Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Assalamu`alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh


Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah yang Maha Kuasa karena berkat hidayah
dan karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ obesitas ” tepat pada
waktunya.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dari Mata Kuliah Gizi dalam Kesehatan
Reproduksi. Dalam penyusunan makalah ini penulis mengalami banyak kesulitan terutama dalam
hal penyusunan karena adanya keterbatasan referensi. Oleh karena itu penulis mengucapkan
banyak terima kasih kepada Bunda Eva Susanti selaku dosen pengampu mata kuliah Gizi dalam
Kesehatan Reproduksi yang telah memberikan tugas ini kepada kami. Kami juga mengucapkan
terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu poses penulisan makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna masih banyak
kesalahan dan kekurangannya, oleh karena itu penulis mohon maaf serta mohon saran dan
masukan yanga bersifat membangun demi kesempurnaan penyususnan makalah ini.
Wassalamu`alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh

Curup,…..Januari 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................................ i

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... ii

DAFTAR ISI................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang ............................................................................................................. 1


1.2 Rumusan masalah ....................................................................................................... 2
1.3 Tujuan ......................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Obesitas ..................................................................................................... 4
2.2 penyebab terjadinya obesitas ........................................................................................4
2.3 Metode pengukuran ......................................................................................................10
2.4 Dampak obesitas ...........................................................................................................11
2.5 Cara mengatasi obesitas ................................................................................................13

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan ............................................................................................................... 17
3.2 Saran ........................................................................................................................ 17

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 18


BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Kompleksnya tingkat kepentingan dan kebutuhan manusia yang tidak terbatas saat ini
memaksa bagi setiap orang untuk selalu bekerja tanpa henti, sehingga kurang memperhatikan
waktu istirahat, aktivitas jasmani dan rekreasi serta menu dan pola makan yang sehat dan
higienis, terlebih kebanyakan orang tua atau keluarga karier. Orangtua atau keluarga karier
kebanyakan hanya berpikir bahwa apabila anak-anaknya banyak atau lahap makan dan
terpenuhi gizinya sehingga terlihat gemuk yang berarti bahwa tubuhnya sehat dan kuat.
Orangtua atau keluarga karier kebanyakan tidak berpikir bahwa selain adanya faktor
keturunan (genetika), penumpukan gizi dan energi di dalam tubuh dalam jangka waktu yang
lama juga dapat menyebabkan terjadinya kegemukan atau obesitas apabila udak diimbangi
dengan aktivitas jasmani atau rekreasi. Sesungguhnya tubuh yang gemuk kurang baik bagi
kesehatan, baik bagi orang dewasa maupun bagi anak-anak, karena pada tubuh yang gemuk
biasanya mudah terserang penyakit (mudah sakit dan udak bugar).

1.2 Rumusan masalah


A. Apa yang dimaksud dengan obesitas ?
B. Apa penyebab terjadinya obesitas ?
C. Bagaimana metode pengukuran untuk mengetai seseorang mengalami obesitas?
D. Apa akibat atau dampak dari obesitas ?
E. Bagaimana cara mengatasi obesitas ?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa itu obesitas
2. Mengetahui apa penyebab terjadinya obesitas
3. Untuk mengetahui metode pengukuran dalam masalah obesitas
4. Untuk mengetahui akibat atau dampak dari obesitas
5. Mengetahui cara mengatasi obesitas
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian obesitas

a. Obesitas didefinisikan sebagai suatu kelainan atau penyakit yang ditandai dengan
penimbunan jaringan lemak tubuh secara berlebihan. (Kadek Hartini, 2014).
b. Obesitas adalah permasalahan umum yang dialami anak-anak pada masa sekarang ini.
Obesitas juga mudah penyebarannya (triano, flegal, kuczmarski, Campbell & Johnson,
1995).
c. Obesitas merupakan suatu keadaan di mana berat badan seseorang berada di atas 120 %
dari berat badan relatif (BBR) atau berada di atas 27 dari indeks masa tubuh (Fathan
Nurcahyo, 2011).
d. Obesitas berasal dari bahasa latin yang berarti makan berlebihan. Obesitas merupakan
istilah yang digunakan dalam menunjukkan adanya kelebihan berat badan (Rahmawati,
2009).
e. Menurut kamus kedokteran Dorland (2012), adalah peningkatan berat badan melampaui
batas kebutuhan fisik dan skeletal, akibat penimbunan lemak tubuh yang berlebihan.
f. Menurut World Health Organization (WHO), Obesitas didefinisikan sebagai akumulasi
lemak abnormal atau berlebihan yang dapat mengganggu kesehatan (WHO, 2015).
g. National Institutes of Health (NIH) menjelaskan bahwa obesitas terjadi akibat asupan
energi lebih tinggi daripada energi yang dikeluarkan. Asupan energi tinggi disebabkan oleh
konsumsi makanan sumber energi dan lemak tinggi, sedangkan pengeluaran energi yang
rendah disebabkan karena kurangnya aktivitas fisik dan sedentary life style (NIH, 2012).
h. Konsumsi makanan berlebih tersebut kemudian akan 7 disimpan oleh tubuh dalam bentuk
timbunan lemak yang akan tersebar di bagian-bagian tertentu seperti pinggang, perut,
lengan bagian atas, dan bagian tubuh lainnya yang dapat berdampak buruk bagi kesehatan
(Putri, 2012).
i. Obesitas merupakan penumpukan lemak yang berlebihan akibat ketidakseimbangan
asupan energi (energy intake) dengan energi yang digunakan (energy expenditure) dalam
waktu lama.(WHO,2000)
j. Obesitas merupakan penyakit multifaktorial yang diduga bahwa sebagian besar obesitas
disebabkan oleh karena interaksi antara faktor genetik dan faktor lingkungan, antara lain
aktivitas fisik, gaya hidup, dan nutrisional yaitu perilaku makan dan pemberian makanan
padat terlalu dini pada bayi. (Siti Muthoharoh, 2017).\

2.2 Penyebab Terjadinya Obesitas

a. Mengkonsumsi makanan fast food ( makanan cepat saji/instan)


Asupan energi fast food yang sebagian besar subjek dengan jumlah asupan energi
fast food tinggi adalah kelompok non-obesitas dibandingkan kelompok obesitas (60,3% vs
39,7%). Perbedaan jumlah asupan energi fast food antara kelompok obesitas dan non-
obesitas dapat disebabkan oleh porsi fast food yang dikonsumsi lebih besar pada kelompok
non-obesitas dibandingkan dengan kelompok obesitas.
Jenis fast food yang sering dikonsumsi adalah fast food lokal. Fast food yang sering
dikonsumsi oleh subjek pada kelompok obesitas adalah beef burger, burger ring on, es
krim, steak, mie ayam, bakso, mi instan, batagor, siomay, sosis, tempura, dan lain-lain.
Hasil wawancara dengan kelompok obesitas menyatakan bahwa subjek mengaku sering
mengkonsumsi fast food minimal 1x/ bulan dan maksimal 1x/minggu. Hal ini karena setiap
mengerjakan tugas kelompok, subjek pasti pergi ke tempat-tempat yang menyediakan
aneka jenis fast food seperti di KFC dan Mc Donald. Selain itu, di sekitar sekolah juga
banyak yang menjajakan makanan jenis fast food lokal, baik itu di kantin sekolah maupun
di luar sekolah seperti pedagang kaki lima.
Sebaliknya, hasil analisis menunjukkan frekuensi konsumsi fast food berlebih dapat
menyebabkan risiko terjadinya obesitas. Hal ini karena fast food merupakan jenis makanan
cepat saji yang mengandung tinggi energi, banyak mengandung gula, tinggi lemak, dan
rendah serat (20). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang menyatakan bahwa
perubahan pola dan frekuensi makan fast food dapat menyebabkan risiko terjadinya
obesitas
b. Faktor Psikologis dan Psikososial
Faktor psikologis Apa yang ada dalam pikiran seseorang dapat mempengaruhi
kebiasaan makannya. Banyak orang yang memberikan reaksi terhadap emosinya dengan
makan. Ketika dalam keadaan tertekan, ia menjadi banyak makan, atau sebaliknya. Ketika
dalam keadaan senang, ia lampiaskan dengan makan-makan.
Faktor psikososial Apa yang ada dalam pikiran seseorang dapat mempengaruhi
kebiasaan makannya. Banyak orang yang memberikan reaksinya dengan makan. Salah satu
bentuk gangguan emosi adalah persepsi diri yang negative. Gangguan emosi ini merupakan
masalah serius padawanita muda penderita obesitas, dan dapat menimbulkan kesadaran
berlebih tentang kegemukannya serta rasa tidak nyaman dalam pergaulan social.

c. Sarapan pagi
Asupan sarapan pagi diketahui jumah terbanyak subjek yang tidak sarapan pagi ada
pada kelompok obesitas (65,3%). Kebanyakan subyek yang tidak sarapan pagi karena
terbatasnya waktu pada saat pagi, mereka memilih tidak sarapan dikarenakan apabila
mereka sarapan terlebih dahulu mereka akan terlambat masuk sekolah sehingga mereka
biasanya makan pada saat istirahat siang hari. Subjek yang tidak sarapan umumnya hanya
minum susu atau teh, makan roti tawar, dan ada juga yang tidak makan sama sekali. Rerata
asupan subjek yang tidak sarapan yaitu sebesar 365,256 kalori. Hal ini menunjukkan bahwa
mereka tidak dikatakan sarapan karena asupan pada saat sarapan kurang dari 25% AKG
(±600 kkal).
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih banyak anak yang tidak
sarapan cenderung obesitas. Sarapan sering disepelekan untuk beberapa alasan. Padahal
tubuh memerlukan nutrisi sekaligus energi untuk melakukan aktivitas sepanjang hari.
Selain itu sarapan sangat penting untuk memepertahankan pola makan yang baik.
Melewatkan sarapan akan mengakibatkan merasa sangat lapar dan tidak dapat mengontrol
nafsu makan sehingga pada saat makan siang akan makan dalam porsi yang berlebih
(overreacting). Saat kita melewatkan sarapan, kita cenderung untuk makan berlebihan saat
makan siang. Padahal saat melewatkan makan, metabolisme tubuh melambat dan tidak
mampu membakar kalori berlebihan yang masuk saat makan siang tersebut. Sehingga anak
atau remaja yang meninggalkan sarapan akan berisiko untuk menjadi overweight atau
obesitas dibandingkan mereka yang sarapan.
d. Aktivitas fisik
Tingkat aktivitas remaja obesitas lebih rendah bila dibandingkan dengan remaja
non-obesitas. Dalam penelitian ini, aktivitas fisik aktif yaitu >10.000 langkah yang dapat
dilakukan dengan melakukan gerak langkah sejauh 4,02-5,24 km. Beberapa penelitian
epidemiologi menyebutkan bahwa obesitas terjadi karena interaksi antara makan yang
banyak dan sedikit aktivitas. Bahwa siswa dengan aktivitas fisik ringan yang tinggi
mempunyai kemungkinan untuk menjadi obesitas 1,7 kali lebih besar. Remaja yang tidak
aktif memiliki kebiasaan hanya duduk diam di rumah tanpa melakukan kegiatan yang lain.
Kegiatan yang dilakukan seperti duduk santai di rumah, membaca, menonton TV, belajar,
dan berbaring.
Orang-orang yang kurang aktif membutuhkan kalori dalam jumlah sedikit
dibandingkan orang dengan aktivitas tinggi. Seseorang yang hidupnya kurang aktif
(sedentary life) atau tidak melakukan aktivitas fisik yang seimbang dan mengkonsumsi
makanan yang tinggi lemak, akan cenderung mengalami obesitas. Gaya hidup yang kurang
aktivitas fisik akan berpengaruh terhadap kondisi tubuh seseorang. Aktivitas fisik
diperlukan untuk membakar energi dalam tubuh.
Bila pemasukan energi berlebihan dan tidak diimbangi dengan aktivitas fisik yang
seimbang akan memudahkan seseorang menjadi gemuk. Salah satu aktivitas fisik yang
dapat dilakukan anak adalah dengan rutin berolahraga sehingga pengeluaran energi
seimbang. Selain itu, dapat pula meningkatkan aktivitas fisiknya dengan mengikuti
kegiatan-kegiatan di luar ruangan. Aktivitas fisik merupakan variabel untuk pengeluaran
energi, oleh karena itu aktivitas fisik dijadikan salah satu perilaku untuk penurunan berat
badan. Berdasarkan beberapa penelitian mengungkapkan apabila ber aktivitas fisik dengan
intensitas yang cukup selama 60 menit dapat menurunkan berat badan dan mencegah untuk
peningkatan berat badan kembali.
e. Faktor psikologis
Memiliki orang tua yang selalu memberikan motivasi yang positif terhadap anak
dapat membangun rasa percaya diri yang tinggi . Rasa kepercayaan diri tergantung pada
interaksi sosial seseorang. Melalui interaksi ini individu akan mendapatkan umpan balik
dalam aktivitas yang dilakukannya, dengan memilki harga diri yang tinggi, seseorang akan
dapat mengaktualisasikan potensi dirinya. Perkembangan harga diri juga dipengaruhi oleh
media masa dan teman sebaya. Media masa memiliki pengaruh yang besar dalam
menetapkan standar ideal diri setiap orang.
Dengan semakin berjalannya waktu, stigma negatif tentang seseorang yang
mengalami obesitas mulai menghilang di masyarakat. Selain itu, banyak bermunculannya
artis – artis yang memiliki berat badan lebih dapat memberikan motivasi yang positif bagi
remaja yang mengalami obesitas, bahwa tidak hanya yang memiliki bentuk badan yang
ideal yang biasa masuk dikenal banyak orang tanpa harus menghawatirkan kondisi
obesitas. Bahkan, dibeberapa daerah di Indonesia juga mengadakan kontes kecantikan
yang khusus diadakan untuk orang yang mengalami obesitas. Semboyan “Big Is Beautiful”
tiga kata yang sangat inspiratif bagi remaja obesitas, perubahan opini masyarakat ataupun
remaja tentang makna kecantikan, dari penampilan fisik yang ideal ke inner beauty
kecantikan yang terpancar dari dalam diri seseorang atau kepribadian seseorang juga
merupakan pengaruh positif dari media masa.
f. Faktor keluarga
Hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja yang memiliki ayah dan ibu dengan
status obesitas berisiko lebih besar menjadi obesitas dibandingkan dengan remaja yang
memiliki ayah dan ibu yang tidak obesitas.. Berdasarkan penelitian diketahui bahwa orang
tua mempengaruhi pola makan anak dan gaya hidup yang sama dalam keluarga. Keluarga
mewariskan kebiasaan pola makan dan gaya hidup yang bisa berkontribusi terhadap
kejadian obesitas. Keluarga berbagi makanan dan kebiasaan aktivitas fisik yang sama,
sehingga hubungan antara gen dan lingkungan saling mendukunng. Cukup alami bila anak-
anak mengadopsi kebiasaan orang tua mereka. Seorang anak yang orang tuanya gemuk
yang terbiasa makan makanan berkalori tinggi dan tidak aktif, kemungkinan besar anak
tersebut akan mewarisi kebiasaan serupa dan menjadikannya kelebihan berat badan juga.
g. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan juga memiliki pengaruh besar, yang mencakup perilaku gaya
hidup seperti asupan makan seseorang dan tingkat aktivitas fisik yang dilakukan.
Perubahan gaya hidup berpengaruh pada peningkatan berat badan yaitu terjadi peningkatan
sekitar 50-60 kalori dari asupan kalori sehari dan penurunan aktivitas fisik bisa
menyebabkan peningkatan 2,4 kg berat tubuh pada akhir tahun. 95% penderita obesitas,
kelebihan konsumsi dapat dihasilkan oleh beberapa faktor lingkungan. Seseorang yang
cepat sekali terpengaruh oleh lingkungandapat membuat kesibukan menyebabkan mereka
memilih makan di luar atau menyantap kudapan (jajanan). Lebih jauh lagi kebiasaan ini
dipengaruhi oleh keluarga, teman dan terutama iklan di televisi.

2.3 Metode Pengukuran

Menurut pendapat Budiyanto (2002: 10), Untuk menentukan obesitas diperlukan


kriteria yang berdasarkan pengukuran antropometri dan atau pemeriksaan laboratorik, pada
umumnya digunakan:
1. Pengukuran berat badan (BB) yang dibandingkan dengan standar dan disebut
obesitas bilamana BB > 120 % BB standar.
2. Pengukuran berat badan dibandingkan tinggi badan (BB/TB). Dikatakan obesitas
bila BB/TB > persentile ke 95 atau > 120 % atau Z-score = + 2 SD.
3. Pengukuran lemak subkutan dengan mengukur skinfold thickness (tebal lipatan
kuUt/TLK).
4. Sebagai indikator obesitas bila TLK Triceps > persentil ke 85.
5. Pengukuran lemak secara laboratorik, misalnya densitometri, hidrometri dsb. yang
tidak digunakan pada anak karena sulit dan ddak prakds. DXA adalah metode yang
paling akurat, tetapi tiak prakds untuk di lapangan.
6. Indeks Massa Tubuh (IMT) > 27,0/kg/m2.
Lebih lanjut menurut pendapat yang dikemukakan oleh Akhmadi (2010: 1-2), berat badan
(BB) yang ideal bagi seseorang dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Berat Badan Relauf (BBR)

Berat Badan fkg) X 100 %

Tinggi Badan (cm) — 100

Nilai Standar:

a. < 90 % = Underweight

b. 90- 100 % = Berat Normal

c. > 110 % = Overweight

d. > 120 % = Obesitas/Gemuk

2. Indeks Masa Tubuh (IMT)


Berat Badan (kg) = Tinggi Badan X Berat Badan (m2)
Nilai Standar:

a. < 18,5 =Maka dapat dikatakan IMT Kurang

b. 18,5 — 25 Maka dapat dikatakan IMT Normal


c. 25 – 27 Maka dapat dikatakan IMT Lebih
d. > 21 Maka dapat dikatakan sebagai Obesitas atau Kegemukan

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa, kegemukan (obesitas) adalah
suatu keadaan di mana berat badan seseorang berada di atas 120 % dari berat badan reladf (BBR)
atau berada di atas 27 dari indeks masa tubuh (IMT).

2.4 Dampak Obesitas

Dampak obesitas dapat menyebabkan berbagai masalah fisik maupun psikis, masalah fisik
seperti ortopedik sering disebabkan karena obesitas, termasuk nyeri punggung bagian bawah, dan
memperburuk osteoarthritis (terutama di daerah pinggul, lutut, dan pergelangan kaki). Seseorang
yang menderita obesitas memiliki permukaan tubuh yang relative lebih sempit dibandingkan
dengan berat badannya, sehingga panas tubuh tidak dibuang secara efisien dan mengeluarkan
keringat yang lebih banyak. Sering juga ditemukan oedema (pembengkakan akibat penimbunan
sejumlah cairan) di daerah tungkai dan pergelangan kaki.
Obesitas bukan hanya tidak enak dipandang mata, namun merupakan dilema kesehatan
yang mengerikan. Obesitas secara langsung membahayakan kesehatan seseorang. Obesitas
meningkatkan resiko terjadinya sejumlah penyakit menahun antara lain sebagai berikut:Diabetes
tipe 2 (timbul pada masa remaja), Tekanan darah tinggi, Stroke, Serangan jantung, Gagal jantung,
Kanker (jenis kanker tertentu, misalnya kanker prostat dan kanker usus besar), Batu kandung
empedu dan batu kandung kemih, Gour dan arthritis, Osteoastritis, Tidur apnea (kegagalan
bernafas secara normal ketika tidur, menyebabkan berkurangnya kadar oksigen dalam darah),
Sindroma pickwiskian (obesitas disertai wajah kemerahan, underventilasi, dan ngantuk) Penderita
obesitas cenderung lebih responsive bila dibandingkan dengan orang yang berat badannya
normal,terhadap isyarat lapar eksternal, seperti rasa dan bau makanan, atau waktunya untuk
makan. Penderita obesitas cenderung makan bila iamerasa ingin makan, bukan pada saat ia lapar.
Pola makan berlebih akan menyebabkan mereka sulit untuk keluar dari kondisi kegemukan
atau obesitas, hal ini disebabkan mereka tidak memiliki kontrol diri dan motivasi yang kuat untuk
mengurangi berat badan mereka.Selain masalah fisik masalah psikis juga terjadi. Karena masalah
fisik di atas, anak-anak obesitas sering menjadi bahan bully teman-temannya atau lingkungan
sekitar, hal ini menjadikan citra diri negative cenderung akan muncul, rasa rendah diri, merasa
berbeda, tidak bisa bersaing karena keterbatasan fisik, dan masalah psikologis lain. Anak-anak
obesitas juga cenderung tidak lincah, mudah capek, dan mengantuk.
Anak-anak yang memiliki berat tubuh yang berlebihan atau mengalami kegemukan
(obesitas) biasanya sering diejek atau dicemooh oleh teman-temannya sehingga anak tersebut
menjadi anak yang pemalu, cenderung manja dan malas-malasan. Anak yang mengalami obesitas
biasanya memiliki kebiasaan ngemil yang tinggi (makan-makanan ringan), banyak menyendiri,
banyak berdiam diri di kamar/di rumah, mudah dan lebih banyak udur, sehingga kurang atau
bahkan ddak suka beraktivitas jasmani dan berolahraga (fisik). Anak yang mengalami obesitas
biasanya di rumah lebih menyukai permainan game fantasi {play station).
Dengan jarang bergerak atau beraktifitas jasmani maka anak akan kurang bugar,
pengalaman dan tingkat ketrampilan geraknya juga kurang, baik gerak lokomotor, nonlokomotor,
maupun manipulatif. Anak yang mengalami obesitas selain ketrampilan geraknya akan cenderung
kaku, tidak lincah, dan juga mudah terserang penyakit karena daya tahan fisiknya juga kurang
baik, tetapi biasanya juga memiliki kelebihan pada keseimbangan tubuh yang relatif baik. Sebagai
akibat lebih lanjut dari keadaan tersebut dapat mengakibatkan anak terhambat dalam
melaksanakan aktivitas fisik.
2.5 Cara mengatasi Obesitas
a. Melakukan Olahraga dan Rekreasi secara Teratur Olahraga merupakan salah bagian program
penurunan berat badan.

Olahraga yang dilakukan dengan tepat, teratur, dan terstruktur dapat memberikan
peningkatan pengeluaran energi yang cukup besar untuk menjaga atau menurunkan berat badan
secara berkala. Selain itu olahraga yang teratur dapat menjaga dan meningkatkan daya tahan
tubuh atau kebugaran jasmani dan menghindarkan atau meminimalisasi dari berbagai serangan
penyakit.

b. Mengatur Menu, Pola, dan Porsi Makan

Mengurangi mengkonsumsi makanan cepat saji atau fast food makanan ringan dalam kemasan,
minuman ringan, cemilan manis atau makanan dengan kandungan lemak tinggi. Sebaiknya,
sajikan daging dan sayuran segar. Perbanyak konsumsi buah, susu, dan makan yang berserat untuk
melancarkan pencernaan yang baik untuk pertumbuhan anak. Berikan porsi yang sesuai dan jangan
terlalu berlebihan.

c. Sarapan

sarapan merupakan awal yang baik unmk anak saat memulai harinya. Ini diperlukan agar anak
dapat kuat saat beraktivitas di sekolah dan mencegah makan berlebihan setelahnya. Dengan
membawa makanan dari rumah, orang-tua dapat mengontrol gizi anak dan menghindari agar anak
tidak perlu jajan di luar. Jangan terlalu banyak menggoreng makanan agar tidak terlalu banyak
lemak yang dikonsumsi. sebaiknya mencoba untuk mengukus, merebus atau memanggang
makanan agar makanan lebih sehat. Biasakan agar anak makan di meja makan bukan di depan
televisi atau komputer. Banyak anak tidak menyadari berapa banyak makanan yang sudah
disantapnya apabila dia makan sambil menikmati tayangan televisi atau di depan komputer.

d. Diet

Apabila sudah terjadi kelebihan berat badan atau mungkin kegemukan maka disarankan
untuk melakukan diet (mengurangi porsi makan). Diet adalah mengurangi kandungan energinya
di bawah kebutuhan normal, cukup vitamin dan mineral serta banyak mengandung serat yang
bermanfaat dalam proses penurunan berat badan. Diet ini membatasi makanan padat energi, seperti
kue-kue yang banyak mengandung karbohidrat sederhana dan lemak, serta goreng-gorengan.

e. Pihak sekolah ( bidang Pendidikan) harus mensosialisasikan gaya hidup sehat dan aktif dengan
membuat kebijakan-kebijakan yang mendukung.

Sekolah merupakan tempat dimana anak belajar hal baru, bagi anak-anak terutama anak
usia dini dan sekolah dasar, sekolah merupakan tempat belajar pertama mereka (secara formal),
tempat mereka menemukan nilai-nilai baru, tempat mereka mencari role model yang akan mereka
implementasikan dan anut dalam kehidupan mereka sehari-hari, tidak jarang anak tidak percaya
orang tuanya tetapi lebih percaya gurunya, sehingga sekolah harus menjadi tempat belajar mereka
dalam memulai hidup sehat dan aktif dengan cara membuat kebijakan yang terkoordinasi dengan
baik untuk mengembangkan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi pola makan sehat dan gaya
hidup aktif seperti; menjalin kerjasama dengan dinas kesehatan dan olah raga di lingkungan
terdekat untuk memberikan penyuluhan, informasi dan dukungan untuk pola makan sehat dan gaya
hidup aktif, memberikan evaluasi dan penilaian pada semua pihak baik siswa maupun staf sekolah
tentang pola makan sehat dan gaya hidup aktif, dan merumuskan kebijakan untuk mempromosikan
dan mensosialisasikan pentingnya pola makan sehat dan gaya hidup aktif.

f. Sediakan lingkungan sekolah yang mendukung pola makan sehat dan gaya hidup aktif

Fasilitas fisik yang ada dilingkungan sekolah juga kondisi psikososial sekolah harus diatur
sedemikian rupa untuk mendukung pola makan sehat dan gaya hidup aktif. Lingkungan fisik
termasuk diantaranya gedung sekolah dan gedung lain di sekitarnya, fasilitas yang medukung gaya
hidup aktif/aktifitas fisik, pendidikan jasmani, termasuk juga kondisi lingkungan sekolah seperti
pilihan makanan/snak sehat, temperatur, kualitas udara, kualitas air, kebisingan lingkungan,
pencahayaan matahari, dan keamanan. Kondisi psikososial juga harus diperhatikan seperti
perumusan aturan-aturan yang mempengaruhi pola hidup sehat dan gaya hidup aktif bagi siswa
dan semua staf.

g. Sediakan program meal plan dan pastikan meal plan yang diberikan sesuai dengan minat pola
makan anak

Dalam hal meal plan, sekolah merupakan tempat yang tidak biasa melakukan, karena
biasanya yang mengatur pola makan adalah keluarga, tetapi untuk mempromosikan,
mensosialisikan, dan membiasakan pola makan sehat dan gaya hidup aktif, sekolah bisa menjadi
tempat yang tepat untuk itu, karena pada prinsipnya sekolah merupakan tempat pengembangan
potensi siswa yang holistik, bukan hanya kognitif tetapi juga fisik dan psikologis, apalagi kondisi
fisik dan psikologis siswa sangat berpengaruh pada kemampuan kognitif mereka.

h. Terapkan program aktifitas fisik bagi anak dengan pendidikan fisik yang berkualitas

Salah satu program yang paling penting adalah membuat program yang komprehensif
tentang aktifitas fisik. Program komprehensif yang meliputi perencanaan aktifitas fisik baik
sebelum, selama, dan setelah beraktivitas ketika istirahat, membuat klub olahraga, membuat
lomba-lomba olahraga, anjuran dengan jalan kaki atau sepeda, dan pendidikan fisik yang
berkualitas. Pendidikan fisik yang berkualtitas seperti; disesuaikan dengan kebutuhan masing-
masing, memberikan pengalaman yang menyenangkan, melatih dalam mengatur jadwal sendiri
yang berkaitan dengan aktivitas dan keterampilan fisik, memberikan penekanan pengetahuan dan
keterampilan fisik yang akan berguna sampai pada masa yang akan datang.

i. Buatlah hubungan dan kerja sama yang baik dengan keluarga dalam mengembangkan dan
mengimplementasikan pola makan sehat dan gaya hidup aktif.

Keluarga memberikan kontribusi yang besar dalam keberhasilan menginternalisasi nilai-


nilai yang ingin ditekankan dalam pengaturan pola makan sehat dan gaya hidup aktif. Hubungan
baik yang terjalin membuat program pengaturan pola makan sehat dan gaya hidup aktif berjalan
konsisten, meningkatkan pola pengawasan dan bimbingan, dan memotivasi dalam menjalani gaya
hidup sehat. Membina hubungan dengan keluarga pada program ini bisa dilakukan dengan cara;
meningkatkan komunikasi antara keluarga dengan pemberian sosialisai dan informasi tentang pola
makan sehat dan gaya hidup aktif, melibatkan keluarga dalam kegiatan kesehatan dan kebugaran
jasmani, meminta bantuan atau nasehat tentang kesehatan yang dapat membantu program pola
makan sehat dan gaya hidup aktif (beberapa profesi seperti dokter, ahli nutrisi, atau olahragawan).

j. Sediakan tim atau orang khusus yang menangani konsultasi dan pengembangan program
kesehatan dan kebugaran yang meliputi pola makan sehat, konsultasi nutrisi, kesehatan mental dan
gaya hidup aktif

Buat tim khusus/orang tertentu yang ditugaskan menangani konsultasi dan pengembangan
program kesehatan dan kebugaran yang meliputi pola makan sehat, konsultasi nutrisi, kesehatan
mental dan gaya hidup aktif. Hal ini dapat membantu meningkatkan kebugaran dan kesiapan
secara fisik yang akan berpengaruh juga pada psikis dan kognitifnya.

Beberapa cara yang dapat dilakukan dalam memaksimalkan program ini diantaranya:

a. Memberikan akses/pilihan makanan dan minuman yang sehat untuk dikonsumsi Orang
tua harus memberikan akses dan pilihan makanan dan minuman yang sehat, contoh mengurangi
manis gula dan perbanyak buah dan sayur. hindari/kurangi menyediakan makanan dan minuman
yang tidak sehat untuk dikonsumsi anak di rumah seperti makanan cepat saji, makanan
berpengawet, pemanis buatan, soft drink, dan sebagainya.

b. Memberikan dukungan pada siswa dalam memulai gaya hidup sehat. Dukungan dalam
memulai gaya hidup sehat sangat penting, karena ini menjadi motivasi tersendiri dan membuat
gaya hidup sehatnya berjalan konsisten. Hal-hal kecil dapat dilakukan dalam memberikan
dukungan, seperti; memberikan reward/pujian saat memulai gaya hidup sehat, tidak memberikan
hadiah berupa makanan yang tidak layak konsumsi, membatasi aktivitas yang tidak aktif
(sedentary activity) seperti menonton tv dan main game, tidak menggunakan aktifitasfisik sebagai
punishment dan sebagainya

c. Memberikan akses untuk mengikuti klub olahraga. Berikan akses yang baik dalam
mengikuti kegiatan/klub olahraga. Beberapa orang tua yang tidak memahami pentingnya aktivitas
olahraga terkadang malah membatasinya bahkan tidak memperbolehkan. Padahal aktivitas
olahraga mempunyai banyak manfaat, selain menyehatkan, bisa juga sebagai penyaluran hobi yang
mungkin adalah bakatnya, mengurangi stress, dan meningkatkan dunia sosial anak yang tentu akan
membahagiakan.

d. Menjadi teladan/role model dalam gaya hidup sehat Adanya teladan menjadi penting
bagi anak untuk memulai atau menjalankan gaya hidup sehat. Teladan yang paling dekat dengan
anak adalah orang tuanya, maka jika orang tua ingin anaknya melakukan gaya hidup sehat maka
harus dimulai dari orang tuanya. Berikan contoh bagaimana orang tuanya melakukan gaya hidup
sehat seperti tidak merokok, makan minum secukupnya, istirahat cukup, olah raga teratur, dan
beberapa prinsip gaya hidup sehat lain. Jika orang tua sudah menjadi teladan dalam menerapkan
gaya hidup sehat, membudayakan dalam keluarganya, maka hal ini akan sangat berpengaruh pada
gaya hidup sehat anaknya.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Obesitas merupakan suatu keadaan di mana berat badan seseorang berada di atas 120 %
dari berat badan relatif (BBR) atau berada di atas 27 dari indeks masa tubuh (IMT) dan obesitas
juga dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang melebihi dari berat badan relative seseorang,
sebagai akibat penumpukan zat gizi terutama karbohidrat, protein dan lemak. Obesitas disebabkan
oleh bebrapa hal, salah satunya adalah Mengkonsumsi makanan fast food ( makanan cepat
saji/instan), Faktor Psikologis dan Psikososial, sarapan pagi, aktivitas fisik, faktor
psikologis,factor keluarga dan lingkungan.kemudian dapat disimpulkan juga bahwa dampak dari
obesitas tidak hanya mempengaruhi fisik namun juga dapat mempengaruhi kondisi mental.

3.2 Saran

Dalam pembuatan makalah ini kami sangat memerlukan saran dari pembaca agar
pembuatan makalah ini dapat menjadi lebih baik dan bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.
DAFTAR PUSTAKA

Atikah P. (2010). Obesitas Dan Gangguan Perilaku Makan Pada Remaja, Yogyakarta: Numed.

Ade Benih Nirwana. (2012).Obesitas Anak Dan Pencegahannya . Yogyakarta: Numed.

Lilis Heryati, Budi Setiawan. (2014).Kegemukan, Anemia, Dan Prestasi Belajar Siswa Sekolah
Dasar Di Kota Bogor J. Gizi Pangan, November, 9(3).

Medikora Vol. VII, No. 1, April 2011: 87 – 96 Kaitan antara Obesitas dan Aktivitas Fisik
(Fathan Nurcahyo)

Jurnal Gizi Klinik Indonesia, Vol. 11, No. 4, April 2015 Weni Kurdanti, dkk: Faktor-faktor yang
mempengaruhi kejadian obesitas pada remaja

Anda mungkin juga menyukai