STUNTING
Disusun Oleh
MARIE MUAMMAR
NIM : 16070189
Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjari
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan berkah, rahmat
serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami telah menyelesaikan makalah ini yang
Alhamdulillah tepat pada waktunya untuk memenuhi tugas mata kuliah dasar ilmu gizi
masyarakat. Makalah yang dibuat ini berisi tentang stunting.
Kami sebagai penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kami sangat memerlukan kritik dan saran dari semua pihak, yang bersifat membangun yang
selalu kami harapkan demi sempurnanya makalah ini.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Kami berharap semoga Makalah ini bermanfaat
bagi para pembaca. Terima kasih
Penulis
I
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
DAFTAR PUSTAKA
II
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keadaan gizi kurang dapat ditemukan pada setiap kelompok masyarakat. Pada hakekatnya
keadaan gizi kurang dapat dilihat se!agai suatu proses kurang asupan makanan ketika kebutuhan
normal terhadap satu atau beberapa zat gizi tidak terpenuhi atau zat-zat gizi tersebut hilang
dengan jumlah yang lebih besar daripada yang diperoleh ( manary dan solomons 2009 )
Masalah kurang energi protein (KEP) merupakan salah satu masalah utama gizi yang dapat
berpengaruh pada proses tumbuh kembang anak. Kekurangan energi dan protein dalam jangka
panjang akan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan balita (Hardinsyah, et al., 1992), Dan
dalam penelitian Asrar, et al.,(2009) juga menunjukkan bahwa balita dengan asupan energi yang
kurang beresiko mengalami stunting tiga kali lebih besar dibanding dengan balita yang asupan
energinya cukup dan asupan protein yang kurang beresiko mengalami stunting empat kali lebih
besar dibanding dengan balita yang asupan proteinnya cukup.
Menurut Badan Kesehatan Dunia, Indonesia ada di urutan ke-lima jumlah anak dengan
kondisi stunting. Salah satu wilayah di Indonesia dengan angka stunting tertinggi adalah
kabupaten Ogan Komering ilir. Angka stunting kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) menurut
Riskesdas mencapai 40,5% atau hampir setengah balita di OKI mengalami stunting. Bahkan,
angka ini di atas angka stunting nasional 37%. Menurut WHO, di seluruh dunia, diperkirakan
ada 178 juta anak di bawah usia lima tahun pertumbuhannya terhambat karena stunting.
(lifestyle.kompas.com /2017)
1
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.3 TUJUAN
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Stunting adalah masalah gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam
waktu lama, umumnya karena asupan makan yang tidak sesuai kebutuhan gizi. Stunting terjadi
mulai dari dalam kandungan dan baru terlihat saat anak berusia dua tahun.
Menurut WHO, 2012 Stunting merupakan suatu keadaan dimana tinggi badan anak yang
terlalu rendah. Stuntingatau terlalu pendek berdasarkan umur adalah tinggi badan yang berada di
bawah minus dua standar deviasi (<-2SD) dari tabel status gizi WHO child growth standard
Menurut UNICEF, stunting didefinisikan sebagai persentase anak-anak usia 0 sampai 59 bulan,
dengan tinggi di bawah minus (stunting sedang dan berat) dan minus tiga (stunting kronis)
diukur dari standar pertumbuhan anak keluaran WHO.
Selain pertumbuhan terhambat, stunting juga dikaitkan dengan perkembangan otak yang
tidak maksimal, yang menyebabkan kemampuan mental dan belajar yang kurang, serta prestasi
sekolah yang buruk. Stunting dan kondisi lain terkait kurang gizi, juga dianggap sebagai salah
satu faktor risiko diabetes, hipertensi, obesitas dan kematian akibat infeksi.
Stunting dapat disebabkan oleh berbagai faktor. WHO (2013) membagi penyebab
terjadinya stunting pada anak menjadi 4 kategori besar yaitu faktor keluarga dan rumah
tangga, makanan tambahan / komplementer yang tidak adekuat, menyusui, dan infeksi.
Faktor keluarga dan rumah tangga dibagi lagi menjadi faktor maternal dan faktor
lingkungan rumah.
Faktor maternal berupa nutrisi yang kurang pada saat prekonsepsi, kehamilan, dan
laktasi, tinggi badan ibu yang rendah, infeksi, kehamilah pada usia remaja, kesehatan
mental,Intrauterine growth restriction (IUGR) dan kelahiran preterm, Jarak kehamilan yang
pendek, dan hipertensi. Faktor lingkungan rumah berupa stimulasi dan aktivitas anak yang
3
tidak adekuat, perawatan yang kurang, sanitasi dan pasukan air yang tidak adekuat, akses
dan ketersediaan pangan yang kurang, alokasi makanan dalam rumah tangga yang tidak
sesuai, edukasi pengasuh yang rendah.
Faktor kedua penyebab stunting adalah makanan komplementer yang tidak adekuat yang
dibagi lagi menjadi tiga, yaitu kualitas makanan yang rendah, cara pemberian yang tidak
adekuat, dan keamanan makanan dan minuman. Kualitas makanan yang rendah dapat berupa
kualitas mikronutrien yang rendah, keragaman jenis makanan yang dikonsumsi dan sumber
makanan hewani yang rendah, makanan yang tidak mengandung nutrisi, dan makanan
komplementer yang mengandung energi rendah. Cara pemberian yang tidak adekuat berupa
frekuensi pemberian makanan yang rendah, pemberian makanan yang tidak aadekuat ketika
Sakit dan setelah sakit, konsistensi makanan yang terlalu halus, pemberian makan yang rendah
dalam kuantitas. Keamanan makanan dan minuman dapat berupa makanan dan minuman
yang terkontaminasi, kebersihan yang rendah penyimpanan dan persiapan makanan
yang tidak aman
Faktor ketiga yang dapat menyebabkan stunting adalah pemberian Air Susu Ibu
(ASI) yang salah bisa karena inisiasi yang terlambat, tidak ASI eksklusif, penghentian
menyusui yang terlalu cepat. Faktor keempat adalah infeksi klinis dan subklinis seperti
infeksi pada usus : diare, environmental enteropathy infeksi cacing, infeksi pernafasa
malaria, nafsu makan yang kurang akibat infeksi, inflamasi
Stunting dapat memberikan dampak bagi kelangsungan hidup anak. WHO (2013)
membagi dampak yang diakibatkan oleh stunting menjadi dua yang terdiri dari jangka pendek
dan jangka panjang. Dampak jangka pendek dari stunting adalah di bidang kesehatan yang dapat
menyebabkan peningkatan mortalitas dan morbiditas, di bidang perkembangan berupa penurunan
perkembangan kognitif, motorik, dan bahasa, dan di bidang ekonomi berupa peningkatan
pengeluaran untuk biaya kesehatan.
Stunting juga dapat menyebabkan dampak jangka panjang di bidang kesehatan berupa
perawakan yang pendek, peningkatan risiko untuk obesitas dan komorbidnya, dan penurunan
kesehatan reproduksi, di bidang perkembangan berupa penurunan prestasi dan kapasitas belajar,
4
dan di bidang ekonomi berupa penurunan kemampuan dan kapasitas kerja. Menurut penelitian
Hoddinott et al.(2013) menunjukkan bahwa stunting pada usia 2 tahun memberikan dampak
yang buruk berupa nilai sekolah yang lebih rendah, berhenti sekolah, akan memiliki tinggi badan
yang lebih pendek, dan berkurangnya kekuatan genggaman tangan sebesar 22%.
Stunting pada usia 2 tahun juga memberikan dampak ketika dewasa berupa pendapatan
perkapita yang rendah dan juga meningkatnya probabilitas untuk menjadi miskin. Stunting juga
berhubungan terhadap meningkatnya jumlah kehamilan dan anak dikemudian hari, sehingga
Hoddinott menyimpulan bahwa pertumbuhan yang terhambat di kehidupan awal dapat
memberikan dampak buruk terhadap kehidupan, sosial, dan ekonomi seseorang.
Dampak stunting terhadap prestasi sekolah juga didukung oleh penelitian yang dilakukan
oleh Perignon et al.(2014) terhadap anak usia 6 16 tahun di Kamboja. Perignon menemukan
bahwa anak yang mengalami stunting moderate dan severe memiliki kecerdasan kognitif yang
lebih rendah dibanding dengan anak yang normal. Stunting juga dapat mempengaruhi kadar
hemoglobin anak. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mamiro (2005) terhadap anak di
Tanzania menunjukkan bahwa anak yang mengalami stunting memiliki kadar hemoglobin darah
yang rendah.
5
maka asupan nutrisi pada kalangan tertentu semisal ibu hamil dan menyusui haruslah
ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan yang mencukupi demi terhindar dari hal yang tak
diinginkan selanjutnya, karena bagaimanapun dua kondisi ini pada umumnya membuat para
wanita utamanya memiliki beban yang memebihi dari waktu biasanya jadi perlu untuk diberikan
perhatian khusus lebih lanjut.
6
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Stunting adalah masalah gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang
dalam waktu lama, umumnya karena asupan makan yang tidak sesuai kebutuhan gizi.
Stunting terjadi mulai dari dalam kandungan dan baru terlihat saat anak berusia dua tahun
Stunting dapat disebabkan oleh berbagai faktor. WHO (2013) membagi penyebab
terjadinya stunting pada anak menjadi 4 kategori besar yaitu faktor keluarga dan rumah
tangga, makanan tambahan / komplementer yang tidak adekuat, menyusui, dan infeksi.
Faktor keluarga dan rumah tangga dibagi lagi menjadi faktor maternal dan faktor
lingkungan rumah.
Dampak stunting dapat dibagi menjadi 2 yaitu dampa pendek dan dampak panjang
Dampak jangka pendek dari stunting adalah di bidang kesehatan yang dapat menyebabkan
peningkatan mortalitas dan morbiditas, di bidang perkembangan berupa penurunan
perkembangan kognitif, motorik, dan bahasa, dan di bidang ekonomi berupa peningkatan
pengeluaran untuk biaya kesehatan sedangkan dampak panjang di bidang kesehatan berupa
perawakan yang pendek, peningkatan risiko untuk obesitas dan komorbidnya, dan penurunan
kesehatan reproduksi, di bidang perkembangan berupa penurunan prestasi dan kapasitas
belajar, dan di bidang ekonomi berupa penurunan kemampuan dan kapasitas kerja.
Cara mencegah stunting dapat dilakukan dengan cara Perbaiki asupan nutrisi Lakukan
pengobatan Minimalisir kebiasaan buruk dan Pemaksimalan keseimbangan ekonomi
3.2 Saran
Makalah yang kami buat ini pastinya masih banyak kekurangan dan keterbatasan.
Makalah yang mungkin masih jauh dari kesempurnaan ini belum dapat memberikan
penjelasan maupun pemaparan yang sangat mendetail, untuk itu kami menyarankan kepada
pembaca agar tidak hanya terpaku pada makalah ini saja dan mengkritik guna untuk
menyempurnakan makalah ini.terima kasih
7
Daftar pustaka
www.wikipedia.com
www.lifestyle.kompas.com /2017
WHO. 2010. Monitoring and Evaluation of Health Systems Strengthening: An
Operational Framework. Geneva, WHO. http://www.who.int/
healthinfo/HSS_ManE_framework_Oct_2010. pdf (sitasi 12 Agustus 2014)
www.gizigizi.com/artikel/detail/kekurangan-asupan-zinc-dan-protein-dapat-
menyebabkan-Stunting-Pendek-pada-ana
8
9