Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

TINDAK LANJUT PENDIDIKAN KESEHATAN

Mata Kuliah : Gizi Masyarakat

Dosen pengampuh : Albert M. Bau Mali S. Kep. Ns., MPH

OLEH :

NAMA : NATALIA I MARTINI

NIM : PO5300324019478

TINGKAT : 2B

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLTEKKES KEMENKES KUPANG

JURUSAN KEBIDANAN

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat dari-
nya yang limpah telah memberikan kesehatan baik jasmani maupun rohani sehingga
terselesaikanya makalah ini yang bejudul ” TINDAK LANJUT PENDIDIKAN
KESEHATAN ”

Saya sebagai penulis mengucapkan terima ksih kepada semua pihak yang telah
membantu penulis baikn secara langsung maupun tidak langsung sehingga dapat
terselesaikanya maklahini. Saya sebagai penulis menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan maka demi menyempurnakan makalah inisaya mengharapkan
kritikan dan saran dari pembaca yang bersifat membangun.

Kupang, 30 Mei 2021


DAFTAR ISI

Kata pengantar......................................................................................i

Daftar isi...............................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang................................................................................1
B. Rumusan masalah...........................................................................1
C. Tujuan masalah...............................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Observasi/ pemantauan status gizi .................................................2


B. Kolaborasi dan rujukan .................................................................6

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan………………………………………………………..9

B. Saran………………………………………………………………9 .

Daftar pustaka
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gizi mempengaruhi penyembuhan penyakit pada pasien di rumah sakit. Malnutrisi


berdampak pada lamanya perawatan, terjadinya komplikasi penyakit, meningkatnya
biaya pengobatan dan kematian.Kondisi tersebut disebabkan karena ketidakseimbangan
antara asupan dan kebutuhan zat gizi. Upaya peningkatan status gizi pasien merupakan
tanggungjawab petugas kesehatan, salah satunya adalah tenaga gizi (Ahli Gizi).

Asuhan Gizi diberikan oleh tenaga gizi berdasarkan Permenkes RI Nomor 26/2013,
yang dimaksud Tenaga Gizi adalah : Nutrisionis (Technical Register Dietisien/TRD) dan
Dietisien (Register Dietisien/RD). Instalasi Gizi RS mempunyai 4 (empat) tugas pokok
yaitu : Pelayanan asuhan gizi rawat inap, Pelayanan asuhan gizi rawat jalan,
Penyelenggaraan Makanan & Dietetik, Penelitian & Pengembanga

B. Rumusan Masalah

1. Jelaskan Observasi/ pemamtuan status gizi


2. Jelasakan tentang kolaborasi dan rujukan

C. Rumusan Masalah

Penulisa bisa memahami tentang observasu/ pemantauan status gizi serta kolaborasi dan
rujukan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Observasi/ pemantauan status Gizi

Pemantauna status gizi ini dianggap penting dilakukan Karena sebagai dasar untuk
mengetahui keadaan Ibu hamil serta janin dalam kandungan tidak megalami gangguan
pertumbuhan dan dapat lahir dengan berat badan yang normal.

Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui gejala: Menimbang BB Mengukur TB


Dihubungkan dengan umur Pada anak gunakan KMS untuk mencatat untuk menilai
perkembangan BB anak. Pada orang dewasa dengan membandingkan BB/TB atau IMT
Pengukuran Status Gizi dikelompokkan sbb: Pengukuran langsung Antropometri, Klinis
Biokimia Biofisik Pengukuran tidak langsung Survey konsumsi Statistik vital Faktor
ekologi Antropometri: Dari sudut pandang gizi, antropometri berhubungan dengan
pengukuran dimensi dan komposisi tubuh pada berbagai tingkat umur. Digunakan untuk
melihat ketidak seimbangan asupan protein dan energi yang terlihat pada pola
pertumbuhan fisik serta proporsi jaringan tubuh spt lemak dan otot. Klinis: Metode
pemeriksaan klinis didasarkan atau perubahan-perubahan yang terjadi pada jaringan
epitel seperti mata, kulit, rambut dan mukosa. Penggunaan metode klinis dirancang untuk
mendeteksi secara cepat tanda-tanda kekurangan zat gizi, dengan melakukan antara lain
pemeriksaan fisik riwayat penyakit Biokimia: Pemeriksaan secara lab untuk berbagai
macam jaringan tubuh, mis: darah urine, feses, hati, otot. Banyak gejala klinis yang tidak
spesifik sehingga diperlukan pemeriksaan kimia saat yang diharapkan dapat menentukan
kekurangan gizi yang lebih tepat Biofisik: Penggunaan metode penentuan status gizi
dengan melihat kemampuan fungsi dan perubahan struktur jaringan.

Ada 2 Cara pengukuran Status Gizi pada Ibu hamil, Bayi dan Balita.

1. Cara pengukuran status Gizi pada Ibu hamil


Cara pengukuran untuk mengetahui apakah ibu hamil terpenuhi gizinya atau tidak
yaitu dengan cara mengukur mengukur Lingkar lengan atas dengan nilai normal yaitu
23,5 cm dan berat badan ibu selama hamil dengan kenaikan berat badan ibu pada
masa hamil 10-12 kg.

Kebutuhan gizi ibu hamil akan berbeda pada tiap perkembangannya.


Kehamlan memberikan kontribusi yang sangat penting bagi proses dan output
persalinan. Peningkatan berat badan yang adekuat akan memperkecil terjadinya
resiko terjadinya persalinan small gestational age (SGA) atau preterm.Kebutuhan
peningkatan berat badan untuk setiap wanita berbeda-beda. Faktor yang
mempengaruhi besarnya kebutuhan berat badan ditentukan oleh tinggi badan dan
berat badan, apakah wanita tersebut memiliki berat badan normal, kurang atau lebih
sebelum kehamilan.

Adapun metode yang biasa digunakan dalam menentukan kondisi berat badan dan
tinggi badan adalah body mass index (BMI). Formula ini digunakan untuk
menghitung BMI adalah: BMI = Berat/Tinggi. Wanita dengan kategori rendah,
peningkatan berat badan idealnya saat hamil adalah 12,5 sampai dengan 18 kg.
Sedangkan untuk wanita dengan BMI normal, peningkatan berat badan idealnya pada
saat hamil adalah 11,5 sampai dengan 16 kg dan untuk wanita dengan BMI yang lain,
peningkatan berat badannya antara 7 sampai dengan 11,5. Wanita dengan tinggi
badan kurang dari 157 cm kenaikan berat badannya disarankan mendekati batas
bawah kenaikan berat badan yang direkomendasikan untuk mengurangi
meningkatnya resiko akibat timbulnya komplikasi yang sifatnya mekanis.

2. Cara pengukuran Satus Gizi pada Bayi dan Balita

Untuk mengukur status Gizi pada bayi dilakukan dengan mengukur berat dan tinggi
per umur sebagai indikator status gizi anak, Dibawah ini akan diuraikan 4 macam
cara pengukuran yang sering dipergunakan di bidang gizi masyarakat serta
klasifikasinya :

a. Berat Badan Per Umur, meliputi:


1) Gizi lebih (over weight)
2) Gizi baik (well nourished)
3) Gizi kurang (under weight) yang mencakup kekurangan kalori dan protein
(KKP)

b. Tinggi Badan menurut umur

Secara terperinci, pengukuran status gizi bayi / anak balita berdasarkan berat dan
tinggi badan adalah menggunakan tabel seperti dibawah.

Tabel Berat dan Tinggi Badan Menurut Umur (0-5 Tahun, Jenis Kelamin Tidak
Dibedakan)

Umur Berat (Kg) Tinggi (Cm)

Normal Kurang Buruk Normal Kurang Buruk


Tahu
Bulan
n 80% 60% 80% 60%
Baku Baku
Baku Baku Baku Baku

Sumber : Puslitbang Gizi, Depkes RI

c. Berat badan menurut tinggi


d. Lingkar Lengan Atas menurut Umur

Pengukuran status gizi bayi / anak berdasarkan lingkar lengan atas secara
terperinci adalah menggunakan tabel seperti dibawah.

Cara lain untuk mengukur status gizi pada bayi dan baita baik atau tidak yaitu dengan
KMS, berikut ini penulis sertakan grafik pertumbuhan yang tertera pada KMS. Cara
penggunaan :

a. Sebaik-baik pertumbuhan adalah bila mengikuti arah satu pita. Terutama bila
ada di hijau.
b. Cantumkan tanggal pemeriksaan di kotak bagian bawah secara vertikal.
c. Timbang anak. Sebaiknya menggunakan dacin.
d. Beri titik sesuai dengan berat badan dan umur anak.
e. Bulan berikutnya lakukan 1-3. Hubungkan kedua titik. Dan seterusnya,

3. Standar penilaian status Gizi pada Ibu hamil, Bayi dan Balita.

a. Standar Penilaian Status Gizi pada Ibu hamil

Kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme energi, karena itu


kebutuhan energi dan zat gizi lainnya meningkat selama kehamilan. Peningkatan
energi dan zat gizi tersebut diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan
janin, pertambahan besarnya organ kandungan, perubahan komposisi dan
metabolisme tubuh ibu. Sehingga kekurangan zat gizi tertentu yang diperlukan
saat hamil dapat menyebabkan janin tumbuh tidak sempurna.

Bagi ibu hamil, pada dasarnya semua zat gizi memerlukan tambahan, namun
yang seringkali menjadi kekurangan adalah energi protein dan beberapa mineral
seperti Zat Besi dan Kalsium.

Kebutuhan energi untuk kehamilan yang normal perlu tambahan kira-kira


80.000 kalori selama masa kurang lebih 280 hari. Hal ini berarti perlu tambahan
ekstra sebanyak kurang lebih 300 kalori setiap hari selama hamil (Nasution,
1988).

Energi yang tersembunyi dalam protein ditaksir sebanyak 5180 kkal, dan
lemak 36.337 Kkal. Agar energi ini bisa ditabung masih dibutuhkan tambahan
energi sebanyak 26.244 Kkal, yang digunakan untuk mengubah energi yang
terikat dalam makanan menjadi energi yang bisa dimetabolisir. Dengan demikian
jumlah total energi yang harus tersedia selama kehamilan adalah 74.537 Kkal,
dibulatkan menjadi 80.000 Kkal. Untuk memperoleh besaran energi per hari, hasil
penjumlahan ini kemudian dibagi dengan angka 250 (perkiraaan lamanya
kehamilan dalam hari) sehingga diperoleh angka 300 Kkal.
Kebutuhan energi pada trimester I meningkat secara minimal. Kemudian
sepanjang trimester II dan III kebutuhan energi terus meningkat sampai akhir
kehamilan. Energi tambahan selama trimester II diperlukan untuk pemekaran
jaringan ibu seperti penambahan volume darah, pertumbuhan uterus, dan
payudara, serta penumpukan lemak. Selama trimester III energi tambahan
digunakan untuk pertumbuhan janin dan plasenta.

Karena banyaknya perbedaan kebutuhan energi selama hamil, maka WHO


menganjurkan jumlah tambahan sebesar 150 Kkal sehari pada trimester I, 350
Kkal sehari pada trimester II dan III. Di Kanada, penambahan untuk trimester I
sebesar 100 Kkal dan 300 Kkal untuk trimester II dan III. Sementara di Indonesia
berdasarkan Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VI tahun 1998 ditentukan
angka 285 Kkal perhari selama kehamilan. Angka ini tentunya tidak termasuk
penambahan akibat perubahan temperatur ruangan, kegiatan fisik, dan
pertumbuhan. Patokan ini berlaku bagi mereka yang tidak merubah kegiatan fisik
selama hamil.

Sama halnya dengan energi, kebutuhan wanita hamil akan protein juga
meningkat, bahkan mencapai 68 % dari sebelum hamil. Jumlah protein yang
harus tersedia sampai akhir kehamilan diperkirakan sebanyak 925 g yang
tertimbun dalam jaringan ibu, plasenta, serta janin. Di Indonesia melalui Widya
Karya Nasional Pangan dan Gizi VI tahun 1998 menganjurkan penambahan
protein 12 g/hari selama kehamilan. Dengan demikian dalam satu hari asupan
protein dapat mencapai 75-100 g (sekitar 12 % dari jumlah total kalori); atau
sekitar 1,3 g/kgBB/hari (gravida mature), 1,5 g/kg BB/hari (usia 15-18 tahun),
dan 1,7 g/kg BB/hari (di bawah 15 tahun).

Bahan pangan yang dijadikan sumber protein sebaiknya (2/3 bagian) pangan
yang bernilai biologi tinggi, seperti daging tak berlemak, ikan, telur, susu dan
hasil olahannya. Protein yang berasal dari tumbuhan (nilai biologinya rendah)
cukup 1/3 bagian.
Kenaikan volume darah selama kehamilan akan meningkatkan kebutuhan Fe
atau Zat Besi. Jumlah Fe pada bayi baru lahir kira-kira 300 mg dan jumlah yang
diperlukan ibu untuk mencegah anemia akibat meningkatnya volume darah adalah
500 mg. Selama kehamilan seorang ibu hamil menyimpan zat besi kurang lebih
1.000 mg termasuk untuk keperluan janin, plasenta dan hemoglobin ibu sendiri.
Berdasarkan Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi Tahun 1998, seorang ibu
hamil perlu tambahan zat gizi rata-rata 20 mg perhari. Sedangkan kebutuhan
sebelum hamil atau pada kondisi normal rata-rata 26 mg per hari (umur 20 - 45
tahun).

b. Standar kebutuhan gizi pada bayi dan balita

Standar kebutuhan gizi bayi dan balita yaitu disesuaikan dengan pertumbuhan
berat badan bayi dan balita. Kalori: 100-120 per kilogram berat badan. Bila berat
badan bayi 8 kilogram maka kebutuhannya: 8 x 100 /120 = 800/960 kkal. Protein:
1,5-2 gram per kilogram berat badan. Bila berat badan bayi 8 kilogram maka
kebutuhannya 8 x 1,5/2 = 12/16 ÷ 4 = 3/4 gram. Karbohidrat: 50-60 persen dari
total kebutuhan kalori sehari.

Bila kebutuhan kalori sehari 800 kkal, maka 50%-nya = 400/4 = 100 gram.
Lemak: 20 persen dari total kalori. Bila kebutuhan kalori sehari 800 kkal, maka
20%-nya = 160/40 = 4 gram

4. Teknik Pencegahan serta penaggulangan pada kasus Gizi kurang

a. Pencegahan dan penanggulangan dilaksanakan di seluruh kabupaten/kota di


Indonesia, sesuai dengan kewenangan wajib dan Standar Pelayanan Minimal
(SPM) dengan memperhatikan besaran dan luasnya masalah.
b. Mengembalikan fungsi posyandu dan meningkatkan kembali partisipasi
masyarakat dan keluarga dalam memantau tumbuh kembang balita, mengenali
dan menanggulangi secara dini balita yang mengalami gangguan pertumbuhan
melalui revitalisasi Posyandu
c. Meningkatkan kemampuan petugas, dalam manajemen dan melakukan
tatalaksana gizi buruk untuk mendukung fungsi Posyandu yang dikelola oleh
masyarakat melalui revitalisasi Puskesmas
d. Menanggulangi secara langsung masalah gizi yang terjadi pada kelompok rawan
melalui pemberian intervensi gizi (suplementasi), seperti kapsul Vitamin A,
MPASI dan makanan tambahan
e. Mewujudkan keluarga sadar gizi melalui promosi gizi, advokasi dan sosialisasi
tentang makanan sehat dan bergizi seimbang dan pola hidup bersih dan sehat
f. Menggalang kerjasama lintas sektor dan kemitraan dengan swasta/dunia usaha
dan masyarakat untuk mobilisasi sumberdaya dalam rangka meningkatkan daya
beli keluarga untuk menyediakan makanan sehat dan bergizi seimbang
g. Mengaktifkan kembali Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) melalui
revitalisasi SKPG dan Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) Gizi Buruk, yang
dievaluasi dengan kajian data SKDN yaitu (S)emua balita mendapat (K)artu
menuju sehat, (D)itimbang setiap bulan dan berat badan (N)aik, data penyakit dan
data pendukung lainnya.

B. Sistem Rujukan dan Kolaborasi untuk kasus Gizi kurang pada Ibu hamil, Bayi dan
Balita

1. Pemberian PMT dari pemerintah

Harus disadari bahwa program penanganan dan pencegahan gizi buruk di bidang
kesehatan lebih banyak bersifat darurat dan mendesak seperti bantuan pengobatan
atau perawatan, pemberian PMT pemulihan dan suplementasi zat gizi. Pada saat
bantuan dihentikan, masalah kekurangan gizi akan terjadi lagi karena
ketidakmampuan keluarga terkait dengan daya beli dan keadaan ekonomi keluarga.

Menurut Martorell, bahwa investasi di sektor sosial (gizi, kesehatan dan


pendidikan) dan ekonomi akan memperbaiki keadaan gizi masyarakat yang
merupakan faktor penentu untuk meningkatnya kualitas SDM. Jika kualitas SDM
meningkat, maka produktivitas kerja akan meningkat yang selanjutnya keadaan
ekonomi akan meningkat. Dengan terjadinya perbaikan ekonomi maka kemiskinan
akan berkurang, dan selanjutnya akan meningkatkan keadaan gizi masyarakat.

Untuk itulah perlu kewaspadaan agar tidak terjadinya gizi buruk yaitu dengan
melakukan memantau pertumbuhan berat badan anak dengan menimbang setiap
bulan secara teratur sejak bayi sampai umur 5 tahun. Tempatnya di Posyandu dengan
menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS). Dengan KMS, Ibu diberitahu bahwa
KMS adalah “stetoskop” sang ibu untuk memantau apakah anaknya sehat atau tidak.
Ilmu yang diajarkan cukup sederhana yaitu “Anak Sehat Bertambah Umur Tambah
Berat Badan” Apabila berat badan anak turun dan tidak bertambah berat badannya
selama dua bulan berturut-turut, maka anak perlu diperiksakan ke dokter atau
Puskesmas untuk dicari penyebab tidak naiknya berat badan anak. Itulah fungsi
pokok kegiatan Posyandu.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Cara pengukuran status gizi pada ibu hamil yaitu melalui penimbangan berat
badan, lingkar lengan atas pada ibu hamil, dan pada bayi serta balita melalui
pemantauan pertumbuhan berat dan tinggi badan yang dapat dilihat melalui
KMS.

Ibu hamil membutuhkan energi untuk kehamilan yang normal perlu tambahan
kira-kira 80.000 kalori selama masa kurang lebih 280 hari, sedangkan bayi dan
balita membutuhkna energy yang dapat disesuiakan dengan berta badan per umur
masing-masing.

B. Saran

Anda mungkin juga menyukai