STUNTING
Dosen Pengampu:
DI SUSUN OLEH :
UNIVERSITAS TADULAKO
KESEHATAN MASYARAKAT
2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Stunting” ini tepat
pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Ibu
Anitatia Ratna Megasari S,KM.,M.PH pada mata kuliah “Dasar Ilmu Gizi Kesehatan
Masyarakat”. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang “Stunting” bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada bapak/ibu , selaku dosen mata kuliah “Dasar
Ilmu Gizi Kesehatan Masyarkat” yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Stunting merupakan permasalahan yang semakin banyak ditemukan dinegara
berkembang, termasuk Indonesia. Menurut United Nations InternationalChildren’s
Emergency Fund (UNICEF) satu dari tiga anak mengalamistunting. Sekitar 40% anak
di daerah pedesaan mengalami pertumbuhanyang terhambat. Oleh sebab itu, UNICEF
mendukung sejumlah inisiasi untukmenciptakan lingkungan nasional yang kondusif
untuk gizi melalui peluncuranGerakan Sadar Gizi Nasional (Scaling Up Nutrition –
SUN) di mana program inimencangkup pencegahan stunting.
Stunting didefinisikan sebagai keadaan tubuh yang pendek dan sangatpendek hingga
melampaui defisit -2 SD di bawah median panjang atau tinggi badan. Stunting juga
sering disebut sebagai RetardasiPertumbuhan Linier (RPL) yang muncul pada dua
sampai tiga tahun awalkehidupan dan merupakan refleksi dari akibat atau pengaruh
dari asupan energidan zat gizi yang kurang serta pengaruh dari penyakit infeksi,
karena dalamkeadaan normal, berat badan seseorang akan berbanding lurus atau
linierdengan tinggi badannya.
Ada 178 juta anak didunia yang terlalu pendek berdasarkan usia dibandingkan dengan
pertumbuhan standar WHO. Prevalensi anak stunting di seluruh dunia adalah 28,5%
dan di seluruh negara berkembang sebesar 31,2%. Prevalensianak stuntingdibenua
Asia sebesar 30,6% dan di Asia Tenggara sebesar 29,4%. Permasalahan stunting di
Indonesia menurut laporan yang dikeluarkan oleh UNICEF yaitu diperkirakan
sebanyak 7,8 juta anak mengalami stunting, sehingga UNICEF memposisikan
Indonesia masuk kedalam 5 besar negara dengan jumlah anak yang mengalami
stunting tinggi. Data Riset Kesehatan Dasarpada tahun 2013 diketahui bahwa
prevalensi kejadian stunting secara nasional adalah 37,2 %, dimana terdiri dari 18,0 %
sangat pendek dan 19,2 % pendek, yang berarti telah terjadi peningkatan sebanyak
1,6 % pada tahun 2010 (35,6 %) dan tahun 2007 (36,8 %).
Efek jangka panjang stunting berakibat pada gangguan metabolik seperti penyakit
yang terkait dengan obesitas,hipertensi dan diabetes mellitus. Menurut Walker
pemberian zat gizi yang tidak tepat pada perkembangan janin, saat lahir dan masa
bayi dapat memberikan dampak jangka panjang buruk terhadap kardiovaskulaer dan
tekanan darah pada saat dewasa. Retardasi pertumbuhan postnatal memilik potensi
terhadap berat badan sekarang dengan tekanan darah. Tekanan darah pada memiliki
hubungan negatif terhadap berat lahir. Penelitian di Bali menyebutkan prevalensi
dewasa stuntingsebesar 22%.Penelitian lain menyebutkan bahwa dewasa
stuntingcenderung berkembanguntuk menjadi overweight daripada dewasa
non-stunting.
Anak dengan status gizi stunting akan mengalami gangguan pertumbuhan hingga
masa remaja sehingga pertumbuhan anak lebih rendah dibandingkan remaja normal.
Remaja yang stunting berisiko mendapatkan penyakit kronik salah satunya adalah
obesitas. Remaja stunting berisiko obesitas dua kali lebih tinggi dari pada remaja yang
tinggi badannya normal (Riskesdas 2010).Oktarina tahun 2013 mengatakan hal sama
bahwa anak yang mengalami stunting pada dua tahun kehidupan pertama dan
mengalami kenaikan berat badan yang cepat, berisiko tinggi terhadap penyakit kronis,
seperti obesitas.Obesitas merupakan suatu kelainan atau penyakit yang ditandai oleh
penimbunan jaringan lemak dalam tubuh secara berlebihan.Obesitas terjadi karena
adanya ketidakseimbangan antara energi yang masuk dengan energi yang keluar.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian gizi stunting?
PEMBAHASAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Stunting
Stunting merupakan sebuah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh
kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, hal ini menyebabkan
adanya gangguan di masa yang akan datang yakni mengalami kesulitan dalam
mencapai perkembangan fisik dan kognitif yang optimal. Anak stunting
mempunyai Intelligence Quotient (IQ) lebih rendah dibandingkan rata – rata
IQ anak normal (Kemenkes RI, 2018).
Stunting didefinisikan sebagai keadaan dimana status gizi pada anak menurut
TB/U dengan hasil nilai Z Score = <-2 SD, hal ini menunjukan keadaan tubuh
yang pendek atau sangat pendek hasil dari gagal pertumbuhan. Stunting pada
anak juga menjadi salah satu faktor risiko terjadinya kematian, masalah
perkembangan motorik yang rendah, kemampuan berbahasa yang rendah, dan
adanya ketidakseimbangan fungsional (Anwar, Khomsan, dan Mauludyani,
2014).
Stunting menjadi masalah gagal tumbuh yang dialami oleh bayi di bawah
lima tahun yang mengalami kurang gizi semenjak di dalam kandungan hingga
awal bayi lahir, stunting sendiri akan mulai nampak ketika bayi berusia dua
tahun (Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan, 2017). Sesuai
dengan yang dikemukakan oleh Schmidt bahwa stunting ini merupakan
masalah kurang gizi dengan periode yang cukup lama sehingga muncul
gangguan pertumbuhan tinggi badan pada anak yang lebih rendah atau pendek
(kerdil) dari standar usianya (Schmidt, 2014).
Prevalensi balita sangat pendek dan pendek usia 0-59 bulan di Indonesia
tahun 2017 adalah 9,8% dan 19,8%. Kondisi ini meningkat dari tahun
sebelumnya yaitu prevalensi balita sangat pendek sebesar 8,5% dan balita
pendek sebesar 19%. Provinsi dengan prevalensi tertinggi balita sangat pendek
dan pendek pada usia 0-59 bulan tahun 2017 adalah Nusa Tenggara Timur,
sedangkan provinsi dengan prevalensi terendah adalah Bali.
C. Etiologi/ Penyebab Stunting
Pemantauan Status Gizi (PSG) 2017 menunjukkan prevalensi Balita stunting
di Indonesia masih tinggi, yakni 29,6% di atas batasan yang ditetapkan WHO
(20%). Penelitian Ricardo dalam Bhutta tahun 2013 menyebutkan balita
stunting berkontribusi terhadap 1,5 juta (15%) kematian anak balita di dunia
dan menyebabkan 55 juta anak kehilangan masa hidup sehat setiap tahun.
Untuk menekan angka tersebut, masyarakat perlu memahami faktor apa saja
yang menyebabkan stunting. Stunting merupakan kondisi gagal pertumbuhan
pada anak (pertumbuhan tubuh dan otak) akibat kekurangan gizi dalam waktu
yang lama. Sehingga, anak lebih pendek dari anak normal seusianya dan
memiliki keterlambatan dalam berpikir.
Kekurangan gizi dalam waktu lama itu terjadi sejak janin dalam kandungan
sampai awal kehidupan anak (1000 Hari Pertama Kelahiran). Penyebabnya
karena rendahnya akses terhadap makanan bergizi, rendahnya asupan vitamin
dan mineral, dan buruknya keragaman pangan dan sumber protein hewani.
Faktor ibu dan pola asuh yang kurang baik terutama pada perilaku dan
praktik pemberian makan kepada anak juga menjadi penyebab anak stunting
apabila ibu tidak memberikan asupan gizi yang cukup dan baik. Ibu yang masa
remajanya kurang nutrisi, bahkan di masa kehamilan, dan laktasi akan sangat
berpengaruh pada pertumbuhan tubuh dan otak anak.
Faktor lainnya yang menyebabkan stunting adalah terjadi infeksi pada ibu,
kehamilan remaja, gangguan mental pada ibu, jarak kelahiran anak yang
pendek, dan hipertensi. Selain itu, rendahnya akses terhadap pelayanan
kesehatan termasuk akses sanitasi dan air bersih menjadi salah satu faktor
yang sangat mempengaruhi pertumbuhan anak.
• Penanggulangan Stunting.
Kebijakan Penanggulangan Stunting di Indonesia Rencana aksi intervensi
stunting diusulkan menjadi 5 pilar utama, yaitu melalui komitmen dan visi
pimpinan tertinggi negara, kampanye nasional berfokus pada pemahaman,
perubahan prilaku, komitmen politik, akuntabilitas, konvergensi, koordinasi,
dan konsilidasi program nasional, daerah, serta masyarakat, mendorong
kebijakan “Food Nutritional Security”, pemantauan dan evaluasi.
Penanggulangan masalah gizi dilakukan melalui intervensi spesifik dan
intervensi sensitif (Jalal 2017). Tahun 2018, kebijakan penanggulangan
stunting dilakukan melalui memprioritaskan 160 kabupaten/kota, dengan
masing-masing 10 desa untuk penanganan stunting, di mana program ini
dilaksanakan melalui beberapa tahapan.
Tahap I dilaksanakan pada tahun 2018, dengan jumlah kabupaten/kota
prioritas sebanyak 100 kabupaten/kota, masingmasing kabupaten/kota terdiri
dari 10 Desa, sehingga total desa berjumlah 1000 desa.
Tahap II dilaksanakan tahun 2019, terdiri dari 60 kabupaten/kota prioritas
dengan total jumlah desa 600. Setiap kementerian terkait diharuskan
mengalokasikan program dan kegiatannya di 100 desa pada 10
kabupaten/kota yang menjadi prioritas penanganan stunting. Pihak terkait,
diantaranya Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan
Kebudayaan, Kementerian Pertanian, Kementerian PPN/Bappenas, dan
TNP2K (Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan),
Kementerian Kesehatan, dan BPKP (Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan).
BAB III
PENUTUP
B. Saran
• Lakukanlah pemeriksaan kehamilan demi kesehatan ibu dan janin
• Rutin melakukan imunisasi anak dan pemeriksaan lain seperti pemeriksaan
pendengaran BERA serta OAE dan medical check up dengan dokter
spesialis anak.
• Konsumsi protein sesuai dengan AKG pada anak untuk pertambahan tinggi
dan berat badan anak di atas 6 bulan.
• Penyediaan pusat layanan dan fasilitas kesehatan untuk Ibu dan anak
haruslah merata di setiap wilayah agar tumbuh kembang anak akan terjaga.
DAFTAR PUSTAKA
Dr.Rita Ramayulis, DCN,M.Kes. Triyani Kresnawan, DCN,M.kes.,, RD. Sri
Iwaningsih,SKM.,MARS,RD. Nur’aini Susilo Rochani, SKM., M.Sc., RD. 2018.
“Stop Stunting Dengan Konseling Gizi”.Depok. Penebar Plus+ (Penebar Swadaya
Grup)
Sri Mugianti, dkk. 2018. “Faktor penyebab anak Stunting usia 25-60 bulan di
Kecamatan Sukorejo Kota Blitar”.Jurnal Ners dan Kebidanan.Vol. 5, No. 3. Hal: 268–
278.