Anda di halaman 1dari 13

TUGAS KELOMPOK MATA KULIAH ILMU GIZI

KONSUMSIFITAS FAST FOOD YANG BERLEBIHAN MENYEBABKAN OBESITAS

DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH:

Egy Sunanda Putra, S.Gz., M.Gz

Disusun Oleh.

Kelompok 5

Toberindah (PO71201200005)

Tiara Widyawati (PO71201200011)

Deby Paramitha (PO71201200019)

Inda Sulfia (PO71201200025)

Fadilah (PO71201200035)

Qorina Salsabila (PO71201200041)

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

JURUSAN KEPERAWATAN POLTEKKES KEMENKES JAMBI

TAHUN AJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta hidayahnya kepada kita semua, sehingga berkat karunianya kami
dapat menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas kelompok yang diberikan oleh dosen
penulis yaitu Bapak Egy Sunanda Putra, S.Gz., M.Gz . Dalam penyusunan makalah ini,
penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan memberikan wawasan yang
lebih luas bagi penulis dan juga pembacanya. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan
makalah ini terdapat kelebihan maupun kekurangannya sehingga penulis mengharap kritik
dan saran yang dapat memperbaiki untuk penulisan makalah selanjutnya.

Jambi, September 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................ 1

1.3 Tujuan .......................................................................................................................... 2

1.4 Manfaat ........................................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi Obesitas .......................................................................................................... 3

2.2 Definisi Fast Food ........................................................................................................ 3

2.3 Faktor – Faktor Resiko Obesitas ................................................................................... 4

2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumsi Fast Food ........................................... 5

2.5 Dampak Fast Food ........................................................................................................ 6

2.6 Dampak Penyakit Obesitas ........................................................................................... 7

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan .................................................................................................................. 9

3.2 Saran ............................................................................................................................ 9

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kehadiran fast food dalam industri makanan di Indonesia mempengaruhi Pola makan.
Selain dari pola makan, remaja masa kini juga jarang melakukan Aktivitas fisik seperti
berolahraga. Kesadaran yang seperti inilah yang perlu Ditumbuhkan pada remaja masa kini,
supaya mereka dapat terhindar dari Berbagai penyakit yang tidak diharapkan. Pada umumnya
menu fast food Mengandung lebih tinggi kalori, garam dan lemak termasuk kolesterol, dan
Menu tipe western umumnya hanya sedikit mengandung serat.Kebutuhan gizi remaja perlu
diperhatikan karena pada masa remaja terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang cepat.
Kebiasaan makan yang tidak sehat akan mempengaruhi asupan gizi remaja. Makanan tidak
sehat seperti makanan cepat saji banyak dikonsumsi remaja. Pada saat semua serba modern
seperti sekarang, remaja menginginkan semuanya serba cepat, termasuk dalam memilih
makanan. Makanan cepat saji juga dikenal masyarakat sebagai junk food. Junk food
diartikan sebagai makanan sampah atau makanan yang tidak memiliki nutrisi bagi tubuh.
Makan makananjunk foodtidak hanya sia-sia, tetapi juga dapat merusak kesehatan.Makanan
cepat saji berasal dari negara barat yang umumnya memiliki kandungan lemak dan kalori
yang tinggi.
Kebutuhan gizi pada remaja perlu diperhatikan. Hal ini karena kebutuhan nutrisi pada
remaja meningkat karena terjadi peningkatan pertumbuhan dan perkembangan. Selain itu,
gaya hidup dan kebiasaan makan yang berubah juga akan mempengaruhi asupan gizi remaja.
Kelompok usia remaja disibukkan dengan banyaknya aktivitas fisik.
Oleh karena itu, kebutuhan kalori, protein, dan mikronutien padausia remaja perlu
diperhatikan.Pada masalah pemilihan makanan tidak lagi didasarkan pada Kandungan gizinya
tetapi lebih banyak sekedar sosialisasi dengan teman Sebayanya, untuk kesenangan dan agar
tidak kehilangan status. Pada masa Remaja pengaruh teman sebaya lebih menonjol dari pada
peran keluarga Pra remaja lebih mudah menerima pengaruh globalisasi, Pengaruh pola makan
“kebarat-baratan“ dengan tinggi lemak, tinggi kalori dan Rendah serat menjadi makanan yang
menarik.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan obesitas?

2. Apa yang dimaksud dengan fast food?

1
3. Apa saja faktor resiko yang menyebabkan obesitas?

4. Apa saja faktor yang mempengaruhi perilaku konsumsi fast food?

5. Apa saja dampak yang disebabkan akibat mengonsumsi fast food?

6. Apa saja dampak yang disebabkan oleh penyakit obesitas?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan obesitas


2. Mengetahui apa yang dimaksud dengan fast food
3. Mengetahui faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya obesitas
4. Mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku konsumsi fast food
5. Mengetahui dampak yang disebabkan oleh pengonsumsian fast food
6. Mengetahui dampak yang dapat terjadi akibat obesitas

1.4 Manfaat

1. Melatih penulis untuk membuat makalah berdasarkan jurnal

2. Mrnambah informasi dan wawasan penulis mengenai obesitas yang disebabkan oleh
fast food

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Obesitas


Obesitas merupakan pengumpulan lemak yang berlebihan atau abnormal yang dapat
menggangu kesehatan (WHO,2017). Obseitas merupakan kondisi dimana tubuh mengalami
ketidakseimbangan energi tubuh yaitu energi positif yang akhirnya disimpan dalam bentuk
lemat di jaringan tubuh (Nelm, et, al 2011). obesitas adalah terjadinya penumpukan lemak
dalam tubuh yang abnormal dalam kurun waktu yang lama dan dikatakan obesitas bila nilai
Z-scorenya >2SD berdasarkan IMT/U umur 5- 18 tahun (Kemenkes, 2010).
Obesitas merupakan masalah kesehatan kompleks yang saat ini tidak hanya diderita oleh
kelompok dewasa tetapi juga kelompok remaja. Obesitas pada masa remaja merupakan
masalah kesehatan serius karena prevalensi yang terus meningkat baik di negara maju
ataupun negara berkembang. World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa
prevalensi remaja dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) >2 SD (sama dengan persentil IMT
98) meningkat menjadi 6,7% tahun 2010 dan diperkirakan akan meningkat semakintinggi
menjadi 9,1% tahun 2020.1 Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 menyebutkan sebesar
2,5% remaja di Indonesia mengalami obesitas. Masa remaja adalah masa dimana terjadi
perubahan biologis, psikososial dan kognitif yang dimulai selama masa pubertas dan
berpengaruh secara langsung terhadap status gizi dan kebutuhan gizi remaja.

2.2 Definisi Fast Food


Konsumsi makanan cepat saji yang sering merupakan faktor risiko yang terkenal untuk
obesitas. Makanan cepat saji atau fast food juga dikenal masyarakat dengan istilah
junk food. Secara harfiah, junk food diartikan sebagai makanan sampah atau
makanan tidak bergizi. Istilah tersebut berarti menunjukkan makanan-makanan yang
dianggap tidak memiliki nilai nutrisi bagi tubuh. Makan makanan junk food tidak hanya
sia-sia, tetapi juga dapat merusak kesehatan. Gangguan kesehatan akibat makan
makanan junk food seperti obesitas atau kegemukan, diabetes, hipertensi, penyakit
jantung koroner, stroke, kanker, dan lain sebagainya.
Makanan cepat saji maupun junk food menjadi populer karena penyajian yang cepat,
tersedia secara luas, mudah diperoleh, dan memiliki rasa yang enak. Namun, kebiasaan
makan dengan mengonsumsi makanan cepat saji ataupun junk foodberlebih akan berdampak
buruk bagi kesehatan, baik pada anak, remaja, maupun dewasa. Makanan cepat saji

3
dapat meningkatkan risiko beberapa penyakit, seperti obesitas,diabetes, hipertensi, dan
gangguan lemak darah atau dislipidemia. Selain itu, makanan cepat saji dalam waktu
yang lama juga akan mempengaruhi kesehatan gigi. Makanan cepat saji yang memiliki
kandungan gula yang tinggi dapat menyebabkan karies gigi atau gigi berlubang (Icha Pamelia,
2015 : 146)

2.3 Faktor – Faktor Resiko Yang Menyebabkan Obesitas


Faktor risiko obesitas dipengaruhi oleh banyak faktor. Sebagian besar faktor risiko
obesitas yaitu jenis kelamin, faktor genetik dan faktor lingkungan, antara lain aktivitas fisik,
asupan makan, sosial ekonomi (Kurdanti W, DKK. 2015 : 187)
 Faktor genetik (status obesitas ibu dan ayah)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja yang memiliki ayah dan ibu dengan status
obesitas berisiko lebih besar menjadi obesitas dibandingkan dengan remaja yang memiliki
ayah dan ibu yang tidak obesitas.Berdasarkan penelitian diketahui bahwa orang tua
mempengaruhi pola makan anak dan gaya hidup. Keluarga mewariskan kebiasaan pola
makan dan gaya hidup yang bisa berkontribusi terhadap kejadian obesitas. Keluarga
berbagi makanan dan kebiasaan aktivitas fisik yang sama, sehingga hubungan antara gen
dan lingkungan saling mendukunng.
 Faktor lingkungan
Faktor lingkungan juga memiliki pengaruh besar, yang mencakup perilaku gaya hidup
seperti asupan makan seseorang dan tingkat aktivitas fisik yang dilakukan (26). Perubahan
gaya hidup berpengaruh pada peningkatan berat badan yaitu terjadi peningkatan sekitar 50-
60 kalori dari asupan kalori sehari dan penurunan aktivitas fisik bisa menyebabkan
peningkatan 2,4 kg berat tubuh pada akhir tahun. 95% penderita obesitas, kelebihan
konsumsi dapat dihasilkan oleh beberapa faktor lingkungan. Remaja belum sepenuhnya
matang dan cepat sekali terpengaruh oleh lingkungan. Kesibukan menyebabkan mereka
memilih makan di luar atau menyantap kudapan (jajanan). Lebih jauh lagi kebiasaan ini
dipengaruhi oleh keluarga, teman dan terutama iklan di televisi.
 Aktivitas fisik
Orang-orang yang kurang aktif membutuhkan kalori dalam jumlah sedikit dibandingkan
orang dengan aktivitas tinggi. Seseorang yang hidupnya kurang aktif (sedentary life) atau
tidak melakukan aktivitas fisik yang seimbang dan mengkonsumsi makanan yang tinggi
lemak, akan cenderung mengalami obesitas. Gaya hidup yang kurang aktivitas fisik akan

4
berpengaruh terhadap kondisi tubuh seseorang. Aktivitas fisik diperlukan untuk membakar
energi dalam tubuh (!4). Bila pemasukan energi berlebihan dan tidak diimbangi dengan
aktivitas fisik yang seimbang akan memudahkan seseorang menjadi gemuk
(Wirakusumah, 1994).
 Pola asupan makan
Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status gizi yang
optimal apabila tubuh memperoleh cukup zat – zat gizi yang dapat digunakan secara
efisien (Almatsier, 2009).Obesitas muncul pada usia remaja cenderung berlanjut ke
dewasa dan lansia (Arisman, 2010).
 Sosial ekonomi
Faktor ekonomi yang cukup dominan dalam konsumsi pangan adalah pendapatan
keluarga dan harga pangan. Meningkatnya pendapatan akan meningkatkan peluang untuk
membeli pangan dengan kualitas dan kuantitas yang lebih baik, sebaliknya penurunan
pendapatan keluarga akan menyebabkan menurunnya daya beli pangan baik secara
kualitas maupun kuantitas (Nurfatimah, 2014).

2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumsi Fast Food


Menurut icha pamelia ( 2018 : 146) ada beberao faktor yang mempengaruhi perilaku
konsumsi fast food yaitu :
 Pengetahuan
Pengetahuan dapat mempengaruhi perilaku seseorang,termasuk pengetahuan tentang
gizi yang dapat mempengaruhi perilaku mengonsumsi makanan. Pengetahuan remaja
berhubungan dengan adanya fasilitas informasi, seperti perpustakaan di sekolah,
laboratorium komputer dan ruang multimedia untuk mencari informasi terkini.
Pengetahuan gizi yang kurang serta mengkongonsumsi makanan yang tidak bergizi dapat
menimbulkan masalah rendahnya zat gizi dalam tubuh.
 Pengaruh teman sebaya
Pada penelitian tersebut, berdasarkan FGD yang dilakukan, ajakan teman sebaya
menjadi salah satu faktor yang mempengauhi remaja untuk memilih makanan cepat saji
atau fast food dibandingkan dengan makanan lainnya. Pada penelitian lain, ajakan teman
sebaya juga menjadi penyebab tingginya konsumsi makanan cepat saji pada remaja.
Padahal remaja tersebut sudah mengetahui bahaya makanan cepat saji bagi kesehatan.

5
Selain itu, remaja lebih senang makan bersama teman- temannya daripada makan di
rumah, sehingga dapat menyebabkan remaja memiliki kebiasaan makan yang buruk
 Harga yang murah
Harga yang murah pada fast foo juga berpengaruh berpengaruh terhadap kebiasaan
mengonsumsi makanan cepat saji. Selain itu, banyaknya penawaran diskon oleh restoran
cepat saji juga meningkatkan keinginan masarakat untuk membeli makanan tersebut.
Diskon dan paket hemat yang ditawarkan membuat konsumen, khususnya remaja menjadi
semakin tertarik untuk datang dan mengonsumsi makanan cepat saji.
 Brand makanan cepat saji
Brand dari suatu restoran cepat saji dapat mempengaruhi seseorang mengonsumsi
makanan cepat saji ini. Remaja cenderung mengonsumsi makanan yang memiliki brand
atau merk yang terkenal sebagai ekspresi diri dalam pergaulan dan menjadi ajang
bergengsi. Hal yang menjadi trend pada remaja saat ini adalah berfoto di tempat makan
dengan brand tersebut untuk ditunjukkan ke teman-teman mereka melalui media sosial.
Hal tersebut menunjukkan bahwa mereka telah mengunjungi dan makan di restoran
dengan brand tersebut.

2.5 Dampak Fast Food


Berdasarkan penelitian di Bangladesh, siswa yang mengonsumsi makanan cepat saji
sebanyak ≥ 2 hari per minggu berisiko 2,2 kali mengalami obesitas. Selain itu,
penelitian lain menunjukkan bahwa 90% remaja yang mengonsumsi makanan cepat
saji, 22,45% mengalami pre-obesitas dan 9,52% mengalami obesitas. Sebanyak
54,40% siswa menyukai makanan cepat saji dan lebih dari 60% siswa tidak
menyadari mengenai fakta bahwa makanan cepat saji adalah makanan yang tidak sehat.
(Icha Pamelia, 2018 : 146)
Remaja yang mengonsumsi makanan cepat saji diluar batas wajar dapat berisiko
mengalami obesitas atau kegemukan. Remaja yang mengonsumsi makanan cepat saji
dengan asupan energi total yang tinggi memiliki risiko sebesar 2,27 kali lebih tinggi
mengalami obesitas dari pada remaja yang mengonsumsi asupan energi makanan
cepat saji yang rendah. Kebiasaan makan yang salah pada anak maupun remaja akan
meningkatkan kejadian obesitas, salah satunya adalah kebiasaan makan makanan
makanan cepat saji. Selain itu, konsumsi makanan cepat saji dengan frekuensi yang

6
sering memiliki risiko 2,03 kali lebih besar mengalami obesitas dibandingkan dengan
remaja yang jarang mengonsumsi makanan cepat saji (Icha Pamelia, 2018 : 148)
Remaja yang mengalami obesitas memiliki frekuensi konsumsi makanan cepat saji
lebih sering dibandingkan remaja yang tidak mengalami obesitas, perbandingannya
yaitu 61,1% dan 38,9%. Remaja yang sering mengonsumsi makanan cepat saji berisiko
2,47 kali lebih besar mengalami obesitas dibandingkan remaja yang jarang mengonsumsi
makanan cepat saji. Berdasarkan wawancara pada penelitian tersebut, remaja yang
mengalami obesitas makan di restoran yang menyediakan makanan cepat saji sebanyak 1
sampai 2 kali dalam satu minggu. Kegemukan yang dialami anak-anak maupun
remaja dapat disebabkan karena gaya hidup masa kini, seperti mengonsumsi
makanan cepat saji atau fast food modern yang mengandung tinggi lemak dan kalori
namun memiliki kandungan serat, vitamin, dan mineral yang rendah. Makanan tersebut
diantaranya seperti burger, pizza, dan french fries (Icha Pamelia, 2018 : 149)

2.6 Dampak Penyakit Obesitas


Kegemukan atau obesitas disebabkan karena gizi lebih pada tubuh.Kelebihan energi
yang dikonsumsi disimpan dalam jaringan dalam bentuk lemak. Kegemukan merupakan
salah satu faktor risikoterjadinyapenyakitdegeneratif, seperti hipertensi, penyakit diabetes,
jantung koroner, hati, dan kantung empedu.
 Meningkatkan faktor risiko tekanan darah tinggi (hipertensi)
Makanan cepat saji, seperti kentang goreng memiliki rasa yang enak bagi
kebanyakan orang.Tanpa disadari, makanan tersebut mengandung garam yang
tinggiyang dapat meningkatkan air liur dan sekresi enzim, sehingga meningkatkan
keinginan untuk terus makan makanan tersebut.Tingginya kandungan lemak jahat
dan natrium mengganggu keseimbangan sodium dan potasium dalam tubuh,sehingga
menyebabkan hipertensi. Penelitian di Yogyakarta juga menunjukkan ada hubungan
yang signifikan antara kebiasaan makan makanan cepat saji dengan kejadian
hipertensi. Semakin sering kebiasaan makan makanan cepat saji, maka akan
memiliki peluang sebesar 0,451 mengalami kejadian hipertensi. (Icha Pamelia, 2018 : 149)
 Meningkatkan faktor risiko diabetes
Sering mengonsumsi makanan cepat saji adalah salah satu penyebab utama
meningkatnya trendmasalah kesehatan, termasuk kejadian diabetes. Salah satu
penyebab diabetes adalahobesitas.Sedangkan obesitas merupakan salah satu akibat

7
dari makan makanan cepat saji yang pada umumnya memiliki kandungan gizi yang
rendah.Risiko menderita diabetes melitus akan meningkat secara liniersesuai dengan
peningkatan indeks massa tubuh (IMT). Orang denganoverweightatau IMT diatas rata-
rata akan menigkatkan angkakejadiandiabetes melitus sebesar 3-4 kalidibangingkan
dengan orang dengan IMT yang normal (Icha Pamelia, 2018 : 150)
 Meningkatkan faktor risiko penyakit jantung
Penyakit jantung menjadi salah satu penyebab kematian yang menakutkan.
Ketersediaan makanan cepat saji yang tinggi dikaitkan dengan kematian dan penyakit
jantung koroner akut, serta kelebihan berat badan dan obesitas yang tinggi.Salah
satu penyebab terjadinya penyakit jantung adalah obesitas yang dialami seseorang.
Hal ini karena obesitasmeningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung.Seseorang yang
memiliki berat badan diatas rata-rata atau obesitas akan mengalami risiko penurunan
fungsi jantung, termasuk fungsi jantung menjadi tidak normal (Icha Pamelia, 2018 : 150).
 Meningkatkan faktor risiko stroke
Pola makan yang salah seperti makan makanan cepat saji dapat memicu
terjadinya stroke pada usia muda. Hal ini disebabkan karena kandungan kolesterol
yang tinggi. Kolesterol tidak baik bagi kesehatan, yaitu apabila terjadi penyumbatan
pembuluh darah. Apabila mengenai pembuluh darah otak,maka akan mengakibatkan
stroke. Kasus stroke di negara maju meningkat akibat kejadian kegemukan dan
semakin banyaknya konsumsi makanan cepat sajipada masyarakat. Peningkatan jumlah
penderita stroke di Indonesia juga identik dengan kegemukan akibat pola makan makanan
yang mengandung tinggi lemak atau kolesterol (Icha Pamelia, 2018 : 150).

8
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Makanan cepat saji merupakan makanan yang kurang baik bagi remaja apabila dikonsumsi
terlalu sering. Banyaknya remaja yang mengonsumsi makanan cepat saji disebabkan karena
beberapa faktor, di antaranya adalah pengetahuan, pengaruh teman sebaya, tempat nyaman
untuk berkumpul, cepat dan praktis,uang saku, harganya murah, dan brand dari makanan
cepat saji dikonsumsi secara berlebihan, maka akan berdampak pada kesehatan remaja.
Masalah kesehatan tersebut adalah pbesitas,meningkatkan faktor risiko hipertensi,diabetes,
kanker, penyakit jantung, dan stroke.
Remaja memiliki asupan zat gizi ,akro berlebih (energi, protein, dan karbohidrat),
konsumsi fast food yang sering, aktivitas fisik ringan, memiliki riwayat orang tua dengan
status gemuk,berisiko lebih terhadap terjadinya obesitas.

3.2 Saran
Sebagai remaja harus bijak dalam memilih makanan. Jika terpaksa memilih makanan cepat
saji maka perhatikanlah kandungan yang terdapat pada makanan tersebut. Jangan
mengonsumsi fast food terlalu banyak,cukup satu macam saja. Dampak mungkin tidak terlalu
terasa pada saat itu, tapi nantinya akan sangat berpengauh. Maka hindarilah makanan cepat
saji.

9
DAFTAR PUSTAKA

Ali R, Nuryani. 2018. Sosial ekonomi, konsumsi fast food dan riwayat obesitas sebagai
faktorrisiko obesitas remaja. MGI. 13(2)

Hollands S, Campbell K, DKK. 2014. Association between neighborhoods fast food and
full service restaurant density and body mass index. Canadian Journal of Public
Health. 105(3)

Suryandari BD, Widyastuti N. 2015. Hubungan asupan protein dengan obesitas remaja.

Journal of Nutrients Collage. 4(2)

Pamelia I. 2018. Perilaku konsumsi makanan cepat saji pada remaja dan dampaknya
bagikesehatan. Jurnal IKESMA. 14(2)

Kurdanti W, Suryanti I, Siwi LP, DKK. 2015. Faktor-faktor yang mempengaruhi


kejadianobesitas pada remaja. Jurnal Gizi klinik Indonesia. 11(4)

10

Anda mungkin juga menyukai