Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

Gangguan Pertumbuhan Dan Perkembangan Pada


Neonatus, Bayi dan Balita

Disusun Oleh
Kelompok 2

1. Novita Apriyanti 7. Hellen Lorenza


2. Lia Permata Sari 8. Serli Deliani
3. Viene Agustine 9. Felia Valentina
4. Venny Ayu Noverine 10. Deska Yunika Sari
5. Trikasih 11. Hesti Fitri Yani
6. Fera Apriyani

Dosen Pengampu : Yuni Ramadhaniati, SST, M.Kes

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
2019

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-nya
sehingga penyusunan makalah yang berjudul Gangguan Pertumbuhan Dan Perkembangan
Pada Neonatus, Bayi dan Balita selesai dengan baik.
Dalam proses penyusunan makalah ini, tentu saja banyak menemui hambatan dan
kendala. Semua itu tidak akan teratasi tanpa bantuan dan dukungan dari pihak tertentu.
Karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Asuhan Neonatus,
Bayi, dan Balita Yuni ramadhaniati, SST, M.Kes yang telah memberikan bimbingan dan
petunjuknya. serta teman - teman yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penulis berharap makalah ini dapat memberikan manfaat untuk para pembaca dan
tidak lupa penulis meminta maaf apabila dalam penyusunan makalah ini terdapat kesalahan
baik dalam kosa kata ataupun isi dari kesalahan makalah ini.
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih belum sempurna, maka
saran dan kritik penulis sangat diharapkan demi perbaikan makalah selanjutnya.

Bengkulu, Mei 2019

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................
KATA PENGANTAR.......................................................................................
DAFTAR ISI.....................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .....................................................................................
B. Rumusan Masalah.................................................................................
C. Tujuan...................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
A. Obesitas.................................................................................................
B. Autisme.................................................................................................
C. Debiell...................................................................................................
D. Embisiel................................................................................................
E. Kwarshiorkor........................................................................................
F. Marasmus..............................................................................................

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan...........................................................................................
B. Saran.....................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Pertumbuhan (growth) adalah hal yang berhubungan dengan perubahan
jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang dapat di ukur
dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur
tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh). Jadi dapat
disimpulkan bahwa pertumbuhan mempunyai dampak terhadap aspek fisik
Gangguan pertumbuhan merupakan suatu keadaan apabila pertumbuhan anak
secara bermakna lebih rendah atau pendek dibandingkan anak seusianya yang
berdasarkan indeks tinggi badan menurut umur (TB/U) berada dibawah – 2 SD kurva
pertumbuhan
Penilaian gangguan pertumbuhan dapat dilakukan sedini mungkin sejak anak
dilahirkan. Melalui deteksi dini dapat diketahui penyimpangan pertumbuhan anak
secara dini, sehingga upaya pencegahan dapat diberikan dengan indikasi yang jelas
pada masa-masa kritis proses pertumbuhan sesuai dengan umur anak, dengan
demikian dapat tercapai kondisi pertumbuhan yang optimal

B. Rumusan Masalah
Apa itu Obesitas?
Apa itu Autisme?
Apa itu Debiell?
Apa itu Embisiel?
Apa itu Kuarshiorkor?
Apa itu Marasmus?

C. Tujuan
Untuk Mengetahui Tentang Obesitas
Untuk mengetahui tentang Autisme
Untuk mengetahui tentang Debiell
Untuk mengetahui tentang Embisiel
Untuk mengetahui tentang Kuarshiorkor
Untuk mengetahui tentang Marasmus
BAB II
PEMBAHASAN

A. Obesitas
1. Pengertian Obesitas
Kegemukan alias obesitas adalah penumpukkan lemak yang tidak normal atau
berlebihan di dalam tubuh. Kondisi ini jika dibiarkan terus menerus dapat
memengaruhi kesehatan penderitanya. Ya, kondisi ini tidak hanya berdampak
pada penampilan fisik penderitanya, tetapi juga meningkatkan risiko dalam
kesehatan seperti penyakit jantung, diabetes, dan tekanan darah tinggi.
Obesitas adalah salah satu masalah kesehatan terbesar di seluruh dunia. Selain
dapat menyebabkan masalah kesehatan secara fisik, kondisi ini juga dapat
menyebabkan masalah psikologis, seperti stres dan depresi.
Obesitas dan berat badan berlebih (overweight) merupakan dua konsep yang
berbeda. Overweight adalah kondisi di mana terdapat kenaikan berat badan
berlebih. Namun demikian, kenaikan berat badan tidak hanya disebabkan oleh
lemak berlebih, tetapi juga bisa disebabkan massa otot atau cairan dalam tubuh.
Kondisi-kondisi tersebut dapat memberikan dampak berbahaya pada kesehatan.
2. Tanda dan Gejala
Sebenarnya tidak ada tanda gejala pasti dari obesitas. Untuk menentukan apakah
seseorang termasuk dalam obesitas atau tidak, terdapat beberapa cara
menentukannya yakni dengan mengukur:

a. Body Mass Index (BMI)


b. Lingkar pinggang
c. Rasio lingkar pinggang dan panggul (RLPP)
d. Tebal lipatan kulit menggunakan alat ukur yang bernama skinfold
e. Kadar lemak tubuh menggunakan sebuah alat bioelectrical impedance analysis
(BIA)

Dari berbagai cara tersebut, mengukur BMI adalah cara yang paling
sering digunakan karena cukup mudah untuk dilakukan. Perhitungan BMI ini
menggunakan berat badan dan tinggi badan. Rumus dari perhitungan BMI
adalah:

BMI = berat badan (kg) / (tinggi (m) x tinggi (m))


Orang-orang dengan BMI lebih besar dari 25 dapat dikategorikan
sebagai overweight, pada 30 atau lebih termasuk ke dalam obesitas, dan pada 40 ke
atas merupakan tingkat obesitas yang serius.

Bagi kebanyakan orang, BMI dapat dimanfaatkan untuk mengukur kandungan


lemak dalam tubuh. Akan tetapi, BMI tidak secara langsung mengukur lemak tubuh.
Sebagai contoh, untuk beberapa orang, BMI dari para atlet yang melakukan body
building (menambah massa otot) tertentu dapat dikategorikan sebagai obesitas karena
otot-otot mereka berkembang secara berlebihan untuk terlihat besar dan kuat,
walaupun mereka tidak memiliki lemak berlebih. Jika kita hanya mengandalkan BMI,
kita tidak akan mendapatkan ukuran obesitas yang akurat. Jadi, berkonsultasilah pada
dokter untuk mengetahui detail tentang tingkat obesitas Anda. Kondisi ini dapat
meningkatkan risiko terkena penyakit berbahaya, seperti hipertensi, diabetes, dan
jantung koroner. Situasi ini juga meningkatkan arthritis yang menyebabkan sesak
nafas, sleep apnea, dan cepat lelah.

3. Penanganan Obesitas
Penanganan obesitas dapat dilakukan melalui program penurunan berat badan
yang melibatkan dokter gizi, dokter endokrin, atau psikiater. Program tersebut
memiliki target awal penurunan berat badan yang aman, atau sekitar 3-5 persen
dari total berat badan. Dalam program ini, penderita disarankan mengubah pola
makan dan pola aktivitas fisik. Kendati demikian, perubahan tersebut perlu
disesuaikan dengan kondisi kesehatan secara keseluruhan, serta tingkat obesitas
yang dialami penderita.
Program penurunan berat badan meliputi:
a. Perubahan pola makan. Perubahan ini bertujuan mengurangi asupan kalori
dan menjalankan kebiasaan makan yang lebih sehat. Dalam mengurangi
asupan kalori, penderita disarankan mengurangi asupan energi sebanyak 600
kalori setiap hari. Asupan kalori harian yang dianjurkan pada wanita adalah
sebanyak 1400 kalori, sedangkan pada pria adalah 1900 kalori. Cara terbaik
menjalankannya adalah dengan mengganti makanan atau minuman tinggi
kalori dengan pilihan makanan yang mengandung banyak serat, seperti sayur
dan buah, serta menghindari makanan dengan kadar garam dan gula yang
tinggi, atau makanan atau minuman dengan tambahan pemanis buatan.
b. Peningkatan aktivitas fisik. Di samping penurunan asupan kalori,
peningkatan aktivitas fisik yang membakar energi juga dapat mempertahankan
penurunan berat badan yang aman. Selain itu, peningkatan aktivitas fisik juga
dapat memberi banyak keuntungan dari segi kesehatan, seperti menurunkan
risiko diabetes tipe 2. Peningkatan ini dilakukan dengan cara berolahraga
secara teratur, setidaknya selama 150 menit tiap minggu, untuk mencegah
penambahan berat badan dan mempertahankan penurunan berat badan yang
aman. Guna menurunkan berat secara signifikan, maka disarankan berolahraga
setidaknya selama 300 menit tiap minggu. Peningkatan ini sebaiknya
dilakukan secara bertahap, disesuaikan dengan peningkatan kebugaran dan
ketahanan fisik Jenis olahraga yang dapat dilakukan, antara lain jalan
cepat, jogging, berlari, bersepeda, atau berenang. Selain berolahraga,
peningkatan aktivitas fisik juga bisa diperoleh dengan melakukan aktivitas
yang lebih membakar kalori dalam kegiatan sehari-hari. Contohnya adalah bila
berpergian dengan jarak yang tidak terlalu jauh, lebih memilih berjalan
dibanding naik kendaraan.
c. Perubahan perilaku. Upaya ini bisa dilakukan dengan
mengikuti psikoterapi atau support group untuk mengubah pola pikir dan
mengatasi masalah emosi atau perilaku yang terkait dengan konsumsi
makanan.

Jika perubahan pola makan dan peningkatan aktivitas fisik belum berhasil
menurunkan berat badan, dokter dapat membantu dengan meresepkan obat penurun
berat badan. Namun, obat tersebut baru diberikan jika nilai IMT melebihi 30 atau
penderita mengalami penyakit penyerta, seperti diabetes, tekanan darah tinggi,
atau sleep apnea. Obat yang biasa diresepkan adalah orlistat dan liraglutide.

Sebelum memberikan obat, dokter akan mempertimbangkan riwayat medis


dan efek samping yang dapat ditimbulkan. Selama mengonsumsi obat, dokter akan
memantau dan mengawasi kondisi pasien. Tindakan lain yang bisa dilakukan dokter
untuk mengatasi penderita obesitas adalah operasi yang berfungsi untuk menurunkan
berat badan atau dikenal sebagai operasi bariatrik. Operasi ini akan membuat
perubahan dalam sistem pencernaan, sehingga membatasi asupan makanan, sehingga
menurunkan penyerapan kalori. Operasi bariatrik baru dapat dilaksanakan jika
penderita sudah menjalani metode penurunan berat badan namun tidak berhasil, serta
mengalami obesitas ekstrim dengan nilai IMT di atas 40, atau nilai IMT di atas 35
dengan penyakit penyerta, misalnya hipertensi atau diabetes.
Operasi bariatrik yang dapat dilakukan meliputi:
a. Bypass lambung. Dalam operasi ini, dokter bedah akan membuat kantong kecil di
atas lambung dan terhubung langsung dengan usus halus. Aliran makanan dan
minuman akan masuk ke kantong tersebut untuk menuju usus halus, dan tidak
melewati lambung.
b. Laparoscopic adjustable gastric banding. Dalam operasi ini, lambung akan diikat
untuk menahan perluasan lambung.
c. Biliopancreatic diversion with duodenal switch. Dalam prosedur ini, sebagian
lambung akan diangkat, dan ujung lambung akan dipotong serta langsung
disambungkan dengan bagian akhir usus halus. Bagian usus halus yang terpotong
akan disambungkan kembali agar empedu dan enzim pencernaan tetap mengalir.
d. Gastric sleeve. Dalam operasi ini, dokter bedah akan mengangkat sebagian
lambung, sehingga membuat lambung menjadi lebih kecil untuk menyimpan
makanan.

B. Autisme
1. Pengertian Autisme
Autisme Spectrum Disorder atau autisme adalah kelainan neurologis dan
perkembangan yang dimulai pada masa kanak-kanak dan bertahan seumur hidup.
Autisme dapat mempengaruhi anak dalam interaksi sosial, berkomunikasi secara
verbal dan non verbal, serta perilaku.
Anak dengan autisme mengalami kesulitan untuk memahami apa yang
dipikirkan dan dirasakan orang lain. Hal ini membuat mereka sangat sulit untuk
mengekspresikan diri baik dengan kata-kata, gerak tubuh, ekspresi wajah, dan
sentuhan. Selain itu, anak dengan autisme juga  cenderung melakukan hal yang
diulang-ulang dan memiliki  ketertarikan yang sempit dan obsesif.
Seseorang dengan sindrom autisme sangat sensitif sehingga ia mungkin akan
sangat terganggu, bahkan tersakiti oleh suara, sentuhan, bau, atau pemandangan
yang tampak normal bagi orang lain.
Autisme bervariasi dalam tingkat keparahan dan gejala. Dalam beberapa
kasus, autisme juga dapat tidak disadari, khususnya autisme ringan pada anak atau
jika ada kelainan lain yang lebih parah sehingga gejala autisme jadi terabaikan.
Para ilmuwan tidak yakin dengan penyebab autisme, namun hal yang mungkin
berperan yaitu genetik dan lingkungan.

2. Gejala Autisme
Beberapa gejala autisme dapat bervariasi dari ringan hingga berat. Gejala biasanya
dimulai saat masih kecil, bahkan usia 1-2 tahun. Tanda dan gejala autisme adalah:
a. Tidak suka dipeluk atau hanya membolehkan dipeluk saat mereka ingin saja
b. Tidak akan melihat lurus objek saat orang lain menunjuk ke arah objek
tersebut
c. Lebih suka menyendiri
d. Tidak peduli saat orang bicara dengannya, namun merespon suara lain
e. Mengikuti sikap atau perilaku, seperti menjetikkan jari, menyusun objek, dan
memiliki kebiasaan/ritual yang harus dilakukan
f. Sulit beradaptasi dengan perubahan rutinitas
g. Sulit mengekspresikan kebutuhannya menggunakan kata-kata umum atau
gerakan
h. Anak yang lebih besar dapat terlalu sensitif pada suara, bau, sentuhan, atau
rasa
i. Mereka kurang dapat berimajinasi
j. Terlambat bicara

3. Penanganan Autisme
Tidak ada yang bisa menyembuhkan autisme. Meski begitu, peneliti menunjukkan
bahwa terapi intervensi dini dapat memperbaiki perkembangan anak. Terapi
intervensi yang bisa dilakukan sebagai pengobatan autisme adalah:
a. Terapi bicara dan bahasa. Metode untuk memperbaiki perkembangan
komunikasi pada anak autis, melalui latihan bicara dan dukungan interaktif
audio-visual
b. Terapi okupasional. Terapi yang membantu anak berkembang dan
meningkatkan kemampuan untuk hidup dan bekerja normal setiap hari
c. Terapi fisik: terapi yang meningkatkan perkembangan fisik dengan metode
fisik seperti pijat dan latihan

tes yang biasa dilakukan untuk autisme, Diagnosis autisme dilakukan melalui 2
langkah proses, yaitu:
a. Langkah pertama melibatkan skrining perkembangan umum selama anak
periksa dengan dokter anak saat masa kanak-kanak. Anak yang menunjukan
beberapa masalah perkembangan dirujuk untuk evaluasi tambahan.
b. Langkah kedua melibatkan evaluasi dari tim dokter dan dokter spesialis lain.
Pada tahap ini, anak dapat didiagnosis menderita autisme atau gangguan
perkembangan lain.
C. Debiell
1. Pengertian debiell
Tunagrahita adalah keadaaan keterbelakangan mental, keadaan ini dikenal juga
retardasi mental (mental retardation). Tunagrahita merupakan asal dari kata tuna
yang berarti “merugi” sedangkan grahita yang berarti “pikiran”. Tunagrahita
merupakan kata lain dari Retardasi Mental (Mental Retardation) yang artinya
terbelakang mental.
Tunagrahita juga memiliki istilah- istilah sebagai berikut:
a. Lemah fikiran (feeble minded)
b. Terbelakang mental (Mentally Retarded)
c. Bodoh atau dungu (idiot)
d. Cacat mental
e. Mental Subnormal, dll.
Anak tunagrahita adalah individu yang secara signifikan memiliki intelegensi
dibawah intelegensi normal. Menurut American Asociation on Mental Deficiency
mendefinisikan Tunagrahita sebagai suatu kelainan yang fungsi intelektual
umumnya di bawah rata- rata, yaitu IQ 84 ke bawah. Biasanya anak- anak
tunagrahita akan mengalami kesulitan dalam “Adaptive Behavior” atau
penyesuaian perilaku. Hal ini berarti anak tunagrahita tidak dapat mencapai
kemandirian yang sesuai dengan ukuran (standard) kemandirian dan tanggung
jawab sosial anak normal yang lainnya dan juga akan mengalami masalah dalam
keterampilan akademik dan berkomunikasi dengan kelompok usia sebaya.
Antara autisme dan tunagrahita terdapat perbedaan mendasar sehingga perlakuan
yang diberikan pun harus berbeda. Menurut Mudjito, autisme ialah anak yang
mengalami gangguan berkomunikasi dan berinteraksi sosial serta mengalami
gangguan sensoris, pola bermain, dan emosi. Penyebabnya karena antar jaringan
dan fungsi otak tidak sinkron. Ada yang maju pesat, sedangkan yang lainnya
biasa- biasa saja. Survei menunjukkan, anak-anak autisme lahir dari ibu-ibu
kalangan ekonomi menengah ke atas. Ketika dikandung, asupan gizi ke ibunya tak
seimbang. Adapun tunagrahita adalah anak yang mengalami hambatan dan
keterbelakangan mental, jauh di bawah rata-rata. Gejalanya tak hanya sulit
berkomunikasi, tetapi juga sulit mengerjakan tugas-tugas akademik. Ini karena
perkembangan otak dan fungsi sarafnya tidak sempurna. Anak-anak seperti ini
lahir dari ibu kalangan menengah ke bawah. Ketika dikandung, asupan gizi dan
zat antibodi ke ibunya tidak mencukupi.
Anak tunagrahita memiliki fungsi intelektual tidak statis. Kelompok tertentu,
termasuk beberapa dari down syndrome, memiliki kelainan fisik dibanding teman-
temannya, tetapi mayoritas dari anak tunagrahita terutama yang tergolong ringan,
terlihat sama seperti yang lainnya. Dari kebanyakan kasus banyak anak
tunagrahita terdeteksi setelah masuk sekolah. Tes IQ mungkin dapat dijadikan
indicator dari kemampuan mental seseorang. Kemampuan adaptif seseorang tidak
selamanya tercermin pada hasil tes IQ. Latihan, pengalaman, motivasi, dan
lingkungan social sangat besar pengaruhnya pada kemampuan adaptif seseorang.
Ketunagrahitaan mengacu pada sifat intelektual umum yang secara jelas dibawah
rata-rata, bersama kekurangan dalam adaptasi tingkah laku dan berlangsung pada
masa perkembangan.
2. Tanda dan Gejala
a. Anak tunagrahita memiliki kecerdasan dibawah rata-rata sedemikian rupa
dibandingkan dengan anak normal pada umumnya.
b. Adanya keterbatasan dalam perkembangan tingkah laku pada masa
perkembangan
c. Terlambat atau terbelakang dalam perkembangan mental dan social
d. Mengalami kesulitan dalam mengingat apa yang dilihat, didengar sehingga
menyebabkan kesulitan dalam berbicara dan berkomunikasi
e. Mengalami masalah persepsi yang menyebabkan tunagrahita mengalami
kesulitan dalam mengingat berbagai bentuk benda (visual perception) dan suara
(audiotary perception)
f. Keterlambatan atau keterbelakangan mental yang dialami tunagrahita
menyebabkan mereka tidak dapat berperilaku sesuai dengan usianya.
3. Penanganan Debil

D. Embisiel
1. Pengertian Imbisil
Imbisil atau idiot merupakan salah satu gangguan mental. Imbisil adalah
salah satu gangguan mental yang di sebabkan oleh kelainan genetik. Imbisil
adalah cacat genetik yang di turunkan. Orang imbisil secara populer dikenal
sebagai orang idiot. Tidak ada obatnya tapi bisa di cegah. Caranya adalah tidak
menikah dengan seseorang yang dalam garis keturunannya ada sejarah menderita
imbisil.
Imbisil merupakan kelainan genetik dimana penderita tidak mampu
mengubah fenilalanin menjadi asam amino tirosin. Sehingga terjadi penimbunan
fenilalanin yang kemudian di ubah menjadi asam fenilpiruvat. Kadar asam
fenilpiruvat inilah yang akan menghambat perkembangan mental dan fungsi otak
penderita imbisil. Untuk mengetahui seseorang menderita imbisil selain
karena ciri-ciri imbisil yang dimilikinya juga dapat di lakukan dengan medikal
test. Medikal test dilakukan untuk melihat kadar residu asam fenilpiruvat dalam
urin. Secara medis kondisi darah yang terlalu banyak mengandung asam
fenilpiruvat di sebut sebagai Fenilketonuria.
2. Tanda dan Gejala
a. IQ rendah
b. Menunjukkan gejala kebodohan
c. Warna rambut dan kulit kekurangan pigmen.
d. Biasanya tidak berumur panjang.
e. Reaksi refleksnya sangat lambat.
f. Jarang mempunyai keturunan.
g. Dalam urine dijumpai residu fenilpiruvat
Memiliki IQ 25 – 49. Seperti kanak-kanak yang berumur 3 – 7 tahun. Ukuran
tinggi dan bobot badannya kurang, sering badannya cacat atau mengalami
Anomali (kelainan). Gerakan-gerakannya tidak stabil dan lamban. Ekspresi
mukanya kosong dan tampak dungu. Kurang mempunyai daya tahan terhadap
penyakit, perkembangan jasmaninya sangat lamban dan kurang sambutannya jika
diajak berbicara. Pada umumnya mereka masih bisa mengerjakan tugas yang
sederhana di bawah pengawasan. Anak-anak imbisil juga banyak yang mati muda.

Karakteristik: :
a. Usia prasekolah, kelambatan terlihat pada perkembangan motorik,
terutama bicara, respon saat belajar dan perawatan diri.
b. Usia sekolah, dapat mempelajari komunikasi sederhana, dasar kesehatan,
perilaku aman, serta ketrampilan mulai sederhana, Tidak ada kemampuan
membaca dan berhitung.
c. Usia dewasa, melakukan aktivitas latihan tertentu, berpartisipasi dalam
rekreasi, dapat melakukan perjalanan sendiri ke tempat yang dikenal, tidak
bisa membiayai sendiri.
3. Penangan Imbisil
Rehabilitasi :
– Pendidikan dan latihan : Dimasukkan ke SLB untuk RM ringan dan sedang
– Perawatan dalam panti perawatan
– Rehabilitasi kerja
– Penerimaan anak agar merasa berarti : Penolakan anak meyebabkan frustasi,
murung, benci, nakal, dll
Ternyata bila terdapat lingkungan keluarga yang mau mengerti dan memberi
dukungan secara memadai serta fasilitas pendidikan dan latihan vokasional yang
tepat, penderita retardasi mental dapat mengembangkan penyesuaian sosial dan
vokasional yang baik serta kemampuan hubungan dan kasih sayang antar manusia
yang wajar. Pernyataan ini memperkuat pernyataan bahwa banyak penderita
retardasi mental taraf perbatasan, ringan, bahkan yang berat dapat mengalami
perkembangan kepribadian yang normal seperti orang dengan intelegensi normal
Pengobatan Fenilketonuria dapat dilakukan dengan melakukan diet protein-
bebas, karena hampir semua protein mengandung fenilalanin. Bayi diberi formula
khusus tanpa fenilalanin. Anak yang lebih besar dan orang dewasa harus
menghindari makanan kaya protein seperti daging, telur, keju, dan kacang.
Mereka juga harus menghindari pemanis buatan dengan aspartam, yang berisi
fenilalanin.

E. Kwarshiorkor
1. Pengertian Kwashiorkor
Kwashiorkor adalah salah satu bentuk gizi buruk (busung lapar) yang
disebabkan oleh kekurangan gizi protein, dikenal juga sebagai kekurangan gizi
edematous karena tanda dominan yang ditampakkan adalah edema atau
penumpukan cairan pada tubuh terutama pada daerah mata kaki, kaki, perut, dan
bisa seluruh tubuh.
Kwashiorkor masih menjadi masalah kesehatan Balita di Indonesia dan
negara-negara berkembang lainnya dimana asupan makanan sumber protein sulit
didapat atau karena pemanfaatan sumber makanan kaya protein yang masih minim
akibat kurangnya pengetahuan orang tua. Untungnya kondisi ini bisa dipulihkan
sepenuhnya dengan memberikan tambahan protein dalam makanan.
Anak-anak yang mengalami kwashiorkor mungkin tidak bisa tumbuh atau
berkembang dengan baik dan dapat tetap terhambat sampai sisa hidupnya.
Ada komplikasi serius yang menyertai kwashiorkor ketika tidak segera
mendapatkan penanganan, termasuk koma, syok, serta cacat mental dan fisik
permanen. Bahkan pada kasus yang berat busung lapar dapat menyebabkan
kegagalan organ-organ vital dan akhirnya menyebabkan kematian.

2. Gejala Kwashiorkor
Tanda-tanda dan gejala yang bisa kita amati pada anak yang mengalami
kwashiorkor antara lain:
a. Perubahan warna dan tekstur rambut (warna karat) serta mudah dicabut atau
rontok.
b. Perubahan kulit, menjadi lebih sensitif, kulit mudah meradang, akan tampak
ruamm bersisik dan terkadang sampai timbul borok.
c. Lemas seperti tak bertenaga
d. Hilangnya massa otot sehingga tampak mengecil atau menyusut (Atrofi otot)
e. Diare dan gangguan pencernaan lainnya
f. Edema (pembengkakan) pada pergelangan kaki, kaki, dan perut bahkan
seluruh tubuh simetris (sama) kanan dan kiri.
g. Sistem kekebalan tubuh yang rusak, yang dapat menyebabkan infeksi yang
lebih sering dan parah
h. Perubahan mental sampai apatis
i. Anemia yang ditandai dengan pucat dan lemas

3. Penanganan Kwashiorkor
Kwashiorkor dapat ditangani dengan memberikan makan yang mengandung
lebih banyak protein dan lebih banyak kalori secara keseluruhan, terutama bila
perawatan dimulai sejak awal. Protein dapat ditemukan dalam makanan seperti:
a. Makanan laut (Ikan, udang, cumi, dan lain-lain)
b. Telur
c. Daging tanpa lemak
d. Kacang polong
e. Kacang-kacangan atau produk olahannya seperti tahu tempe
f. Biji-bijian
Namun sebelum melakukan itu semua, perlu ditangani terlebih dahulu masalah
kesehatan yang mengancam nyawa, misalnya dehidrasi dengan memberikan
cairan, infeksi dengan memberikan antibiotik, pemberian vitamin A dan lain-lain.
Pertama diberikan lebih banyak kalori dalam bentuk karbohidrat, gula,
dan lemak. Setelah kalori ini menyediakan energi, selanjutnya diberikan makanan
tinggi protein. Makanan harus diperkenalkan dan kalori harus ditingkatkan secara
perlahan karena tubuh perlu menyesuaikan diri dengan asupan yang meningkat,
karena sebelumnya kekurangan nutrisi.
Dokter juga akan merekomendasikan vitamin dan suplemen untuk digunakan
jangka panjang.

F. Marasmus
1. Pengertian Marasmus
Marasmus adalah bentuk gangguan nutrisi yang disebabkan tubuh kekurangan
protein dan kalori. Kedua nutrisi tersebut sangat dibutuhkan untuk menjalankan
berbagai fungsi tubuh. Saat tubuh kekurangan protein dan kalori, berbagai fungsi
fisik mengalami perlambatan bahkan dapat terhenti.
Marasmus adalah masalah kesehatan yang umum terjadi di negara
berkembang dan dapat dialami oleh anak-anak maupun orang dewasa. Pada anak-
anak, khususnya balita, kondisi ini lebih mungkin terjadi dan memiliki keparahan
yang lebih tinggi. UNICEF memperkirakan sedikitnya terdapat 500.000 kasus
kematian akibat marasmus pada anak-anak di dunia.
Kekurangan protein dan kalori juga dapat menyebabkan kwashiorkor yang
merupakan komplikasi dari marasmus. Pada umumnya, kwashiorkor terjadi pada
usia anak-anak dan menyebabkan masalah pertumbuhan, terutama stunting alias
gangguan pertumbuhan tinggi badan. Kondisi kekurangan nutrisi saat usia balita
akan meningkatkan risiko seorang anak mengalami kwashiorkor.

2. Gejala Marasmus
Penderita akan mengalami penurunan berat badan yang disertai
dengan dehidrasi, kemudian disertai masalah saluran pencernaan seperti diare
kronis. Jika asupan makanan tidak mencukupi dalam waktu yang lama, maka
lambung akan mengalami penyusutan. Marasmus juga identik dengan hilangnya
massa lemak dan otot sehingga seseroang dapat terlihat sangat kurus.
Selain itu, marasmus sering diawali dengan kelaparan dan beberapa gejala
malnutrisi, di antaranya:
a. Kelelahan
b. Penurunan suhu tubuh
c. Gangguan emosi – tidak menunjukan ekspresi emosi
d. Mudah marah
e. Lesu
f. Perlambatan pernapasan
g. Tangan bergetar
h. Kulit kering dan kasar
i. Kebotakan
3. Penanganan Marasmus
Marasmus ditangani dengan bertahap, di mana kondisi dehidrasi pada
penderita diatasi terlebih dahulu. Dehidrasi dapat memicu kesulitan untuk
mencerna makanan dan dapat memperburuk gejala diare jika penderita
mengalaminya.
Setelah mulai membaik, pengobatan dilanjutkan dengan pola makan seimbang
untuk memenuhi kebutuhan nutrisi. Meskipun demikian, terkadang penderita tidak
dapat mengonsumsi makanan dengan cara normal sehingga makan dan
minum dilakukan dalam jumlah yang sedikit, atau menggunakan infus ke
pembuluh darah vena dan lambung.
Selain itu, riwayat infeksi pada penderita juga perlu diperhatikan. Penggunaan
antibiotik kemungkinan diperlukan untuk mempertahankan nutrisi dan melawan
penyakit di saat yang bersamaan. Sembuh dari penyakit infeksi akan
meningkatkan peluang kesembuhan secara signifikan.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gangguan pertumbuhan merupakan suatu keadaan apabila pertumbuhan anak
secara bermakna lebih rendah atau pendek dibandingkan anak seusianya yang
berdasarkan indeks tinggi badan menurut umur (TB/U) berada dibawah – 2 SD kurva
pertumbuhan
Penilaian gangguan pertumbuhan dapat dilakukan sedini mungkin sejak anak
dilahirkan. Melalui deteksi dini dapat diketahui penyimpangan pertumbuhan anak
secara dini, sehingga upaya pencegahan dapat diberikan dengan indikasi yang jelas
pada masa-masa kritis proses pertumbuhan sesuai dengan umur anak, dengan
demikian dapat tercapai kondisi pertumbuhan yang optimal

B. Saran
Diharapkan pembaca dapat memperoleh manfaat dari makalah yang penulis

sajikan. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca unuk perbaikan

makalah kami berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA
Nelson.1999.Ilmu Kesehatan Anak edisi 1. Jakarta: EGC

Videbeck, Sheila L. 2008. Buku ajar keperawatan jiwa. Jakarta:EGC.

Wong,Dona,L.2008.Masalah Kesehatan Anak usia sekolah dan remaja.Jakarta:EGC

Nuchsan .A, 2002, Penatalaksanaan Busung lapar pada balita, Cermin Dunia
Kedokteran

Wong, L. D & Whaleys, 2004, Pedoman klinis asuhan keperawatan anak, alih bahasa
monica ester, Jakarta, EGC

Anda mungkin juga menyukai