Anda di halaman 1dari 25

Tugas Kelompok

“EPIDEMIOLOGI OBESITAS”

DISUSUN OLEH:

SUCIANA (216240039)

SARINA JAMAL (216240049)

KELOMPOK : VII

KELAS VII EPID

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PAREPARE

TAHUN AJARAN 2019


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan semesta alam dan atas berkat rahmat-Nya penulis
dapat menyelesaikan karya tulis yang berbentuk makalah ini sesuai dengan waktu
yang direncanakan.

Penyusunan makalah ini merupakan tugas individu pada mata kuliah


Current Issue Epidemiologi, Fakultas Ilmu Kesehatan. Dalam makalah ini penulis
mengangkat judul “Epidemiologi Obesitas”

Dalam penulisan makalah ini, tentunya banyak pihak yag telah


memberikan bantuan baik secara moril maupun materil. Oleh karena itu penulis
ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Rini Anggraeny, SKM, M. Kes. Selaku dosen mata kuliah


Epidemiologi Gizi.
2. Rekan-rekan yang telah memberikan masukan-masukan dan informasi
serta referensi, sehingga tersusunlah makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-
kekurangan baik dalam teknik penulisan maupun materi, maka saran dan kritik
yang konstruktif dari semua pihak sangat diharapkan demi penyempurnaan
selanjutnya.

Parepare, 23 November 2019

Suciana,

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................2

C. Tujuan Penelitian..........................................................................................2

BAB II......................................................................................................................2

PEMBAHASAN......................................................................................................2

A. Defenisi Obesitas..........................................................................................2

B. Penentuan Obesitas.......................................................................................2

C. Manifestasi klinis..........................................................................................2

D. Tipe Kegemukan...........................................................................................2

E. Resiko penderita obesitas..............................................................................2

F. Epidemiologi Obesitas..................................................................................2

1. Frekuensi...................................................................................................2

2. Distribusi...................................................................................................2

3. Determinan................................................................................................2

G. Pencegahan Obesitas.....................................................................................2

BAB III....................................................................................................................2

PENUTUP................................................................................................................2

A. Kesimpulan...................................................................................................2

iii
B. Saran..............................................................................................................2

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Obesitas adalah akumulasi lemak abnormal atau berlebihan


yang dapat mengganggu kesehatan (WHO, 2014). Sedangakan menurut
Kementrian Kesehatan 2010 obesitas adalah suatu keadaan dimana berat
badan seseorang melebihi dari standar kesehatan yang telah
ditentukan. Prevalensi obesitas terus meningkat diseluruh dunia dan
telah menjadi epidemik global. Sedikitnya 2,8 juta orang meninggal
setiap tahunnya akibat obesitas WHO (2014).
World Health Organization (WHO) (2016) mengatakan bahwa
lebih dari 1,9 miliar orang dewasa berusia 18 tahun ke atas mengalami
berat badan berlebih dan 600 juta orang diantaranya mengalami obesitas.
Pada tahun 2014 diperkirakan 41 juta anak di bawah usia 5 tahun
mengalami obesitas.
Adapun menurut Ogden et al, (2015) pada tahun 2011 sampai
dengan 2014 anak-anak yang berusia 6 sampai 11 tahun di Amerika
Serikat lebih banyak yang mengalami obesitas yaitu 17,5%
dibandingkan dengan anak yang berusia 2 sampai 5 tahun yaitu
sekitar 8,9%. Kejadian obesitas tidak hanya menjadi masalah bagi
negara yang berpenghasilan tinggi, namun juga obesitas kini
meningkat di negara berpenghasilan rendah dan menengah contohnya di
negara Afrika jumlah anak-anak yang mengalami obesitas meningkat
dua kali lipat dari 5,4 juta pada tahun 1990 menjadi 10,6 juta pada tahun
2014 (WHO,2016).
Di Indonesia obesitas juga memiliki angka kejadian yang cukup
tinggi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Thelancet pada tahun
2014 Indonesia merupakan negara peringkat ke 10 yang memiliki
penderita obesitas tertinggi di seluruh dunia (Adhi, 2015).
Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

1
(Kemenkes RI) (2013) anak yang berusia 5-12 tahun mengalami masalah
berat badan berlebih sebesar 18,8% yang terdiri dari kategori gemuk
10,8% dan obesitas sebesar 8,8%. Pada 5-12 tahun juga terdapat masalah
kekurusan sebesar 11,2 % terdiri dari kurus dan 4,0% sangat kurus.
Angka obesitas pada dewasa diatas 18 tahun menurut hasil
Riskesdas 2018 paling tinggi di Sulawesi Utara, yakni sebanyak 30,2
persen. Di posisi tertinggi selanjutnya berada di DKI Jakarta, Kalimantan
Timur, dan Papua Barat.
Prevalensi obesitas sentral alias perut buncit di kalangan
masyarakat Indonesia juga meningkat. Jika pada 2013 angka obesitas
sentral hanya mencapai 26,6 persen, maka di 2018 ini jumlahnya
meningkat menjadi 31 persen. Lagi-lagi daerah dengan prevalensi perut
buncit tertinggi berada di Sulawesi Utara dan DKI Jakarta.
Pusat Statistik Sulawesi Selatan (2015) menunjukkan kejadian
obesitas menempati urutan ketujuh dari sepuluh penyakit terbanyak di
provinsi Sulawesi Selatan dengan total 2.671 kasus. Adapun penelitian
menurut (Syahrul, et al., 2016) tentang prevalensi obesitas dan
overweight pada anak usia sekolah yang berumur 6-12 tahun di Makassar
yaitu sebanyak 20,4%.
Faktor utama penyebab obesitas biasanya sangat berpengaruh
dengan kebiasaan hidup sehari hari seperti pola makan, aktivitas fisik,
pola tidur, psikologis, dan isolasi sosial pada anak (Arisman, 2010).
Seringnya mengkonsumsi camilan yang mengandung gula sambil
menonton televisijuga berisiko untuk mengalami obesitas (Wilkinson,
2008). Selain itu pola aktivitas yang minim juga berperan besar dalam
peningkatan risiko kegemukan dan obesitas pada anak (Wahyu, 2009.
Berdasarkan data diatas, maka penulis akan membahasa
mengenai masalah epidemiologi obesitas.

2
B. Rumusan Masalah
1. Apakah defenisi dari obesitas?
2. Bagimana cara penentuan obesitas?
3. Apakah manifestasi klinis dari obesitas?
4. Apa saja tipe – tipe obesitas?
5. Apa saja resiko dari obesitas?
6. Apa epidemilogi dari obesitas?
7. Bagimana cara pencegahan dari obesitas?

C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui defenisi dari obesitas?
2. Untuk mengetahui cara penentuan obesitas?
3. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari obesitas?
4. Untuk mengetahui tipe – tipe obesitas?
5. Untuk mengetahui resiko dari obesitas?
6. Untuk mengetahui epidemilogi dari obesitas?
7. Untuk menegtahui cara pencegahan dari obesitas?

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Defenisi Obesitas
Obesitas berasal dari bahasa latin yang berarti makan berlebihan.
Obesitas merupakan istilah yang digunakan dalam menunjukkan adanya
kelebihan berat badan (Rahmawati,2009). Istilah obesitas sendiri menurut
kamus kedokteran Dorland (2012), adalah peningkatan berat badan
melampaui batas kebutuhan fisik dan skeletal, akibat penimbunan lemak
tubuh yang berlebihan. Sedangkan menurut World Health Organization
(WHO), Obesitas didefinisikan sebagai akumulasi lemak abnormal atau
berlebihan yang dapat mengganggu kesehatan(WHO,2015).

B. Penentuan Obesitas
Obesitas di ukur berdasarkan indeks massa tubuh (IMT)
seseorang. IMT merupakan indeks sederhana dari tinggi dan berat
badan yang biasa digunakan untuk mengklasifikasikan kelebihan berat
badan dan obesitas pada orang dewasa. IMT dinyatakan sebagai berat
badan dalam kilogram dibagi dengan kuadrat tinggi badan dalam meter
2 2
(kg/m ). Seseorang dikategorikan kegemukan jika IMT >25 kg/m dan
2
obesitas jika IMT>30 kg/m (WHO, 2015).

Rumus menentukan IMT :

Berat Badan (kg)

Tinggi badan (m)²

Keterangan :
1. BB : berat badan (kg)
2. TB : tinggi badan (m)

4
IMT dapat digunakan untuk menunjukan status gizi pada orang
dewasa yang dapat dilihat dalam dalam tabel 1 dan tabel 2
Tabel 1. Status gizi berdasarkan IMT menurut WHO
BMI Status gizi
<18,5 Kurus
18,5 – 24,9 Normal

25,0 – 29,9 Pre Obesitas

30,0 – 34,9 Obesitas tingkat I

35,0 – 39,9 Obesitas tingkat II

>40,0 Obesita tingkat III

Sumber : WHO, 2015

Tabel 2. Status gizi berdasarkan IMT menurut Kementerian


Kesehatan RI
Status Kategori IMT
Gizi
Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat <17,0
Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0-18,4
Normal 18,5-25,5

Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan >25,0-27,0


Kelebihan berat badan tingkat berat >27,0-29,9

Obesitas Kelebihan berat badan tingkat sangat berat >30

Sumber : (Kementerian Kesehatan RI, 2012).

C. Manifestasi klinis
Obesitas dapat terjadi pada semua golongan umur, akan tetapi pada
anak biasanya timbul menjelang remaja dan dalam masa remaja terutama
anak wanita, selain berat badan meningkat dengan pesat, juga
pertumbuhan dan perkembangan lebih cepat (ternyata jika periksa usia

5
tulangnya), sehingga pada akhirnya remaja yang cepat tumbuh dan
matang itu akan mempunyai tinggi badan yang relative rendah
dibandingkan dengan anak yang sebayanya (Klein Jd, 2010). Bentuk
tubuh, penampilan dan raut muka penderita obesitas:\

1. Paha tampak besar, terutama pada bagian proximal, tangan relatif


kecil dengan jari – jari yang berbentuk runcing.
2. Kelainan emosi raut muka, hidung dan mulut relatif tampak
kecil dengan dagu yang berbentuk ganda.
3. Dada dan payudara membesar, bentuk payudara mirip
dengan payudara yang telah tumbuh pada anak pria
keadaan demikian menimbulkan perasaan yang kurang
menyenangkan.
4. Abdomen, membuncit dan menggantung serupa dengan bentuk
bandul lonceng, kadang – kadang terdapat strie putih atau ungu.
5. Lengan atas membesar, pada pembesaran lengan atas
ditemukan biasanya pada biseb dan trisebnya

Pada penderita sering ditemukan gejala gangguan emosi yang


mungkin merupakan penyebab atau keadaan dari obesitas. Penimbunan
lemak yang berlebihan dibawah diafragma dan di dalam dinding dada
bisa menekan paru – paru, sehingga timbul gangguan pernafasan
dan sesak nafas, meskipun penderita hanya melakukan aktivitas yang
ringan.Gangguan pernafasan bisa terjadi pada saat tidur dan
menyebabkan terhentinya pernafasan untuk sementara waktu (tidur
apneu), sehingga pada siang hari penderita sering merasa ngantuk.
Obesitas bisa menyebabkan berbagai masalah ortopedik,
termasuk nyeri punggung bawah dan memperburuk osteoartritis
(terutama di daerah pinggul, lutut dan pergelangan kaki).Juga kadang
sering ditemukan kelainan kulit.Seseorang yang menderita obesitas
memiliki permukaan tubuh yang relatif lebih sempit dibandingkan dengan
berat badannya, sehingga panas tubuh tidak dapat dibuang secara efisien

6
dan mengeluarkan keringat yang lebih banyak.Sering ditemukan
edema (pembengkakan akibat penimbunan sejumlah cairan) di daerah
tungkai dan pergelangan kaki (Fadillah, 2011).

D. Tipe Kegemukan
Tipe kegemukan ada bermacam-macam. Secara umum dibedakan
berdasarkan bentuk tubuh dan berdasarkan sel lemak. Berikut
ini uraian lebih detailnya (Mumpuni & Wulandari, 2010). Tipe
kegemukan berdasarkan bentuk tubuh :
1. Kegemukan tipe buah apel
Pada pria yang mengalami kegemukan tipe buah apel,
biasanya menyimpan lemak di bawah kulit dinding perut dan di
rongga perut sehingga gemuk di perut dan mempunyai bentuk
tubuh seperti buah apel (apple type) . Kegemukan tipe buah apel
ini sering pula disebut kegemukan sentral atau terpusat karena
lemak banyak terkumpul di rongga perut dan karena banyak
terdapat pada laki-laki disebut juga sebagai kegemukan tipe
android.
2. Tipe buah pir
Kelebihan lemak pada perempuan disimpan di bawah
kulit bagian daerah pinggul dan paha sehingga tubuh berbentuk
seperti buah pir (pear type). Kegemukan tipe buah pir ini juga
disebut sebagai kegemukan perifer karena lemak berkumpul di
pinggir tubuh, yaitu di pinggul dan paha. Oleh karena tipe ini
banyak terdapat pada perempuan juga sebagai kegemukan tipe
perempuan atau kegemukan tipe gynoid.
3. Tipe obesitas berdasarkan keadaan sel lemak
a. Kegemukan tipe Hyperplastik

Kegamukan tipe ini terjadi karena jumlah sel lemak


yang lebih banyak dibandingkan keadaan normal tetapi ukuran
sel-selnya tidak bertambah besar. Kegemukan ini biasa terjadi

7
pada masa anak-anak.

b. Kegemukan tipe Hypertropik

Kegemukan ini terjadi karena ukuran sel lemak


menjadi lebih besar dibandingkan dengan keadaan normal,
tetapi jumlah sel tidak bertambah banyak dari normal.
Kegemukan tipe ini terjadi pada usia dewasa. Usaha untuk
menurunkan berat badan pada kondisi ini lebih mudah
dibandingkan pada kegemukan tipe hyperplastik.

c. Kegemukan tipe Gabungan (Tipe Hyperplastik dan


Hypertropik)
Kegemukan terjadi karena jumlah dan ukur an
sel lemak melebihi normal. Pembentukan sel lemak baru
terjadi segera setelah derajat hypertropik mencapai maksimal
dengan perantaraan suatu sinyal yang dikeluarkan oleh sel
lemak yang mengalami hypertropik. Kegemukan ini bisa
dimulai pada anak-anak dan berlangsung terus sampai
dewasa. Upaya untuk menurunkan berat badan paling sulit
dan resiko tinggi untuk terjadi komplikasi penyakit
(Mumpuni & Wulandari, 2010).

E. Resiko penderita obesitas


Menurut pingkan palilingan (2010), banyak sekali gangguan
kesehatan yang dapat terjadi pada anak dan remaja yang mengalami
obesitas. Anak dengan obesitas akan mengalami msalah dengan sistem
jantung dan pembulu darah ( kardiovaskuler) yaitu hipertensi dan
displidemia (kelainan pada kolesterol). Bisa juga mengalami gangguan
fungsi hat dimana terjadi peningkatan SGOT dan SCPT serta hati yamg
menbesar. Bisa juga terbentuk empedu dan penyakit kencing manis
(diabetes melitus). Pada sistem pernafasan dapat terjafi gangguan fungsi
paru, mengorok pada saat tidur sering mengalami tersumbatnya jalan
nafas (obstrctive sleep apnea).

8
Obesitas juga bisa mempengaruhi kesehatan kulit dimana dapat
terjadi striac atau garis – garis putih terutama bagian perut (white/purple
stripes). Selain itu, gangguan psikologi dapat terjafi dengan anak atau
remaja yang mengalami obesitas. Badan yang terlalu gemuk sering
membuat anak diejek oleh teman – temannya, sehingga memiliki dampak
yang kurang baik pada perkembangan psikologi anak (pinhkan palilingan,
2010).

Obesitas merupakan masalah kesehatan yang sangat serius.


Diamerika 300.000 kematian pertahun disebabkan oleh obesitas. Obesitas
dapat memicu munculnya beberapa penyakit kronis yang sangat serius,
seperti:

1. Resisten Insulin
Insulin dalam tubuh berfungsi untuk menghantarkan glukosa
sebagai bahan bakar pembentukan energi kedalam sel maka insulin
akan menjada kadar gula tingkat yang normal. Pada orang gemuk
terjadi penumpukan lemak yang tinggi didalam tubuhnya, sementara
lemak masih resisten terhadap insulin. Sehingga untuk mengntarkan
glukosa kedalam sel lemak dan menjaga kadar gula dalam darah tetap
normal, pankreas sebagai praktik insulin dibagian pulau – pulau
langerhans, memproduksi insulin dalam jumlah yang banyak. Lama
kelamaan, penkreas tidak sanggup lagi memproduksi insulin dalam
jumlah besar sehingga kadar gula darah berangsur naik dan terjadilah
apa yang disebut dengan Diabetes Melitus tipe 2.
2. Tekanan Darah Tinggi
Hipertensi sangat umum terjadi pada orang gemuk. Para
peneliti di Norwegia menyebutkan bahwa peningkatan tekanan darah
pada perempuan lebih mudah terjadi jika dibandingkan dengan laki –
laki gemuk. Peningkatan darah juga mudah terjadi pada orang gemuk
tipe apel konsentrasi pada lemak perut bila dibandingkan dengan

9
mereka yang gemuk tipe buah pear (konsentrasi lemak ada pinggul dan
paha).
3. Serangan jantung
Penelitian terakhir menunjukka bahwa resiko terkena penyakit
jantung korener pada orang genuk tiga sampai empat kali lebih tinggi
bila dibandingkan dengan orang normal. Setiap peningkatakan 1 kg
berat badan terjadi peningkatan kematian akibat penyakit jangtung
koreoner sebanyak 1%.

F. Epidemiologi Obesitas

1. Frekuensi
World Health Organization (WHO) (2016) mengatakan
bahwa lebih dari 1,9 miliar orang dewasa berusia 18 tahun ke atas
mengalami berat badan berlebih dan 600 juta orang diantaranya
mengalami obesitas. Pada tahun 2014 diperkirakan 41 juta anak di
bawah usia 5 tahun mengalami obesitas.
Prevalensi obesitas terus meningkat diseluruh dunia dan telah
menjadi epidemik global. Sedikitnya 2,8 juta orang meninggal setiap
tahunnya akibat obesitas WHO (2014).
Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
(Kemenkes RI) (2013) anak yang berusia 5-12 tahun mengalami
masalah berat badan berlebih sebesar 18,8% yang terdiri dari kategori
gemuk 10,8% dan obesitas sebesar 8,8%. Pada 5-12 tahun juga
terdapat masalah kekurusan sebesar 11,2 % terdiri dari kurus dan
4,0% sangat kurus.
Angka obesitas pada dewasa diatas 18 tahun menurut hasil
Riskesdas 2018 paling tinggi di Sulawesi Utara, yakni sebanyak 30,2
persen. Di posisi tertinggi selanjutnya berada di DKI Jakarta,
Kalimantan Timur, dan Papua Barat.

10
2. Distribusi
a. Umur
Obesitas dapat terjadi pada seluruh golongan umur, baik
pada anak- anak sampai pada orang dewasa Obesitas dapat terjadi
pada balita ketika dalam tubuhnya terjadi ketidakseimbangan
antara konsumsi kalori dan kebutuhan energi, dimana konsumsi
kalori (energy intake) terlalu banyak dibandingkan dengan
kebutuhan atau pemakaian energi (energy expenditure). Dalam hal
ini asupan energi yang berlebihan tanpa diimbangi aktivitas fisik
rata-rata per hari yang seimbang maka akan mempermudah
terjadinya kegemukan atau obesitas pada seorang balita (AN,
2010).
b. Jenis kelamin
Jenis kelamin berperan dalam kejadian obesitas. Menurut
(Misnadiarly, 2007) obesitas lebih sering dijumpai pada
perempuan dibandingkan dengan laki-laki disebabkan karena
pengaruh hormonal pada perempuan terutama setelah kehamilan
dan pada saat menopause. Begitupun dengan obesitas yang terjadi
pada anak-anak dan remaja. Hal tersebut dibuktikan dengan
penelitian yang dilakukan oleh (Maruf, Aronu, Chukwuegbu, &
Aronu, 2013) pada anak-anak dan remaja di Nigeria menunjukkan
bahwa pada usia 2-6 tahun anak laki-laki memiliki IMT per umur
lebih tinggi dibandingkan dengan anak perempuan, sedangkan
pada usia 11-18 tahun remaja perempuan memiliki IMT lebih
tinggi dibandingkan dengan remaja laki-laki.

3. Determinan
a. Faktor Host
Obesitas dapat terjadi pada semua golongan umur, akan
tetapi pada anak biasanya timbul menjelang remaja dan dalam
masa remaja terutama anak wanita, selain berat badan meningkat

11
dengan pesat, juga pertumbuhan dan perkembangan lebih cepat
(ternyata jika periksa usia tulangnya), sehingga pada akhirnya
remaja yang cepat tumbuh dan matang itu akan mempunyai tinggi
badan yang relative rendah dibandingkan dengan anak yang
sebayanya (Klein Jd, 2010).
b. Faktor Agent
1) Genetik

Obesitas pada anak-anak sebagian besar diwarisi dari


keluarganya. Seorang anak yang memiliki ayah dan/atau ibu
yang obesitas, maka ia pun cenderung mengalami obesitas
(Nurmalina, 2011). Menurut (Kurdanti, et al., 2015) jika ayah
atau ibu mengalami obesitas maka kemungkinan anaknya juga
mengalami obesitas sebesar 40% dan jika kedua orangtuanya
mengalami obesitas maka kemungkinan anaknya mengalami
obesitas jauh lebih besar yaitu 70-80%.

2) Tingkat sosial ekonomi


Masyarakat yang memiliki status sosial ekonomi yang
tinggi dapat dapat berpengaruh terhadap kejadian obesitas pada
anak. Hal ini dikarenakan fasilitas-fasilitas yang dimiliki oleh
mayarakat tersebut dapat menunjang sehingga kurangnya
aktivitas fisik yang dilakukan pada anak.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (He, James,
Merli, & Zheng,2014) terjadi peningkatan kejadian obesitas
pada anak-anak di China yang memiliki status ekonomi yang
tinggi karena tingginya daya beli mayarakat terhadap barang-
barang obesogenik. Pada penelitian ini status ekonomi dilihat
berdasarkan tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan.
Adapun penelitian yang dilakukan oleh (Wu, et al., 2015) yang
tidak sejalan dengan penelitian di atas dengan mengumpulkan
data dari China Health and Nutrition Survey (CHNS) dari

12
tahun1991-2006 anak- anak di China yang memiliki satus
sosial ekonomi yang rendah memiliki resiko kelebihan berat
badan atau obesitas lebih tinggi dibandingkan dengan anak-
anak yang status ekonomi yang tinggi. Hal tersebut
dikarenakan murahnya makan yang berkalori tinggi.
3) Aktivitas fisik
Orang yang memiliki aktivitas fisik yang kurang dan
kebanyakan duduk berisiko mengalami obesitas. Di zaman
modern saat ini, dengan meningkatnya alat-alat yang canggih
dan kemudahan transportasi, masyarakat cenderung malas
untuk melakukan aktivitas fisik. Sebagai contoh, seorang ibu
rumah tangga mencuci baju dengan mesin cuci, hanya
menggunakan sebagian kecil tenaganya dibandingkan bila
mencuci baju dengan tangan yang memerlukan 1050 KJ (250
kkal) per jam (Misnadiarly, 2007).
Di negara bagian Barat, sebagian besar anak-anak dan
remaja tidak memenuhi panduan aktivitas fisik yang
direkomendasikan. Anak yang memiliki aktivitas fisik yang
rendah cenderung memiliki berat badan yang berlebih
dibandingkan dengan anak yang memiliki aktivitas fisik yang
kurang (Hills, Andersen, & Byrne, 2014).
4) Pola makan
Salah satu penyebab dari obesitas adalah pola makan
yang tidak teratur. Masyarakat cenderung memilih makanannya
sendiri terutama makan yang cepat saji dan tinggi karbohidrat
sehingga mengakibatkan masyarakat mengalami kelebihan
asupan makanan dan obesitas atau kelebihan berat badan akan
sulit untuk dihindari (Freitag, 2010).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Amin,
Sultan, & Ali (2008) di Arab Saudi yang bertujuan untuk
mengetahui pola makan pada 1.139 anak laki-laki yang

13
berumur 10-14 tahun yang mengalami overweight dan obesitas.
Hasilnya adalah sebanyak 14,2% yang mengalami overweight
dan 9,7% yang mengalami obesitas. Mengonsumsi makanan
cepat saji, porsi buah, sayuran, susu dan produk susu per hari
yang rendah, dan juga permen atau minuman berkarbonasi
mejadi prediktor terjadinya obesitas dan overweight pada anak
laki-laki tersebut.
5) Faktor kesehatan
Obat-obatan juga dapat mengakibatkan terjadinya
obesitas, yaitu obat-obatan tertentu seperti steroid dan
beberapa anti depresant, dapat menyebabkan penambahan
berat badan.
6) Faktor perkembangan
Penambahan ukuran atau jumlah sel-sel lemak
menyebabkan bertambahnya jumlah lemak yang disimpan
dalam tubuh. Penderita obesitas, terutama yang menjadi
gemuk pada masa kanak-kanak, dapat memiliki sel lemak
sampai lima kali lebih banyak dibandingkan dengan orang
dengan berat badan normal. Jumlah sel-sel lemak tidak dapat
dikurangi, oleh karena itu penurunan berat badan hanya dapat
dilakukan dengan cara mengurangi jumlah lemak dalam
setiap sel (IH. Nurul, 2009).
c. Faktor Environment
Gen merupakan faktor penting dalam timbulnya
obesitas, namun lingkungan seseorang juga memegang peranan
yang cukup penting. Yang termasuk lingkungan dalam hal ini
adalah prilaku atau pola gaya hidup, misalnya apa yang dimakan
dan berapa kali seseorang makan, serta bagaimana aktifitasnya
setiap hari. Seseorang tidak dapat mengubah pola genetiknya
namun dapat mengubah pola makan dan aktifitasnya.

14
G. Pencegahan Obesitas
Penagangan obesitas pada anak dan remaja ditujukan untuk
mencapai berat badan yang ideal dan pengukuran BMI secara umum dan
efektif secara mampu mencegah komplikasi jangka panjang akibat
obesitas seperti hipertensi, dm, dan penykaiy kerdiovascular. kerna
demikian kompleksya permasalahn obesitas ini maka perlu ditangani
bersama antara dokter anak, psikologi, ahli gizi dan tentu saja orang tua.
oleh karena anak sedang masa pertumbuhan maka menurunkan berat
badan anak harus dilakukan dengan perhitungan yang tepat agar tidak
mengganggu pertumbuhannya. menurut Rahmatika (2008) bahwa ada
beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menangani obesitas, antara lain:

1. Non Farmakologi
a. Olahraga
Olahraga yang dianjurkan adalah olahraga yang bersifat
aerobik, yaitu olahraga yang menggunakan oksigen dalam sistem
pembentukan energinya, atau dengan kata lain olahraga yang tidak
terlalu berat namun dalam waktu lebih dari 15 menit. Contohnya
olahraga yang dianjurkan anatara lain berjalan selama 20 – 30
menit setiap harinya, berenang, bersepeda, dan jogging.
b. Diet
Diet berhubungan dengan makanan yang dikonsumsi dalam
kelurga sehari – hari maka partisipasi seluruh anggota keluarga
untuk ikut mengubah pola makanan akan sangat bermanfaat.
Kurangi konsumsi makanan cepat saji dan banyak mengandung
lemak terutama asam lemak tak jenuh dan mengurangi makanan
yang manis – manis.
c. Operasi
Penanganan obesitas dengan cara operasi dilakukan apabila
keadaan penderita sudah tidak mungkin lagi untuk diberikan cara –
cara lain seperti tidak mungkin untuk diberikan cara- cara lain

15
seperti olahraga dan diet. Cara ini dilakukan juda dengan alasan
untuk mendapatkan tubuh yang ideal dengan cara yang cepat.
Operasi ini dilakukan dengan cara mengangkat jaringan lemak
bawah kulit yang berlebihan pada penderita.

2. Farmakologi
a. Orlistat menginduksi penurunan berat badan cara menurunkan
absopi lemak dan mengembangkan profil lipid, control glukosa dan
metabolit yang lain. Nyeri perut atau colic, flatulence, fecal
urgancy banyak terjadi pada 80% individu dari ringan sampai
berat. Dan berkembang setelah 1 – 2 tahun terapi. Orlistat
berinteraksi dengan absorbsi vitamin larut lemak dan siklosporine.
b. Sibutramin lebih efektif dari pada placebo tetapi pasien akan
berkurang berat badanya setelah 6 bulan terapi. Mulut kering,
anorexia, insomnia, konstipasi mulai timbul 3 kali lebih sering dari
pada placebo. Sibutramine tidak digunakan pada pasien dengan
stroke.
c. Dietilpropion (25mg sebelum makan atau 75mg pada sediaan lepas
lambat setiap pagi) lebih efektif dari pada placebo dapat menurangi
berat badan dengancepat adalah salah satu surpresen noradenergic
yang man dan dapat digunakan pada pasien dengan hipertensi
ringan sampai dengan sedang, atau angine tapi tidak dapat
digubakan pada pasien hipertensi berat atau penyakit
kardiovaskular yang signifikan (Dipiro, 2005).

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. World Health Organization (WHO), Obesitas didefinisikan sebagai
akumulasi lemak abnormal atau berlebihan yang dapat mengganggu
kesehatan(WHO,2015).
2. Penentuan obesitas iadalah dengan melihat IMT dimana berat badan
dalam kilogram dibagi dengan kuadrat tinggi badan dalam meter
2 2
(kg/m ). Seseorang dikategorikan kegemukan jika IMT >25 kg/m
2
dan obesitas jika IMT>30 kg/m (WHO, 2015).
3. Tipe – tipe obesitas, antara lain: Kegemukan tipe buah apel, Tipe buah
pir, dan Tipe obesitas berdasarkan keadaan sel lemak terbagi tiga
yaitu: Kegemukan tipe Hyperplastik, Kegemukan tipe Hypertropik,
Kegemukan tipe Gabungan (Tipe Hyperplastik dan Hypertropik).
4. Resiko penderita obesita, Menurut pingkan palilingan (2010), banyak
sekali gangguan kesehatan yang dapat terjadi pada anak dan remaja
yang mengalami obesitas. Anak dengan obesitas akan mengalami
msalah dengan sistem jantung dan pembulu darah ( kardiovaskuler)
yaitu hipertensi dan displidemia (kelainan pada kolesterol). Bisa juga
mengalami gangguan fungsi hat dimana terjadi peningkatan SGOT
dan SCPT serta hati yamg menbesar. Bisa juga terbentuk empedu dan
penyakit kencing manis (diabetes melitus). Pada sistem pernafasan
dapat terjafi gangguan fungsi paru, mengorok pada saat tidur sering
mengalami tersumbatnya jalan nafas (obstrctive sleep apnea).
5. Epidemiologi obesites:
Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
(Kemenkes RI) (2013) anak yang berusia 5-12 tahun mengalami
masalah berat badan berlebih sebesar 18,8% yang terdiri dari kategori
gemuk 10,8% dan obesitas sebesar 8,8%. Pada 5-12 tahun juga

17
terdapat masalah kekurusan sebesar 11,2 % terdiri dari kurus dan
4,0% sangat kurus.
Angka obesitas pada dewasa diatas 18 tahun menurut hasil
Riskesdas 2018 paling tinggi di Sulawesi Utara, yakni sebanyak 30,2
persen. Di posisi tertinggi selanjutnya berada di DKI Jakarta,
Kalimantan Timur, dan Papua Barat.
Faktor Agent dari penyakit obesitas bisa diakibatkan dari:
Genetik, Aktivitas fisik, Pola makan, Faktor perkembangan, Faktor
kesehatan, dan Tingkat ocial ekonomi.
Faktor Environment Ialah dilihat dari Gen dimana, merupakan
faktor penting dalam timbulnya obesitas, namun lingkungan
seseorang juga memegang peranan yang cukup penting. Yang
termasuk lingkungan dalam hal ini adalah prilaku atau pola gaya
hidup, misalnya apa yang dimakan dan berapa kali seseorang
makan, serta bagaimana aktifitasnya setiap hari.

B. Saran
Makalah ini telah dibuat oleh penulis dengan tujuan sehingga pada
pembaca lebih mengetahuan tentang epidemiologi obesitas . maklaah yang
telah dibuat penulis masih memiliki kekurangan dari materi – materi yang
telah dibuat penulis, maka penulis menyarankan agar penulis selanjutnya
dapat membuat makalah dengan referensi yang lebih banyak lagi yang
berhubungan dengan masalah epidemiologi obesitas.

18
DAFTAR PUSTAKA

Adhi, R. (2015). Obesitas dan Ancaman Ekonomi Global. Diakses pada


tanggal 25 Maret 2017, dari http://print.kompas.com/baca/tlzg.

AN, 2010, Menyingkap Fenomena Anak Obesitas, dari


http://kesehatan.kompas.com/read/2010/05/25/10374224/ diakses
tanggal 24 Mei 2016

Arisman. (2010). Buku Ajar Ilmu Gizi. Jakarta : EGC.

Dapiro. (2005). Hubungan asupan zat gizi makro dan aktivitas fisik dengan status
gizi pelajar SMA Muhammadiyah I Yogyakarta. Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada.

Fadilah. 2011 .Obesitas dan Penyakit Jantung Koroner.Artikel Ilmu Penyakit


Dalam dari
http://dokternetworkangk97.blogspot.com/2011/01/obesitas- dan-
penyakit-jantung-koroner.html, diakses 14 Mei 2016

Freitag, H. (2010). Bebas Obesitas Tanpa Diet Menyiksa. Yogyakarta:


Media Pressindo.

He, W., James, S. A., Merli, M. G., & Zheng, H. (2014). An increasing
socioeconomic gap in childhood overweight and obesity in China.
American Journal of Public Health, 104(1), 14-22.
doi:10.2105/AJPH.2013.301669

IH. Nurul, 2009, Overweight/obesitas pada Anak, dari


http://www.sehatgroup.web.id/?p=198 diakses tanggal 24 Mei 2016

KEMENKES. (2012). Pedoman Pencegahan dan Penanggulangan Kegemukan


dan Obesitas pada Anak Sekolah. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia. Retrieved from
http://gizi.depkes.go.id/download/Pedoman%20Gizi/Obesitas.pdf

19
Kementerian Kesehatan RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar, Riskesdas
2013. Kementerian Kesehatan RI, Jakarta.
https://www.suara.com/health/2018/11/02/133408/jumlah-penduduk-
obesitas-di-indonesia-meningkat-218-persen

Klein Jd. Sesselberg TS. Johnson MS. 2010. Adoption of body-mass index
guidelines for Screening and Counselingin pediatric practice.
US:Pediatrics.

Kurdanti, W., Suryani, I., Syamsiatun, N. H., Siwi, L. P., Adityanti, M.


M., Mustikaningsih, D., & Sholihah, K. I. (2015). Faktor-faktor yang
mempengaruhi kejadian obesitas pada remaja. Jurnal Gizi Klinik
Indonesia, 11(4), 179-190. Retrieved
from https://jurnal.ugm.ac.id/jgki/article/download/22900/15594

Maruf, F. A., Aronu, U., Chukwuegbu, K., & Aronu, E. (2013). Influence
ofgenderonprevalence of overweight and obesity in
Nigerianschoolchildren and adolescents. Tanzania Journal of Health
Research, 15(4), 1-6. doi:10.4314/thrb.v15i4.6

Misnadiarly. (2007). Obesitas sebagai Faktor Risiko dari beberapa


Penyakit. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Nurmalina. (2011). Pencegahan & Manajemen Obesitas . Bandung: Elex


Media Komputindo.

Ogden, Cynthia L; Carroll, Margaret D; Fryar, Cheryl D; Flegal, Katherine M.


(2015). Products - Data Briefs. United States: Centers for Disease
Control and Prevention. Retrieved Juni 16, 2017, from Centers for
Disease Control and Prevention:
https://www.cdc.gov/nchs/products/databriefs/db219.htm

Pingkan Palilingan. 2010. Pengaruh latihan percaya diri terhadap peningkatan diri
pada penerita obesitas. Jakarta:

20
Rahmatika . 2008. Asuhan Nutrisi Pediatrik. UKK Nutrisi dan Penyakit
Metabolik Ikatan Dokter Anak Indonesia.

Rahmawati. (2009). Obesitas sebagai Faktor Risiko dari beberapa Penyakit.


Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Syahrul, S., Kimura, R., Akiko, T., Tantut, S., Ruka, S., & Fithria, A.
(2016). Prevalence of underweight and overweight among school-
aged children and it's association with children's sociodemographic
and lifestyle in Indonesia. International Journal of Nursing Sciences,
3(2), 169-177. doi:10.1016/j.ijnss.2016.04.004

Wahyu, G. G. (2009). Obesitas Pada Anak. Jakarta : Bentang Pustaka.

WHO. (2015). Physical Activity. Retrieved Juni 15, 2015, from


WHO: http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs385/en/

WHO. (2016). Obesity and Overweight. Retrieved September 5, 2017, from


WHO: http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs311/en/

Wilkinson, K. M. (2008). Increase Obesity in Children and Adolescents


An Alarming Epidemic. Journal of American Pediatric, 21 (12).

World Health Organization (WHO). (2014). Prevalence Obesity


and Overweight.Diakses pada 5 Maret 2017. Dari http;//www.who.
Int/growthref /who. bmi.for.age/enhtml

Wu,S,Ding, Y., Wu, F., Li, R., Hu, Y., Hou, J., & Mao, P. (2015). Socio-
economic osition as an intervention against overweight and obesity in
children: a stematic review and meta-analysis. Scientific Reports,
5(11354), 1-11. oi:10.1038/srep11354

21

Anda mungkin juga menyukai