Anda di halaman 1dari 29

PATOFISIOLOGI DAN ASUHAN

KEPERAWATAN ANAK OBESITAS DAN KKP

Pembimbing :

NS. Rahmi Ramadhan

Oleh :

Annisa Nabila Furty 2010120201575


Nadya Oktavia 2010120201578
Mutia Fadillah 2010120201579
Melda Juliani 2010120201580
Norfa Oslin 2010120201581
Hafifah Fadilatul Hayati 2010120201582
Habibul Azmi 2010120201583
Syifa Fauziah 2010120201584
Elnita Sari 2010120201585
Nanda Ardila 2010120201586
Rani A.p Laia 2010120201587

PRODI S1 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA BARAT
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
dan karuniaNya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini berjudul “PATOFISIOLOGI DAN ASUHAN KEPERAWATAN ANAK


OBESITAS DAN KKP” yang dibuat sebagai tugas mata kuliah Keperawatan Anak I prodi S1
Keperawatan Universitas Sumatera Barat.

Makalah ini adalah hasil karya kami. Oleh sebab itu, kami bertanggung jawab atas ini makalah
ini. Semoga makalah ini bermanfaat.

Lubuk alung, 19 mei 2021

penyusu

2
3
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.......................................................................................................................2

Lembar Pernyataan...............................................................................................................3

Daftar Isi................................................................................................................................4

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang............................................................................................................5
2. Rumusan Masalah.......................................................................................................5
3. Tujuan..........................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN

Pembahasan tentang obesitas..................................................................................................6

Asuhan Keperawatan Anak Obesitas....................................................................................11

Pembahasan tentang KKP.......................................................................................................15

Asuhan Keperawatan Anak KKP............................................................................................23

BAB III PENUTUP

Kesimpulan..............................................................................................................................28

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................29

4
BAB II

PEMBAHASAN

I. KONSEP DASAR
A. Pengertian Obesitas

Overweight adalah berat badan melebih standar berat badan menurut tinggi
badan, meningkatnya otot tubuh atau jaringan lemak atau keduanya. Obesitas
adalah akumulasi jaringan lemak dibawah kulit yang berlebihan dan terdapat di
seluruh tubuh.Obesitas seringkali dihubungkan dengan overweight, walaupun
tidak selalu identik oleh karena obesitas mempunyai ciri ciri tersendiri.
Secara klinis obesitas dengan mudah dapat dikenali karena mempunyai tanda dan
gejala yang khas, yaitu: wajah membulat, pipi tembem, dagu rangkap, leher relatif
pendek, dada mengembung dengan payudara yang membesar mengandung
jaringan lemak, perut membuncit, kedua tungkai pada umumnya berbentuk x.
Pada anak laki laki penis tampak kecil karena terkubur dalam jaringan lemak
supra-pubik, pada anak perempuan indikasi menstruasi dini.
Kelebihan berat badan pada anak yang tidak wajar saat seumuran balita yang
disebabkan menumpuknya kadar lemak yang tidak sedikit.orang tua pasti tidak
menyadari bahwa di tubuh anak mereka yang gemuk sudah mengancam kesehatan
anak tersebut. Namun tidak semua anak yang gemuk dikategorikan sebagai anak
yang memiliki obesitas.banyak juga anak yang memiliki kerangka tubuh lebih
besar dari rata-rata,selain itu juga memiliki kadar lemak yang lebih tinggi pada
masa pertunbuhanya. jadi akan kelihata seperti anak yang memiliki obesitas.perlu
diketahui obesitas pada anak tidak bisa dilihat dari ukuran badan anak
tersebut.dalam hali ini dokter berperan penting untuk memeriksa apakah anak itu
termasuk anak yang memiliki obesitas.
B. Klasifikasi
Obesitas digolongkan menjadi 3 kelompok:
1. Obesitas ringan : kelebihan berat badan 20-40%
2. Obesitas sedang : kelebihan berat badan 41-100%
3. Obesitas berat : kelebihan berat badan >100% (Obesitas berat ditemukan
sebanyak 5% dari antara orang-orang yang gemuk)
C. Memahami Penyebab dan Penanganan Obesitas pada Anak
Ada berbagai penyebab yang membuat seorang anak mengalami berat
berlebih. Mengetahui dan mengenal penyebab tersebut, dapat membantu kita
untuk mencari solusi dan cara penanganan yang tepat untuk masalah yang

5
dihadapi anak. Berikut beberapa penyebab dan penanganan obesitas untuk Anda
pelajari :

1. Kebiasaan Makan yang Buruk Anak


yang tidak atau kurang suka mengkonsumsi buah, sayur dan biji-bijian
(grains) dan lebih memilih fast food, minuman manis maupun
makanan kemasan, memiliki kecenderungan untuk memiliki berat
berlebih karena makanan tersebut merupakan makanan yang tinggi
lemak dan kalori tetapi memiliki nilai gizi yang rendah.
 Penanganan: Merubah pola makan menjadi pola makan yang
sehat. Batasi tingkat konsumsi fast food dan
semacamnya.Perbanyak konsumsi sayur, buah dan menu
bergizi lainnya.
2. Faktor Keturunan
Obesitas bisa diturunkan oleh orang tua. Jadi seorang anak yang
memiliki orang tua atau keluarga yang mengalami obesitas juga
berpotensi untuk mengalami hal sama. Tetapi perlu Anda ketahui
bahwa faktor keturunan tidak lantas membuat seseorang memiliki
berat berlebih. Hal ini akan muncul jika si anak mengkonsumsi kalori
berlebih dari jumlah yang seharusnya ia konsumsi.
 Penanganan: Melakukan diet makanan agar jumlah kalori,
lemak maupun zat lain yang dibutuhkan oleh tubuh terpenuhi
setiap harinya dan tidak berlebihan.
3. Tidak Aktif Secara Fisik
Teknologi modern banyak memaksa anak-anak kita untuk lebih
banyak duduk diam menghabiskan waktu mereka di depan layar
komputer maupun televisi sehingga mereka tidak banyak bergerak.
Jika konsumsi kalori dan lemak mereka berlebih, padahal tubuh tidak
membakarnya, maka obesitas pada anak akan terjadi pada mereka.
 Penanganan: Latih anak untuk aktif bergerak. Kurangi jatah
main game atau nonton TV dan ganti dengan mengikutsertakan
mereka dalam kegiatan olahraga yang mereka sukai.
D. Etiologi
Obesitas dapat di sebabkan oleh beberapa faktor antara lain , keturunan,pola
makan, obat-obatan,psikososial ekonomi, aktivitas, pola pikir dan konsentrasi
intake makanan.
E. Manifestasi klinis
Obesitas dapat terjadi pada semua golongan umur, akan tetapi pada anak biasanya
timbul menjelang remaja dan dalam masa remaja terutama anak wanita, selain

6
berat badan meningkat dengan pesat, juga pertumbuhan dan perkembangan lebih
cepat (ternyata jika periksa usia tulangnya), sehingga pada akhirnya remaja yang
cepat tumbuh dan matang itu akan mempunyai tinggi badan yang relative rendah
dibandingkan dengan anak yang sebayanya. Bentuk tubuh, penampilan dan raut
muka penderita obesitas :
a. Paha tampak besar, terutama pada bagian proximal, tangan relatif kecil
dengan jari- jari yang berbentuk runcing.
b. Kelainan emosi raut muka, hidung dan mulut relatif tampak kecil dengan dagu
yang berbentuk ganda.
c. Dada dan payudara membesar, bentuk payudara mirip dengan payudara yang
telah tumbuh pada anak pria keadaan demikian menimbulkan perasaan yang
kurang menyenangkan.
d. Abdomen, membuncit dan menggantung serupa dengan bentuk bandul
lonceng, kadang – kadang terdapat strie putih atau ungu.
e. Lengan atas membesar, pada pembesaran lengan atas ditemukan biasanya
pada biseb dan trisebnya

Pada penderita sering ditemukan gejala gangguan emosi yang mungkin


merupakan penyebab atau keadaan dari obesitas. Penimbunan lemak yang
berlebihan dibawah diafragma dan di dalam dinding dada bisa menekan paru–
paru, sehingga timbul gangguan pernafasan dan sesak nafas, meskipun penderita
hanya melakukan aktivitas yang ringan.Gangguan pernafasan bisa terjadi pada
saat tidur dan menyebabkan terhentinya pernafasan untuk sementara waktu (tidur
apneu), sehingga pada siang hari penderita sering merasa ngantuk.

Obesitas bisa menyebabkan berbagai masalah ortopedik, termasuk nyeri


punggung bawah dan memperburuk osteoartritis (terutama di daerah pinggul,
lutut dan pergelangan kaki).Juga kadang sering ditemukan kelainan
kulit.Seseorang yang menderita obesitas memiliki permukaan tubuh yang relatif
lebih sempit dibandingkan dengan berat badannya, sehingga panas tubuh tidak
dapat dibuang secara efisien dan mengeluarkan keringat yang lebih banyak.Sering
ditemukan edema (pembengkakan akibat penimbunan sejumlah cairan) di daerah
tungkai dan pergelangan kaki.

F. Patofisiologi pada obesitas


Makanan yang adekuat, yang di sertai dengan ketidak seimbangan antara intake
dan out put yang keluar masuk dalam tubuh akan menyebabkan akumulasi
timbunan lemak pada jaringan adiposa khususnya jaringan subkutan. Apabila hal
ini terjadi akan timbul berbagai masalah, diantaranya Timbunan lemak pada area
abdomen yang emnyebabkan tekanan pada otot-otot diagfragma meningkat
sehingga menggagu jalan nafas , BB yang berlebihan menyebabkan aktifitas yang
terganggu sehingga mobilitas gerak terbatasi dan timbul perasaan tidak nyaman,

7
obat-obatan golongan steroid yang memicu nafsu makan tidak terkontrol
mengakibatkan perubahan nutrisi yang berlebih, dan krisis kepercayaan diri
karena timbunan lemak pada tubuh telah mengubah bentuk badannya.
G. Tata Laksana Obesitas Anak
1. Tujuan
Tujuan utama tata laksana obesitas pada anak dan remaja adalah menyadarkan
tentang pola makan yang berlebihan dan aktivitas yang kurang serta
memberikan motivasi untuk memodifikasi perilaku anak dan orang tua.
Tujuan jangka panjang adalah perubahan gaya hidup yang menetap.
2. Pengaturan Makanan
a. Pada bayi.
 Sebaiknya diberikan ASI eksklusif, bila menggunakan susu
formula perhatikan takaran dan volume pemberian susu.
 makanan padat tidak boleh diberikan kurang dari 4 bulan; bayi
mulai diperkenalkan minum dengan cangkir umur 7 -8 bulan,
botol mulai dihilangkan umur 1 tahun.
 Pemberian sayur dan buah jangan sampai terputus.
b. Anak usia pra sekolah (1 - 3 th).
 Hindari makan gorengan (krupuk, keripik, dll) dan penambahan
lemak untuk memasak. (mi sal : santan, minyak, margarine)
 Pilih daging yang tidak berlemak.
 Lebih baik gunakan margarine, keju yang rendah lemak
 Hindari penambahan gula pada makanan dan minuman, pemanis
buatan (mis : aspartame) bisa digunakan bila perlu.
 Hindari coklat, permen, cake, biskuit, kue kue dan makanan lain
sejenis.
 Berikan sayuran setiap makan dan buah untuk makanan selingan.
 Gunakan susu rendah lemak atau tanpa lemak.
Pada usia ini (0 - 3 th) tidak perlu diberikan pengurangan kalori
dari kebutuhannya, bayi/anak akan mengalami penurunan BB
secara spontan sesuai dengan pertumbuhannnya. Pengurangan
kalori dibawah kebutuhan jika tidak dirancang dengan baik dapat
menimbulkan defisiensi zat gizi yang mungkin dapat menghambat
tumbuh kembang anak yang masih pesat terutama tumbuh
kembang otak.
c. Anak usia sekolah (4 - 6 th).
Hal hal yang dianjurkan sama dengan anak usia pra sekolah. Energi
diberikan sesuai kebutuhan. Dalam keadaan yang terpaksa, misal
pernafasan terganggu, susah bergerak diberikan pengurangan kalori
dengan pengawasan yang ketat.

8
d. Anak usia remaja
Target penurunan berat badan dapat direncanakan setiap kunjungan,
biasanya 1 - 2 kg/ bulan. Penurunan asupan kalori diberikan bertahap
sekitar 300 - 500 Kalori dari asupan makanan sehari-hari . Penurunan
berat badan tidak perlu menghilangkan seluruh kelebihan berat abdan
karena pertumbuhan linier masih berlangsung, penurunan berat badan
cukup sampai berat badan berada 20 % diatas berat badan ideal.
3. Modifikasi Perilaku
1) Monitor diri sendiri, anak dilatih untuk memonitor asupan makan dan
aktivitas fisik, hal ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran anak
dan keluarga terhadap gizi dan kegiatan fisik
2) Stimulus kontrol, bermacam macam kejadian yang memicu keinginan
makan atau makan berlebihan, contoh : makan sambil menonton TV,
Makanan dihidangkan di meja. Strategi: TV tidak dipasang di kamar
makan, makanan disimpan di lemari untuk meminimalkan penglihatan
terhadap makanan.
3) Perubahan perilaku, contoh: kebiasaan makan cepat dirubah perlahan
lahan, mengontrol besar porsi sehingga merasa puas dengan besar
porsi sedang dan meminimalkan snack.
4) Memberikan imbalan apabila anak berhasil menurunkan berat badan.
5) Tehnik perilaku kognitif, yaitu mengembangkan teknik pemecahan
masalah, seperti merencanakan untuk situasi dengan resiko tinggi,
misal pada waktu liburan, atau pesta/ pertemuan untuk menekankan
agar tidak makan berlebihan.
4. Aktifitas Fisik dan Olahraga
a. Frekuensi olah raga 3-5 kali per minggu.
b. Lama olah raga, pemanasan 15 menit, ditambah 30-40 menit.
c. jenis olah raga : jalan, berenang.
d. sesuai dengan hobi anak, tennis, menari, basket, dll.
e. menambah kegiatan/aktifitas fisik, misal berangkat sekolah jalan kaki,
lebih baik naik tanga dari pada menggunakan lift.
f. mengurangi aktifitas yang pasif, misal menonton TV, bermain videogame,
membaca buku, dll. (maksimal 2 jam sehari).
5. Partisipasi Orang Tua
Orang tua adalah contoh yang terbaik bagi anak.Sekurang kurangnya salah
satu orang tua ikut secara intesif dalam program perawatan anak.Penelitian
menapatkan bahwa kelompok anak yang orang tua ikut berpartisipasi, berat
badannya turun lebih banyak dan tetap stabil
H. Cara Mencegah Obesitas pada Anak

9
1. Dengan membatasi minuman dan makan yang mengandung kadar kalori dan
gula yang tinggi,seperti coklat,minuman bersoda,biskuit,kue dan es
krim.dengan mengganti buah- buahan dan sayur-sayuran seperti jus
buah,agar-agar,kripik sayur dan susu rendah lemak.
2. Jika anda masak sendiri,usahakan untuk dibakar atau
dikukus.ayam,ikan,sosis.dengan cara ini makanan anda akan terlihat enak
namun juga rendah lemak.
3. Dengan perilaku makan orang tua dapat ditiru oleh anaknya,jadi biasakan
memberi contoh yang baik pada anak anda dengan cara makan anda sendiri.
4. Mengajarkan anak untuk makan lebih lambat dan menikmatinya,karena
makan dengan pelan cenderung akan membuat anak akan merasa lebih cepat
kenyang dan tidak akan makan berlebihan.
5. melakukan makan bersama secara keluarga sesering mungkin.
6. Makanan cepat saji sangat tidak baik untuk di konsumsi secara berlebihan.jadi
jangan jadikan makanan cepat saji sebagai rutin mingguan.
7. Makan sambil beraktifitas jangan biarkan anak anda makan makanan ringan
sambil,menonton tv,juga saat melakukan pekerjaan rumah.
8. ingatkan pada anak anda untuk selalu memilih makan yang sehat,misalnya
pada saat membeli makanan diluar.contoh:lebih memilih gado-gado dari pada
membeli sate kambing.
9. berikan batasan waktu anak anda untuk menonton tv dan bermain
komputer.melatih anak untuk melakukan kegiatan fisik selama 60 menit setiap
hari.
10. Melakukan acara olahraga keluarga seperti jalan kaki,bulu tangkis naik sepeda
bisa juga berenang.
11. Mendorong anak untuk berjalan kaki atau bersepeda pada saat bersekolah ke
toko.

10
II. Konsep Asuhan keperawatan dengan obesitas
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Identitas klien Nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,
suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, alamat, dan nomor register.
2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat Kesehatan sekarang : keluhan pasien saat ini
b. Riwayat Kesehatan masa lalu : kaji apakah ada keluarga dari pasien yang
pernah menderita obesitas
c. Riwayat kesehatan keluarga : kaji apakah ada ada di antara keluarga yang
mengalami penyakit serupa atau memicu
d. Riwayat psikososial,spiritual : kaji kemampuan interaksi sosial , ketaatan
beribadah , kepercayaan
3. Pemerikasaan fisik :
1. Sistem kardiovaskuler : Untuk mengetahui tanda-tanda vital, ada tidaknya
distensi vena jugularis, pucat, edema, dan kelainan bunyi jantung.
2. Sistem respirasi : untuk mengetahui ada tidaknya gangguan kesulitan
napas
3. Sistem hematologi : Untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan leukosit
yang merupakan tanda adanya infeksi dan pendarahan, mimisan.
4. Sistem urogenital : Ada tidaknya ketegangan kandung kemih dan keluhan
sakit pinggang.
5. Sistem muskuloskeletal : Untuk mengetahui ada tidaknya kesulitan dalam
pergerakkan, sakit pada tulang, sendi dan terdapat fraktur atau tidak
6. Sistem kekebalan tubuh : Untuk mengetahui ada tidaknya pembesaran
kelenjar getah bening
4. Pemeriksaan penunjang :
Pemeriksaan metabolik / endokrin dapat menyatakan tak normal, misal :
hipotiroidisme, hipopituitarisme, hipogonadisme, sindrom cushing
(peningkatan kadar insulin).
5. Pola fungsi kesehatan
1. Aktivitas istirahat
Kelemahan dan cenderung mengantuk, ketidakmampuan / kurang
keinginan untuk beraktifitas.
2. Sirkulasi Pola hidup
mempengaruhi pilihan makan, dengan makan akan dapat menghilangkan
perasaan tidak senang : frustasi
3. Makanan / cairan
Mencerna makanan berlebihan
4. Kenyamanan

11
Pasien obesitas akan merasakan ketidaknyamanan berupa nyeri dalam
menopang berat badan atau tulang belakang
5. Pernafasan
Pasien obesitas biasanya mengalami dipsnea
6. Seksualitas
Pasien dengan obesitas biasanya mengalami gangguan menstruasi dan
amenouria
B. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
1. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
intake makanan yang lebih
2. Gangguan pencitraan diri yang berhubungan dengan biofisika atau psikosial
pandangan px tehadap diri
3. Hambatan interaksi sosial yang berhubungan dengan ungkapan atau tampak
tidak nyaman dalam situasi social

C. Tinjauan kasus

A. PENGKAJIAN
 Identitas
Nama : An. A
Jenis Kelamin : perempuan
Umur : 12 tahun
Pendidikan : murid
Pekerjaan :_
Status : pelajar
Agama : islam
Alamat : brodong lomongan

 Riwayat Kesehatan
- Keluhan utama
Pasien mengatakan susah sekali berdiri sehabis duduk di lantai
- Riwayat kesehatan Sekarang
Pasien tidak mengalami keluhan apa – apa selain merasakan berat badannya
semakin bertambah
- Riwayat Kesehatan Dahulu
Sebelumnya pasien memiliki berat badan yang normal, tapi setelah dua tahun
kemudian berat badan pasien mengalami perubahan. Itu terjadi saat pasien
beranjak kelas 1SMP.
- Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga pasien tidak ada yang mengalami obesitas.

 Pola Fungsi Kesehatan


1. Pola Nutrisi
a. Kebiasaan sehari – hari
Pasien makan 3X sehari dengan porsi biasa
12
b. Saat sekarang
Pasien makan lebih dari 3X sehari dengan porsi banyak dan kadang kadang di
tambah dengan makanan ringan pasien selalu ingin ngemil.

2. Pola Eliminasi
a. Kebiasaan sehari-hari
Pasien BAB dan BAK normal
b. Saat sekarang
Pasien BAB dan BAK normal

3. Pola istirahat – tidur


a. Pasien tidur pada jam – jam istirahat
b. Sesudah mengalami obesitas pasien lebih sering ngantuk dan menperbanyak
tidurnya.

4. Pola aktivitas
a. Kebiasaan sehari-hari
Pasien dalam menjalankan aktivitas tidak mengalami keluhan atau hambatan.
b. Saat sekarang Pasien mengalami hambatan, cepat capek dan leleh , malas
dengan berat badan yang berlebih

 Pengkajian Psiko-Sosial-Spiritual
1. Psikologi pasien
Pasien dapat menerima dengan keadaan yang dialami sekarang dan merasa
enjoy atas apa yang di anugrahkan meski terkadang merasa minder.
2. Social
Pasien berinteraksi dan bergaul dengan lingkungannya dengan baik dapat
menerima dan diterima oleh orang lain.
3. Spiritual
Dalam kondisi dengan badan yang berlebih pasien masih tetap aktif
menjalankan ibadah.

 Pemeriksaan fisik
- Vital sign
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Pernafasan : 24x/menit
Nadi : 85x/menit
Suhu : 37oc

- Keadaan umum : baik


- Pemeriksaan head to Toe
Kulit : warna sawo matang , agak banyak lipatan
Kepala : rambut panjang dan bersih
Telinga : bersih tidak ada serumen
Mata : bersih tidak anemis
Mulut : bersih dan gigi normal
Leher : agak banyak lipatan
13
Dada : normal / simetris
Abdomen : normal tapi ada lipatan

ANALISA DATA

Sympton Etiologi Problem


a. DS : Pasiem Berat badan yang berlebih Gangguan
mengatakan terkadang dalam
merasa kurang nyaman beraktifitas
dengan berat badan
yang dimilikinya.
DO : pasien tampak
kerusuhan dalam
beraktifitas karena
berat badannya.
b. DS : pasien Harga diri rendah Gangguan
mengatakan kurang dalam
percaya diri jika bersosialisasi
berinteraksi / dengan orang
berinteraksi dengan lain dan
orang lain. pandangan
DO : pasien kelihatan negative
minder saat terhadap diri.
berkomunikasi dan
bergaul dengan
temannya

Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan nutrisi: lebih dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan intake
makanan yang lebih

2. Gangguan pencitraan diri b.d biofisika atau psikosial pandangan px tehadap diri

3. Hambatan interaksi sosial b.d ungkapan atau tampak tidak nyaman dalam situasi
sosial

14
Intervensi ( perencanaan )
No Diagnosa Tujuan Kriteria hasil Intervensi Rasional
1 Perubahan Kebutuhan Perubahan pola 1. Kaji 1.Mengidentifikasi
nutrisi: lebih nutrisi kembali makan dan penyebab penentuan
dari kebutuhan normal keterlibatan kegemukan intervensi,
tubuh yang individu dalam dan buat 2.Memberikan
berhubungan program rencana makan informasi tentang
dengan intake latihan dengan pasien keefektifan
makanan yang 2.Timbang program,
lebih berat badan 3.Mendorong px
secara periodic untuk menyusun
3.Tentukan tujuan lebih nyata
program dan sesuai dg
latihan diet rencana, Kalori
4.Kolaborasi dan nurtisi
dengan ahli terpenuhi secara
gizi untuk normal
menentujan 4.Penurunan berat
keb kalori dan badan
nutrisi untuk
penurunan
berat badan

2 Gangguan Menyatakan 1.Menunjukkan 1.Tingkatkan 1.Individu


pencitraan diri gambaran diri beberapa komunikasi biasanya sensitif
b.d biofisika lebih nyata penerimaan diri terbuka dengan terhadap tubuhnya
atau psikosial dari pandangan px untuk sendiri 2.Pasien
pandangan px idealism menghondari mengungkapkan
tehadap diri 2.Mengakui kritik beban
indiviu yang 2.Waspadai psikologisnya
mempunyai makan berlebih
tanggung 3.Kolaborasi
jawab sendiri dengan
kelompok
terapi

3 Hambatan Mengungkapka Menunjikan 1.Kaji perilaku 1.Mekanisme


interaksi sosial n kesadaran peningkatan hubungan koping yang baik
b.d ungkapan adanya perasaan perubahan keluarga dan dapat melindungi
atau tampak yang positif dalam perilaku social pasien dari
tidak nyaman menyebabkan perilaku sosial 2.Kaji perasaan kesepian
dalam situasi interaksi sosial dan penggunaan isolasi 2.Pasien
sosial yang buruk interpersonal ketrampilan mendapat
koping pasien keuntungan dari
3.Rujuk untuk keterlibatan orang

15
terapi keluarga terdekat untuk
atau individu memberi
sesuai dengan dukungan
indikas.

Implementasi

Implementasi dilakukan berdasarkan pengkajian diagnosa keperawatan dan intervensi.

Evaluasi

Evaluasi dilakukan berdasarkan pengkajian, diagnosa keperawatan intervensi dan


implementasi.

16
III. KONSEP DASAR
A. PENGERTIAN KKP
Nama internasional KKP yaitu Calori Protien Malnutrition atau CPM adalah suatu
penyakit difisiensi gizi dari keadaan ringan sampai berat, disebut juga Protien
Energi Malnutrisi ( PEM ).
Kekurangan kalori protein adalah defisiensi gizi terjadi pada anak yang kurang
mendapat masukan makanan yang cukup bergizi, atau asupan kalori dan protein
kurang dalam waktu yang cukup lama (Ngastiyah, 1997).
Kurang kalori protein (KKP) adalah suatu penyakit gangguan gizi yang
dikarenakan adanya defisiensi kalori dan protein dengan tekanan yang bervariasi
pada defisiensi protein maupun energi (Sediatoema, 1999).
Kekurangan kalori protein diklasifikasi menjadi dua berdasarkan berat tidaknya
yaitu KKP ringan atau sedang disebut juga sebagai gizi kurang (undernutrition)
ditandai oleh adanya hambatan pertumbuhan dan KKP yang meliputi kwasiorkor,
marasmus dan kwashiorkor marasmus. Malnutrisi kalori protein adalah tidak
adekuatnya intake protein dan kalori yang dibutuhkan oleh tubuh. (Suriadi dan
Rita Yuliani, 2001).
Kurang energi protein adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan rendahnya
konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari – hari sehingga tidak
memenuhi angka kebutuhan gizi (AKG). (Arief Mansjoer, 2000).
B. ETIOLOGI KKP
Etiologi malnutrisi dapat primer, yaitu apabila kebutuhan individu yang sehat
akan protein, kalori atau keduanya, tidak dipenuhi oleh makanan yang adekuat,
atau sekunder, akibat adanya penyakit yang menyebabkan asupan suboptimal,
gangguan penyerapan dan pemakaian nutrien, dan/atau peningkatan kebutuhan
karena terjadinya hilangnya nutrien atau keadaan stres. Kekurangan kalori protein
merupakan penyakit energi terpenting di negara yang sedang berkembang dan
salah satu penyebab utama morbilitas dan mortalitas pada masa kanak – kanak
diseluruh dunia. (Rudolph, 2006). Penyebab langsung dari KKP adalah defisiensi
kalori protein dengan berbagai tekanan, sehingga terjadi spektrum gejala-gejala
dengan berbagai nuansa dan melahirkan klasifikasi klinik (kwashiorkor,
marasmus, marasmus kwashiorkor). Penyebab tak langsung dari KKP sangat
banyak sehingga penyakit ini disebut sebagai penyakit dengan multifactoral.
Berikut ini merupakan sistem holistik penyebab multifactoral menuju ke arah
terjadinya KKP :
1. Ekonomi negara rendah
2. Pendidikan umum kurang
3. Produksi bahan pangan rendah
4. Hygiene rendah
5. Pekerjaan rendah

17
6. Pasca panen kurang baik
7. Sistem perdagangan dan distribusi tidak lancar
8. Persediaan pangan kurang
9. Penyakit infeksi dan investasi cacing
10. Konsumsi kurang
11. Absorpsi terganggu
12. Utilisasi terganggu
13. K K P
14. Pengetahuan gizi kurang
15. Anak terlalu banyak
C. MANIFESTASI KLINIK
1. KKP Ringan
a. Pertumbuhan linear terganggu
b. Peningkatan berat badan berkurang, terhenti, bahkan turun
c. Ukuran lingkar lengan atas menurun
d. Maturasi tulang terlambat
e. Ratio berat terhadap tinggi normal atau cenderung menurun
f. Anemia ringan atau pucat
g. Aktifitas berkurang
h. Kelainan kulit (kering, kusam)
i. Rambut kemerahan

2. KKP Berat
a. Gangguan pertumbuhan
b. Mudah sakit
c. Kurang cerdas
d. Jika berkelanjutan menimbulkan kematian
D. KOMPLIKASI
1. Defisiensi vitamin A (xerophtalmia) Vitamin A berfungsi pada penglihatan
(membantu regenerasi visual purple bila mata terkena cahaya). Jika tidak
segera teratasi ini akan berlanjut menjadi keratomalasia (menjadi buta).
2. Defisiensi Vitamin B1 (tiamin) disebut Atiaminosis. Tiamin berfungsi sebagai
ko-enzim dalam metabolisme karbohidrat. Defisiensi vitamin B1
menyebabkan penyakit beri-beri dan mengakibatkan kelainan saraf, mental
dan jantung.
3. Defisiensi Vitamin B2 (Ariboflavinosis) Vitamin B2/riboflavin berfungsi
sebagai ko-enzim pernapasan. Kekurangan vitamin B2 menyebabkan
stomatitis angularis (retak-retak pada sudut mulut, glositis, kelainan kulit dan
mata.
4. Defisiensi vitamin B6 yang berperan dalam fungsi saraf.

18
5. Defisiensi Vitamin B12 Dianggap sebagai faktor anti anemia dalam faktor
ekstrinsik. Kekurangan vitamin B12 dapat menyebabkan anemia pernisiosa.
6. Defisit Asam Folat Menyebabkan timbulnya anemia makrositik,
megaloblastik, granulositopenia, trombositopenia.
7. Defisiensi Vitamin C Menyebabkan skorbut (scurvy), mengganggu integrasi
dinding kapiler. Vitamin C diperlukan untuk pembentukan jaringan kolagen
oleh fibroblas karena merupakan bagian dalam pembentukan zat intersel, pada
proses pematangan eritrosit, pembentukan tulang dan dentin.
8. Defisiensi Mineral seperti Kalsium, Fosfor, Magnesium, Besi, Yodium
Kekurangan yodium dapat menyebabkan gondok (goiter) yang dapat
merugikan tumbuh kembang anak.
9. Tuberkulosis paru dan bronkopneumonia.
10. Noma sebagai komplikasi pada KEP berat Noma atau stomatitis merupakan
pembusukan mukosa mulut yang bersifat progresif sehingga dapat menembus
pipi, bibir dan dagu. Noma terjadi bila daya tahan tubuh sedang menurun. Bau
busuk yang khas merupakan tanda khas pada gejala ini.
E. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan kurang kalori protein (Suriand & Rita Yuliani, 2001)
1. Diit tinggi kalori, protein, mineral dan vitamin
2. Pemberian terapi cairan dan elektrolit
3. Penannganan diare bila ada : cairan, antidiare, dan antibiotic
Penatalaksanan KKP berat dirawat inap dengan pengobatan rutin (Arief Mansjoer,
2000) :
1. Atasi atau cegah hipoglikemi
Periksa kadar gula darah bila ada hipotermi (suhu skala < 35 derajat celciul
suhu rektal 35,5 derajat celcius). Pemberian makanan yang lebih sering
penting untuk mencegahkedua kondisi tersebut. Bila kadar gula darah di
bawah 50 mg/dl, berikan : a. 50 mlbolus glukosa 10 % atau larutan sukrosa
10% (1 sdt gula dalam 5 adm air) secara oral atau sonde / pipa nasogastrik b.
Selanjutnya berikan lanjutan tersebut setiap 30 menit selama 2 jam (setiap kali
berikan ¼ bagian dari jatah untuk 2 jam) c. Berikan antibiotik d. Secepatnya
berikan makanan setiap 2 jam, siang dan malam
2. Atasi atau cegah hipotermi
Bila suhu rektal < 35.5 derajat celcius :
a. Segera berikan makanan cair / formula khusus (mulai dengan rehidrasi
bila perlu)
b. Hangatkan anak dengan pakaian atau seelimut sampai menutup kepala,
letakkan dekat lampu atau pemanas (jangan gunakan botol air panas) atau
peluk anak di dasa ibu, selimuti.
c. Berikan antibiotik

19
d. Suhu diperiksa sampai mencapai > 36,5 derajat celcius

3. Atasi atau cegah dehidrasi


Jangan mengunakan jalur intravena untuk rehidrasi kecuali keadaan
syok/rentan. Lakukan pemberian infus dengan hati – hati, tetesan pelan –
pelan untuk menghindari beban sirkulasi dan jantung. Gunakan larutan garam
khusus yaitu resomal (rehydration Solution for malnutrition atau
pengantinya). Anggap semua anak KKP berat dengan diare encer mengalami
dehidrasi sehingga harus diberikan :
a. Cairal Resomal/pengantinya sebanyak 5ml/kgBB setiap 30 menit selama 2
jam secara oral atau lewat pipa nasogastric
b. Selanjutnya beri 5 -10 ml/kgBB/jam selama 4-10 jam berikutnya ; jumlah
yang tepat harus diberikan tergantung berapa baanyak anak
menginginkannntya dan banyaknya kehilangan cairan melalui tinja dan
muntah.
c. Ganti Resomal/penganti pada jam ke-6 dan ke-10 dengan formulas khusus
sejumlah yang sama, bila keadaan rehidrasi menetap/stabil.
d. Selanjutnya mulai beri formula khusus.
4. Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit
Pada senua KKP berat terjadi kelebihan natrium tubuh, walaupun kadar Na
plasma rendah. Defisiensi kalium (K) dan magnesium (Mg)msering terjadi
dan paling sedikit perlu 2 minggu untuk pemulihan. Ketidakseimbangan ini
ikut andil pada terjadinya edema (jangan obati dengan pemberian diuretik).
Berikan:
a. Tambahkan K2-4 mEq/kgBB/hari (=150-300mg KCL/kgBB/hari)
b. Tambahkan Mg 0,3-0,6 mEq/kgBB/hari (=7,5-15mgKCL/kgBB/hari)
c. Siapkan makanan tanpa beri garam
Tambahkan K dan Mg dapat disiapkan dalam bentuk cairan dan tambahkan
langsung pada makanan. Penambahan 20ml larutan pada 1 liter formula.
Selain itu atasi penyakit penyerta, yaitu:
1. Defisiensi vitamin A, seperti korelasi defisiensi mikro
2. Dermatosis
Umum defisiensi Zn terdapat pada keadaan ini dan dermatosis membaik
dengan pemberian suplementasi Zn, selain itu :
a. Kompres bagian kulit yang terkena dengan KmnO (K-permanganat) 1%
selama 10 menit.
b. Beri salep (Zn dengan minyak kastor)
c. Jaga daerah perineum agar tetap kering
d. Parasit/cacing, beri mebendazol 100 mg oral, 2 kali sehari selama 3 hari.

20
5. Diare melanjut
Diare biasa menyertai dan berkurang dengan sendirinya pada pemberian
makanan secara berhati–hati. Bila ada intoleransi laktosa (jarang) obati hanya
bila diare berlanjutnya diare. Bila mungkin lakukan pemeriksaan tinja
mikroskopik, berikan metronidazol 7,5 mg/kgBB setiap 8 jam selama 7 hari.
F. KLASIFIKASI KURANG KALORI PROTEIN (KKP)
1. Kwashiorkor
A. Pengertian
Kwashiorkor disebabkan oleh insufiensi asupan protein yang bernilai
biologis adekuat dan sering berkenaan dengan defisiensi asupan energy (
Rudolph, 2006, hal : 1123).
Kwashiorkor adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan
protein baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Kekurangan protein
dalam makanan akan mengakibatkan asam amino esensial dalam serum
yang diperlukan untuk sistesis dan metabolisme terutama sebagai
pertumbuhan dan perbaikan sel, semakin berkurangnya asam amino dalam
serum menyebabkan kurangnya produksi albumin oleh hati (Suriand &
Rita yuliani, 2001).
Kwashiorkor adalah penyakit gangguan metabolik dan perubahan sel yang
menyebabkan perlemahan hati yang disebabkan karena kekurangan
asupan kalori dan protein dalam waktu yang lama (Ngastiyah, 1997).
Kwashiorkor adalah suatu sindrom klinik yang timbul sebagai akibat
adanya kekurangan protein yang parah dan pemasukan kalori yang kurang
dari yang dibutuhkan ( Nelson, 1988).
B. Etiologi
Penyebab utama dari kwashiorkor adalah makanan yang sangat sedikit
mengandung protein (terutama protein hewani), kebiasaan memakan
makanan berpati terus-menerus, kebiasaan makan sayuran yang
mengandung karbohidrat.
Adapun penyebab lain dari kwasiorkor adalah :
1. Adanya pemberian makanan yang buruk yang mungkin diberikan oleh
ibu karena alasan: miskin, kurang pengetahuan, dan adanya pendapat
yang salah tentang makanan.
2. Adanya infeksi, misalnya Diare akan mengganggu penyerapan
makanandan nfeksi pernapasan (termasuk TBC dan batuk rejan) yang
menambah kebutuhan tubuh akan protein dan dapat mempengaruhi
nafsu makan.
3. Kekurangan ASI.

21
C. Patofisiologi
Kwashiorkor adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan
protein baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Kekurangan protein
dalam makanan akan mengakibatkan asam amino esensial dalam serum
yang diperlukan untuk sistesis dan metabolisme terutama sebagai
pertumbuhan dan perbaikan sel, semakin berkurangnya asam amino dalam
serum menyebabkan kurangnya produksi albumin oleh hati. Kulit akan
tampak bersisik dan kering karena depikmentasi. Anak dapat mengalami
gangguan pada mata karena kekurangan vitamin A. kekurangan mineral
khususnya Besi, kalsium dan Seng. Edema yang terjadi karena
hipoproteinnemia yang mana cairan akan berpindah dari intravaskuler
komperteman kerongga interstinal yang kemudian menimbulkan asites.
Gangguan gastrointestinal seperti adanya perlemakan pada hati dan atropi
pada sel acinipankreas.

D.Manifestasi Klinik
1. Muka sembab
2. Lethargi
3. Edema
4. Jantung otot mengecil
5. Jaringan subkutan tipis dan lembut
6. Warna rambut pirang atau seperti rambut jagung
7. Kulit kering dan bersisik
8. Alopecia
9. Anorexia
10. Gagal dalam tumbuh kembang
11. Tampak anemia
E. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada kwasiorkor adalah diare, infeksi,
anemia, ganagguan tumbuh kembang, hipokalemia, dan hipernatremi.
2. Marasmus
A. Pengertian
Marasmus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan kalori
protein. (Suriadi, 2001:196). Marasmus merupakan gambaran KKP
dengan defisiensi energi yang ekstrem (Sediaoetama, 1999).
Marasmus adalah penyakit yang timbul karena kekurangan energi (kalori)
sedangkan kebutuhan protein relatif cukup (Ngastiyah, 1997).
Marasmus adalah malnutrisi berat pada bayi sering ada di daerah dengan
makanan tidak cukup atau higiene kurang. Sinonim marasmus diterapkan

22
pada pola penyakit klinis yang menekankan satu ayau lebih tanda
defisiensi protein dan kalori. (Nelson, 1999:212).
B. Etiologi
Penyebab marasmus yang paling utama adalah karena kelaparan.
Kelaparan biasanya terjadi pada kegagalan menyusui, kelaparan karena
pengobatan, kegagalan memberikan makanan tambahan.

C. Patofisiologi
Marasmus adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh kekurangan kalori
dan protein. Pada marasmus ditandai dengan atropi jaringan terutama
lapisan subkutan dan badan tampak kurus seperti orang tua. Pada
marasmus metabolisme kurang terganggu daripada kwasiorkhor sehingga
kekurangan vitamin biasanya minimal atau tidak ada. Pada marasmus
tidak ditemukan edema akibat dari hipoalbuminemia dan atau retensi
sodium. Pemenuhan kebutuhan dalam tubuh masih dapat dipenuhi dengan
adanya cadangan protein sebagai sumber energi.( Suriadi, 2001)
Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori,
protein, atau keduanya tidak tercukupi oleh diet. (Arisman, 2004:92).
Dalam keadaan kekurangan makanan, tubuh selalu berusaha untuk
mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok atau energi.
Kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak
merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan,
karbohidrat (glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai
bahan bakar, sayangnya kemampuan tubuh untuk menyimpan karbohidrat
sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam sudah dapat terjadi kekurangan.
Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan
menghasilkan asam amino yang segera diubah jadi karbohidrat di hepar
dan ginjal. Selam puasa jaringan lemak dipecah menjadi asam lemak,
gliserol dan keton bodies. Otot dapat mempergunakan asam lemak dan
keton bodies sebagai sumber energi kalau kekurangan makanan ini
berjalan menahun. Tubuh akan mempertahankan diri jangan sampai
memecah protein lagi setelah kira-kira kehilangan separuh dari tubuh.
(Nuuhchsan Lubis an Arlina Mursada, 2002:11).
D. Manifestasi klinis
1. Selalu ada gangguan perkembangan dan hilangnya lemak di otot dan
di bawah kulit.
2. Kadang-kadang ada Mencret/diare atau konstipasi, perubahan pada
rambut, seperti pada kwashiorkor, Tanda-tanda dari defisiensi
vitamin.dan dehidrasi (Jelliffe,1994).

23
3. Tanda dan Gejala yang lain yaitu: Anak menjadi cengeng, sering
bangun tengah malam, turgor kulit rendah dan kulitnya nampak
keriput, pipi terlihat kempot, vena superfisialis tampak lebih jelas,
ubun-ubun besar cekung, tulang dagu dan pipi kelihatan menonjol,
mata tampak besar dan dalam, sianosi, ekstremitas dingin, perut
buncit/cekung dengan gambaran usus jelas, atrofi otot, apatis, bayi
kurus kering.
E. Komplikasi
Kwashiorkor : marasmus, infeksi tuberculosisi, parasitosis, disentri,
malnutrisi kronik, gangguan tumbuh kembang.
3. Kwashiorkor Marasmus
A. Pengertian
Kwashiorkor Marasmus merupakan kelainan gizi yang menunjukkan
gejala klinis campuran antara marasmus dan kwashiorkor. (Markum,
1996) kwashiorkor Marasmus merupakan malnutrisi pada pasien yang
telah mengalami kehilangan berat badan lebih dari 10%, penurunan
cadangan lemak dan protein serta kemunduran fungsi fisiologi. (Graham
L. Hill, 2000).
Kwashiorkor - marasmus merupakan satu kondisi terjadinya defisiensi,
baik kalori, maupun protein. Ciri-cirinya adalah dengan penyusutan
jaringan yang hebat, hilangnya lemak subkutan dan dehidrasi.
(http.www.yahoo.com. Search engine by keywords: malnutrisi pada anak).
Bentuk kwashiorkor-marasmus dari malnutrisi protein kalori ditandai
gambaran klinis kedua jenis malnutrisi. Keadaan ini dapat terjadi pada
malnutrisi kronik saat jaringan suvkutis, massa otot, dan simpanan lemak
meghilang. Gambaran utama adalah edema kwashiorkor dengan atau
tanpa lesi kulit dan kakeksia marasmus. Marasmus, kwashiorkor dan
kwashiorkor marasmus secara klasik dijumpai diberbagai dunia yang
belum berkembang. Gambaran penyakit spesipik ini sering dipengaruhi
oleh makanan lokasi dan infeksi, dengan demikian dijumpai perbedaan
penampak dari astu daerah kedaerah lain. Pada anak dengan gangguan
medis serius lain, masalah malnutrisi primer lebih jarang daripada
malnutrisi sekunder.
B. Etiologi
Penyebab dari kwashiorkor - maramus sama pada marasmus dan
kwashiorkor.

24
IV. ASUHAN KEPERAWATAN KKP
A. Pengkajian
1. Pemeriksaan Fisik
1) Kaji tanda-tanda vital.
Kaji perubahan status mental anak, apakah anak nampak cengeng atau
apatis.
2) Pengamatan timbulnya gangguan gastrointestinal, untuk menentukan
kerusakan fungsi hati, pankreas dan usus.
3) Menilai secara berkelanjutan adanya perubahan warna rambut dan
keelastisan kulit dan membran mukosa.
4) Pengamatan pada output urine.
5) Penilaian keperawatan secara berkelanjutan pada proses
perkembangan anak.
6) Kaji perubahan pola eliminasi. Gejala : diare, perubahan frekuensi
BAB. Tanda : lemas, konsistensi BAB cair.
7) Kaji secara berkelanjutan asupan makanan tiap hari. Gejala : mual,
muntahdan tanda : penurunan berat badan.
8) Pengkajian pergerakan anggota gerak/aktivitas anak dengan
mengamati tingkah laku anak melalui rangsangan.
2. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
1. pemeriksaan darah tepi memperlihatkan anemia ringan sampai sedang,
umumnya berupa anemia hipokronik atau normokromik.
2. Pada uji faal hati tampak nilai albumin sedikit atau amat rendah,
trigliserida normal, dan kolesterol normal atau merendah.
3. Kadar elektrolit K rendah, kadar Na, Zn dan Cu bisa normal atau
menurun.
4. Kadar gula darah umumnya rendah.
5. Asam lemak bebas normal atau meninggi.
6. Nilai beta lipoprotein tidak menentu, dapat merendah atau meninggi.
7. Kadar hormon insulin menurun, tetapi hormon pertumbuhan dapat
normal, merendah maupun meninggi.
8. Analisis asam amino dalam urine menunjukkan kadar 3-metil histidin
meningkat dan indeks hidroksiprolin menurun.
9. Pada biopsi hati hanya tampak perlemakan yang ringan, jarang
dijumpai dengan kasus perlemakan berat.
10. Kadar imunoglobulin serum normal, bahkan dapat meningkat.
11. Kadar imunoglobulin A sekretori rendah.

25
12. Penurunan kadar berbagai enzim dalam serum seperti amilase,
esterase, kolin esterase, transaminase dan fosfatase alkali. Aktifitas
enzim pankreas dan xantin oksidase berkurang.
13. Defisiensi asam folat, protein, besi.
14. Nilai enzim urea siklase dalam hati merendah, tetapi kadar enzim
pembentuk asam amino meningkat.
Pemeriksaan Radiologik
Pada pemeriksaan radiologik tulang memperlihatkan osteoporosis ringan.

V.Diagnosa keperawatan

Dx 1. Kekurangan volume cairan b.d output berlebihan.


Dx 2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh badan anoreksia.

Intervensi (perencanaan)

N Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hail Intervensi Rasional


O Keperawatan
1. Kekurangan volume Tujuan: setelah a. Observasi a. Upaya hidrasi
ciran b.d output dilakukan tindakan pemberian cairan perlu dilakukan
berlebihan keperawatan 3x24 jam perinfus/ sonde/ untuk mengatasi
di harapkan anak
oral sesuai masalah defisit
menunjukkan keadaan
program. volume cairan.
hidrasi yang adekuat.
Kriteria Hasil: b. Monitor TTV dan b. Mengetahui
-asupan cairan adekuat tanda-tanda tingkat defisit
-mukosa bibir lembab dehidrasi. cairan dalam
-turgor kulit baik c. Hitung balance tubuh.
-suhu tubuh normal cairan. c. Mengetahu
-frekuensi defekasi ≤
d. Anjurkan kepda keseimbangan
1x /24 jam dengan
konsistensi lembek. keluarga untuk cairan tubuh.
memberikan/ d. Bubur tempe
memasukkan diit dapat
bubur tempe menghentikan
sesuai program. diare sehingga
e. Berikan obat mengatasi
untuk mengganti deficit volume
cairan tubuh. cairan.
e. Mencukupi
kebutuhan
cairan tubuh
yang telah
hilang.

26
2. Perubahan nutrisi Tujuan: setelah a. Dapatkan riwayat a. Mengetahui
kurang dari dilaukan tindakan diit anak. pola makan anak
kebutuhan badan keperawatan selama b. Berikan diit sebelum sakit.
anoreksia 3x24 jam diharapkan
sesuai program b. Meningkatkan
kebutuhan nutrisi
c. Timbang BB masukan nutrisi
menjadi adekuat.
Kriterian Hasil : setiap hari c. Mengetahui
-peningkatan BB status nutrisi/
-nafsu makan d. Berikan tingkat
meningkat penambah nafsu keberhasilan
makan sesuai perbaikan nutrisi
advis dokter anak.
d. Meningkatkan
nafsu makan.

Implementasi

Implementasi dilakukan berdasarkan pengkajian diagnosa keperawatan dan intervensi.

Evaluasi

Evaluasi dilakukan berdasarkan pengkajian, diagnosa keperawatan intervensi dan


implementasi.

27
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Obesitas adalah akumulasi jaringan lemak dibawah kulit yang berlebihan dan terdapat di
seluruh tubuh
Obesitas digolongkan menjadi 3 kelompok:
4. Obesitas ringan : kelebihan berat badan 20-40%
5. Obesitas sedang : kelebihan berat badan 41-100%
6. Obesitas berat : kelebihan berat badan >100% (Obesitas berat ditemukan
sebanyak 5% dari antara orang-orang yang gemuk)

Kurang kalori protein (KKP) adalah suatu penyakit gangguan gizi yang dikarenakan
adanya defisiensi kalori dan protein dengan tekanan yang bervariasi pada defisiensi
protein maupun energi (Sediatoema, 1999).

Kekurangan kalori protein diklasifikasi menjadi dua berdasarkan berat tidaknya yaitu

1. KKP ringan atau sedang disebut juga sebagai gizi kurang (undernutrition) ditandai
oleh adanya hambatan pertumbuhan dan KKP yang meliputi kwasiorkor, marasmus
dan kwashiorkor marasmus.
2. Malnutrisi kalori protein adalah tidak adekuatnya intake protein dan kalori yang
dibutuhkan oleh tubuh. (Suriadi dan Rita Yuliani, 2001).

28
DAFTAR PUSTAKA

Nelson. 2000. Ilmu kesehatan Anak,volume 2 Edisi 15. EGC. Jakarta


Klaus & Fanaroff. 1998. Penata Laksanaan Neonatus Resiko Tinggi. Edisi
4 EGC. Jakarta.
Wong. Donna. L. 1990. Wong & Whaley’s Clinical Manual of Pediatric Nursing,Fourth
Edition,Mosby-Year Book Inc, St. Louis Missouri

29

Anda mungkin juga menyukai