesitas, tertinggi pada provinsi DKI
Jakarta (36,6%), terendah pada provinsi NTT (13,3%).
32
Prevalensi Status Gizi (IMT) pada Penduduk Perempuan Dewasa (umur > 18
tahun) menurut karakterisitk Umur: tertinggi pada usia 40-44 tahun (40,6%),
terendah pada usia 19 tahun (10,6%); menurut Pendidikan: tertinggi pada Tamat
SLTP (33,0%), terendah pada tidak sekolah (18,5%)
33
2.6 Patogenesis
Mekanisme patofisiologis obesitas menempatkan sel lemak sebagai pusat tempat
berbagai kelainan berasal tetapi tidak seluruhnya dapat dimengerti. Meskipun
begitu, sudah ada bukti yang menguatkan pathogenesis obesitas dengan
mekanisme sinyal pada usus, jaringan lemak, otak dan mungkin pula jaringan lain
tempat masuknya, penyebaran, serta penyimpanan zat-zat gizi.
Mekanisme ini diatur di otak, yang melatarbelakangi perubahan dalam bersantap,
kegiatan fisik, dan metabolisme tubuh guna mempertahankan simpanan energy.
Masa perkembangan obesitas terentang mulai dari periode janin hingga
menopause, nyaris sepanjang usia.
Obesitas terjadi akibat ketidakseimbangan masukan dan keluaran kalori dari
tubuh serta penurunan aktifitas fisik (sedentary life style) yang menyebabkan
penumpukan lemak di sejumlah bagian tubuh.
Penelitian yang dilakukan menemukan bahwa pengontrolan nafsu makan dan
tingkat kekenyangan seseorang diatur oleh mekanisme neural dan humoral
(neurohumoral) yang dipengaruhi oleh genetik, nutrisi, lingkungan, dan sinyal
psikologis.
Pengaturan keseimbangan energi diperankan oleh hipotalamus melalui 3 proses
fisiologis, yaitu pengendalian rasa lapar dan kenyang, mempengaruhi laju
pengeluaran energi dan regulasi sekresi hormon. Proses dalam pengaturan
penyimpanan energi ini terjadi melalui sinyal-sinyal eferen (yang berpusat di
hipotalamus) setelah mendapatkan sinyal aferen dari perifer (jaringan adiposa,
usus dan jaringan otot) (Marsen 2009).
Terjadinya obesitas secara umum berkaitan dengan keseimbangan energi di dalam
tubuh. Keseimbangan energi ditentukan oleh asupan energi yang berasal dari zat
gizi penghasil energi yaitu karbohidrat, lemak dan protein serta kebutuhan energi
yang ditentukan oleh kebutuhan energi basal, aktifitas fisik, dan thermic.
36
Keseimbangan energi di dalam tubuh dipengaruhi oleh berbagai faktor baik yang
berasal dari dalam tubuh yaitu regulasi fisiologis dan metabolisme ataupun dari
luar tubuh yang berkaitan dengan gaya hidup (lingkungan) yang akan
mempengaruhi kebiasaan makan dan aktivitas fisik. Regulasi fisiologis dan
metabolisme dipengaruhi oleh genetik dan juga oleh lingkungan.
2.7 Diagnosa
Obesitas berkaitan tidak hanya dengan berat badan total, namun juga distribusi
lemak yang tersimpan di dalam tubuh. Secara klinis obesitas dapat dengan mudah
dikenali antara lain:
• wajah membulat
• pipi tembam
• dagu rangkap
• leher relatif pendek
• dada membusung dengan payudara yang membesar mengandung jaringan
lemak
• perut membuncit disertai dinding perut yang berlipat-lipat
• kedua tungkai berbentuk X dengan kedua pangkal paha bagian dalam
saling menempel dan bergesekan. Akibatnya, dapat terjadi laserasi dan
ulserasi yang dapat menimbulkan bau yang kurang sedap.
• Pada anak laki-laki, penis tampak kecil karena tersembunyi jaringan lemak
suprapubik (burried penis).
setelah didapatkan nilai BMI / IMT, maka dapat diklasifikasikan berdasarkan tabel
berikut :
37
2.8 Pencegahan
Pesan untuk pencegahan obesitas pada :
Prevalensi Status Gizi (IMT) pada Penduduk Dewasa (umur > 18 tahun)
menurut Provinsi, menurut data nasional menunjukkan angka 21,8% status Gizi
Obesitas, tertinggi pada provinsi Sumatera Utara (30,2%), terendah pada NTT
(10,3%). Prevalensi Status Gizi (IMT) pada Penduduk Dewasa (umur > 18 tahun)
Satatus gizi Obesitas menurut karakteristik: tertinggi pada usia 40-33 tahun (29,6%),
terendah pada usia 19 tahun (8,9%); menurut jenis kelamin Perempuan (29,3%),
Laki-laki (14,5%); menurut Pendidikan, tertinggi pada Tamat D1-D3/PT (28,1%),
terendah pada tidak sekolah (14,2%); menurut pekerjaan pada
PNS/TNI/Polri/BUMN/BUMD (33,7%), terendah pada Sekolah (13,8%). Prevalensi
Obesitas Sentral Penududuk Umur ≥ 15 th menurut Provinsi: angka Nasional
menunjukkan angka 31,0%: tertinggi pada provinsi Sulawesi Utara (42,5%) terendah
pada Provinsi NTT (19,3%).
40
Terjadinya obesitas secara umum berkaitan dengan keseimbangan energi di
dalam tubuh. Keseimbangan energi ditentukan oleh asupan energi yang berasal dari
zat gizi penghasil energi yaitu karbohidrat, lemak dan protein serta kebutuhan energi
yang ditentukan oleh kebutuhan energi basal, aktifitas fisik, dan thermic.
Keseimbangan energi di dalam tubuh dipengaruhi oleh berbagai faktor baik yang
berasal dari dalam tubuh yaitu regulasi fisiologis dan metabolisme ataupun dari luar
tubuh yang berkaitan dengan gaya hidup (lingkungan) yang akan mempengaruhi
kebiasaan makan dan aktivitas fisik. Regulasi fisiologis dan metabolisme dipengaruhi
oleh genetik dan juga oleh lingkungan.
Pencegahan Obesitas berbeda pada setiap kelompok umur, yaitu pada bayi,
anak, remaja, usia dewasa dan lansia
41
DAFTAR PUSTAKA
Dali, Astrie Oktaviany. 2017. Faktor Risiko Kejadian Obesitas Dan Efek Morbiditas
Pada Perempuan Dewasa Di Kota Gorontalo Tahun 2017. Departemen Epidemiologi
Program Studi Kesehatan Masyarakat Sekolah Pascasarjana Universitas Hasanuddin.
https://lib.ui.ac.id/file?file=digital/122846-S09039fk-Prevalens%20obesitas-
Literatur.pdf
iii