Anda di halaman 1dari 25

SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS

“PENGENDALIAN PENYAKIT TIDAK MENULAR”

PROGRAM UNTUK PENGENDALIAN OBESITAS


MASYARAKAT KOTA GORONTALO

OLEH

TIM PIO FARMASI UNG

CHYNDRA REGINA R. TOMAYAHU


DWI AYUDITA NADJAMUDIN
RIFKA WAHIJI

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO


FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN
JURUSAN FARMASI
PROGRAM STUDI S-1
2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikumWarahmatullahiWabarakatuh.
Puji syukur kami panjatkan kepada TuhanYang Maha Esa karena atas
kehendak-Nya Sehingga saya bisa menyelesaikan Proposal tentang Program
Penanganan Penyakit Tidak Menular yaitu Obesitas. Kami menyadari bahwa
dalam penyelesaian proposal ini, tercapai berkat bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, kami berterima kasih kepada semua pihak yang telah membimbing
dan membantu baik pada pelaksanaan program maupun sampai pembuatan
proposal ini.
Kami menyadari dalam penulisan proposal ini terdapat kekurangan.Untuk
itu kami memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila ada kekurangan dalam
penulisan proposal ini.
Wassalamu’alaikumWarahmatullahiWabarakatuh.

Gorontalo, Desember 2020

Tim PIO Farmasi UNG

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................. 3
1.3 Tujuan............................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................4
2.1 Definisi Obesitas ............................................................................ 4
2.2 Penyebab Obesitas........................................................................... 4
2.3 Singkong / Ubi Kayu....................................................................... 6
BAB III METODE PENELITIAN............................................................. 9
3.1 Profil Organisasi.............................................................................. 9
3.2 Deskripsi Program........................................................................... 9
3.3 Objektif Smart Program...................................................................11
3.4 Sumber Daya Manusia.....................................................................13
3.5 Rencana Aksi 3 Bulan.....................................................................14
3.6 Periode Program dan Timeline........................................................15
3.7 Evaluasi dan Rencana Keberlanjutan..............................................15
BAB IV PENUTUP...................................................................................... 17
4.1 Kesimpulan...................................................................................... 17
4.2 Saran................................................................................................ 17
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit tidak menular (PTM) adalah jenis penyakit yang tidak dapat
ditularkan dari orang ke orang melalui bentuk kontak apa pun. Meski demikian,
beberapa macam penyakit tidak menular tersebut memiliki angka kematian yang
cukup tinggi. Angka kematian akibat penyakit tidak menular tergolong tinggi.
Berdasarkan data dari WHO di tahun 2018, diperkirakan ada sekitar 41 juta orang
yang meninggal akibat penyakit tidak menular setiap tahunnya. Data tersebut
menunjukkan bahwa hampir 71% angka kematian di seluruh dunia disebabkan oleh
penyakit tidak menular.
Salah satu penyakit tidak menular yang banyak diderita oleh masyarakat
adalah obesitas. Kegemukan atau obesitas didefinisikan sebagai akumulasi lemak
abnormal atau berlebihan yang dapat mengganggu kesehatan. Masalah kegemukan
dan obesitas di Indonesia terjadi pada semua kelompok usia, pada semua strata
sosial ekonomi, dan pada semua kalangan yaitu baik pria maupun wanita.
Berdasarkan data riskesdas, menyajikan kecenderungan peningkatan prevalensi
obesitas penduduk di Gorontalo. Dari data tersbut gorontalo menduduki peringkat
kelima dengan jumlah penderita obesitas terbanyak. Pravelensi obesitas lebih tinggi
terjadi pada wanita dibandingkan pada pria.
Pada penelitian Amin (2015), wanita lebih cenderung menjadi gemuk daripada
laki-laki dan juga lebih mungkin untuk memiliki obesitas dengan pola konsumsi
yang sama. Selain itu, stress dapat mendukung kejadian obesitas yang disebabkan
oleh perilaku dan metabolisme. Perempuan, lebih banyak mengalami stress yang
bisa disebabkan oleh berbagai faktor, yang didukung dengan banyaknya hormon
dalam tubuh wanita dibandingkan pria. Masalah lain yang menjadi pemicu obesitas
masyarakat terutama wanita di Gorontalo adalah dengan mulai banyaknya JunkFood
yang hadir di Gorontalo, dan banyaknya orang-orang yang berbondong-bondong
ingin mengkonsumsi makanan junkfood karena malas untuk memasak, sibuk dengan

1
pekerjaan, dan alasan alasan lainnya tanpa mengetahui dampak apa yang akan
ditimbulkan jika keseringan mengkonsumsi makanan tersebut.
Obesitas kini tidak dianggap sebagai masalah kesehatan dinegara industri saja,
tetapi juga telah merepotkan di negara berkembang salah satunya yaitu Indonesia.
Dengan adanya kemajuan teknologi mengakibatkan berkurangnya pergerakan fisik.
Obesitas timbul sebagai akibat dari ketidakseimbangan energi antara kalori yang
dikonsumsi dan kalori yang dikeluarkan sehingga berat badan meningkat.

Pada dasarnya obesitas bukanlah suatu penyakit, namun penyebab dari suatu
penyakit. Hal ini yang mendasari beberapa puskesmas yang ada di kota gorontalo
tidak pernah mendata orang-orang yang mengalami obesitas. Mereka berpatokan
karena obesitas bukanlah suatu penyakit melainkan hanya penyebab dari suatu
penyakit maka mereka mengkesampingkan hal tersebut. padahal seharusnya yang
kita lakukan adalah mencegah penyebab dari suatu penyakit tersebut agar penyakit-
penyakit yang disebabkan oleh obesitas sendiri dapat dicegah.
Menurut data dari riskesdas atau riset kesehatan dasar bahwa obesitas sentral
pada umur diatas 15 tahun pada tahun 2007 ada sekitar 18,8 persen, pada tahun 2013
berada pada angka 26,6 persen dan pada riset terbaru yakni yahun 2018
menunjukkan angka 31,0 persen orang obesitas di Indonesia. Dapat dilihat bahwa
persentase yang dimiliki cenderung meningkat tajam. Di Gorontalo, prevalesi
penyakit tidak menular tahun 2018 meningkat tajam. Hal tersebut juga ditunjukkan
dari hasil riskesdas 2018 per provinsi yang menyatakan bahwa di Provinsi Gorontalo
ada pada angka diatas 20 persen orang yang mengalami obesitas.
Namun, pada kenyataannya beberapa puskesmas di daerah kota gorontalo,
belum memiliki pendataan yang baik sehingga masyarakat pada umumnya kurang
kesadaran akan bahaya yang mungkin akan timbul. Oleh karena hal tersebut salah
satu langkah yang harus diterapkan di setiap puskesmas adalah dengan melakukan
pendaatan penyakit tidak menular dan khususnya terfokus pada obesitas. Karena
selama ini penanganan penyakit tidak menular pada puskesmas tidak

2
mengklasifikasikan obesitas secara spesifik kedalamnya.
Angka prevalensi yang cukup tinggi ini tidak dapat dipungkiri dapat dipicu
dari pola hidup masyarakat Gorontalo yang gemar memakan makanan yang
didominasi oleh karbohidrat dan lemak. Sehingga akumulasi dari makanan dan tidak
seimbangnya pengeluaran makanan menjadi energi menyebabkan penumpukan
lemak yang memberikan dampak berlebihnya berat badan seseorang.
Dari sini dapat kita lihat pola makan masyarakat gorontalo perlu dijaga agar
asupan gizi yang masuk kedalam tubuh dapat terkontrol dan menghindari risiko
penumpukan lemak dalam tubuh seseorang. Namun, perlu disadari bahwa makanan
khususnya makanan lokal memang telah menjadi bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari masyarakat kita. Oleh karena itu solusi yang dapat ditawarkan yakni
dengan mengganti penggunaan tepung terigu pada produk makanan dengan tepung
ubi, dimana ubi atau singkong ini telah lama dan banyak digunakan sebagai
makanan pengganti nasi dikalangan masyarakat gorontalo.
Oleh karenanya kami menawarkan beberapa solusi berupa program diet atau
pengaturan pola makan dengan mengganti penggunaan tepung terigu menjadi
tepung ubi. Dimana program ini, dapat dimasukkan kedalam program dari
puskesmas yang khusus menangani penyakit tidak menular terutama obesitas.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana kita bisa mengoptimalkan pengolahan produk pangan lokal dalam
hal ini tepung ubi kayu sehingga dapat mengganti penggunaan tepung terigu untuk
menurunkan angka obesitas yang tinggi sehingga dapat pula memenuhi kebutuhan
nutrisi serta menaikkan pertumbuhan ekonomi masyarakat.
1.3 Tujuan
Untuk dapat mengoptimalkan pengolahan produk pangan lokal dalam hal ini
tepung ubi kayu sehingga dapat mengganti penggunaan tepung terigu untuk
menurunkan angka obesitas yang tinggi sehingga dapat pula memenuhi kebutuhan
nutrisi serta menaikkan pertumbuhan ekonomi masyarakat.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi obesitas
Obesitas dan overweight, adalah dua istilah yang sering digunakan untuk
menyatakan adanya kelebihan berat badan. Kedua istilah ini sebenarnya mempunyai
pengertian yang berbeda. Obesitas didefinisikan sebagai suatu kelainan atau penyakit
yang ditandai dengan penimbunan jaringan lemak tubuh secara berlebihan.
Overweight adalah kelebihan berat badan dibandingkan dengan berat ideal yang
dapat disebabkan oleh penimbunan jaringan lemak atau nonlemak, misalnya pada
seorang atlet binaragawan, kelebihan berat badan dapat disebabkan oleh hipertrofi
otot.
Menurut kadek Hartini (2014), Obesitas didefinisikan sebagai suatu kelainan
atau penyakit yang ditandai dengan penimbunan jaringan lemak tubuh secara
berlebihan. Obesitas adalah permasalahan umum yang dialami anak-anak pada masa
sekarang ini. Obesitas juga mudah penyebarannya (Triano, Flegal, Kuczmarski,
Campbell & Johnson, 1995).
Obesitas (kegemukan) adalah ketidakseimbangan antara jumlah makan yang
masuk dibandingkan dengan pengeluaran energi. Orang yang kegemukan memiliki
berat badan yang berlebihan yang diakibatkan oleh penimbunan lemak tubuh yang
berlebihan. penumpukan lemak yang berlebihan ataupun abnormal yang dapat
mengganggu kesehatan. seseorang yang dikatakan obesitas apabila terjadi
pertambahan atau pembesaran sel lemak tubuh mereka.
Etiologi Obesitas
2.2 Penyebab Obesitas
Menurut (Widhayanti, 2009) Faktor penyebab dari obesitas atau kegemukan
terdiri dari beberapa bagian yaitu:
1. Faktor Genetik
Obesitas cenderung untuk diturunkan, sehingga diduga memiliki penyebab
genetik. Tetapi anggota keluarga tidak hanya berbagi gen, tetapi juga makan dan

4
kebiasaan gaya hidup, yang bisa mendorong terjadinya obesitas. Seringkali sulit
untuk memisahkan faktor gaya hidup dengan faktor genetik.
2. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan seseorang juga memegang peranan yang cukup berarti. Yang
termasuk lingkungan dalam hal ini adalah perilaku atau pola mkan, misalnya apa
yang dimakan dan berapa kali seseorang makan, serta bagaimana aktivitasnya
setiap hari.
3. Faktor psikososial
Apa yang ada dalam pikiran seseorang dapat mempengaruhi kebiasaan
makannya. Banyak orang yang memberikan reaksi terhadap emosi dengan
makan. Salah satu bentuk gangguan emosi adalah persepsi diri yang negatif.
Gangguan emosi ini merupakan masalah serius pada wanita muda penderita
obesitas, dan dapat menimbulkan kesadaran berlebih tentang kegemukan serta
rasa tidak nyaman dalam pergaulan.
4. Faktor Kesehatan
Ada beberapa penyakit yang dapat menyebabkan terjadinya obesitas, antara lain:
1. Hipotiroidisme
2. Sindrom chusing
3. Beberapa kelainan saraf yang dapat menyebabkan seseorang menjadi
banyak makan.
4. Obat-obatan juga dapat menyebabkan terjadinya obesitas, sepertti steroid dan
beberapa anti depresant, dapat menyebabkan penambahan berat badan.
5. Aktifitas Fisik
Seseorang dengan aktifitas fisik yang kurang dapat meningkatkan prevalensi
terjadinya obesitas. Kebanyakan orang-orang yang kurang aktif tidak
memerlukan banyak kalori dibandingkan dengan orang-orang yang melakukan
aktifitas. Seseorang yang kurang aktif (sedentarylife) atau tidak melakukan
aktivitas fisik yang seimbang dan mengkonsumsi makan yang tinggi lemak,
akan cenderung mengalami obesitas.

5
6. Faktor umur
Meskipun dapat terjadi pada semua umur, obesitas sering dianggap sebagai
kelainan pada umur pertengahan. Overweight yang muncul pada tahun pertama
kehidupan biasanya disertai perkembangan rangka yang cepat dan anak menjadi
besar untuk umurnya.
7. Faktor jenis kelamin
Meskipun dapat terjadi pada kedua jenis kelamin, tetapi obesitas lebih umum
dijumpai pada wanita terutama setah kehamilan dan pada saat menopause.
Obesitas pada wanita dapat disebabkan karena pengaruh faktor endokrin, karena
kondisi ini muncul pada saat-saat adanya perubahan hormonal tersebut diatas
2.3 Singkong / Ubi Kayu (Manihot Esculenta)
Kandungan Nutrisi dan manfaat singkong bagi kesehatan Kandungan nutrisi
Seperti halnya dengan ubi jalar, singkong juga sangat tinggi mengandung nutrisi yang
sangat bermanfaat bagi kesehatan kita. Singkong menyediakan Energi sebesar 160
Kcal, jumlah Karbohidrat 38.06 g, Protein 1,36 g 2,5, Total Lemak 0.28 g, Kolesterol
0 mg, dan Serat 1,8 g. Berikut kandungan gizi per 100g singkong mentah menurut
USDA.
1. Vitamin:
Kandungan vitamin tertinggi ubi kayu adalah Folat (vitamin B9) 27 mg, Vitamin
C 20,6 mg, dan Vitamin K 1,9 mg. Selebihnya adalah Niacin 0.854 mg,
Pyridoxine 0.088 mg, Riboflavin 0.048 mg, Thiamin 0,087 mg, Vitamin A 13 IU
<, dan Vitamin E 0,19 mg.
2. Mineral:
Sodium 14 mg, Kalium 271 mg, Kalsium 16 mg 1,6, Zat Besi 0,27 mg,
Magnesium 21 mg, Mangan 0,383 mg, Fosfor 27 mg, dan Zinc 0.34 mg.
Manfaat ubi kayu bagi kesehatan yaitu sebagai Sumber energi: Singkong
rendah lemak dan 0 kolesterol, namun ia cukup tinggi kalori, bahkan hampir dua kali
lipat kalori daripada kentang. Hal ini mungkin yang tertinggi dari setiap umbi tropis
yang kaya pati. 100 g ubi kayu menyediakan 160 kalori, terutama berasal dari sukrosa

6
yang membentuk sebagian besar gula pada umbi-umbian, yang total terhitung lebih
dari 69 % dari total gula. Gula kompleks amilosa lainnya adalah sumber karbohidrat
utama yaitu sekitar 16-17 %. Dengan demikian, singkong bisa sebagai makanan
alternatif selain nasi untuk mendapatkan cukup energi bagi tubuh kita.
Mengandung Serat dan 0 kolesterol: Mengonsumsi makanan yang tinggi serat
akan sangat bermanfaat untuk kesehatan, seperti menurunkan tekanan darah,
menurunkan kadar kolesterol, dan membantu pencernaan. Rendahnya lemak dan
kolesterol, yang ditambah dengan kandungan serat, membuat singkong juga baik
untuk mencegah resiko obesitas.
Mengandung protein: Singkong sangat rendah lemak, juga lebih rendah
protein jika dibanding dengan sereal dan kacang-kacangan. Meskipun demikian,
makanan yang murah meriah ini mengandung lebih banyak protein, jika
dibandingkan dengan sumber makanan lainnya seperti ubi, kentang, pisang, dll.
Protein tertinggi terutama terdapat dalam daun singkong yang juga tinggi manfaatnya
bagi kesehatan.
Bebas gluten: Seperti halnya umbi-umbian lain, ubi kayu juga bebas gluten.
Pati singkong yang bebas gluten digunakan sebagai makanan khusus untuk pasien
penyakit celiac dan autisme.
Sumber vitamin K: Vitamin K berperan potensial dalam membangun massa tulang
dengan cara mempromosikan aktivitas osteotrophic dalam tulang. Selain itu, vitamin
ini juga berguna dalam pengobatan pasien penyakit Alzheimer dengan cara
membatasi kerusakan saraf di otak.
Sumber vitamin B: Singkong merupakan sumber yang cukup baik dari
beberapa vitamin B-kompleks, seperti folat, thiamin, piridoksin (vitamin B – 6),
riboflavin, dan asam pantotenat. Vitamin B Kompleks adalah vitamin esensial yang
harus diperoleh setiap hari dari makanan, yang sangat penting bagi kesehatan secara
menyeluruh.
Magnesium dan Tembaga: Makan Singkong akan membantu Anda untuk
mendapatkan asupan magnesium dan tembaga lebih banyak lagi. Diet makanan yang

7
kaya magnesium akan meningkatkan kesehatan seumur hidup, menurunkan tekanan
darah, serta mengurangi risiko osteoporosis. Mineral penting lain yang bisa diperoleh
dari makan singkong adalah mangan, zat besi, serta seng.
Tinggi Kalium: Selain itu, ubi kayu juga menyediakan kalium yang cukup
baik (271 mg per 100g, atau 6 % dari kebutuhan setiap hari). Kalium merupakan
senyawa penting dari sel dan cairan tubuh yang bermanfaat untuk membantu
mengatur detak jantung dan tekanan darah.

8
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Profil Organisasi
Pusat Pelayanan Informasi Obat (PIO) adalah sebuah organisasi di bawah
naungan Jurusan Farmasi Fakultas Olahraga dan Kesehatan (FOK), Universitas
Negeri Gorontoalo. PIO jurusan Farmasi didirikan pada tanggal 21 Agustus 2018
yang diresmikan oleh Wakil Rektor I Bidang Akademik Prof.Dr.Ir. Mahludin H.
Buruadi M.P. PIO jurusan Farmasi dibentuk sebagai wadah untuk masyarakat
khususnya civitas akademik yang ingin memperoleh informasi obat. Pembentukan
PIO jurusan Farmasi adalah bentuk kontribusi jurusan Farmasi dalam perkembangan
kesehatan khususnya bidang kefarmasian.
3.2 Deskripsi Program/Inisiatif
Program yang akan kami laksanakan melingkupi 3 indikator yaitu SDGs 3
(Good Health & Well-Being), SDGs 8 (Decent Work & Economic Growth), dan
SDGs 9 (Industry, Innovation, and Infrastructure) yang terdiri dari program jangka
pendek dan program jangka panjang. Program Jangka Pendek yakni Sosialisasi
“Lampu Lalu Lintas Makananku” melalui media sosial dan surat kabar selanjutnya
adalah berkolaborasi bersama dinas pertanian untuk mendapatkan bibit ubi kayu
unggul yang nantinya akan ditanam di Desa Tingkohubu Timur Kec. Suwawa.
Selama periode 3 bulan pertama kami memfokuskan untuk menanam dan
mendapatkan ubi kayu yang baik sebelum nantinya ubi kayu ini akan diolah menjadi
tepung. Adapun program Jangka Panjang adalah “Pengembangan Produk Tepung
Lokal (Tepung Ubi Kayu) Untuk Mengganti Tepung Terigu” yang merupakan hasil
dari penanaman ubi kayu selama 3 bulan pertama. Pada tahap ini, TIM PIO Farmasi
UNG akan dibantu oleh pihak desa dan penggerak PKK di desa yang bersangkutan
akan mulai mengembangkan dan mengolah ubi kayu menjadi tepung ubi kayu.
Program yang saat ini sedang kami laksanakan adalah pendataan masyarakat
yang mengalami obesitas di Salah Satu Desa yang Berada di Kota Gorontalo yakni
Desa Tingkohubu Timur Kec. Suwawa. Selain itu, saat ini kami sedang melakukan

9
perancangan formulasi yang tepat untuk Produk Tepung Lokal (Tepung Ubi Kayu)
untuk mengganti Tepung Terigu serta pengembangannya menjadi olahan makanan
lokal khas daerah Gorontalo.
Adapun uraian program yang kami buat adalah sebagai berikut :

1. PROGRAM JANGKA PENDEK

NO NAMA URAIAN HASIL YANG EVALUASI


PROGRAM PROGRAM INGIN DICAPAI
1. Sosialisasi Membuat template Masyarakat
“Lampu Lalu atau poster yang memiliki
Lintas menarik untuk di pengetahuan tentang
Makananku” unggah pada akun makanan apa saja
sosial media yang baik untuk
HIMAFA UNG dan dikunsumsi, dan
PIO Farmasi UNG makanan apa saja
serta pada surat yang harus dihindari.
kabar Gorontalo Dan masyarakat
Post tentang dapat mengetahui
bagaimana tentang porsi
mengontrol terkait makanan yang
pola makan yang seharusnya
sehat. Yaitu dengan dikonsumsi.
memilih makanan
yang sehat
dibandingkan
makanan nikmat
tetapi tidak sehat
serta konsep piring
model T

10
Sayur
Pro Karbo
tein hidrat

2. PROGRAM JANGKA PANJANG


NO NAMA URAIAN HASIL YANG EVALUASI
PROGRAM PROGRAM INGIN DICAPAI
1. Pengembang Pengembaangan Produk dapat Setelah satu
an produk produk yang dihasilkan dengan bulan
tepung lokal mengedepankan baik agar dapat produk jadi
(tepung ubi inovasi produk digunakan dan
kayu) untuk berbasis potensi masyarakat dalam digunakan
mengganti lokal yaitu tepung kehidupan sehari- masyarakat,
tepung terigu ubi kayu untuk hari untuk dibagikan
mengurangi konsumsi yang quisoner
ketergantungan lebih sehat tanpa untuk
masyarakat pada takut untuk mengetahui
tepung terigu mengalami ketertarikan
yang menjadi obesitas. masyarakat
salah satu peicu menggunak
obesitas. an produk
tepung ubi
kayu
dibanding
kan
tepung
terigu.

3.3 Objektif SMART Program

11
3.3.1 Lampu Lalu Lintas Makananku
Program ini akan dibuat atau disosialisasikan melalui media dalam hal ini
adalah surat kabar Gorontalo Post dan akun instagram HIMAFA UNG serta akun
instagram PIO Farmasi UNG dalam bentuk template atau poster yang menarik yang
memuat informasi-informasi penting tentang pola makan sehat dan keseimbangan
nutrisi untuk mencegah obesitas. Diharapkan dengan adanya sosialisasi visual melalui
gambar template yang kami buat maka diharapkan dapat menarik minat dari pembaca
sehingga dapat lebih memahami tentang poin informasi yang kami bawa. Diharapkan
pula masyarakat yang membaca dapat menerapkan pola makan sehat dalam
kehidupan sehari-hari.
Program “Lampu Lalu Lintas Makananku” pada dasarnya memuat informasi
makanan dan nutrisi yang terkandung dalam makanan yang diharapkan dapat
diterapkan pada masyarakat sebagai usaha preventif dalam mencegah obesitas.
Makanan ‘Lampu hijau’ adalah makanan sehat. Ini berarti seseorang dapat
makan sebanyak yang diinginkan, karena makanan tersebut adalah makanan sehat
untuk dimakan. Misalnya buah dan sayuran segar. Makanan hijau rendah kalori dan
kaya nutrisi. Dengan kata lain, makanan hijau memgandung nutrisi padat.
Makanan ‘Lampu Kuning’, makanan jenis ini boleh saja dimakan asal dalam
jumlah sedang. Terlalu banyak akan menjadi hal yang tak baik. Lebih banyak
mengandung karbohidrat dan protein. Misalnya nasi, gandum utuh, pasta, telur,
salmon, kacang, biji-bijian, roti, dan yogurt. Makanan ini memiliki lebih banyak
kalori dan gula.
Makanan ‘Lampu Merah’, makanan jenis ini harus membuat seseorang
berpikir dua kali untuk membatasinya dengan ekstra. Sebab makanan tersebut rendah
nutrisi, tinggi gula, dan mengandung pemanis buatan. Boleh saja hanya sesekali dan
dalam porsi kecil. Misalnya kue, permen, daging berlemak, minuman manis, daging
beku, makanan cepat saji dan makanan olahan lainnya. Makanan seperti itu rendah
nutrisi dan lebih tinggi kalori, lemak, dan gula. Hindari juga sirup mengandung
fruktosa tinggi, minyak terhidrogenasi dan berbagai lemak lainnya.

12
3.3.2 Produk Olahan Tepung Ubi Kayu
Program ini akan dimulai dengan langkah bekerja sama dengan Dinas
Pertanian untuk mendapatkan bibit ubi kayu yang unggul yang kemudian kami
dibantu oleh pihak desa akan menanam bibit tersebut di halam rumah-rumah
warga.dalam satu tunas bisa muncul 2-4 umbi. Estimasi ada 15 tunas bisa ditanam
dan akan disesuaikan dengan luas lahan masing-masing warga.
Selanjutnya TIM PIO Farmasi UNG akan dibantu oleh pihak desa dan
penggerak PKK di desa yang bersangkutan akan mulai mengembangkan dan
mengolah ubi kayu menjadi tepung ubi kayu. Pada tahap ini kami memusatkan pada
perempuan untuk dapat mengolah ubi kayu menjadi tepung dan nantinya tepung ubi
kayu ini bisa dipakai untuk menggantikan tepung terigu dalam membuat olahan
makanan khususnya makanan lokal. Adapun proses pembuatan tepung sebagaimana
yang telah terlampir pada lampiran diagram alir.
Pengenalan produk tepung ubi kayu untuk menggantikan tepung terigu
dikalangam masyarakat menjadi salah satu solusi yang tepat untuk menurunkan
obesitas akibat akumulasi penumpukan lemak dalam tubuh. Ubi kayu merupakan
tanaman komoditas pangan, dapat dibudidayakan di Indonesia, sebagai sumber
karbohidrat. Pengolahan ubi kayu menjadi tepung melalui modifikasi menggunakan
metode fisik (perebusan) untuk mendapatkan pati resisten. Pati resisten adalah pati
yang tidak dapat dicerna di dalam usus halus tetapi dapat terfermentasi di dalam usus
besar.
Ubi kayu memiliki beberapa keunggulan, diantarnya adalah kadar gizi makro
(kecuali protein) dan mikro tinggi, kadar glikemik dalam darah rendah, kadar serat
pangan larut tinggi, dalam usus dan lambung berpotensi menjadi prebiotik dan
merupakan sumber kalori potensial di wilayah yang didominasi oleh iklim kering
(Widowati dan Margiono, 2016).
Dengan pengenalan produk pada masyarakat diharapkan agar solusi yang
kami tawarkan bukan hanya menurunkan angka obesitas tetapi juga akan berdampak
baik pada bidang ekonomi. masyarakat dapat mengolah ubi kayu menjadi tepung

13
sehingga hal ini dapat mengangkat nilai lokalitas pangan khususnya di Gorontalo.
Dari pengenalan tepung ubi kayu ini nantinya dapat berkembang menjadi pembuatan
olahan jajanan makanan lokal daerah Gorontalo.
3.4 Sumber Daya Manusia
Dalam menjalankan program ini sumber daya manusia yang akan terlibat
antara lain:
1. Anggota Tim PIO Farmasi UNG
2. Dinas Pertanian Provinsi Gorontalo
3. BAPPEDA Provinsi Gorontalo
4. Puskesmas Kota Gorontalo
5. Bidang Kewirausahaan HIMAFA UNG
6. TIM PKM Kewirausahaan Universitas Negeri Gorontalo
7. Gorontalo Post
3.5 Rencana Aksi 3 Bulan
Rencana aksi yang akan kami laksanakan selama 3 bulan adalah yaitu :
1. Mengajak Puskesmas Kota Gorontalo untuk bekerja sama mendata
masyarakat yang mengalami obesitas. Sehingga kita dapat mengetahui
persentase obesitas yang ada di Kota Gorontalo, dan dapat pula membantu
puskesmas dalam hal pendataan, agar supaya mereka pun dapat membuat
program pencegahan obesitas. Karena, obesitas merupakan salah satu sumber
dari timbulnya berbagai penyakit.
2. Kolaborasi bersama Dosen Pembimbing TIM PIO Farmasi UNG dan Kepala
Jurusan Farmasi UNG untuk mengoptimalkan formula pengolahan pangan
tepung lokal (tepung ubi kayu) dan untuk membantu menyurati Dinas
Pertanian Provinsi Gorontalodan BAPPEDA Provinsi Gorontalo untuk dapat
bekerja sama.
3. Bekerja sama dengan Dinas Pertanian Provinsi Gorontalo dan BAPPEDA
Provinsi Gorontalo untuk mendapatkan bibit ubi kayu untuk dapat ditanam
yang nantinya akan diolah menjadi tepung ubi kayu.

14
4. Bekerja sama dengan pihak desa dan organisasi penggerak PKK yang ada di
Desa Tingkohubu Timur Kec. Suwawa bersama-sama masyarakat terutama
perempuan untuk mengembangkan ubi kayu menjadi tepung ubi kayu dan
olahannya.
5. Bekerja sama dengan Tim PKM Kewirausahaan UNG, serta Tim
Kewirausahaan HIMAFA UNG untuk proses pengolahan tepung ubi kayu,
dengan perjanjian mencantumkan nama organisasi dan logo mereka di poster
produk olahan teung ubi kayu.
6. Mempromosikan hasil olahan tepung ubi kayu dimulai dari lingkungan
kampus secara gratis di minggu pertama untuk menarik perhatian konsumen
dan mengevaluasi seberapa besar minat terhadap produk tepung olahan ubi
kayu.
7. Mempromosikan secara lebih luas produk olahan tepung ubi kayu dan pola
makan sehat melalui Gorontalo Post.

3.6 Periode Program dan Timeline


Program ini akan dilaksanakan selama 3 bulan yakni dimulai dari Bulan
Januari-Maret 2021. Timeline atau jadwal aktivitas pelaksanaan program adalah
sebagai berikut :
1. Bulan pertama (Januari), akan kami gunakan untuk mendata masyarakat Kota
Gorontalo yang obesitas, pengoptimalan Formulasi tepung ubi kayu serta
menyiapkan seluruh peralatan dan komponen yang akan digunakan, termasuk
didalamnya bekerja sama dengan Dinas Pertanian Provinsi Gorontalo dan
BAPPEDA Provinsi Gorontalo untuk mendapatkan bibit unggul yng paling
baik digunakan untuk membuat tepung ubi kayu dengan mengajukan proposal
tentang program olahan tepung ubi kayu untuk mencegah obesitas. Kemudian
bibit unggul yang telah didapatkan dari dinas pertanian akan diberikan kepada
rumah-rumah warga terutama rumah warga yang didalamnya terdapat orang
obesitas untuk ditanam dipekarangan rumah atau halaman rumah warga. serta

15
menghubungi seluruh stakeholder dan sumber daya manusia yang akan kami
libatkan dalam program ini, untuk menjalin kerjasama.
2. Bulan kedua (Februari), akan kami gunakan untuk proses pembuatan produk
olahan tepung ubi kayu. memberitahukan bagaimana cara pengolahan ubi
kayu menjadi tepung yang dapat mereka gunakan untuk membuat aneka
makanan yang menggunakan tepung misalnya prekedel, rempeyek, kue dan
olahan makanan lainya yang menggunakan tepung.
3. Bulan ketiga (Maret), akan kami gunakan untuk mempromosikan hasil produk
olahan tepung ubi kayu baik di lingkungan kampus, maupun lingkungan
masyarakat terutama kepada masyarakat yang mengalami obesitas di Desa
yang telah kami lakukan pendataan, serta dilakukan proses evaluasi terkait
minat dan manfaat yang dirasakan masyarakat terhadap produk olahan tepung
ubi kayu.
3.7 Evaluasi dan Rencana Keberlanjutan
Untuk mengevaluasi program yang telah kami laksanakan, akan dilakukan
dengan memberikan kuisioner kepada msayarakat yang telah menggunakan produk
olahan tepung ubi kayu selama 1 bulan. Untuk mengetahui manfaat yang mereka
dapat dan rasakan dari produk olahan tepung ubi kayu ini.
Untuk masyarakat yang mengalami obesitas yang telah kami data dan telah
kami berikan hasil produk olahan tepung ubi kayu, kami lakukan pengukuran Indeks
Massa Tubuh (IMT) sebelum penggunaan dan setelah penggunaan produk olahan
tepung ubi kayu, untuk dapat dilihat perubahannya.
Rencana keberlanjutan program produk olahan tepung ubi kayu ini adalah jika
hasilnya baik maka kami akan bekerja sama dengan dinas pertanian untuk mencari
lokasi yang dapat dijadikan lahan untuk menanam ubi kayu dalam skala besar. Dan
mencari suplaer terdekat yang ada di kota gorontalo untuk mengurangi biaya
transportasi. kami ingin warga setempat juga membuat olahan cemilan atau makanan
ringan yang berbahan dasar produk olahan tepung ubi kayu ini, dan dapat
disebarluaskan ke toko-toko cemilan yang ada di Gorontalo untuk meningkatkan taraf

16
ekonomi masyarakat. Dan juga masyarakat dapat mengonsumsi makanan
ringan/cemilan yang sehat tanpa takut mengalami obesitas.

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

17
Untuk menangani masalah obesitas, kami dari Tim PIO Farmasi UNG
memiliki program yang mencakup 3 indikator SDGs yang terdiri dari program jangka
pendek dan jangka panjang. Kami memiliki program jangka panjang yang menjadi
program utama yaitu “Pengembangan Produk Tepung Ubi Kayu untuk Mengganti
Tepung Terigu”, karena Tepung Terigu merupakan salah satu bahan makanan yang
paling sering digunakan masyarakat terutama masyarakat Kota Gorontalo, dan
merupakan salah satu penyebab obesitas. Dengan pengolahan produk pangan lokal
tepung ubi kayu, dapat menurunkan angka obesitas yang tinggi, selain itu dapat pula
memenuhi kebutuhan nutrisi serta menaikkan pertumbuhan ekonomi masyarakat.
4.2 Saran
Diharapkan perhatian yang lebih untuk penanganan kasus obesitas yang setiap
hari semakin bertambah. Dan adanya program-program dari setiap puskesmas dan
Dinas Kesehatan untuk mengurangi angka kasus obesitas di Indonesia terutama di
Gorontalo.

18
DAFTAR PUSTAKA
Kadek, Hartini. 2014. Korelasi Derajat Obesitas dengan Prestasi Belajar Siswa
Sekolah Dasar. (Sari Pediatri, Vol. 16, No. Juni 2014)

Triano, RP, Flegal KM, Kuczmarski RJ, Campbell SM, Johnson CL. Overweight
prevalence and trends for children and adolescents. The National Health and
Nutrition Examination Surveys, 1963 to 1991. Arch Pediatr Adolesc Med.
1995;149;1085-1091.

Widowati dan Wargiono. 2016. Gizi dan Sifat Fungsional Ubi Kayu. Gorontalo:
Journal off agritech science.

Widhayanti, Retno E. 2009. Efek Pendidikan Gizi Terhadap Perubahan Konsumsi


Energi dan Indeks Massa Tubuh pada remaja kelebihan berat badan.
UNDIP. Semarang
LAMPIRAN

PROGRAM JANGKA PENDEK

1. PENDATAAN
MASYARAKAT

- Dikumpulkan masyarakat dipuskesmas


- Diukur tinggi badan
- Diukur berat berat badan
- Diukur lingkar perut
- Dihitung nilai BMI/IMT

DATA

2. SOSIALISASI “LAMPU LALU LINTAS MAKANANKU”

MASYARAKAT

- Dikumpulkan masyarakat disuatu tempat


- Dibagikan pretest
- Diberi sosialisasi “lampu lalu lintas makananku”
- Diberi sosialisasi “konsep piring model T
- Dibagikan posttest

DATA
3. PENGUKURAN SECARA BERKALA

MASYARAKAT

- Dihimbau untuk datang sekali setiap minggu


- Diukur tinggi badan
- Diukur berat badan
- Diukur lingkar perut
- Dihitung nilai BMI/IMT

DATA

PROGRAM JANGKA PANJANG

1. Pengembangan produk tepung local untuk mengganti tepung terigu


a. pembuatan tepung ubi kayu

UBI KAYU

- dicuci dan dikupas ubi kayu


- diiris dan dipotong-potong ubi kayu dengan ukuran kurang lebih 1 cm

- dipanaskan ubi kayu dalam air 90 selama 10 menit

- ditiriskan air
- dikeringkan ubi kayu selama 24 jam pada suhu 50℃
- digiling ubi kayu sampai halus
- diayak dengan ayakan mesh 80

TEPUNGG UBI KAYU


b. Pengenalan produk pada masyarakat

MASYARAKAT

- Dibuat stand atau tempat untuk promosi didekat pertokoan atau


ditempat yang banyak dilalui masyarakat
- Disosialisasikan produk pada masyarakat dengan mengedepankan
kandungan dari produk yang ditawarkan.

DAYA BELI MASYARAKAT


MENINGKAT

Anda mungkin juga menyukai