Anda di halaman 1dari 21

DAFTAR ISI

Table of Contents
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................2
1.3 Tujuan..........................................................................................................................3
BAB II ISI.................................................................................................................................4
2.1 Pengertian Obesitas dan Overweight...........................................................................4
2.1.1 Tipe-Tipe Obesitas...............................................................................................5
2.2 Pengertian Obesitas dan Overweight...........................................................................6
2.3 Etiologi Obesitas dan Overweight.............................................................................10
2.4 Resiko dan komplikasi akibat Obesitas dan Overweight..........................................13
2.5 Cara mengatasi Obesitas............................................................................................16
BAB III PENUTUP..................................................................................................................18
3.1 Kesimpulan................................................................................................................18
3.2 Saran..........................................................................................................................18

DAFTAR TABEL

Tabel 1Definisi kategori indeks massa tubuh (IMT)..................................................................6


Tabel 2 Definisi kategori Lingkar Pinggang..............................................................................7

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat, taufik
dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Masalah Gizi
Lebih (Obesitas dan Overweight). Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Gizi Masyarakat. Makalah ini bertujuan untuk
menambah wawasan bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya. Sebagai salah satu
bentu informasi yang representatif dari hasil pencarian.
Saya menyadari dalam makalah ini pasti banyak kekurangan dan kelemahan juga
kesalahan penulisan dan penyajian, baik isi metode maupun penulisannya.Oleh karena itu
saya sangat menghargai kritik dan saran Dosen maupun rekan-rekan semua, ataupun para
pembaca lainnya yang dapat menjadi bahan perbaikan di masa yang akan datang. Akhirnya
saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Undang undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan menyatakan


bahwa Pembangunan di bidang gizi diarahkan untuk meningkatkan mutu gizi
perseorangan dan masyarakat, antara lain melalui perbaikan pola konsumsi
makanan, perbaikan perilaku sadar gizi, dan peningkatan akses dan mutu
pelayanan gizi dan kesehatan sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi.
Berdasarkan Rencana Aksi Nasional Pembinaan Gizi Masyarakat sasaran jangka
panjang yang ingin dicapai adalah masalah gizi tidak menjadi masalah kesehatan,
berdasarkan ukuran ukuran universal yang telah disepakati.
Berdasarkan data Riskesdas 2010 dibandingkan data 2007 terjadi
peningkatan prevalensi obesitas pada tiap tahap kehidupan. Kejadian peningkatan
Gizi lebih ini akan memberikan beban pembangunan bidang kesehatan yang
semakin berat dengan masih adanya masalah gizi kurang. Makin meningkatnya
masalah kesehatan yang bersumber dari masalah gizi lebih perlu diantisipasi
dengan melakukan perubahan kebijakan yang mendasar dalam upaya pelayanan
kesehatan. Dengan terbatasnya sumberdaya yang ada dan semakin terbatasnya
kemampuan pemerintah menyediakan anggaran disaat beban pembangunan
kesehatan meningkat maka kebijakan berimbang dan simultan dengan
meningkatkan partisipasi masyarakat secara luas merupakan hal yang krusial dan
pendekatan yang sensible untuk kebijakan pencegahan dan penanggulangan
kegemukan dan obesitas.
Kegemukan dan obesitas terjadi akibat asupan energi lebih tinggi daripada
energi yang dikeluarkan. Asupan energi tinggi disebabkan oleh konsumsi
makanan sumber energi dan lemak tinggi, sedangkan pengeluaran energi yang
rendah disebabkan karena kurangnya aktivitas fisik dan sedentary life style.
Masalah kegemukan dan obesitas di Indonesia terjadi pada semua
kelompok umur dan pada semua strata sosial ekonomi. Pada anak sekolah,
kejadian kegemukan dan obesitas merupakan masalah yang serius karena akan
berlanjut hingga usia dewasa. Kegemukan dan obesitas pada anak berisiko

1
berlanjut ke masa dewasa, dan merupakan faktor risiko terjadinya berbagai
penyakit metabolik dan degeneratif seperti penyakit kardiovaskuler, diabetes
mellitus, kanker dan osteoartritis. Pada anak, kegemukan dan obesitas juga dapat
mengakibatkan berbagai masalah kesehatan yang sangat merugikan kualitas
hidup anak seperti gangguan pertumbuhan tungkai kaki, gangguan tidur, sleep
apnea (henti napas sesaat) dan gangguan pernafasan lain.
Hasil RISKESDAS tahun 2010 menunjukkan prevalensi kegemukan dan
obesitas pada anak sekolah (6-12 tahun) sebesar 9,2%. Sebelas propinsi, seperti
D.I. Aceh (11,6%), Sumatera Utara (10,5%), Sumatera Selatan (11,4%), Riau
(10,9%), Lampung (11,6%), Kepulauan Riau (9,7%), DKI Jakarta (12,8%), Jawa
Tengah (10,9%), Jawa Timur (12,4%), Sulawesi Tenggara (14,7%), Papua Barat
(14,4%) berada di atas prevalensi nasional.
Pola makan yang merupakan pencetus terjadinya kegemukan dan obesitas
adalah mengkonsumsi makanan porsi besar (melebihi dari kebutuhan), makanan
tinggi energi, tinggi lemak, tinggi karbohidrat sederhana dan rendah serat.
Sedangkan perilaku makan yang salah adalah tindakan memilih makanan berupa
junk food, makanan dalam kemasan dan minuman ringan (soft drink).
Selain pola makan dan perilaku makan, kurangnya aktivitas fisik juga
merupakan faktor penyebab terjadinya kegemukan dan obesitas. Selain itu,
kemajuan teknologi berupa alat elektronik seperti video games, playstation,
televisi dan komputer menyebabkan anak malas untuk melakukan aktivitas fisik.
Penerapan pola makan seimbang dan peningkatan aktivitas fisik pada
anak sekolah bukanlah hal yang mudah. Diperlukan dukungan dari orang tua,
guru, tenaga kesehatan, dan pihak lainnya. Berkaitan dengan hal itu maka upaya
penanggulangan ini harus menjadi komitmen nasional yang harus dilakukan
secara sistimatis dan terpadu serta berkelanjutan.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian obesitas dan overwight ?


2. Bagaimana cara menentukan obesitas dan overwight ?
3. Bagaimana etiologi obesitas dan overwight ?
4. Apa resiko dan komplikasi pada obesitas dan overwight ?
5. Bagaimana mengatasi obesitas dan overwight ?

2
1.3 Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu antaralain :

1. Mengetahui pengertian obesitas dan overwight


2. Mengetahui cara menentukan obesitas dan overwight
3. Mengetahui etiologi obesitas dan overwight
4. Mengetahui resiko dan komplikasi akibat obesitas dan overwight
5. Mengetahui cara mengatasi obesitas dan overwight

3
BAB II

ISI

2.1 Pengertian Obesitas dan Overweight

Kata obesitas berasal dari bahasa latin ob artinya akibat dari,


dan esum diartikan sebagai makan, sehingga obesitas berarti makan berlebihan.
Obesitas atau kegemukan adalah kondisi kelebihan lemak tubuh sehingga berat
badan jauh melebihi berat badan normal.
Overweight dan obesitas merupakan dua hal yang berbeda. Overweight
adalah berat badan yang melebihi berat badan normal, sedangkan obesitas adalah
kelebihan akumulasi lemak dalam tubuh. Tetapi karena lemak tubuh sulit untuk
diukur, berat badan tubuh yang berlebihan dianggap akumulasi lemak (CDC,
2010).
Obesitas adalah suatu kondisi kelebihan berat tubuh akibat tertimbunnya
lemak, untuk pria dan wanita masing- masing melebihi 20% dan 25% dari berat
tubuh dan dapat membahayakan kesehatan. Sementaraoverweight (kelebihan berat
badan, kegemukan) adalah keadaan dimana berat badan seseorang
melebihi beratbadan normal. Kelebihan tubuh lemak inilah yang berkaitan dengan
kejadian metabolic syndrome, yang merupakan risiko gangguan kesehatan pada
obesitas. Telah diketahui bahwa obesitas terkait dengan metabolic syndrome yang
merupakan awal terjadinya penyakit degenerasi seperti hipertensi, diabetes
mellitus,dislipidemia, jantung koroner, stroke, kanker, dan lain-lain.
Berdasarkan pemaparan di atas maka obesitas merupakan
ketidakseimbangan jumlah makanan yang masuk dibanding dengan pengeluaran
energi oleh tubuh sebagai akibat dari konsumsi makanan yang jauh melebihi
kebutuhannya.
Penentuan kelebihan berat badan pada orang dewasa berbeda dengan
penentuan kelebihan berat badan pada anak. Pada orang dewasa dapat ditentukan
berdasarkan hitungan Indeks Masa Tubuh (IMT) yaitu berat badan (kg) dibagi
dengan tinggi badan kuadrat (m2). Dikatakan overweight apabila hasil
perhitungan IMT antara 25-29,9 dan obesitas apabila hasil IMT antara 30-39,9.
Sedangkan pada anak, dilakukan perhitungan IMT terlebih dahulu kemudian

4
diproyeksikan ke dalam kurva z-score WHO IMT untuk usia 5-19 tahun.
Dikatakan overweight apabila hasil z-score antara +1SD dan +2SD sedangkan
obesitas apabila hasil z- score di atas +2SD (WHO, 2007).

2.1.1 Tipe-Tipe Obesitas

Tipe pada obesitas dapat dibedakan menjadi 2 klasifikasi, yaitu tipe


obesitas berdasarkan kondisi selnya dan tipe obesitas berdasarkan penyebaran
lemak di dalam tubuh. Berdasarkan kondisi selnya, kegemukan dapat digolongkan
Dalam beberapa tipe (Purwati, 2001) yaitu :
a. Tipe Hiperplastik :Kegemukan yang terjadi karena jumlah sel yang lebih
banyak dibandingkan kondisi normal, tetapi ukuran sel-
selnya sesuai dengan ukuran sel normal terjadi pada masa
anak-anak. Upaya menurunkan berat badan ke kondisi
normal pada masa anak-anak akan lebih sulit.
b. Tipe Hipertropik : Kegemukan ini terjadi karena ukuran sel yang lebih besar
dibandingkan ukuran sel normal. Kegemukan tipe ini terjadi
pada usia dewasa dan upaya untuk menurunkan berat akan
lebih mudah bila dibandingkan dengan tipe hiperplastik.
c. Tipe Hiperplastik dan Hipertropik : Kegemukan tipe ini terjadi karena jumlah
dan ukuran sel melebihi normal. Kegemukan tipe ini
dimulai pada masa anak - anak dan terus berlangsung
sampai setelah dewasa. Upaya untuk menurunkan berat
badan pada tipe ini merupakan yang paling sulit, karena
dapat berisiko terjadinya komplikasi penyakit, seperti
penyakit degeneratif.
Berdasarkan penyebaran lemak di dalam tubuh, ada tiga tipe obesitas yaitu:
a. Tipe buah apel (adroid), pada tipe ini ditandai dengan pertumbuhan lemak yang
berlebih dibagian tubuh sebelah atas yaitu sekitar dada, pundak, leher, dan muka.
Tipe ini pada umumnya dialami pria dan wanita yang sudah menopause. Lemak
yang menumpuk adalah lemak jenuh.
b Tipe buah pear (genoid), tipe ini mempunyai timbunan lemak pada bagian
bawah, yaitu sekitar perut, pinggul, paha, dan pantat. Tipe ini banyak diderita oleh
perempuan. Jenis timbunan lemaknya adalah lemak tidak jenuh.
c. Tipe ovid (bentuk kotak buah), tipe ini adalah besar di seluruh bagian
badan. Tipe ovid umumnya terdapat pada orang-orang yang gemuk secara genetik.

5
2.2 Pengertian Obesitas dan Overweight

Klasifikasi internasional untuk derajat tingkat obesitas ditentukan


berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) seperti pada tabel 2.1. Indeks Massa
Tubuh (IMT) merupakan rumus matematis yang berkaitan dengan lemak tubuh
orang dewasa, dan dinyatakan sebagai berat badan dalam kilogram dibagi dengan
kuadrat tinggi badan dalam ukuran meter (Arisman, 2007). Kategori indeks masa
tubuh dapat dilihat pada Tabel 1.

Rumus menentukan IMT : IMT = Berat Badan (Kg)


Tinggi Badan (m)
Tabel 1Definisi kategori indeks massa tubuh (IMT)

Klasifikasi IMT (kg/m2)

Berat badan kurang (underweight) <18,5


Berat badan normal (normal weight) 18,5-24,9
Berat badan lebih (overweight) yang
25,0-29,9
moderat
Berat badan lebih (overweight) 25
Preobese 25-29,9
Obesitas 30
Obese kelas I 30-34,9
Obese kelas II 35-39,9
Obese kelas III 40

Overweight atau kelebihan berat badan dan obesitas merupakan hal


berbeda yang dapat dilihat melalui jumlah IMT. Menurut standar kategori
WHO, overweight adalah jika IMT 25 hingga 29 sedangkan kategori obesitas
dengan IMT 30 hingga lebih. Sedangkan batasan overweight dan obesitas di
Indonesia menurut Riskesdas tahun 2010 untuk overweight yakni dengan IMT 25
hingga 27 sedangkan IMT diatas 27 digolongkan sebagai obesitas. Ukuran
antropometrik lainnya yang didasarkan pada lingkar tubuh juga digunakan di
bidang ini. Salah satu ukuran tersebut adalah rasio lingkar pinggang terhadap

6
lingkar panggul (waist hip ratio). WHR yang lebih merupakan indikator distribusi
lemak berbanding jumlah total lemak tubuh seperti pada Tabel 2.
Tabel 2 Definisi kategori Lingkar Pinggang

Lingkaran Pinggang

Klasifikasi Laki-laki Perempuan


Di atas action 80 cm (~ 32 inci) 94 cm (~ 37 inci)
level 1
Di atas action level 2 88 cm (~ 35 inci) 100 cm (~ 40 inci)
.

Kegemukan dapat diketahui dengan mengukur jumlah lemak seluruh


tubuh menggunakan alat impedans atau mengukur ketebalan lemak di tempat-
tempat tertentu menggunakan alat kaliper. Selain itu lemak di sekitar perut dapat
diukur dengan menggunakan meteran.
Kelebihan penimbunan lemak diatas 20% berat badan ideal, akan
menimbulkan permasalahan kesehatan hingga terjadi gangguan fungsi organ
tubuh (Misnadierly, 2007).
Berat Badan Relatif = Berat badan x 100 %
Tinggi badan 100
Keteragan :
90% - 110% : normal 120% - 130% : obesitas ringan
< 90% : kurang dari normal 130% - 140% : obesitas sedang
110% - 120% : lebih dari normal >140% : obesitas berat

Obesitas biasanya didefinisikan sebagai kelebihan berat lebih dari 120%


dari berat badan ideal (BBI) atau berat badan yang diinginkan. Ada 4 obesitas
berdasarkan tingkatan :
a. Simple obesity (kegemukan ringan), merupakan kegemukan akibat kelebihan
berat tubuh sebanyak 20% dari berat ideal dan tanpa disertai penyakit diabetes
mellitus, hipertensi, dan hiperlipidemia.
b. Mild obesity, merupakan kegemukan akibat kelebihan berat tubuh antara 20-
30% dari berat ideal yang belum disertai penyakit tertentu, tetapi sudah perlu
diwaspadai.

7
c. Moderat obesity, merupakan kegemukan akibat kelebihan berat tubuh antara
30-60% dihitung dari berat ideal. Pada tingkat ini penderita termasuk berisiko
tinggi untuk menderita penyakit yang berhubungan dengan obesitas.
d. Morbid obesity, merupakan kegemukan akibat kelebihan berat tubuh dari berat
ideal lebih dari 60% dengan risiko sangat tinggi terhadap penyakit pernapasan,
gagal jantung, dan kematian mendadak.
Sedangkan kegemukan atau obesitas berdasarkan usia yaitu kegemukan masa bayi
(infancy-onset obesity), masa anak-anak (childhood-onset obesity), dan masa
dewasa (adult-onset obesity), dan masa lansia.
a. Kegemukan pada masa bayi yang perlu dihindari. Hasil penelitian
menunjukkan dari jumlah bayi yang menderita kegemukan pada usia enam bulan
pertama ternyata lebih dari sepertiga menjadi gemuk pada usia dewasa. Faktor
penyebab obesitas pada bayi antara lain; keturunan, ibu yang obesitas,
pertambahan berat badan ibu pada waktu hamil yang berlebihan, ibu penyakit
obesitas/ pradiabetes/. Dalam suatu riset terbaru dapat terungkap bahwa obesitas
diusia dini dapat meningkatkan risiko terkena penyakit jantung dan juga diabetes
di kemudian hari, terlebih lagi pada anak perempuan. Ternyata dalam sebuah
penelitian menunjukkan bahwa bayi perempuan yang obesitas (terlalu gemuk)
cenderung memiliki lingkar pinggang yang lebih besar, kadar insulin yang tinggi
dan trigliserida (sejenis lemak yang biasa ditemukan di dalam darah), juga kadar
kolestrol baik HDL yang sangat rendah. Dr. Haslam, seorang dokter yang juga
anggota ESCO (Experts in Severe and Complex Obesity) menyebutkan bahwa
untuk menanggulangi masalah obesitas pada bayi sejak ibu mengandung harus
menjaga pola makan dengan baik.
b. Kegemukan pada masa anak-anak disebabkan perilaku makan yang salah dan
kurangnya aktifitas fisik. Kelebihan lemak itu timbul antara dua tahun sampai usia
remaja (pubertas). Kegemukan terhadap periode ini yaitu akibat dari pola makan
yang salah atau tidak sehat dan kurangnya gerakan fisik yang sanggup menopang
pembakaran lemak dalam badan, era yang telah canggih dan serba modis yg
menciptakan seluruh kegiatan jadi makin lebih gampang akan menyebabkan anak
malas lakukan gerakan fisik, dankurangnya bimbingan dan dukungan orang lanjut
usia terhadap kesehatan anak. Jika terjadi obesitas pada anak tentu saja ini

8
merupakan tanggung jawab orang tua untuk menjaga dan mengatur pola makan
anak dengan tepat, banyak sekali masalah yang akan dihadapi anak jika ia
mengalami kegemukan atau obesitas. Secara umum obesitas pada anak berisiko
lebih tinggi mengidap obesitas. Obesitas pada anak juga mempengaruhi organ lain
seperti saluran napas terganggu hingga ngorok saat tidur, tulang menopang tubuh
yang berat, dan bisa menimbulkan perasaan minder. Yang paling parah adalah
komplikasi jantung. Selain itu anak berisiko diabetes juga karena faktor genetik.
c. Kegemukan pada masa dewasa, kelompok ini sering ditemukan daripada
kegemukan yang timbul pada masa kanak-kanak. Lemak tubuh yang berlebihan
mulai menumpuk paling sering antara 20-30 tahun pada saat seseorang mulai
sibuk dalam karirnya. Karena kesibukan-kesibukan menyebabkan kurangnya
waktu untuk melaksanakan olahraga, maka bila kurang hati-hati kegemukan mulai
mengintai pada usia ini (Wirakusumah, 1994). Orang dewasa yang
memiliki kegiatan padat membuat mereka jarang dan tidak miliki waktu
untuk berolahraga, maka terjadilah penimbunan lemak, dan jikalau ini konsisten
dibiarkan sehingga penyakit seperti jantung, stroke, diabetes, kanker, dan lain
sebagainya yang berisiko lebih parahdan berujung kepada kematian mendadak.
d. Kegemukan pada masa lansia, benar adanya jika bahaya dari obesitas akan
semakin meningkat seiring bertambahnya umur seseorang. Meski begitu,
beberapa ahli mengatakan jika pengukuran BMI dianggap kurang tepat untuk
mendeteksi obesitas pada lansia. Dianjurkan jika pendiagnosaan sebaiknya
menggunakan ukuran lingkar pinggang dan panggul. Ini diakibatkan perubahan
ukuran dan bentuk tubuh yang signifikan pada lansia. Patokan yang digunakan
adalah seseorang dikatakan mengalami obesitas jika lingkar pinggangnya
melebihi 80 cm (untuk wanita) dan 90 cm (untuk pria). Ketika terjadi pada mereka
yang sudah berusia lanjut, obesitas dapat membawa banyak sekali masalah yang
dapat mengancam kualitas hidup seseorang.

2.3 Etiologi Obesitas dan Overweight

Ketidakseimbangan antara masukan kalori dan pemakaian dapat disebabkan


banyak faktor yaitu faktor yang menyebabkan obesitas secara langsung dan tidak
langsung. Faktor yang menyebabkan secara langsung yaitu antara lain :

9
a. Genetik
Yang dimaksud faktor genetik adalah faktor keturunan yang berasal dari
orang tuanya. Pengaruh faktor tersebut sebenarnya belum terlalu jelas sebagai
penyebab kegemukan. Namun demikian, ada beberapa bukti yang menunjukkan
bahwa faktor genetik merupakan faktor penguat terjadinya kegemukan (Purwati,
2001). Menurut penelitian, anak-anak dari orang tua yang mempunyai berat badan
normal ternyata mempunyai 10 % risiko kegemukan. Bila salah satu orang tuanya
menderita kegemukan , maka peluang itu meningkat menjadi 40 50 %. Dan bila
kedua orang tuanya menderita kegemukan maka peluang faktor keturunan
menjadi 7080% (Purwati, 2001).
b. Hormonal
Pada wanita yang telah mengalami menopause, fungsi hormon tiroid di
dalam tubuhnya akan menurun. Oleh karena itu kemampuan untuk menggunakan
energi akan berkurang. Terlebih lagi pada usia ini juga terjadi penurunan
metabolisme basal tubuh, sehingga mempunyai kecenderungan untuk meningkat
berat badannya (Wirakusumah, 1997).
Selain hormon tiroid hormon insulin juga dapat menyebabkan kegemukan.
Hal ini dikarenakan hormon insulin mempunyai peranan dalam menyalurkan
energi kedalam sel-sel tubuh. Orang yang mengalami peningkatan hormon insulin,
maka timbunan lemak di dalam tubuhnya pun akan meningkat. Hormon lainnya
yang berpengaruh adalah hormon leptin yang dihasilkan oleh kelenjar pituitari,
sebab hormon ini berfungsi sebagai pengatur metabolisme dan nafsu makan serta
fungsi hipotalamus yang abnormal, yang menyebabkan hiperfagia (Purwati,
2001).
c. Asupan makan
Asupan makanan adalah banyaknya makanan yang dikonsumsi seseorang.
Asupan Energi yang berlebih secara kronis akan menimbulkan kenaikan berat
badan, berat badan lebih (overweight), dan obesitas. Ada tiga hal yang
mempengaruhi asupan makan, yaitu kebiasaan makan, pengetahuan, dan
ketersediaan makanan dalam keluarga.
Kecukupan gizi menurut Recommended dietary Allowanie (RDA) tahun
1989 adalah banyaknya zat gizi yang harus terpenuhi dari makanan mencakup

10
hampir semua orang sehat. Kecukupan gizi dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin,
aktifitas, berat badan, tinggi badan, genetik, dan keadaan hamil dan menyusui.
Kecukupan gizi yang dianjurkan berbeda dengan kebutuhan gizi (Karyadi, 1996).
Terutama zat gizi makro yang menyebabkan kegemukan bila dimakan
secara berlebihan, zat gizi ini akan disimpan dalam bentuk lemak tubuh dan akan
meningkatkan berat badan secara keseluruhan. Adapun zat gizi makro yang dapat
mempengaruhi kenaikan berat badan jika dikonsumsi berlebihan antara lain:
a) Karbohidrat merupakan peranan penting dalam alam karena merupakan sumber
energi utama bagi manusia dan hewan yang harganya relatif murah. Semua
karbohidrat berasal dari tumbuh-tumbuhan. Fungsi utama karbohidrat
adalah sumber energi pemberi rasa manis dari makanan, penghemat protein,
mengatur metabolisme lemak, membantu pengeluaran feses (altemaster,
2003). Dalam diet seimbang, dianjurkan 50-60 % kebutuhan kalori berasal dari
karbohidrat, kegunaan utama energi. Kegunaan lainnya sebagai energi cadangan,
komponen struktur sel, dan sumber serat (Sayogo, 2006).
b) Protein adalah molekul makro dan merupakan bagian terbesar setelah air.
Protein terdiri atas rantai-rantai panjang asam amino yang terikat satu sama lain
dalam ikatan peptide. Protein ini mempunyai fungsi khusus yang tidak tergantikan
oleh zat lain, yaitu membangun serta memelihara sel-sel dan jaringan
tubuh. Kebutuhan protein remaja berkisar antara 44-59 gr/hari. Tergantung pada
jenis kelamin dan umur. Protein juga menyuplai sekitar 12-14% asupan energi
selama masa anak dan remaja (Suandi, 2003).
c) Lemak merupakan salah satu zat gizi makro yang berfungsi sebagai sumber
energi, lemak juga menghasilkan 9 kal/gr nya, sebagai pelumas yaitu membantu
pengeluaran sisa-sisa pencernaan dan metabolisme, memelihara suhu tubuh dan
pelindung organ-organ vital. Depkes RI menganjurkan untuk mengkonsumsi
lemak kurang dari 25% total energi per hari (Sayogo, 2006).
d. Faktor lingkungan
Gen merupakan faktor yang penting dalam berbagai kasus obesitas, tetapi
lingkungan seseorang juga memegang peranan yang cukup berarti. Lingkungan
ini termasuk perilaku atau pola gaya hidup (misalnya apa yang dimakan dan
berapa kali seseorang makan serta bagaimana aktivitasnya). Seseorang tentu saja

11
tidak dapat mengubah pola genetiknya, tetapi dia dapat mengubah pola makan dan
aktivitasnya.
e. Aktivitas fisik
Obesitas dapat terjadi bukan hanya karena makan yang berlebihan, tetapi
juga dikarenakan aktivitas fisik yang berkurang sehingga terjadi kelebihan energi,
yaitu pola gaya hidup tanpa banyak bergerak. Beberapa hal yang mempengaruhi
berkurangnya aktivitas fisik antara lain adanya berbagai fasilitas dan kemajuan
teknologi yang memberikan berbagai kemudahan yang menyebabkan aktivitas
fisik menurun. Orang-orang yang tidak aktif memerlukan lebih sedikit kalori.
Seseorang yang cenderung mengkonsumsi makanan kaya lemak dan tidak
melakukan aktivitas fisik yang seimbang, akan mengalami obesitas.
f. Faktor obat-obatan
Obat-obat tertentu (misalnya steroid dan beberapa anti-depresi) bisa
menyebabkan penambahan berat badan.

g. Faktor psikologi
Apa yang ada di dalam pikiran seseorang bisa mempengaruhi kebiasaan
makannya. Banyak orang yang memberikan reaksi terhadap emosinya dengan
makan. Salah satu bentuk gangguan emosi adalah persepsi diri yang negatif.
h. Faktor perkembangan
Penambahan ukuran atau jumlah sel-sel lemak (atau keduanya)
menyebabkan bertambahnya jumlah lemak yang disimpan dalam tubuh. Penderita
obesitas, terutama yang menjadi gemuk pada masa kanak-kanak, bisa memiliki sel
lemak sampai 5 kali lebih banyak dibandingkan dengan orang yang berat
badannya normal. Jumlah sel-sel lemak tidak dapat dikurangi, karena itu
penurunan berat badan hanya dapat dilakukan dengan cara mengurangi jumlah
lemak di dalam setiap sel.
Faktor yang menyebabkan obesitas secara tidak langsung yaitu antara lain :
a. Pengetahuan gizi
Pengetahuan gizi memegang peranan penting dalam menggunakan pangan
dengan baik sehingga dapat mencapai keadaan gizi yang cukup. Pengetahuan ibu
dipengaruhi oleh pendidikannya. Tingkat pendidikan, pengetahuan dan

12
keterampilan yang dimiliki sangat mempengaruhi pengetahuan seseorang. Dengan
berbekal pendidikan yang cukup, seseorang akan lebih banyak memperoleh
informasi dalam menentukan pola makan bagi dirinya maupun keluarganya.
Pengetahuan tidak hanya diperoleh melalui pendidikan formal, namun juga dari
informasi orang lain, media massa atau dari hasil pengalaman orang lain.
b. Pengaturan Makan
Hidangan gizi seimbang adalah makanan yang mengandung zat gizi tenaga,
zat pembangun, dan zat pengatur yang dikonsumsi seseorang dalam waktu satu
hari sesuai dengan kecukupan tubuhnya (Departemen Kesehatan RI, 1996).
Faktor makanan yang mengandung banyak lemak juga merupakan salah
satu faktor penyebab. Beberapa penyebab yang menjadikan seseorang makan
melebihi kebutuhan seperti makan berlebih, kebiasaan mengemil makanan
ringan, dan suka makan tergesa-gesa.
2.4 Resiko dan komplikasi akibat Obesitas dan Overweight

Obesitas dapat meningkatkan risiko terjadinya sejumlah penyakit. Berikut


ini risiko-risiko penyakit atau gangguan bagi seseorang yang terkena obesitas
antara lain :
a. Gangguan jantung dan pembuluh darah
Penyakit jantung koroner adalah penyakit yang terjadi akibat penyempitan
pembuluh darah koroner. Hasil penelitian menyebutkan bahwa dari 500 penderita
kegemukan, sekitar 88 % mendapat risiko terserang penyakit jantung koroner.
Meningkatnya faktor risiko penyakit jantung koroner sejalan dengan terjadinya
penambahan berat badan seseorang. Penelitian lain juga menunjukkan kegemukan
yang terjadi pada usia 20 40 tahun ternyata berpengaruh lebih besar terjadinya
penyakit jantung dibandingkan kegemukan yang terjadi pada usia yang lebih tua
(Purwati, 2010). Obesitas merupakan penyebab terjadinya penyakit jantung dan
pembuluh darah (kardiovaskuler). Pasalnya, obesitas menyebabkan peningkatan
beban kerja jantung karena dengan bertambah besar tubuh seseorang maka
jantung harus bekerja lebih keras memompakan darah ke seluruh jaringan tubuh.
Bila kemampuan kerja jantung sudah terlampaui, terjadilah yang disebut gagal
jantung. Tanda-tandanya adalah napas sesak dan timbulnya bengkak pada tungkai.

13
Pengidap obesitas juga sering mengalami tekanan darah tinggi (hipertensi)
karena pembuluh darah menyempit akibat jepitan timbunan lemak. Menurut hasil
penelitian menunjukkan bahwa pada usia 20 39 tahun orang obesitas
mempunyai risiko dua kali lebih besar terserang hipertensi dibandingkan dengan
orang yang mempunyai berat badan normal (Wirakusumah, 1994). Kombinasi
obesitas dan hipertensi ini tentu saja memperberat kerja jantung. Akibatnya,
timbul penebalan pada dinding bilik jantung disertai kekurangan oksigen.
Keadaan ini akan mempercepat timbulnya gagal jantung.
b. Gangguan fungsi paru-paru
Timbunan lemak dapat menekan saluran pernafasan. Ini bisa menyebabkan
terjadinya henti nafas saat tidur (sleep apnea). Gangguan seperti ini lama-lama
dapat menyebabkan gagal jantung juga akan berujung pada kematian.
c. Menyebabkan diabetes dan peningkatan kolesterol
Diabetes mellitus dapat disebut penyakit keturunan, tetapi kondisi tersebut
tidak selalu timbul jika seseorang tidak kelebihan berat badan. Lebih dari 90 %
penderita diabetes mellitus tipe serangan dewasa adalah penderita kegemukan.
Pada umumnya penderita diabetes mempunyai kadar lemak yang abnormal dalam
darah. Obesitas dianggap sebagai bagian dalam kelompok faktor risiko utama
yang sering terlihat untuk penyakit kardiovasklular dan diabetes mellitus.
Kelompok faktor risiko ini sering digambarkan sebgai sindrom metabolik atau
sindrom resistensi insulin. Faktor-faktor lainnya yang terdapat dalam sindrom ini
adalah kenaikan kadar glukosa, peningkatan kadar trigliserida, kadara HDL-
kolestrol yang rendah, dan hipertensi.
Obesitas dapat menyebabkan terjadinya diabetes mellitus. Ini disebabkan
timbulnya gangguan fungsi insulin pada pengidapnya. Insulin adalah salah satu
hormon yang diproduksi oleh tubuh. Fungsinya antara lain, memasukkan gula dari
dalam darah ke dalam sel-sel tubuh untuk digunakan sebagai sumber energi.
Akibat gangguan fungsi insulin, gula tidak dapat masuk ke dalam sel sehingga
tetap beredar dalam darah. Ini dapat diketahui dari kadar gula darah yang
meningkat. Gangguan fungsi insulin ternyata juga mengakibatkan gangguan
metabolisme lemak (dislipidemia). Ini dapat dilihat dari terjadinyapeningkatan
kadar kolesterol total, kolesterol LDL (kolesterol jahat), trigliserinda, namun

14
disertai penurunan kolesterol HDL (kolesterol baik). Peningkatan kadar kolesterol
jahat disertai penurunan kadar kolesterol berujung terbentuknya kerak dalam
pembuluh darah (arterosklerosis). Arterosklerosis akan memperkecil diameter
pembuluh darah sehingga menyebabkan penyakit
jantung koroner dan seranganstroke.
d. Gangguan persendian
Obesitas akan menyebabkan peningkatan beban pada persendian penyangga
berat. Misalnya persendian lutut sehingga lama-lama dapat menimbulkan
peradangan persendian (osteoartritis). Gejala-gejalanya antara lain, nyeri pada
sendi diikuti dengan pembengkakan. Sendi juga menjadi kaku tak bisa
digerakkan. Yang terparah, penderita tidak sanggup berjalan lagi. Osteoartritis
lebih sering ditemukan diantara kaum perempuan daripada laki-laki.
e. Gangguan sistem hormon
Obesitas juga mempengaruhi sistem hormonal dalam tubuh. Pada anak
gadis, obesitas menyebabkan haid pertama (menarkhe) datang lebih awal. Pada
wanita dewasa, obesitas dapat menyebabkan gangguan keseimbangan hormonal
(hiperandrogenisme, hirsutisme) dan gangguan siklus
menstruasi. Hiperandrogenisme berarti jumlah hormon androgen (lelaki)
meningkat. Akibatnya terjadihirsutisme (tanda maskulinasi). Misalnya jerawatan,
distribusi bulu-bulu di wajah dan badan, bahkan mungkin perubahan suara
menjadi berat seperti suara lelaki.
f. Meningkatkan risiko penyakit ganas
Hasil penelitian menunjukkan, pada wanita yang sudah mengalami
menopause, obesitas meningkatkan risiko timbulnya kanker rahim (endometrium)
dan kanker payudara. Sedangkan pada pria, kegemukan dapat meningkatkan
risiko terserang kanker prostat dan kanker usus besar (kolorektal). Sebuah
kelompok kerja dari IARC dan WHO menyimpulkan adanya cukup bukti yang
menunjukkan bahwa tindakan menghindari kenaikan berat badan mempunyai efek
preventif terhadap kanker.
2.5 Cara mengatasi Obesitas

Overweight dan Obesitas merupakan suatu kondisi dengan penyebab multi


faktor, oleh karena itu penanganan yang tepat hendaknya mempertimbangkan

15
pendekatan secara multi disiplin. Pencegahan Overweight dan Obesitas terdiri dari
tiga tahapan yaitu Pencegahan primer, sekunder dan tertier. Pencegahan Primer
adalah dengan pendekatan komunitas untuk mempromosikan cara hidup sehat.
Usaha pencegahan dimulai dari lingkungan keluarga, sekolah, tempat kerja dan
pusat kesehatan masyarakat. Pencegahan sekunder bertujuan untuk menurunkan
prevalensi Obesitas sedangkan pencegahan tertier bertujuan untuk mengurangi
Obesitas dan komplikasi penyakit yang ditimbulkannya.
Pada dasarnya prinsip dari pencegahan dan penatalaksanaan Overweight
dan Obesitas adalah mengurangi asupan energi serta meningkatkan keluaran
energi, dengan cara pengaturan pola makan, peningkatan aktivitas fisik,
modifikasi gaya hidup serta dukungan secara mental dan sosial.
1. Pengaturan nutrisi dan pola makan
Tujuan utama pengaturan nutrisi pada individu dengan overweight dan
obesitas tidak hanya sekedar menurunkan berat badan, namun juga
mempertahankan berat badan agar tetap stabil dan mencegah peningkatan kembali
berat badan yang telah didapat. Konsumsilah sedikit lemak (30 % dari jumlah
keseluruhan kalori yang dikonsumsi). Kurangi konsumsi makanan tinggi
karbohidrat dan lemak, perbanyak konsumsi serat. Upayakan tetap memilih
makanan dan minuman secara berhati-hati agar tetap dapat mengontrol kalori,
lemak, gula dan garam yang dikonsumsi. Konsumsi makanan yang dilakukan
harus tetap dapat memenuhi kecukupan gizi. Ini berarti vitamin dan mineral harus
terdapat dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan.
2. Perbanyak aktivitas fisik
Olahraga dan aktivitas fisik memberi manfaat yang sangat besar dalam
penatalaksanaan overweight dan obesitas. Olahraga akan memberikan serangkaian
perubahan baik fisik maupun psikologis yang sangat bermanfaat dalam
mengendalikan berat badan. Contoh yang paling jelas adalah sebagai berikut, jika
kita melakukan aktivitas lari selama 1 jam penuh kegiatan ini akan membakar 600
kalori setara dengan kalori yang dihasilkan jika kita mengkonsumsi satu buah
hamburger fast food. Olahraga yang dilakukan secara konsisten dan teratur tidak
hanya dapat membakar kalori, namun juga mengurangi lemak, meningkatkan
massa otot tubuh, dan memberi manfaat yang cukup baik secara psikologis.

16
3. Modifikasi pola hidup dan perilaku
Perubahan pola hidup dan perilaku diperlukan untuk mengatur atau
memodifikasi pola makan dan aktifitas fisik pada individu dengan overweight dan
obese. Dengan demikian diharapkan upaya ini dapat mengatasi hambatan-
hambatan terhadap kepatuhan individu pada pola makan sehat dan olahraga.
Strategi yang dapat dilakukan adalah pengawasan sendiri terhadap berat badan,
asupan makanan dan aktivitas fisik; mengontrol keinginan untuk makan (motivasi
keluarga dan lingkungan seringkali diperlukan dalam hal ini); mengubah perilaku
makan dengan mengontrol porsi dan jenis makanan yang dikonsumsi; dan
dukungan sosial dari keluarga dan lingkungan.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

a. Obesitas terjadi karena ketidakseimbangan jumlah makanan yang masuk


dibanding dengan pengeluaran energi oleh tubuh sebagai akibat dari
konsumsi makanan yang jauh melebihi kebutuhannya.
b. Gejala obesitas antara lain mendengkur, sleep apnea, sesak napas, nyeri pada
sendi lutut, nyeri pada punggung bagian bawah, ruam, berkeringat berlebihan,
mudah depresi, dan sering ngantuk.
c. Klasifikasi untuk derajat tingkat obesitas ditentukan berdasarkan IMT.

17
d. Obesitas terkait dengan metabolic syndrome yang merupakan awal terjadinya
penyakit degenerasi seperti hipertensi, diabetes mellitus, jantung koroner,
stroke, kanker, dan lain-lain.
e. Faktor-faktor yang menyebabkan obesitas ada dua yaitu secara langsungseperti
faktor lingkungan, faktor genetik, hormonal, asupan makan, psikologi dan
faktor secara tidak langsung seperti faktor pengetahuan gizi serta pengaturan
makan.
f. Bentuk pencegahan yang dapat dilakukan adalah pengaturan nutrisi dan pola
makan, perbanyak aktivitas, dan modifikasi pola hidup dan perilaku.
3.2 Saran

Bagi penderita obesitas disarankan untuk bisa memilih makanan yang baik
dan sehat serta sesuai dengan kecukupan tubuhnya. Pengurangan kalori dan
meningkatkan aktifitas fisik seperti memiliki jadwal olahraga rutin sehingga dapat
meminimalkan risiko obesitas yang merupakan cara alami yang murah meskipun
tidak mudah untuk mempertahankan dalam jangka waktu lama

DAFTAR PUSTAKA

Sunita Almatsier. Prinsip Dasar Ilmu Gizi PT. Gramedia Pustaka Utama, jakarta.
2010
Misnadiarly. 2007. Obesitas Sebagai Faktor Resiko Beberapa Penyakit. Jakarta :
Pustaka Obor Populer.
Ruri Diah Pamela. 2011. Overweight dan Obesitas Sebagai Suatu Resiko Penyakit
Degenerative. Suyotohospital (diakses Tanggal 19 Oktober 2015)

18
19

Anda mungkin juga menyukai