Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tantangan yang dihadapi Indonesia terkait pembagunan kesehatan, khususnya bidang
hygiene sanitasi masih sangat besar. Dalam rangka percepatan universal akses capaian air
dan sanitasi 100% Tahun 2019 diperlukan upaya terobosan melalui peningkatan kerjasama
peran pusat dan daerah dengan lintas sektor dan program dan masyarakat serta peran
swasta khususnya untuk menciptakan seluruh desa/kelurahan telah melaksanakan STBM
serta yang paling terpenting adalah peningkatan akses sanitasi dan peningkatan kualitas
akses sanitasi dalam menciptakan sarana sanitasi yang saniter.
Program pembangunan kesehatan di Indonesia dewasa ini masih di prioritaskan pada
upaya peningkatan derajat kesehatan lingkungan. kondisi atau keadaan lingkungan
merupakan faktor penentu utama derajat kesehatan masyarakat dalam suatu wilayah,
melalui upaya pengawasan dampak kualitas lingkungan yang merupakan proses
pengamatan, pencatatan pengukuran, pendokumentasian secara verbal dan visual menurut
prosedur standar tertentu terhadap satu atau beberapa komponen lingkungan dengan
menggunakan satu atau beberapa parameter sebagai tolok ukur yang dilakukan secara
terencana, terjadwal dan terkendali dalam satu siklus waktu tertentu, yang menekankan
pada sumber, ambient (lingkungan), pemaparan, dan dampak pada manusia.
Kesehatan lingkungan sebagai salah satu upaya kesehatan ditujukan untuk mewujudkan
kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia, biologi, maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya,
sebagaimana tercantum dalam Pasal 162 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan. Ketentuan mengenai penyelenggaraan kesehatan lingkungan selanjutnya diatur
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2014 tentang Kesehatan Lingkungan, yang
pengaturannya ditujukan dalam rangka terwujudnya kualitas lingkungan yang sehat
tersebut melalui upaya pencegahan penyakit dan/atau gangguan kesehatan dari faktor
risiko kesehatan lingkungan di permukiman, tempat kerja, tempat rekreasi serta tempat dan
fasilitas umum. Sampai saat ini penyakit yang terkait kualitas lingkungan masih
merupakan masalah kesehatan masyarakat.
Peraturan Pemerintah nomor 66 tahun 2015 tentang Kesehatan Lingkungan menjelaskan
pengertian kesehatan lingkungan yang adalah upaya pencegahan penyakit dan/atau
gangguan kesehatan dari faktor risiko lingkungan untuk mewujudkan kualitas lingkungan
yang sehat baik dari aspek fisik, kimia, biologi, maupun sosial.

Kondisi atau keadaan lingkungan merupakan faktor penentu utama derajat kesehatan
masyarakat dalam suatu wilayah, melalui upaya pengawasan dampak kualitas lingkungan
yang merupakan proses pengamatan, pencatatan, pengukuran, pendokumentasian secara

1
verbal dan visual menurut prosedur standar tertentu terhadap satu atau beberapa komponen
lingkungan dengan menggunakan satu atau beberapa parameter sebagai tolok ukur yang
dilakukan secara terencana, terjadwal dan terkendali dalam satu siklus waktu tertentu, yang
menekankan kegiatannya pada sumber, ambient (lingkungan), pemaparan, dan dampak
pada manusia.
Penyelesaian permasalahan kesehatan masyarakat terutama karena meningkatnya
penyakit dan/atau gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh Faktor Risiko Lingkungan,
Pemerintah telah menetapkan Puskesmas sebagai fasilitas pelayanan kesehatan terdepan
yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan
tingkat pertama dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif untuk mencapai
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Dalam
pengaturan Puskesmas ditegaskan bahwa salah satu upaya kesehatan masyarakat yang
bersifat esensial adalah berupa Pelayanan Kesehatan Lingkungan. Upaya kesehatan
masyarakat esensial tersebut harus diselenggarakan oleh setiap Puskesmas untuk
mendukung pencapaian standar pelayanan minimal kabupaten/kota bidang kesehatan.

B. Tujuan Pedoman
1. Sebagai pedoman bagi petugas dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan
lingkungan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui upaya preventif,
promotif, dan kuratif yang dilakukan secara terpadu dan berkesinambungan.
2. Menurunkan angka penyakit dan/atau gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh
Faktor Risiko Lingkungan dan meningkatnya kualitas kesehatan lingkungan.
3. Meningkatnya pengetahuan, kesadaran, kemampuan, dan perilaku masyarakat untuk
mencegah penyakit dan/atau gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor risiko
lingkungan, serta untuk mewujudkan perilaku hidup bersih dan sehat.
4. Terciptanya keterpaduan kegiatan lintas program dan lintas sektor dalam pengendalian
penyakit dan penyehatan lingkungan dengan memberdayakan masyarakat.

C. Sasaran
Sasaran dari pedoman ini adalah petugas kesehatan lingkungan dan pelaksana kegiatan
dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.

D. Ruang Lingkup
Kegiatan Pelayanan Kesehatan Lingkungan Puskesmas dilaksanakan:
1. Didalam gedung, meliputi:
a. Konseling
b. Pemeriksaan kebersihan
c. Pengoperasian dan pemeliharaan IPAL
d. Pengumpulan sampah medis
2. Diluar gedung, meliputi:
a. Inspeksi Kesehatan Lingkungan, meliputi:
1) Sarana air bersih (SAB)
2) Sumber air minum
3) Sarana sanitasi dasar
4) Tempat-tempat umum
5) Tempat pengelolaan makanan
b. Intervensi/tindakan kesehatan lingkungan
2
c. Pengambilan sampel air
d. Pemberdayaan masyarakat dengan STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat)

E. Batasan Operasional
Pelayanan kesehatan lingkungan merupakan upaya untuk meningkatkan kesehatan yang
dilakukan melalui penyehatan dan peningkatan kualitas lingkungan. Upaya-upaya
kesehatan lingkungan yang dilaksanakan di Puskesmas Cerme meliputi:
1. Upaya Pelayanan Kesehatan Lingkungan adalah upaya meningkatkan kualitas
lingkungan dan pencegahan terhadap penurunan kualitas lingkungan melalui upaya
promotif, preventif, penyelidikan, pemantauan, terhadap tempat-tempat umum,
permukiman, lingkungan kerja, angkutan umum, dan lingkungan lainnya terhadap
substansi yaitu air, udara, tanah, limbah padat, cair, gas, kebisingan/getaran.
2. Pasien/Klien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatan untuk
memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan.
3. Inspeksi Kesehatan Lingkungan adalah kegiatan pemeriksaan dan pengamatan secara
langsung terhadap media lingkungan daam rangka pengawasan berdasarkan standar,
norma, dan baku mutu yang beraku untuk meningkatkan kualitas lingkungan yang
sehat.
4. Intervensi Kesehatan Lingkungan adalah tindakan penyehatan, pengamanan, dan
pengendalian untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik dari aspek fisik,
kimia, bioogi, maupun sosial.

BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia


Sumber daya manusia dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan lingkungan meliputi
tenaga kesehatan dan tenaga non kesehatan yang memiliki kompetensi yang sesuai dengan
kegiatan.
Kemampuan teknis sumber daya manusia sebagaimana dimaksud sebelumnya diperoleh
melalui pendidikan dan/atau pelatihan yang dibuktikan dengan sertifikat kompetensi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Sumber daya manusia untuk pelayanan
kesehatan lingkungan minimal Diploma III Kesehatan Lingkungan.

B. Distribusi Ketenagaan
Jumlah
No. SDM Distribusi Keterangan
Tenaga

3
1 Medis Ikut menyelenggarakan Kegiatan pelayanan 3 Orang
pelayanan kesehatan Kesling meliputi:
lingkungan di dalam - Konseling
gedung - Inspeksi
2 Paramedis Pelaksana kegiatan Kesehatan 47
(Bidan, pelayanan kesehatan Lingkungan Orang
Perawat, lingkungan di dalam dan - Intervensi
Petugas di luar gedung Kesehatan
HS) Lingkungan
3 Analis Pelayanan laborat 3 Orang
Lab
4 Apoteker Pelayanan obat 3 Orang
5 Rekam Melakukan pencatatan Kegiatan rekam 6 Orang
Medik khusus dalam gedung medik dan pcare
BPJS
6 Sopir Melakukan tenaga 1 Orang
transportasi untuk
kegiatan di luar gedung
7 Tenaga Melakukan perawatan 5 Orang
kebersihan kebersihan baik diluar
maupun di dalam
gedung
C. Pengaturan Jadwal
Jadwal pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan lingkungan disepakati dan disusun
bersama lintas program.

No. Jenis Kegiatan Lokasi Waktu Pelaksana


1 Klinik Santasi Puskesmas Senin-Sabtu Petugas Kesehatan
Pukul: 08.00- Lingkungan
09.00 WIB
2 Inspeksi Kesehatan Desa Wilayah Senin-Sabtu - Petugas
Lingkungan Kerja Puskesmas Kesehatan
Cerme Kec. Lingkungan
- Tim UKM
Cerme
3 Instervensi Kesehatan Desa Wilayah Senin-Sabtu Petugas Kesehatan
Lingkungan Kerja Puskesmas Lingkungan
Cerme Kec.
cerme
4 Pemberdayaan Desa Wilayah Senin-Sabtu - Petugas
Masyarakat dengan Kerja Puskesmas Kesehatan
STBM Cerme Kec. Lingkungan
- Tim STBM
Cerme

4
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruang
Denah ruang untuk pelayanan kesehatan Lingkungan menyesuaikan dengan keberadaan
ruangan di Puskesmas Cerme. Pelayanan konseling kesehatan Lingkungan bergabung
dengan pelayanan Poli P2 (Kusta dan TB).

Keterangan:
: Ruang Pelayanan Kesehatan Lingkungan/Klinik Sanitasi

B. Standar Fasilitas
1. Ruang untuk konseling yang terintegrasi dengan layanan lain
2. Peralatan sampling lingkungan
3. Peralatan yang dibutuhkan dalam intevensi kesehatan lingkungan
4. Alat Pelindung Diri (APD)
5. Media komunikasi, informasi, dan edukasi.

BAB IV
TATALAKSANA KEGIATAN

A. Lingkup Kegiatan
Kegiatan Kesehatan Lingkungan mencakup:
1. Klinik Sanitasi
Klinik Sanitasi adalah konseling pasien/klien dengan petugas kesehatan lingkungan yang
bertujuan untuk mengenali dan memecahkan masalah kesehatan lingkungan yang
dihadapi.

5
Pada waktu Tenaga Kesehatan Lingkungan membantu Pasien terjadi langkah-langkah
komunikasi secara timbal balik yang saling berkaitan (komunikasi interpersonal) untuk
membantu Pasien membuat keputusan. Tugas pertama Tenaga Kesehatan Lingkungan
adalah menciptakan hubungan dengan Pasien, dengan menunjukkan perhatian dan
penerimaan melalui tingkah laku verbal dan non verbal yang akan mempengaruhi
keberhasilan pertemuan tersebut. Konseling tidak semata-mata dialog, melainkan juga
proses sadar yang memberdayakan orang agar mampu mengendalikan hidupnya dan
bertanggung jawab atas tindakan-tindakannya.
2. Inspeksi Kesehatan Lingkungan
Petugas kesehatan lingkungan melakukan inspeksi sanitasi berupa pemeriksaan dan
pengamatan secara langsung terhadap media lingkungan dalam rangka pengawasan
berdasarkan standar, norma, dan baku mutu yang berlaku untuk meningkatkan kualitas
lingkungan yang sehat.
3. Intervensi Kesehatan Lingkungan
Petugas kesehatan lingkungan melakukan intervensi berupa penyuluhan personal,
penyuluhan massa, rekomendasi kepada lintas program dan lintas sektor yang terkait
maupun advokasi terhadap pemilik/penanggungjawab.

B. Metode Pelayanan Kesehatan Lingkungan


1. Konseling dilakukan terhadap Pasien/Klien
Semua kegiatan dilakukan secara langsung kepada pasien dengan melakukan konseling
dan wawancara pada klien yang dirujuk ke klinik sanitas.
2. Inspeksi Kesehatan Lingkungan
Metode Inspeksi Kesehatan Lingkungan dilakukan dengan cara/metode sebagai berikut:
a. Pengamatan fisik media lingkungan
b. Pengukuran media lingkungan di tempat
c. Uji laboratorium; dan/atau
d. Analisis risiko kesehatan lingkungan.
3. Intervensi Kesehatan Lingkungan
Intervensi Kesehatan Lingkungan dilakukan dengan cara/metode sebagai berikut:
a. Komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE)
b. Penggerakan/pemberdayaan masyarakat, contoh:
a) Pemasangan dan/atau penayangan media promosi kesehatan lingkungan pada
permukiman, tempat kerja, tempat rekreasi, dan tempat dan fasilitas umum.
b) Pelatihan masyarakat untuk 3M (menutup, menguras, dan mengubur), pembuatan
sarana sanitasi dan sarana pengendalian vektor.
c) Pemicuan, pendampingan, dan percontohan untuk menuju Sanitasi Total pada
kegiatan Kegiatan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat/STBM.
d) Gerakan bersih desa.
c. Perbaikan dan pembangunan sarana, contoh:
a) Penyediaan sarana cuci tangan dengan material bambu
b) Pembuatan saringan air sederhana
c) Pembuatan pasangan/cincin pada bibir sumur untuk mencegah kontaminasi air
dan berkembangbiaknya vektor
d) Pemasangan genteng kaca untuk pencahayaan ruangan

6
e) Pembuatan tangki septik, pembuatan ventilasi, plesteran semen pada lantai tanah,
dan pembuatan sarana air bersih yang tertutup.
d. Pengembangan teknologi tepat guna, contoh:
a) Pembuatan saringan pasir cepat/lambat untuk mengurangi kekeruhan dan/atau
kandungan logam berat dalam air
b) Pembuatan kompos dari sampah organik
c) Pengolahan air limbah rumah tangga untuk ternak ikan.

e. Rekayasa lingkungan, contoh:


a) Menanam tanaman anti nyamuk dan anti tikus
b) Pemeliharaan ikan kepala timah atau guppy
c) Pemberian bubuk larvasida pada tempat penampungan air yang tidak tertutup
d) Membuat saluran air dari laguna ke laut agar ada peningkatan salinitas.

C. Langkah Kegiatan
1. Konseling
Pelayanan Pasien yang datang untuk berkonsultasi masalah kesehatan lingkungan (dapat
disebut Klien)
1) Pasien mendaftar di Ruang Pendaftaran.
2) Petugas pendaftaran memberikan kartu pengantar dan meminta Pasien menuju ke
Ruang Promosi Kesehatan.
3) Pasien melakukan konsultasi terkait masalah kesehatan lingkungan atau penyakit
dan/atau gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh Faktor Risiko Lingkungan.
4) Tenaga Kesehatan Lingkungan mencatat hasil Konseling dalam formulir pencatatan
status kesehatan lingkungan, dan selanjutnya memberikan lembar saran atau
rekomendasi dan formulir tindak lanjut
Konseling untuk ditindak lanjuti oleh Pasien.
a. Pasien diminta untuk mengisi dan menandatangani formulir tindak lanjut Konseling.
b. Dalam hal diperlukan berdasarkan hasil Konseling dan/atau kecenderungan
berkembang atau meluasnya penyakit atau kejadian kesakitan akibat Faktor Risiko
Lingkungan, Tenaga Kesehatan Lingkungan membuat janji dengan Pasien untuk
dilakukan Inspeksi Kesehatan Lingkungan dan selanjutnya Pasien dapat pulang.
2. Inspeksi Kesehatan Lingkungan
Langkah-langkah Inspeksi Kesehatan Lingkungan:
a. Persiapan:
1) Mempelajari hasil konseling.
2) Tenaga kesehatan lingkungan membuat janji kunjungan rumah dan
lingkungannya dengan pasien dan keluarganya.
3) Menyiapkan dan membawa berbagai peralatan dan kelengkapan lapangan yang
diperlukan (formulir inspeksi kesehatan lingkungan, formulir pencatatan status
kesehatan lingkungan, media penyuluhan, alat pengukur parameter kualitas
lingkungan).
4) Melakukan koordinasi dengan perangkat desa/kelurahan (kepala desa/lurah,
sekretaris, kepala dusun atau ketua RW/RT dan petugas kesehatan/bidan di desa).

b. Pelaksanaan:
1) Melakukan pengamatan media lingkungan dan perilaku masyarakat.

7
2) Melakukan pengukuran media lingkungan di tempat, uji laboratorium, dan
analisis risiko sesuai kebutuhan.
3) Melakukan penemuan penderita lainnya.
4) Melakukan pemetaan populasi berisiko.
5) Memberikan saran tindak lanjut kepada sasaran (keluarga pasien dan keluarga
sekitar). Saran tindak lanjut dapat berupa intervensi kesehatan lingkungan yang
bersifat segera. Saran tindak lanjut disertai dengan pertimbangan tingkat
kesulitan, efektifitas dan biaya.
3. Intervensi Lingkungan
Dalam pelaksanaannya intervensi kesehatan lingkungan dapat dilakukan secara isidentil
dan berkala, antara lain:
a. Mempelajari hasil inspeksi kesehatan lingkungan
b. Apabila permasalahan yang ditemukan menyangkut sekelompok keluaga atau
kampong, informasikan hasilnya kepada petugas kesehatan di desa/kelurahan,
perangkat desa/kelurahan, kader kesehatan lingkungan serta lintas sektor terkait d
tingkat kecamatan untuk dapat ditindak lanjuti secara bersama.
c. Melakukan forum lokakarya mini puskesmas, dengan cara menanyakan kepada
petugas puskesmas Pembina desa atau petugas kesehatan yang ada di desa
d. Rapat lintas sektor tingkat kecamatan dengan menanyakan tindak lanjut yang
dilakukan sektor teknis terkait
e. Pertemuan tingkat desa, bisa dalam forum masyarakat atau bahan perwakilan
desa/kelurahan
f. Kunjungan posyandu, pada saat pelaksanaan posyandu dapat dimanfaatkan untuk
melihat perkembangan penyelesaian masalah kesehatan lingkungan
g. Observasi lapangan dan supervisi
h. Kegiatan surveilans penyakit dan lingkungan.

BAB V
LOGISTIK

Demi tercapainya pelaksanaan kegiatan kesehatan lingkungan kebutuhan dan logistik di


rencanakan dalam pertemuan lokakarya mini dan lintas sektor sesuai dengan tahapan kegiatan
kesehatan lingkungan dan kegiatan yang akan dilaksanakan.

BAB VI
KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN

Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan kegiatan Program Kesehatan Lingkungan perlu
diperhatikan keselamatan sasaran kegiatan dengan melakukan identifikasi resiko terhadap segala

8
kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan. Risiko yang mungkin terjadi
pada kegiatan program kesehatan lingkungan, meliputi:
1. Risiko terkait dengan pelayanan pasien/klien
2. Risiko yang terkait dengan sarana dan prasarana
3. Risiko financial
4. Risiko lain, misalnya yang terkait dengan penggunaan kendaraan/alat transportasi

BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Dalam perencanaan sampai dengan pelaksanaan kegiatan Kesehatan Lingkungan perlu


diperhatikan keselamatan kerja petugas kesehatan lingkungan dan lintas sektor terkait dengan
melakukan identifikasi resiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat
pelaksanaan kegiatan.
Upaya pencegahan resiko terhadap petugas harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang akan
dilaksanakan, misalnya penggunaan alat Pelindung diri pada saat melakukan tindakan berisiko.

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pengendaian mutu dilakukan dengan cara:


a. Ketetapan pelaksanaan pelayanan sesuai dengan jadwal kegiatan
b. Kepatuhan petugas dalam melaksanakan kegiatan harus sesuai dengan kerangka acuan
kegiatan dan standart operasional prosedur (SOP)
c. Berperan aktif dalam menjaga mutu pelayanan puskesmas
d. Apabila timbul permasalahan dalam pelaksanaan kegiatan akan dibahasdalam
pertemuan/rapat internal lingkup puskesmas.

BAB IX
PENUTUP

Pedoman ini sebagai acuan bagi petugas kesehatan lingkungan dan lintas sektor terkait dalam
pelaksanaan dan pembinaan kesehatan lingkungan dengan tetap memperhatikan prinsip proses
pembelajaran dan manfaat.

9
Keberhasilan kegiatan program kesehatan lingkungan tergantung pada komitmen yang kuat dari
pihak terkait dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam mengendalikan
faktor-faktor resiko dalam kesehatan lingkungan, sehingga dapat menurunkan angka kesakitan
penyakit yang berbasis lingkungan.

10

Anda mungkin juga menyukai