Anda di halaman 1dari 22

Konsep Dasar Patofisiologis dan Asuhan Keperawatan Pada Kasus

Obesitas

DISUSUN OLEH

Nama : Salisa Tara Wahani

Nim : 201902030070

Kelas : 2B

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI SARJANA ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN

2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadiran Allah SWT karena atas berkat Rahmat dan
hidayahnyalah kami dapat dapat menyelesaikan makalah konsep dasar patofisiologi dan
asuhan keperawatan pada kasus dengan penyakit Obesitas. Makalah ini saya susun
menggunakan sumber dari buku ataupun referensi dari situs internet dan jurnal. Makalah ini
sebagai bahan diskusi dalam mata kuliah Keperawatan Anak yang pada semester ini kami
pelajari. Makalah ini masih jauh dari yang diharapkan, oleh karenanya kami mengharap kritik
dan sarannya demi kesempurnaan makalah ini. Karena sesungguhnya kesempurnaan
hanyalah milik Allah SWT. Akhir kata kami ucapkan terimakasih.

Pekalongan, Maret 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..............................................................................1

KATA PENGANTAR.............................................................................2

DAFTAR ISI............................................................................................3

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...............................................................................5
B. Tujuan Penulisan............................................................................6

BAB II KONSEP TEORI

A. Pengertian Obesitas...................................................................7
B. Etiologi Obesitas.......................................................................8
C. Patofisiologis Obesitas..............................................................8
D. Manifestasi klinis/tanda gejala Obesitas...................................9
E. Pemeriksaan Penunjang Obesitas..............................................9
F. Penatalaksanaan Obesitas........................................................10
G. Komplikasi Obesitas...............................................................11
H. Pengkajian Fokus Obesitas......................................................12
I. Fokus Intervensi Obesitas.......................................................12
J. Pathway Obesitas....................................................................15
BAB III RESUM JURNAL
A. Judul ...........................................................................................16
B. Penulis .........................................................................................16
C. Pendahuluan ..............................................................................16
D. Metode.........................................................................................18
E. Hasil ................................................................................................19
F. Pembahasan .................................................................................19
G. Simpulan .....................................................................................20

3
BAB IV PENUTUP
A. Simpulan.....................................................................................21
B. Saran ..........................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................22

4
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Obesitas di Indonesia terjadi pada semua kelompok umur dan strata sosial
ekonomi. Obesitas merupakan masalah yang serius karena dapat berlanjut hingga usia
dewasa (KKRI, 2012; Mistry dan Puthussery, 2015). Obesitas merupakan salah satu
masalah yang dihadapi Indonesia selain kekurangan nutrisi. Ketimpangan pendapatan
yang menyertai pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat memperburuk masalah yang
dihadapi Indonesia tersebut (Hanandita dan Tampubolon, 2015).
Prevalensi obesitas di seluruh dunia meningkat dua kali lipat antara tahun
1980 sampai 2014. Pada tahun 2014 lebih dari 1,9 miliar orang dewasa usia 18 tahun
atau lebih mengalami kelebihan berat badan. Dari jumlah tersebut lebih dari 600 juta
mengalami obesitas. Secara keseluruhan, sekitar 13% populasi dewasa di dunia (11%
laki-laki dan 15% perempuan) yang mengalami obesitas dan 39% dari orang dewasa
berusia 18 tahun ke atas (38% pria dan 40% wanita) mengalami kelebihan berat badan
(Who.int, 2015).
Tahun 2013, 42 juta anak-anak di bawah usia 5 mengalamai kelebihan berat
badan atau obesitas. Sebelumnya telah diketahui kelebihan berat badan dan obesitas
merupakan masalah bagi negara yang berpenghasilan tinggi, kelebihan berat badan
dan obesitas sekarang meningkat di negara-negara berpenghasilan rendah dan
menengah, terutama di perkotaan. Di negara-negara berkembang tingkat kenaikan
kelebihan berat badan dan obesitas pada kanak-kanak sudah lebih dari 30% lebih
tinggi dari negara-negara maju (Who.int, 2015). Kelebihan berat badan dan besitas
merupakan akumulasi lemak yang tidak normal yang dapat mengganggu kesehatan
(Who.int, 2015).
Obesitas merupakan keadaan patologis sebagai akibat dari konsumsi makanan
yang jauh melebihi kebutuhannya sehingga terdapat penimbunan lemak yang
berlebihan dari apa yang diperlukan untuk fungsi tubuh (Soetjiningsih, 1995).

5
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami mengenai konsep dasar tentang Obesitas Pada
Anak
2. Tujuan Khusus
a) Mahasiswa mampu menjelaskan tentang pengertian obesitas pada anak
b) Mahasiswa mampu memahami etiologi, patofisiologis, manifestasi
klinis/tanda gejala, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan, komplikasi,
pengkajian fokus, fokus intervensi dan pathway

6
BAB II

KONSEP TEORI OBESITAS

A. Pengertian/Definisi
Secara umum kegemukan dan obesitas adalah suatu kondisi abnormal yang
ditandai oleh peningkatan lemak tubuh berlebihan, umumnya ditimbun di jaringan
subkutan, sekitar organ, dan kadang terinfiktrasi ke dalam organ. Akumulasi lemak
tubuh yang berlebihan dapat mengakibatkan berbagai gangguan kesehatan. Menurut
Suastika (2006), obesitas adalah kondisi yang ditandai gangguan keseimbangan energi
tubuh, yaitu terjadi keseimbangan energi positif yang akhirnya disimpan dalam
bentuk lemak dijaringan tubuh. Nelm, dkk (2011), menyatakan obesitas adalah
penumpukan jaringan adiposa atau lemak tubuh yang terlalu berlebihan yang dapat
mengganggu kesehatan.
Kegemukan dan obesitas merupakan kondisi patologis yang ditandai oleh
penumpukan lemak yang menyebabkan timbulnya berbagai penyakit, antara lain
diabetes melitus, penyakit jantung, stroke, dan kanker dan penyakit degeneratif
lainnya. Obesitas telah didefinisikan sebagai suatu penambahan berat badan akibat
akumulasi berlebihan lemak tubuh relatif terhadap massa tubuh tanpa lemak.
Kelebihan berat badan merupakan keadaan berat badan lebih dari nilai rata-
rata tinggi badan dan bangunan tubuh. Akhir-akhir ini terdapat peningkatan penderita
diabetes melitus tipe 2 diantara remaja yang mengalami obesitas, dan terdapat fakta
yang sangat jelas bahwa anak-anak obesitas akan menjadi orang dewasa obesitas.
Orang dewasa obesitas akan mengalami beberapa masalah kesehatan, meliputi
hipertensi, hiperlipidemia, penyakit jantung, masalah ortopedik, apnea tidur
obstruktif, kanker kolon, dan kemungkinan pelahiran bayi yang sehat menjadi lebih
kecil.

7
B. Etiologi/Penyebab
Obesitas merupakan suatu kondisi ketidakseimbangan energi karena terjadi
keseimbangan energi positif yang ditandai oleh kelebihan asupan energi dan
pengeluaran yang berkurang. Masalah kegemukan dan obesitas merupakan masalah
kesehatan yang kompleks dan bersifat multifaktorial. Berbagai faktor berkontribusi
terhadap munculnya obesitas. Faktor utama munculnya obesitas adalah faktor genetik,
perilaku, dan lingkungan baik lingkungan fisik, biologis dan sosial.

C. Patofisiologi
Tubuh manusia memiliki sekitar 30-40 juta sel lemak yang mampu
menyimpan lemak dalam jumlah yang besar. Jika seseorang mengalami kegemukan
atau obesitas, maka sel lemak akan mengalami pembesaran bentuk (hipertrofi) dan
peningkatan jumlah (hiperplasia). Pertumbuhan sel lemak umumnya mengikuti pola
pertumbuhan dan perkembangan usia, sehingga jika obesitas sudah terjadi pada masa
anak-anak, maka sel lemak berkembang dengan cepat dan biasanya bertahan sampai
pada usia dewasa (adult onset obesity).
Keseimbangan energi dalam tubuh sangat bergantung pada interaksi yang
kompleks antara sistem saraf, sejumlah hormon, dan faktor genetik. Penurunan
asupan energi dan kehilangan lemak tubuh akan menstimulasi peptida yang bersifat
orexigenic di pusat hipotalamus dan sejumlah hormon untuk meningkatkan nafsu
makan dan mengurangi pengeluaran energi. Sebaliknya peningkatan asupan energi
dan peningkatan penyimpanan lemak menstimulasi peptide orexigenic untuk
menurunkan nafsu makan dan meningkatkan pengeluaran energi yang dikenal sebagai
adaptasi termogenesis.
Pengaturan keseimbangan energi dalam tubuh diperankan oleh sejumlah
hormon, kelenjar hipotalamus dan faktor genetik melalui tiga proses fisiologi yaitu
pengendalian rasa lapar dan kenyang, pengeluaran laju dan pengeluaran energi, dan
pengaturan kegiatan hormon. Pengaturan tersebut terjadi melalui sial aferen baik
sinyal panjang dan pendek yang berpusat di hipotalamus setelah mendapat sinyal
aferan dari jaringan adiposa, usus dan jaringan otot. Sinyal yang pendek biasanya
berhubungan dengan pengosongan lambung yang diperankan oleh hormon
colisistokinin (CCK). Hormon ini berfungsi sebagai stimulator peningkatan rasa lapar.
Sinyal panjang diperankan oleh hormon leptin dan insulin yang mengatur peyimpanan
dan keseimbangan energi.

8
D. Manifestasi Klinis/Tanda Gejala
Penampakan berat badan berlebih, berat badan melebihi standar yang telah
ditetapkan, ketebalan lapisan kulit lebih besar dari standar yang telah ditetapkan,
lemak tubuh meningkatkan sampai di atas standar yang telah ditetapkan, indeks masa
tubuh meningkatkan sampai di atas standar yang telah ditetapkan. Tungan indeks
masa tubuh, penetapan tinggi dan berat badan berdasarkan grafik pertumbuhan
standar, serta pengukuran lemak tubuh seperti yang ditetapkan oleh pengukuran
bioelektrik impedans, computed tomography (CT), atau MRI mungkin dapat
digunakan sebagai data tambahan. Pemeriksaan diagnostik yang tepat menghilangkan
kemungkinan gangguan metabolik dan endokrin.

E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk obesitas mencakup pemeriksaan dasar (profil lipid dan
fungsi hepar) dan pemeriksaan klinis yang sesuai dengan indikasi.
1) Profil Lipid
Hasil pemeriksaan profil lipid yang mencakup kadar kolesterol puasa,
trigliserida, high-density lipoprotein cholesterol (HDL-C) pada pasien obesitas
dapat normal atau termasuk dislipidemiatipikal terkait sindrom kardiometabolik
yang ditandai dengan berkurangnya HDL-C dan meningkatnya trigliserida puasa.
Peningkatan low-density lipoprotein cholesterol (LDL-C) dan kadar kolesterol
total yang normal atau sedikit meningkat juga tidak jarang ditemui pada obesitas.
2) Fungsi Hepar
Fungsi hepar dapat ditemukan normal pada sebagian pasien obesitas. Namun,
adanya peningkatan kadar transaminase dapat mengindikasikan kondisi
steatohepatitis non alkoholik atau infiltrasi fatty liver.
3) Fungsi Tiroid
Pemeriksaan fungsi tiroid digunakan untuk menyingkirkan kemungkinan
hipotiroid primer yang ditandai dengan peningkatan serum tirotropin (Thyroid-
Stimulating Hormone/TSH), kadar tiroksin, dan/atau triiodothyronine normal atau
berkurang.

9
4) Fungsi Ginjal
Pemeriksaan fungsi ginjal berupa ureum, kreatinin dan asam urat.
Pemeriksaan Gula Darah dan Kadar Insulin
Setiap pasien dengan obesitas harus diskrining untuk diabetes. Pemeriksaan kadar
glukosa darah dan HbA1c merupakan skrining rutin pada pasien obesitas.
Peningkatan serum insulin dan C-peptide juga dapat ditemukan pada pasien
obesitas tetapi jarang digunakan untuk pemeriksaan skrining. 

F. Penatalaksanaan
1) Modifikasi Pola Makan
a. Rekomendasi
Program penurunan berat badan harus dikombinasikan dengan rejimen diet
gizi seimbang dengan modifikasi latihan dan gaya hidup.
b. Diet pembatasan energi
Diet pembatasan energi yang seimbang merupakan metode penurunan berat
badan yang paling sering diresepkan.
c. Diet formula atau Makanan pengganti
Makanan pengganti ini merupakan makanan atau minuman siap saji yang
digunakan sebagai pengganti makanan lainnya yang berkalori tingga.
d. Pembatasan energi secara berlebih dan puasa
Yang dimaksud dengan pembatasan energi masukan secara berlebih apaila
jumlahnya kurang dari 800 kcal per hari atau puasa dibawah 200 kcal per hari.
e. Diet kalori sangat rendah
Yang dimaksud diet kalori sangat rendah adalah apabila masukan kalori
hariannya berkisar antara 200-800 kcal.
2) Modifikasi Gaya Hidup
Modifikasi tingkah laku telah menjadi hal yang penting dalam intervensi
obesitas. Sebagai tambahan pada nutrisi dan aktifitas fisik, komponen kunci dari
program modifikasi tingkah laku meliputi self-monitoring, penetapan tujuan,
kontrol stimulus, penyelesaian masalah, restrukturisasi kognitif, dan pencegahan
kekambuhan.

10
3) Pola Latihan
Kegemukan adalah hasil dari ketidakseimbangan antara asupan energi dan
pengeluaran energi. Dengan meningkatkan proporsi LBM dalam lemak, olahraga
membantu menyeimbangkan kehilangan LBM dan pengurangan RMR yang pasti
akan terjadi walaupun pada program penurunan berat badan yang baik.
4) Terapi Farmakologi Obesitas
Obat anti obesitas umumnya anoreksan atau penekan nafsu makan golongan
simpatomimetik dan pemberiannya sementara. Obat ini dapat menimbulkan
toleransi dan lama lama efek obat ini akan berkurang. Umumnya obat obat ini
merangsang SSP sehingga akan menyebabkan adiksi. Obat ini sering bekerja
dengan meningkatkan neurotransmitter anoreksigenik seperti NE, serotonin, dan
dopamin.

G. Komplikasi
Anak yang kelebihan berat badan dapat menderita masalah kesehatan yang
cukup serius seperti diabetes dan penyakit jantung, dan sering kali juga membawa
kondisi ini sampai ke masa dewasanya.
Anak yang kelebihan berat badan memiliki resiko lebih tinggi untuk
menderita:
1) Diabetes tipe 2, resisten terhadap insulin
2) Sindrom metabolisme: kegemukan terutama didaerah perut, kadar lemak yang
tinggi, tekanan darah tinggi, resistensi terhadap insulin, rentan terhadap
terbentuknya sumbatan pembuluh darah, dan rentan terhadap proses peradangan
3) Tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, dan tingkat blood lipid yang abnormal
4) Asma dan masalah saluran pernapasan lainnya (misalnya, napas pendek yang
dapat membuat olahraga, senam, atau aktifitas fisik lainnya sulit dilakukan)
5) Masalah tidur
6) Penyakit liver dan kantong empedu
7) Masalah makan
8) Infeksi kulit
9) Masalah pada tulang dan persendian
Faktor resiko yang ada pada masa kanak-kanak (termasuk tekanan darah tinggi,
kolesterol tinggi, dan diabetes) dapat menyebabkan terjadinya masalah medis saat
mereka beranjak dewasa seperti penyakit jantung, dan stroke. Mencegah atau

11
menangani obesitas pada anak-anak dapat mengurangi resiko terjadinya masalah
kesehatan seperti ini ketika beranjak dewasa.

H. Pengkajian Fokus
Munculnya obesitas tampak jelas dari penampakan diri sendiri dan penetapan
yang cepat dapat dibuat dai perbandingan kasar antara tinggi badan dan berat badan
dengan standar grafik pertumbuhan. Akhir-akhir ini, pengukuran indeks massa tubuh
(IMT) telah menjadi alat yang sangat berguna untuk pengkajian obesitas. IMT
diekspresikan oleh berat badan anak dalam kg dibagi kuadrat tinggi badan anak dalam
meter (kg/m2). Anak anak dengan IMT yang lebih besar atau sama dengan 95 th
persentil pada usia dan seks tertentu harus mendapatkan pengkajian medis yang
dalam. Anak-anak dengan rentang IMT 85th sampai 95th persentil harus dievaluasi
untuk melihat adanya komplikasi sekunder seperti hipertensi dan hiperlipidemia
(Barlow dan Dietz, 1998). Evaluasi harus memasukkan riwayat tinggi dan berat badan
orang tua serta saudara sekandung, begitu pula kebiasaab makan, nafsu makan dan
pola lapar, serta aktifitas fisik yang dikuti oleh anak. Selain itu, riwayat psikososial
sangat membantu untuk memahami dampak yang diakibatkan oleh kondisi ini ke
dalam kehidupan anak.

I. Fokus Intervensi
1) Obesitas b.d intake makanan yang berlebih
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan ketidakseimbangan
nutrisi lebih dapat teratasi
Kriteria hasil :
a. Berat badan normal
b. Ketebalan lipatan kulit trisep normal
c. Persentil lingkar kepala normal
d. Persentil tinggi badan normal
e. Persentil berat badan dalam keadaan normal

12
Intervensi :

a. Hitung berat badan ideal pasien


b. Diskusikan bersama keluarga pasien mengenai hubungan antara intake
makanan, latihan, peningkatan BB dan penurunan BB
c. Diskusikan bersama keluarga pasien mengenai kebiasaan, gaya hidup, dan
faktor herediter yang dapat mempengaruhi BB
d. Bantu pasien membuat perencanaan makan yang seimbang dan konsisten
dengan jumlah energi yang dibutuhkan setiap harinya
e. Dorong pasien mengikuti diet yang memberikan kehilangan berat badan tanpa
mengganggu pertumbuhan, aktivitas normal atau psikologi kesejahteraan

2) Intoleransi aktifitas b.d kelebihan berat badan: obesitas


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan aktifitas pasien
kembali normal
Kriteria hasil :
a. Kemudahan bernapas ketika beraktifitas tidak terganggu
b. Kekuatan tubuh bagian atas tidak terganggu
c. Kekuatan tubuh bagian bawah tidak terganggu
d. Kemudahan dalam melakukan aktifitas Hidup Harian/ADL

Intervensi : ( Terapi aktifitas )

a. Berkolaborasi dengan tenaga rehabilitas medik dalam merencanakan program


terapi yang tepat
b. Bantu pasien untuk melakukan aktifitas dan pencapaian tujuan melalui
aktifitas yang konsisten dengan kemampuan fisik, fisiologis dan social
c. Dorong aktifitas kreatif yang tepat
d. Bantu pasien dan keluarga untuk mengidentifikasi kelemahan dalam level
aktifitas tertentu
e. Bantu pasien dan keluarga memantau perkembangan pasien terhadap
pencapaian tujuan

13
3) Ketidakefektifan pola nafas b.d obesitas
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pola nafas pasien
menjadi efektif
Kriteria hasil :
a. Penggunaan otot bantu napas tidak ada
b. Gangguan ekspirasi tidak ada
c. Dispneu dengan aktifitas ringan tidak ada
d. Mendengkur tidak ada

Intervensi : ( Bantuan ventilasi )

a. Pertahankan kepatenan jalan nafas


b. Posisikan untuk meringankan dispneu
c. Monitor TTV
d. Bantu dalam hal perubahan posisi dengan sering dan tepat

14
J. Pathways

Obesitas

Masukan makan Aktifitas Tubuh genetik

Mekanisme neuro kumoral

Hipotalamus

Pengatur keseimbangan

energi

Pengatur lapar dan kenyang, regulasi, sekresi hormon laju


pengeluaran energi

Sinyal aferen

Setelah dapat sinyal dari aferen pariferjar adiposa,

usus, dan jar-otot

15
BAB III

RESUME JURNAL PENELITIAN OBESITAS

1) Judul
Hubungan Konsumsi Fastfood Dengan Kejadian Obesitas Pada Anak SD di Kota
Manado
2) Penulis
a) Winarsih Damopol II,
b) Nelly Mayulu,
c) Gresty Masi
3) Pendahuluan
Kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan ekonomi telah menciptakan suatu
lingkungan dengan gaya hidup cenderung sadentari dan pola makan yang enak yang
tinngi kalori dan lemak. Kelebihan asupan energi disimpan dalam jaringan lemak,
lama kelamaan akan mengakibatkan terjadinya obesitas . Obesitas terjadi disebabkan
banyak faktor.Faktor utamanya adalah ketidak seimbangan asupanenergi dengan
keluaranenergi. Di Indonesia, akibat dari perkembangan teknologi dan sosial ekonomi
terjadi perubahan pola makan dari pola makan tradisional ke pola makan barat seperti
fast food yang banyak mengandung kalori, lemak dan kolesterol Mahdiah, Obesitas
pada anak sampai kini masih merupakan masalah, hal ini disebabkan oleh etiologinya
yang kompleks dan multi faktor.
Penanganan obesitas anak haruslah terpadu antara semua aspek
etiologi.Semakin dini penanganan obesitas pada anak akan memberikan hasil yang
lebih baik. Penanganan obesitas pada anak lebih sulit dari pada obesitas dewasa.
Pengaturan makan untuk penurunan berat badan anak harus memperhatikan bahwa
anak masih dalam proses tumbuh dan berkembang. Anjuran makanan untuk
mendapatkan berat badan yang stabil atau turun secara bertahap harus mencukupi
kebutuhan semua zat gizi meskipun seringkali anak mempunyai jenis makanan yang
disukai atau tak disukai sehingga membatasi variasi makanan yang dapat dikonsumsi .
Prevalensi obesitas pada anak usia 6 sampai 8 tahun di Rusia adalah 10%, di Cina%
dan di Inggris 10-17%, bergantung pada umur dan jenis kelamin.

16
Penelitian yang dilakukan di Malaysia akhir-akhir ini menunjukkan bahwa
prevalensi obesitas mencapai 6,6% untuk kelompok umur 7 tahun dan menjadi 13.8%
pada kelompok umur 10 tahun. Prevalensi obesitas pada anak umur 6-14 tahun di
Jepang berkisar antara 5% sampai dengan 11% Anggraini, Data yang dikumpulkan
Himpunan 2008 pertumbuhan industrimakanan di Indonesia mencapai 19,4% hal ini
mengindikasikan bahwakonsumen makanan fast food semakin meningkat setiap
tahunnya. Dari datasurvey ACNielsen online customer tahun 2007 mendapatkan hasil
bahwa28% masyarakat Indonesia mengonsumsifast food minimal satu minggusekali
33% diantaranya mengonsumsi saat makan siang.
Tidak mengherankan jika Indonesia menjadi negara ke 10 yang paling banyak
masyarakatnya mengonsumsi makanan fast food Dwi, Efek makanan cepat saji
terhadap tubuh yakni dapat mempengaruhi tingkat energi tubuh. Junk food tidak
mengandung nutrisi yang dibutuhkan tubuh agar tetap sehat. Sebagai hasilnya, anda
mungkin merasa lelah dan kekurangan energi yang anda butuhkan untuk
menyelesaikan tugas sehari-hari.
Tingginya tingkat gula dalam makanan cepat saji membuat metabolisme tidak
terkendali, ketika makan gula halus, pankreas mengeluarkan insulin dalam jumlah
yang tinggi untuk mencegah lonjakan berbahaya dalam kadar gula darahkarena
makanan cepat saji dan junk food tidak mengandung jumlah protein dan karbohidrat
yang cukup dan baik, kadar gula darah akan turun secara tiba-tiba setelah makan, hal
ini membuat merasa mudah marah-marah, lelah," jelasnya. Junk food berkontribusi
terhadap kinerja buruk dan obesitas, Junk food juga mengandung sejumlah besar
lemak, dan sebagai lemak terakumulasi dalam tubuh. Penelitian Harimurti
menyebutkan bahwa peningkatan jumlah obesitas pada anak saat ini karena anakanak
lebih senang mengkonsumsi fast food modern yang dapat dikategorikan junk food,
karena lebih banyak mengandung energi dan sedikit serat.

17
4) Metode
Penelitian ini adalah penelitian survei analitik dengan menggunakan
rancangan case control, untuk menganalisis asupan energi sebagai faktor risiko
terjadinya obesitas. Dimana peneliti menggunakan pendekatan retrospective, dimana
efek diidentifikasi pada saat ini, kemudian faktor risiko diidentifikasi ada atau
terjadinya pada waktu yang lalu. Teknik pengambilan sampel, yaitu memilih sampel
yang obes dengan cara terlebih dahulu melakukan penilaian klinis yang tampak obes
kemudian dilakukan pengukuran antropometri untuk menentukan kriteria obes. Untuk
kontrol dipilih siswa yang tidak obes (normal) pada sekolah yang sama dengan
melakukan matching terhadap umur dan jenis kelamin. Pemilihan sampel dilakukan
secara kuota sampling hingga terpenuhi jumlah besar sampel yang dibutuhkan.
Dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis data yang dipakai yaitu Data Primer
yaitu data yang menyangkut karakteristik subyek penelitian, data tentang orang
tua,tingkat sosial ekonomi keluarga, serta data yang memuat aktivitas fisik. Data
Sekunder, yaitu Data sekunder, yaitu data tentang jumlah sekolah, alamat sekolah dan
jumlah siswa, yang diperoleh dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Manado.
Pengumpulan data terdiri dari tahap pertama melakukan koordinasi dengan sekolah
tempat penelitian dan pengurusan surat izin. Melakukan studi pendahuluan (skrining
awal) untuk penentuan prevalensi, dengan melakukan pengukuran antropometri (berat
badan dan tinggi badan) menggunakan timbangan injak Electronic Personal Scale
merk camri dengan tingkat ketelitian 0,1 kg, dan alat pengukur tinggi badan
(Microtoise) berkapasitas panjang 200 cm dengan ketelitian 0,01 cm, kemudian
dilakukan pengkajian status gizinya. Pengukuran berat badan dilakukan sebelum
makan.
Pengolahan dan Analisis Data yang digunakan dalam penelitian adalah
sebagai berikut Data yang telah terkumpul selanjutnya dilakukan pengolahan data
melalui tahap sebagai berikut: Editing (Pemeriksaan kembali), Koding (Pengkodean),
Proccessing (Proses/entri data), dan Cleaning (pembersihan data). Pengolahan data
untuk masing-masing variabel adalah sebagai berikut: Data obesitas ditentukan
dengan cara pengukuran anthropometri dengan menggunakan indeks BB/TB dengan
penilaian IMT dengan menggunakan tabel Tabel Standar Antropometri Penilaian
Status Gizi Anak berdasarkan SK Menteri Kesehatan RI Nomor:
1995/Menkes/XXI/2010 dengan kriteria obesitas > 2 SD. Data konsumsi makanan

18
untuk mengetahui asupan energi diolah dengan menggunakan komputer program
Nutri survey.
Analisis Data yang dipakai dalam penelitian ini yaitu Analisis Univariat untuk
mengetahui distribusi frekuensi dan proporsi masing-masing variabel yang diteliti.
Adapun tujuan dari analisis univariat ini yaitu untuk memperlihatkan/menjelaskan
distribusi data dari variabel yang terlibat dalam penelitian Analisis bivariat untuk
mengetahui hubungan aktivitas fisik dengan kejadian obesitas pada anak SD di Kota
Manado, menggunakan uji chi-square (x2 ), pada tingkat kemaknaan 95% (α 0,05).
Karena rancangan penelitian ini adalah studi kasus kontrol untuk melihat faktor risiko,
maka di lakukan perhitungan Odds Ratio (OR). Dengan mengetahui besarnya OR,
dapat di estimasi pengaruh dari faktor risiko yang di teliti.

5) Hasil
Hasil uji Chi Square (X2 ) pada tingkat kepercayaan 95% menunjukkan
nilai p=0,024. Nilai p ini lebih kecil dari nilai α = 0,05, menunjukkan bahwa terdapat
hubungan antara konsumsi fast food dengan terjadinya obesitas. Hasil analisis antara
hubungan konsumsi fast food dengan kejadian obesitas pada anak terlihat bahwa
responden yang mengkonsumsi energi fast food> rata-rata dan mengalami obesitas
berjumlah 46 responden (33,8%) dan tidak mengalami obesitas berjumlah 32
responden (23,5%) sedangkan responden yang mengkonsumsi energi fast food ≤ rata-
rata dan mengalam obesitas berjumlah 22 responden (16,5%) dan tidak mengalami
obesitas berjumlah 36 responden (26,5%) kemudian dilakukan ujiChi Square (X2 )
pada tingkat kepercayaan 95% menunjukkan nilai p=0,024. Nilai p ini lebih kecil dari
nilai α = 0,05, hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara konsumsi fast
food dengan terjadinya obesitas pada anak SD di Kota Manado.

6) Pembahasan
Kegemukan saat anak-anak bisa disebabkan akibat makan melebihi
kebutuhan, kurang aktivitas fisik, dan karena pengaruh iklan makanan yang
berlebihan. Gaya hidup masa kini juga bisa menyebabkan kegemukan yaitu adanya
kecenderungan suka mengkonsumsi makan cepat saji atau fast food modern seperti
burger, pizza, frenc fries dan lainnya yang mengandung lemak dan kalori tinggi
namun kurang serat, vitamin dan mineral. Banyaknya anak yang ,mengalami

19
kegemukan secara klinis dan lokasi sekolah yang dekat dengan pusat perbelanjaan
dan restoran-restoran khususnya restoran fast food.
Selain itu adanya menu jajanan berupa fast food di kantin sekolah serta
pengaruh negatif yang muncul akibat mengkonsumsi fast food secara berlebihan. Fast
food adalah makanan bergizi tinggi yang dapat menyebabkan kegemukan atau
obesitas terhadap anakanak yang mengkonsumsi makanan siap saji atau fast food
selain itu fast food dapat menyebabkan penyakit jantung penyumbatan pembuluh
darah dan sebaginya. Fast food dianggap negativ karenaketidak seimbangannya, hal
ini dengan mudah bisa dilihat dari besarnya porsi daging ayam ataubarger yang
disajikan. Anak yang obes cenderung memiliki kebiasaan pola makan berlebih serta
mengonsumsi makanan dalam jumlah lebih banyak setiap kalinya.
Anak yang obes sangat menyukai aktivitas makan. Anak makan lebih
banyak daripada kebutuhan energi sesungguhnya yang mereka butuhkan. Mengunyah
makanan dalam jumlah yang sama dalam sehari dapat menyebabkan sistem enzim
tubuhuntuk menggunakan energi lebih efesien dan akhirnya disimpan menjadi lemak.
Fast food atau ready-to-eat-food jadi pilihan utama orang tua yang sibuk atau
konsumsi ketika menghabiskan waktu bersama keluarga pada masyarakat modern.
Hal ini disebabkan karena pengolahannya yang cenderung cepat karena menggunakan
tenaga mesin, terlihat bersih karena penjamahnya adalah mesin, restoran yang mudah
ditemukan serta karena pelayanannya yang selalu sedia setiap saat, bagaimanapun
cara pemesanannya.

7) Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai analisis riwayat
orang tua sebagai faktor resiko obesitas pada anak sd di kota manado dapat
disimpulkan sebagai berikut: Terdapat hubungan antara konsumsi fast food dengan
kejadian obesitas pada Anak SD di kota Manado. Anak yang mempunyai asupan
energi konsumsi fast food diatas rata-rata asupan anak tidak obes berisiko 2,35 kali
lebih besar untuk menjadi obes dibandingkan anak yang mempunyai asupan dibawah
rata-rata asupan anak tidak obes.

20
BAB IV

PENUTUP

A. Simpulan
obesitas adalah suatu kondisi abnormal yang ditandai oleh peningkatan lemak
tubuh berlebihan, umumnya ditimbun di jaringan subkutan, sekitar organ, dan kadang
terinfiktrasi ke dalam organ. Akumulasi lemak tubuh yang berlebihan dapat
mengakibatkan berbagai gangguan kesehatan.
Telah diketahui kelebihan berat badan dan obesitas merupakan masalah bagi
negara yang berpenghasilan tinggi, kelebihan berat badan dan obesitas sekarang
meningkat di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, terutama di
perkotaan. Di negara-negara berkembang tingkat kenaikan kelebihan berat badan dan
obesitas pada kanak-kanak sudah lebih dari 30% lebih tinggi dari negara-negara maju
(Who.int, 2015).

B. Saran
Obesitas yang dialami oleh anak tidak hanya menimbulkan masalah dalam
segi kesehatan namun juga menjadi masalah psikis. Oleh karena itu orang tua harus
memiliki kesadaran untuk menkontrol pola makan ataupungaya hidup anak mulai dari
sejak dini, agar anak tidak mengalami gangguan secara psikisnya ataupun fisiknya
pada saat dia tumbuh dewasa. Orang tua juga harus memiliki pengetahuan tentang
gizi seimbang dengan baik.

21
DAFTAR PUSTAKA

Misnadiarly. (2007). Obesitas Sebagai Faktor Risiko Beberapa Penyakit.


Jakarta: BUKU POP.
Prof. Dr. Hardinsyah, MS, I Dewa Nyoman Supariasa, MPS. (2017). Ilmu
Gizi Teori & Aplikasi. Jakarta: EGC.
Donna L. Wong, dkk. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Vol. 1
Edisi 6. Jakarta: EGC.
Purwono, A. (2013). Penatalaksanaan Obesitas.
Damapolii, W., Maluyu, N., & Masi, G. (2013). Hubungan Konsumsi
Fastfood Dengan Kejadian Obesitas Pada Anak SD di Kota Manado. Jurnal
Keperawatan,1(1).

22

Anda mungkin juga menyukai