Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

STUNTING

Diajukan sebagai tugas mata kuliah


DASAR ILMU GIZI MASYARAKAT

Disusun Oleh

MARIE MUAMMAR

NIM : 16070189

Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjari
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan berkah, rahmat
serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami telah menyelesaikan makalah ini yang
Alhamdulillah tepat pada waktunya untuk memenuhi tugas mata kuliah dasar ilmu gizi
masyarakat. Makalah yang dibuat ini berisi tentang stunting.
Kami sebagai penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kami sangat memerlukan kritik dan saran dari semua pihak, yang bersifat membangun yang
selalu kami harapkan demi sempurnanya makalah ini.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Kami berharap semoga Makalah ini bermanfaat
bagi para pembaca. Terima kasih

Banjarbaru, 25 oktober 2017

Penulis

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... i


DAFTAR ISI......................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ..................................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................ 2
1.3 Tujuan .................................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian ............................................................................................................. 3


2.2 Faktor factor penyebab stunting......................................................................... 3
2.3 Dampak stunting ................................................................................................... 4
2.4 Mencegah stunting ................................................................................................ 5
2.4.1 Perbaiki asupan nutrisi .................................................................................... 5
2.4.2 Lakukan pengobatan........................................................................................ 6
2.4.3 Minimalisir kebiasaan buruk ........................................................................... 6
2.4.4 Pemaksimalan keseimbangan ekonomi ........................................................... 6

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ........................................................................................................... 7


3.2 Saran ..................................................................................................................... 7

DAFTAR PUSTAKA

II
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Keadaan gizi kurang dapat ditemukan pada setiap kelompok masyarakat. Pada hakekatnya
keadaan gizi kurang dapat dilihat se!agai suatu proses kurang asupan makanan ketika kebutuhan
normal terhadap satu atau beberapa zat gizi tidak terpenuhi atau zat-zat gizi tersebut hilang
dengan jumlah yang lebih besar daripada yang diperoleh ( manary dan solomons 2009 )

Stunting merupakan permasalahan yang semakin banyak ditemukan di negara berkembang,


termasuk Indonesia. Menurut United Nations International Childrens Emergency Fund
(UNICEF) satu dari tiga anak balita mengalami stunting. Sekitar 40% anak balita di daerah
pedesaan mengalami pertumbuhan yang terhambat. Oleh sebab itu, UNICEF mendukung
sejumlah inisiasi untuk menciptakan lingkungan nasional yang kondusif untuk gizi melalui
peluncuran Gerakan Sadar Gizi Nasional (Scaling Up Nutrition SUN) di mana program ini
mencangkup pencegahan stunting (UNICEF, 2012).

Masalah kurang energi protein (KEP) merupakan salah satu masalah utama gizi yang dapat
berpengaruh pada proses tumbuh kembang anak. Kekurangan energi dan protein dalam jangka
panjang akan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan balita (Hardinsyah, et al., 1992), Dan
dalam penelitian Asrar, et al.,(2009) juga menunjukkan bahwa balita dengan asupan energi yang
kurang beresiko mengalami stunting tiga kali lebih besar dibanding dengan balita yang asupan
energinya cukup dan asupan protein yang kurang beresiko mengalami stunting empat kali lebih
besar dibanding dengan balita yang asupan proteinnya cukup.

Menurut Badan Kesehatan Dunia, Indonesia ada di urutan ke-lima jumlah anak dengan
kondisi stunting. Salah satu wilayah di Indonesia dengan angka stunting tertinggi adalah
kabupaten Ogan Komering ilir. Angka stunting kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) menurut
Riskesdas mencapai 40,5% atau hampir setengah balita di OKI mengalami stunting. Bahkan,
angka ini di atas angka stunting nasional 37%. Menurut WHO, di seluruh dunia, diperkirakan
ada 178 juta anak di bawah usia lima tahun pertumbuhannya terhambat karena stunting.
(lifestyle.kompas.com /2017)
1
1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Untuk mengetahui apa itu stunting ?


2. Factor- factor yang mempengaruhi terjadinya stunting ?
3. Dampak yang terjadi setelah stunning ?
4. Bagaimana cara mencegah terjadinya stunting ?

1.3 TUJUAN

1. Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai penyebab kejadian stunting


sehingga dari informasi yang didapatkan dapat menimbulkan keinginan dari masyarakat
untuk berpartisipasi dalam kegiatan yang bertujuan untuk menurunkan angka kejadian
stunting.
2. Mengetahui dampak dampak yang terjadi pada anak pengidap stunning
3. Mengetahui cara mencegah terjadinya stunting

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Stunting adalah masalah gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam
waktu lama, umumnya karena asupan makan yang tidak sesuai kebutuhan gizi. Stunting terjadi
mulai dari dalam kandungan dan baru terlihat saat anak berusia dua tahun.

Menurut WHO, 2012 Stunting merupakan suatu keadaan dimana tinggi badan anak yang
terlalu rendah. Stuntingatau terlalu pendek berdasarkan umur adalah tinggi badan yang berada di
bawah minus dua standar deviasi (<-2SD) dari tabel status gizi WHO child growth standard

Menurut UNICEF, stunting didefinisikan sebagai persentase anak-anak usia 0 sampai 59 bulan,
dengan tinggi di bawah minus (stunting sedang dan berat) dan minus tiga (stunting kronis)
diukur dari standar pertumbuhan anak keluaran WHO.

Selain pertumbuhan terhambat, stunting juga dikaitkan dengan perkembangan otak yang
tidak maksimal, yang menyebabkan kemampuan mental dan belajar yang kurang, serta prestasi
sekolah yang buruk. Stunting dan kondisi lain terkait kurang gizi, juga dianggap sebagai salah
satu faktor risiko diabetes, hipertensi, obesitas dan kematian akibat infeksi.

2.2 Faktor - Faktor Penyebab Stunting

Stunting dapat disebabkan oleh berbagai faktor. WHO (2013) membagi penyebab
terjadinya stunting pada anak menjadi 4 kategori besar yaitu faktor keluarga dan rumah
tangga, makanan tambahan / komplementer yang tidak adekuat, menyusui, dan infeksi.
Faktor keluarga dan rumah tangga dibagi lagi menjadi faktor maternal dan faktor
lingkungan rumah.

Faktor maternal berupa nutrisi yang kurang pada saat prekonsepsi, kehamilan, dan
laktasi, tinggi badan ibu yang rendah, infeksi, kehamilah pada usia remaja, kesehatan
mental,Intrauterine growth restriction (IUGR) dan kelahiran preterm, Jarak kehamilan yang
pendek, dan hipertensi. Faktor lingkungan rumah berupa stimulasi dan aktivitas anak yang

3
tidak adekuat, perawatan yang kurang, sanitasi dan pasukan air yang tidak adekuat, akses
dan ketersediaan pangan yang kurang, alokasi makanan dalam rumah tangga yang tidak
sesuai, edukasi pengasuh yang rendah.

Faktor kedua penyebab stunting adalah makanan komplementer yang tidak adekuat yang
dibagi lagi menjadi tiga, yaitu kualitas makanan yang rendah, cara pemberian yang tidak
adekuat, dan keamanan makanan dan minuman. Kualitas makanan yang rendah dapat berupa
kualitas mikronutrien yang rendah, keragaman jenis makanan yang dikonsumsi dan sumber
makanan hewani yang rendah, makanan yang tidak mengandung nutrisi, dan makanan
komplementer yang mengandung energi rendah. Cara pemberian yang tidak adekuat berupa
frekuensi pemberian makanan yang rendah, pemberian makanan yang tidak aadekuat ketika
Sakit dan setelah sakit, konsistensi makanan yang terlalu halus, pemberian makan yang rendah
dalam kuantitas. Keamanan makanan dan minuman dapat berupa makanan dan minuman
yang terkontaminasi, kebersihan yang rendah penyimpanan dan persiapan makanan
yang tidak aman

Faktor ketiga yang dapat menyebabkan stunting adalah pemberian Air Susu Ibu
(ASI) yang salah bisa karena inisiasi yang terlambat, tidak ASI eksklusif, penghentian
menyusui yang terlalu cepat. Faktor keempat adalah infeksi klinis dan subklinis seperti
infeksi pada usus : diare, environmental enteropathy infeksi cacing, infeksi pernafasa
malaria, nafsu makan yang kurang akibat infeksi, inflamasi

2.3 Dampak Stunting

Stunting dapat memberikan dampak bagi kelangsungan hidup anak. WHO (2013)
membagi dampak yang diakibatkan oleh stunting menjadi dua yang terdiri dari jangka pendek
dan jangka panjang. Dampak jangka pendek dari stunting adalah di bidang kesehatan yang dapat
menyebabkan peningkatan mortalitas dan morbiditas, di bidang perkembangan berupa penurunan
perkembangan kognitif, motorik, dan bahasa, dan di bidang ekonomi berupa peningkatan
pengeluaran untuk biaya kesehatan.
Stunting juga dapat menyebabkan dampak jangka panjang di bidang kesehatan berupa
perawakan yang pendek, peningkatan risiko untuk obesitas dan komorbidnya, dan penurunan
kesehatan reproduksi, di bidang perkembangan berupa penurunan prestasi dan kapasitas belajar,

4
dan di bidang ekonomi berupa penurunan kemampuan dan kapasitas kerja. Menurut penelitian
Hoddinott et al.(2013) menunjukkan bahwa stunting pada usia 2 tahun memberikan dampak
yang buruk berupa nilai sekolah yang lebih rendah, berhenti sekolah, akan memiliki tinggi badan
yang lebih pendek, dan berkurangnya kekuatan genggaman tangan sebesar 22%.
Stunting pada usia 2 tahun juga memberikan dampak ketika dewasa berupa pendapatan
perkapita yang rendah dan juga meningkatnya probabilitas untuk menjadi miskin. Stunting juga
berhubungan terhadap meningkatnya jumlah kehamilan dan anak dikemudian hari, sehingga
Hoddinott menyimpulan bahwa pertumbuhan yang terhambat di kehidupan awal dapat
memberikan dampak buruk terhadap kehidupan, sosial, dan ekonomi seseorang.
Dampak stunting terhadap prestasi sekolah juga didukung oleh penelitian yang dilakukan
oleh Perignon et al.(2014) terhadap anak usia 6 16 tahun di Kamboja. Perignon menemukan
bahwa anak yang mengalami stunting moderate dan severe memiliki kecerdasan kognitif yang
lebih rendah dibanding dengan anak yang normal. Stunting juga dapat mempengaruhi kadar
hemoglobin anak. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mamiro (2005) terhadap anak di
Tanzania menunjukkan bahwa anak yang mengalami stunting memiliki kadar hemoglobin darah
yang rendah.

2.4 Mencegah Stunting


Waktu terbaik untuk mencegah stunting adalah selama kehamilan dan dua tahun pertama
kehidupan. Stunting di awal kehidupan akan berdampak buruk pada kesehatan, kognitif, dan
fungsional ketika dewasa.

2.4.1 Perbaiki asupan nutrisi


Penanganan bagi para penderita stunting yang paling utama yakni dengan pemberian
nutrisi secara layak dan mencukupi, mulai dari menu karbohidrat layaknya dalam bentuk nasi
dan roti, protein dalam segala jenis lauk pauk baik dari nabati seperti tahu ataupun dari hewani
layaknya menu olahan telur dan seterusnya, perhatikan pula kandungan asupan vitamin yang bisa
diperoleh dari ragam jenis sayuran atau juga pada buah-buahan segar, pemberian susu yang kaya
akan nutrisi mencukupi juga layak dijadikan pilihan, yan pasti pemberian asupan nutrisi
mencukupi haruslah dilakukan secara berkala dan kontinyu, hal ini demi memaksimalkan
adaptasi tubuh dalam penyerapan nutrisi secara maksimal. Perhatikan pula untuk pencegahan

5
maka asupan nutrisi pada kalangan tertentu semisal ibu hamil dan menyusui haruslah
ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan yang mencukupi demi terhindar dari hal yang tak
diinginkan selanjutnya, karena bagaimanapun dua kondisi ini pada umumnya membuat para
wanita utamanya memiliki beban yang memebihi dari waktu biasanya jadi perlu untuk diberikan
perhatian khusus lebih lanjut.

2.4.2 Lakukan pengobatan


Prosedur yang satu ini harus dilakukan secara spesifik apabila memang ditemukan gejala
penyakit yang memang melatarbelakangi munculnya kekurangan gizi tersebut, semisal
pengobatan secara intensif pada diare lantaran infeksi maupun permasalahan pencernakan lain
yang berhubungan langsung dengan sistem serap nutrisi pada tubuh yang umumnya terletak pada
saluran usus, fokus terapi untuk penyakit pemicu ini akan semakin dapat memaksimalkan pula
penanganan pada gejala stunting secara sekaligus.

2.4.3 Minimalisir kebiasaan buruk


Beberapa kebiasaan kurang sehat layaknya salah diet ketat ataupun merokok harus
diminimalisir secara ketat, lantaran kegiatan seperti ini sama sekali tidak membawa manfaat baik
bagi tubuh dan justru sangat membahayakan, baiknya lakukan kegiatan yang lebih positif
dampaknya bagi tubuh karena jika dibiarkan terus berlanjut tak ayal maka ragam masalah
kesehatan pun akan mengintai di kemudian harinya jadi cobalah untuk senantiasa bijak dalam
memilah gaya hidup anda demi kesehatan anda sampai hari mendatang

2.4.4 Pemaksimalan keseimbangan ekonomi


Hendaklah untuk yang satu ini pemerintah sebagai pemegang kekuasaan yang utama dan
luas juga ikut andil secara nyata demi menjaga keseimbangan supaya perbaikan ekonomi juga
dapat dirasakan oleh masyarakat kelas bawah, dan juga kebiasaan untuk menggalakkan empati
pada sesama layak juga untuk dijadikan alternatif demi memperhatikan sesama kita yang berada
pada ujung kemiskinan, bantuan sembako dan bahan pangan secara tepat sasaran semoga dapat
menjadi langkah nyata yang dapat mengurangi merebaknya wabah stunting di kalangan bawah

6
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Stunting adalah masalah gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang
dalam waktu lama, umumnya karena asupan makan yang tidak sesuai kebutuhan gizi.
Stunting terjadi mulai dari dalam kandungan dan baru terlihat saat anak berusia dua tahun

Stunting dapat disebabkan oleh berbagai faktor. WHO (2013) membagi penyebab
terjadinya stunting pada anak menjadi 4 kategori besar yaitu faktor keluarga dan rumah
tangga, makanan tambahan / komplementer yang tidak adekuat, menyusui, dan infeksi.
Faktor keluarga dan rumah tangga dibagi lagi menjadi faktor maternal dan faktor
lingkungan rumah.

Dampak stunting dapat dibagi menjadi 2 yaitu dampa pendek dan dampak panjang
Dampak jangka pendek dari stunting adalah di bidang kesehatan yang dapat menyebabkan
peningkatan mortalitas dan morbiditas, di bidang perkembangan berupa penurunan
perkembangan kognitif, motorik, dan bahasa, dan di bidang ekonomi berupa peningkatan
pengeluaran untuk biaya kesehatan sedangkan dampak panjang di bidang kesehatan berupa
perawakan yang pendek, peningkatan risiko untuk obesitas dan komorbidnya, dan penurunan
kesehatan reproduksi, di bidang perkembangan berupa penurunan prestasi dan kapasitas
belajar, dan di bidang ekonomi berupa penurunan kemampuan dan kapasitas kerja.

Cara mencegah stunting dapat dilakukan dengan cara Perbaiki asupan nutrisi Lakukan
pengobatan Minimalisir kebiasaan buruk dan Pemaksimalan keseimbangan ekonomi

3.2 Saran

Makalah yang kami buat ini pastinya masih banyak kekurangan dan keterbatasan.
Makalah yang mungkin masih jauh dari kesempurnaan ini belum dapat memberikan
penjelasan maupun pemaparan yang sangat mendetail, untuk itu kami menyarankan kepada
pembaca agar tidak hanya terpaku pada makalah ini saja dan mengkritik guna untuk
menyempurnakan makalah ini.terima kasih

7
Daftar pustaka

www.wikipedia.com
www.lifestyle.kompas.com /2017
WHO. 2010. Monitoring and Evaluation of Health Systems Strengthening: An
Operational Framework. Geneva, WHO. http://www.who.int/
healthinfo/HSS_ManE_framework_Oct_2010. pdf (sitasi 12 Agustus 2014)
www.gizigizi.com/artikel/detail/kekurangan-asupan-zinc-dan-protein-dapat-
menyebabkan-Stunting-Pendek-pada-ana

8
9

Anda mungkin juga menyukai