Tenaga bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan utama sebagai ujung tombak pembangunan kesehatan dalam upaya percepatan penurunan AKI dan AKB. Untuk itu dibutuhkan tenaga bidan yang terampil melakukan prosedural klinis dengan kemampuan analisis, kritis, dan tepat dalam penatalaksanaan asuhan pada perempuan. Keterlibatan bidan dalam asuhan normal dan fisiologis sangat menentukan demi penyelamatan jiwa ibu dan bayi oleh karena wewenang dan tanggung jawab profesionalnya sangat berbeda dengan tenaga kesehatan lain (Kepmenkes RI, 2010). Asuhan kebidanan kepada seorang perempuan selama fase kritis (hamil, bersalin, dan nifas) sangat menentukan kualitas kesehatan perempuan (ICM, 2005). Kondisi seorang perempuan selama menjalani kehamilan, persalinan dan masa nifas seharusnya terpantau oleh tenaga kesehatan khususnya bidan. Seiring semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, berdampak pada meningkatnya kebutuhan masyarakat akan mutu pelayanan kesehatan khususnya pelayanan kebidanan dengan indikator keberhasilan menurunnya AKI/AKB secara bermakna. Mutu pelayanan kebidanan identik dengan bidan yang kompeten. Menurut Briggs dan Wagner (1992), ada hubungan antara kinerja bidan dengan hasil belajar ketika mengikuti proses pembelajaran. Hasil penelitian Helmawaty (2008). Tenaga bidan yang bermutu, memiliki kemampuan komprehensif dan profesional yang hanya dapat dihasilkan melalui institusi penyelenggara pendidikan bidan yang berkualitas. Kualitas pendidikan bidan ditentukan oleh tersedianya SDM (dosen), kualitas sarana prasarana, kurikulum pembelajaran kelas, laboratorium dan praktik klinik serta keadaan lahan praktik (Depkes RI,2004). Standar pendidikan bidan dari International Confederation of Midwifery (ICM), menyatakan bahwa filosofi pendidikan bidan harus konsisten dengan filosofi asuhan kebidanan (ICM, 2011). Filosofi asuhan kebidanan adalah meyakini bahwa proses reproduksi perempuan merupakan proses alamiah dan normal yang dialami oleh setiap perempuan (ICM, 2011). Bidan dalam memberikan asuhan harus bermitra dengan perempuan, memberi kewenangan pada perempuan, asuhan secara individual/perorangan, asuhan secara terus menerus dan berkelanjutan, praktik secara otonom, dan mempraktikkan asuhan yang berbasis bukti (evidence based care) (ICM, 2005). Berdasarkan filosofi tersebut, maka untuk menjamin proses alamiah reproduksi perempuan, bidan mempunyai peran yang sangat penting dengan memberikan asuhan kebidanan yang berfokus pada perempuan (woman centered care) secara berkelanjutan (Continuity of Care). Bidan memberikan asuhan komprehensif, mandiri dan bertanggung jawab terhadap asuhan yang berkesinambungan sepanjang siklus kehidupan perempuan (ICM, 2005). Bidan sebagai mitra perempuan merupakan tenaga profesional yang memberikan asuhan sesuai dengan filosofi sebagai dasar dalam model praktik kebidanan. Saat ini asuhan kebidanan yang berkelanjutan sudah diupayakan melalui pemberian Buku KIA sebagai alat bantu pemantauan kesehatan ibu dan bayinya, sekalipun ibu pindah pelayanan. Namun demikian, keberadaan Buku KIA yang diberikan kepada seorang ibu hamil pada kenyataannya belum menjamin terdeteksinya kejadian komplikasi baik dalam kehamilan, persalinan, maupun masa nifas seorang perempuan sehingga berujung pada keterlambatan penanganan. Hal ini masih merupakan permasalahan yang sering dijumpai dalam kasus kejadian kematian ibu maupun bayi dengan istilah tiga terlambat (3T), yaitu: 1) terlambat mengenali masalah (di tingkat pasien), 2) terlambat mengambil keputusan yang tepat (di tingkat pasien), dan 3) terlambat memperoleh penanganan yang tepat dan cepat (Depkes RI, 2006). Kondisi tersebut menggambarkan bahwa sistem pelayanan kesehatan ibu dan anak belum berjalan dengan baik, dimana sistem rujukan kasus risiko tinggi yang tidak tepat waktu berujung pada kematian ibu maupun bayi masih terjadi. Peran bidan sebagai ujung tombak pelayanan terhadap perempuan, diharapkan dapat berkontribusi dalam penurunan AKI dan AKB melalui penerapan model asuhan kebidanan yang diilhami oleh filosofi bidan. Asuhan kebidanan terhadap perempuan oleh bidan dilakukan secara terus menerus dan berkelanjutan serta bermitra dengan perempuan. Untuk maksud tersebut, maka pemahaman terhadap filosofi asuhan kebidanan seharusnya sudah ditanamkan sejak masa pendidikan melalui pembelajaran klinik 1.2 Tujuan Umum Mengembangkan model pembelajaran klinik kebidanan yang diilhami oleh filosofi asuhan kebidanan pada Program Pendidikan D III Kebidanan. 1.3 Tujuan Khusus 1. Menggali pemahaman filosofi asuhan kebidanan pada pembelajaran klinik kebidanan Program Pendidikan D III Kebidanan yang masih menggunakan model target kasus. 2. Mengembangkan model pembelajaran klinik kebidanan dengan CoC pada Program Pendidikan D III Kebidanan. 3. Mengetahui indikator pemahaman terhadap filosofi asuhan kebidanan berdasarkan penerapan model pembelajaran klinik Continuity of Care. TINJAUAN PUSTAKA
Dalam menjalankan perannya bidan memiliki keyakinan yang dijadikan panduan
dalam memberikan asuhan. Keyakinan tersebut meliputi: 1. Keyakinan tentang kehamilan dan Persalinan. Hamil dan bersalin merupakan suatu proses alamiah dan bukan penyakit. 2. Keyakinan tentang perempuan. Setiap perempuan adalah pribadi yang unik mempunyai hak, kebutuhan, keinginan masing-masing. Oleh sebab itu perempuan harus berpartisipasi aktif dalam setiap asuhan yang diterimanya. 3. Keyakinan fungsi Profesi dan manfaatnya. Fungsi utama profesi bidan adalah mengupayakan kesejahteraan ibu dan bayinya, proses fisiologis harus dihargai, didukung dan dipertahankan. Bila timbul penyulit, dapat menggunakan teknologi tepat guna dan rujukan yang efektif, untuk memastikan kesejahteraan perempuan dan janin/bayinya. 4. Keyakinan tentang pemberdayaan perempuan dan membuat keputusan. Perempuan harus diberdayakan untuk mengambil keputusan tentang kesehatan diri dan keluarganya melalui komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) dan konseling. Pengambilan keputusan merupakan tanggung jawab bersama antara perempuan, keluarga dan pemberi asuhan. 5. Keyakinan tentang tujuan Asuhan. Tujuan utama asuhan kebidanan untuk menyelamatkan ibu dan bayi (mengurangi kesakitan dan kematian). Asuhan kebidanan berfokus pada : pencegahan, promosi kesehatan yang bersifat holistik, diberikan dengan cara yang kreatif dan fleksibel, suportif, peduli; bimbingan, monitor dan pendidikan berpusat pada perempuan; asuhan berkesinambungan, sesuai keinginan dan tidak otoriter serta menghormati pilihan perempuan. 6. Keyakinan tentang kolaborasi dan kemitraan. Praktik kebidanan dilakukan dengan menempatkan perempuan sebagai partner dengan pemahaman holistik terhadap perempuan, sebagai salah satu kesatuan fisik, psikis, emosional,sosial, budaya, spiritual serta pengalaman reproduksinya. Bidan memiliki otonomi penuh dalam praktiknya yang berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya. 7. Sebagai Profesi bidan mempunyai pandangan hidup Pancasila, seorang bidan menganut filosofi yang mempunyai keyakinan didalam dirinya bahwa semua manusia adalah mahluk bio-psiko-sosio-kultural dan spiritual yang unik merupakan satu kesatuan jasmani dan rohani yang utuh dan tidak ada individu yang sama. 8. Bidan berkeyakinan bahwa setiap individu berhak memperoleh pelayanan kesehatan yang aman dan memuaskan sesuai dengan kebutuhan dan perbedaan kebudayaan. Setiap individu berhak menentukan nasib sendiri dan mendapatkan informasi yang cukup dan untuk berperan disegala aspek pemeliharaan kesehatan. 9. Setiap individu berhak untuk dilahirkan secara sehat, untuk itu maka setiap wanita usia subur, ibu hamil, melahirkan dan bayinya berhak mendapatkan pelayanan yang berkualitas. 10. Pengalaman melahirkan anak merupakan tugas perkembangan keluarga, yang membutuhkan persiapan sampai anak menginjak masa-masa remaja. 11. Keluarga-keluarga yang berada di suatu wilayah/daerah membentuk masyarakat kumpulan dan masyarakat Indonesia terhimpun didalam satu kesatuan bangsa Indonesia. Manusia terbentuk karena adanya interaksi antara manusia dan budaya dalam lingkungan yang bersifat dinamis mempunyai tujuan dan nilai-nilai yang terorganisir. LEMBAR PENGAMATAN / OBSERVASI PENERAPAN FILOSOFI KEBIDANAN NO.Responden : Nama Mahasiswa : Elly I, Nanik h, Neny SY, Suparmi. Tingkat/semester :I Tempat pengambilan kasus : Puskesmas Cerme No Pernyataan Hasil Selalu Kadang2 Tidak 1 Bidan memberikan pelayanan kebidanan √ sesuai kebutuhan klien 2 Dalam memberikan pelayanan kebidanan, √ bidan menghargai budaya yang dimiliki klien 3 Bidan menyakini bahwa kehamilan dan √ persalinan adalah proses fisiologis 4 Bidan melakukan intervensi medik dalam √ persalinan bila di perlukan 5 Bidan memberikan pelayanan yang √ berkualitas kepada ibu, bayi, balita 6 Bidan memberikan asuhan kepada remaja √ dan persiapan pranikah 7 Bidan melaksanakan upaya preventif dan √ promotif terhadap masalah kesehatan ibu dan anak 8 Bidan melaksanakan asuhan yang √ komprehensif terhadap perempuan 9 Bidan memberikan asuhan yang √ berkelanjutan terhadap klien 10 Bidan melaksanakan pemberdayaan √ terhadap ibu dan keluarga dalam setiap pemberian asuhan 11 Dalam melaksanakan pelayanan, bidan √ melaksanakan kemitraan dengan masyarakat dan instansi terkait 12 Bidan melakukan kerjasama dengan tenaga √ kesehatan lainnya 13 Bidan senantiasa mengembangkan profesi √
Pengajar/instruktur praktikum Mahasiswa
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL KESIMPULAN
1. Bahwa bidan selalu memberikan pelayanan kebidanan sesuai
kebutuhan klien, di karenakan klien berharap masalah kesehatan yang di alami dapat terselesaikan. 2. Bahwa dalam memberikan pelayanan kebidanan, bidan hanya kadang- kadang saja menghargai budaya yang dimiliki klien. di karenakan budaya klien itu dapat membahayakan kesehatan klien, misalnya ibu yang sesudah melahirkan ada pantangan untuk makanan dan minum, tidak boleh tidur siang. 3. Bahwa bidan selalu menyakini kehamilan dan persalinan adalah proses fisiologis,untuk itu dalam memberikan pelayanan bidan tidak boleh melakukan intervensi sebelum ada indikasi patologis. 4. Bahwa bidan selalu melakukan intervensi medik dalam persalinan bila di perlukan, karena bidan mempunyai kewenangan melakukan intervensi sesuai dengan diagnosa yang ditemukan. 5. Bahwa bidan memberikan pelayanan yang berkualitas kepada ibu, bayi, balita hanya di lakukan kadang-kadang saja, dikarenakan dengan beban kerja yang tinggi, SDM terbatas dan sarana prasarana yang tidak memenuhi standart. 6. Bahwa Bidan hanya kadang-kadang saja memberikan asuhan kepada remaja dan persiapan pranikah, dikarenakan beban kerja yang tinggi,waktu terbatas,SDM terbatas. 7. Bahwa bidan selalu melaksanakan upaya preventif dan promotif terhadap masalah kesehatan ibu dan anak, sebagai upaya bagi tenaga kesehatan guna menurunkan AKI dan AKB. 8. Bahwa Bidan hanya kadang-kadang melaksanakan asuhan yang komprehensif terhadap perempuan, dikarenakan beban kerja yang tinggi, waktu terbatas, SDM terbatas . 9. Bahwa Bidan hanya kadang-kadang memberikan asuhan yang berkelanjutan terhadap klien, dikarenakan beban kerja yang tinggi, waktu terbatas, SDM terbatas. 10. Bahwa bidan hanya kadang-kadang melaksanakan pemberdayaan terhadap ibu dan keluarga dalam setiap pemberian asuhan. 11. Bahwa bidan selalu dalam melaksanakan pelayanan, bidan melaksanakan kemitraan dengan masyarakat dan instansi terkait, dikarenakan bidan menyadari bahwa pelayanan tidak dapat dilaksanakan apabila tidak adanya dukungan dan kerja sama dengan masyarakat dan instansi terkait. 12. Bahwa bidan selalu melakukan kerjasama dengan tenaga kesehatan lainnya, dikarenakan bidan dengan beban kerja yang tinggi yang selalu di tuntut untuk melakukan pelayanan yang komprehensif dan profesional , sehingga diperlukan pendamping . 13. Bahwa bidan hanya kadang-kadang senantiasa mengembangkan profesi, dikarenakan jadwal kegiatan kedinasan yang tinggi, kesempatan atau peluang yag sedikit . KESIMPULAN
1. Bidan seharusnya bisa memberikan pelayanan yang memuaskan sesuai
masalah yang di hadapi oleh klien 2. Bidan harus menghormati hak individu sesuai kebudayaan klien, asalkan tidak membahayakan kesehatan individu tersebut. 3. Bidan meyakini bahwa proses menstruasi, kehamilan, persalinan dan menapause adalah proses fisiologis yang dialami oleh setiap perempuan. 4. Bidan meyakini bahwa pelayanan yang berkualitas dan komprehensif dapat diberikan apabila SDM mencukupi, sarana dan prasarana tersedia sesuai standart. 5. Bahwa pelayanan yang berkualitas dan komprehensif diawali/ dimulai dari masa remaja/pranikah, WUS, masa kehamilan, persalinan, bayi dst, maka di perlukan dukungan keluarga, lingkungan guna mewujudkan hal tersebut di atas. 6. Bahwa upaya menurunkan AKI dan AKB, bidan harus melakukan upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif melalui intervensi komprehensif. 7. Upaya upaya yang dilakukan tidak akan bisa terwujud apabila tidak adanya dukungan dan kerjasama baik dari instansi terkait maupun masyarakat. 8. Diperlukan pengembangan ilmu pengetahuan dan ketrampilan agar bidan dapat memberikan upaya pelayanan sesuai ilmu terkini. Guna memenuhi hal tersebut diperlukan kesempatan, peluang buat meningkatakan jenjang keilmuan yang lebih tinggi.