OLEH KELOMPOK 7
T.A 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas Berkat dan
KaruniaNya kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam
makalah ini kami membahas tentang “STIMULASI ASUHAN KEPERAWATAN ANAK
DENGAN GANGGUAN NUTRISI OBESITAS KKP”. Sehinga makalah ini dapat diselesaikan
dengan baik. Semoga dengan adanya makalah ini, dapat berguna bagi pembaca dalam proses
pembelajaran dan untuk menambah wawasan kita semua.
Kami juga berterima kasih kepada dosen kami Sr.Auxilia sebagai dosen mata kuliah
“Keperawatan Anak ” yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan makalah ini dan kami
juga berterima kasih kepada teman-teman yang telah mendukung kami dalam menyelesaikan
makalah ini.
Kami menyadari bahwa banyak kekurangan pada makalah ini, oleh karena itu kami
meminta kepada pembaca untuk memberikan saran dan kritik yang dapat membangun makalah
ini. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
KELOMPOK 7
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1..............................................................................................................................................L
ATAR BELAKANG
1.2..............................................................................................................................................R
UMUSAN MASALAH
1.3..............................................................................................................................................T
UJUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
DAFTAR PUSTRAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Obesitas di Indonesia terjadi pada semua kelompok umur dan strata social ekonomi.
Obesitas merupakan masalah yang serius karena dapat berlanjut hingga usia dewasa (KKRI,
2012; Mistry dan Puthussery, 2015). Obesitas merupakan salah satu masalah yang dihadapi
Indonesia selain kekurangan nutrisi. Ketimpangan pendapatan yang menyertai pertumbuhan
ekonomi Indonesia dapat memperburuk masalah yang dihadapi Indonesia tersebut (Hanandita
dan Tampubolon, 2015)
Prevalensi obesitas di seluruh dunia meningkat dua kali lipat antara tahun 1980 sampai
2014. Pada tahun 2014 lebih dari 1,9 miliar orang dewasa usia 18 tahun atau lebih mengalami
kelebihan berat badan. Dari jumlah tersebut lebih dari 600 juta mengalami obesitas. Secara
keseluruhan, sekitar 13% populasi dewasa di dunia (11% laki-laki dan 15% perempuan) yang
mengalami obesitas dan 39% dari orang dewasa berusia 18 tahun ke atas (38% pria dan 40%
wanita) mengalami kelebihan berat badan (Who.int, 2015)
Kelebihan berat badan dan besitas merupakan akumulasi lemak yang tidak normal yang
dapat mengganggu kesehatan (Who.int, 2015). Obesitas merupakan keadaan patologis sebagai
akibat dari konsumsi makanan yang jauh melebihi kebutuhannya sehingga terdapat penimbunan
lemak yang berlebihan dari apa yang diperlukan untuk fungsi tubuh (Soetjiningsih, 1995).
Asupan energy diperoleh dari makanan tinggi kalori sedangkan rendahnya pengeluaran energy
dapat disebabkan oleh kurangnya akifitas fisik (KKRI, 2012).
Penyebab obesitas pada anak belum sepenuhnya diketahui. Diduga obesitas pada anak
disebabkan adanya interaksi antara faktor genetik dan faktor nongenetik. Faktor genetik
diantaranya salah satu atau kedua orang tua yang mengalami obesitas, memiliki kemungkinan
anaknya juga mengalami obesitas. Faktor nongenetik diantaranya kurangnya aktifitas fisik,
perilaku menetap seperti terlalu lama menonton televisi atau bermain game, nutrisi yang
berlebihan, dan sosial ekonomi. Faktor sosial ekonomi seperti gaya hidup seperti, pola makan,
pendapatan orang tua, tingkat pendidikan orang tua mempengaruhi terjadinya obesitas pada
anak. Pola makan seperti makan dengan jumlah yang besar, makanan tinggi energi seperti tinggi
lemak, tinggi karbohidrat dan salah dalam memilih makanan seperti junk food, makanan dalam
kemasan dan minuman ringan (Sihadi, 2012; Payab et al., 2015). Kurangnya aktifitas fisik
seperti olah raga dan tingginya perikalu menetap yang disebabkan oleh adanya berbagai media
hiburan seperti televisi, playstation, komputer, gedget dan sebagainya (Sihadi, 2012; KKRI,
2012; Mistry dan Puthussery, 2015)
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
PEMBAHASAN
2) Riwayat kesehatan
a. Riwayat Kesehatan sekarang : keluhan pasien saat ini
b. Riwayat Kesehatan masa lalu : kaji apakah ada keluarga dari pasien yang pernah
menderita obesitas
c. Riwayat kesehatan keluarga : kaji apakah ada ada di antara keluarga yang
mengalami penyakit serupa atau memicu
d. Riwayat psikososial,spiritual : kaji kemampuan interaksi sosial , ketaatan
beribadah , kepercayaan
3) Pemerikasaan fisik :
a. Sistem kardiovaskuler : Untuk mengetahui tanda-tanda vital, ada tidaknya distensi
vena jugularis, pucat, edema, dan kelainan bunyi jantung.
b. Sistem respirasi : untuk mengetahui ada tidaknya gangguan kesulitan napas
c. Sistem hematologi : Untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan leukosit yang
merupakan tanda adanya infeksi dan pendarahan, mimisan.
d. Sistem urogenital : Ada tidaknya ketegangan kandung kemih dan keluhan sakit
pinggang.
e. Sistem muskuloskeletal : Untuk mengetahui ada tidaknya kesulitan dalam
pergerakkan, sakit pada tulang, sendi dan terdapat fraktur atau tidak.
f. Sistem kekebalan tubuh : Untuk mengetahui ada tidaknya pembesaran kelenjar
getah bening
4) Pemeriksaan penunjang :
Pemeriksaan metabolik / endokrin dapat menyatakan tak normal, misal : hipotiroidisme,
hipopituitarisme, hipogonadisme, sindrom cushing (peningkatan kadar insulin).
7 Dipsneu
Keterangan :
1. Sangat Berat
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada
1. Defenisi
Kekurangan kalori protein adalah defisiensi gizi terjadi pada anak yang kurang
Kekurangan kalori protein adalah defisiensi gizi terjadi pada anak yang kurang mendapat
masukan makanan yang cukup bergizi, atau asupan kalori dan protein kurang mendapat
masukan makanan yang cukup bergizi, atau asupan kalori dan protein kurang dalam
waktu yang cukup lama
Kurang kalori protein (KKP) adalah suatu penyakit gangguan gizi yang
dikarenakan adanya defisiensi kalori dan protein dengan tekanan yang bervariasi pada
defisiensi protein adanya defisiensi kalori dan protein dengan tekanan yang bervariasi
pada defisiensi protein maupun energy.
2. Etiologi
Kurang kalori protein yang dapat terjadi karena diet yang tidak cukup serta
Kurang kalori protein yang dapat terjadi karena diet yang tidak cukup serta kebiasaan
makan yang tidak tepat seperti yang hubungan dengan orangtua-anak terganggu,
kebiasaan makan yang tidak tepat seperti yang hubungan dengan orangtua-anak
terganggu, karena kelainan metabolik, atau malformasi congenital. Pada bayi dapat
terjadi karena tidak karena kelainan metabolik, atau malformasi congenital. Pada bayi
dapat terjadi karena tidak mendapat cukup ASI dan tidak diberi makanan penggantinya
atau sering diserang diare. mendapat cukup ASI dan tidak diberi makanan penggantinya
atau sering diserang diare.
Secara umum, masalah KKP disebabkan oleh beberapa faktor, yang paling
dominan Secara umum, masalah KKP disebabkan oleh beberapa faktor, yang paling
dominan adalah tanggung jawab negara terhadap rakyatnya karena bagaimana pun KKP
tidak akan adalah tanggung jawab negara terhadap rakyatnya karena bagaimana pun KKP
tidak akan terjadi bila kesejahteraan rakyat terpenuhi. terjadi bila kesejahteraan rakyat
terpenuhi.
Berikut beberapa faktor penyebabnya : Berikut beberapa faktor penyebabnya :
1) Faktor sosial. Yang dimaksud faktor sosial adalah rendahnya kesadaran masyarakat
akan pentingnya pentingnya makana makana bergizi bergizi bagi bagi pertumbuhan
pertumbuhan anak sehingga banyak balita tidak mendapatkan makanan yang bergizi
seimbang hanya diberi makan seadanya atau asal mendapatkan makanan yang bergizi
seimbang hanya diberi makan seadanya atau asal kenyang. Selain itu, hidup di negara
dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi sosial dan politik tidak stabil,
ataupun adanya pantangan untuk menggunakan makanan tertentu dan politik tidak
stabil, ataupun adanya pantangan untuk menggunakan makanan tertentu dan
berlangsung turun-temurun dapat menjad hal yang menyebabkan terjadinya dan
berlangsung turun-temurun dapat menjad hal yang menyebabkan terjadinya
kwashiorkor.
2) Kemiskinan
Kemiskinan sering dituding sebagai biang keladi munculnya penyakit ini di
negara-negara berkembang. Rendahnya pendapatan masyarakat menyababkan
kebutuhan paling mendasar, yaitu pangan pun sering kali tidak biasa terpenuhi
apalagi tidak dapat mencukupi kebutuhan proteinnya.
3) Laju pertumbuhan penduduk yang tidak diimbangi dengan bertambahnya ketersedian
bahan pangan akan menyebabkan krisis pangan. Ini pun menjadi penyebab
munculnya penyakit KKP.
4) Infeksi. Tak dapat dipungkiri memang ada hubungan erat antara infeksi dengan
malnutrisi. Infeksi sekecil apa pun berpengaruh pada tubuh. Sedangkan kondisi
malnutrisi akan semakin memperlemah daya tahan tubuh yang pada gilirannya akan
mempermudah masuknya beragam penyakit. Tindakan pencegahan otomatis sudah
dilakukan bila faktor faktor penyebabnya dapat dihindari. Misalnya, ketersediaan
pangan yang tercukupi, daya beli masyarakat untuk dapat membeli bahan pangan,
dan pentingnya sosialisasi makanan bergizi bagi balita serta faktor infeksi dan
penyakit lain.
5) Pola makan. Protein (asam amino) adalah zat yang sangat dibutuhkan anak untuk
tumbuh dan berkembang. Meskipun intake makanan mengandung kalori yang cukup,
tidak semua makanan mengandung protein atau asam amino yang memadai. Bayi
yang masih menyusui umumnya mendapatkan protein dari Air Susu Ibu (ASI) yang
diberikan ibunya. Namun, bayi yang tidak memperoleh ASI protein dari suber-
sumber lain (susu, telur, keju, tahu, dan lain-lain) sangatlah dibutuhkan. Kurangnya
pengetahuan ibu mengenai keseimbangan nutrisi anak berperan penting terhadap
terjadinya kwashiorkor terutama pada masa peralihan ASI ke makanan pengganti
ASI.
6) Tingkat pendidikan orang tua khususnya ibu mempengaruhi pola pengasuhan balita.
Para ibu kurang mengerti makanan apa saja yang seharusnya menjadi asupan untuk
anak-anak mereka.
7) Kurangnya pelayanan kesehatan, terutama imunisasi. Imunisasi yang merupakan
bagian dari system imun mempengaruhi tingkat kesehatan bayi dan anak-anak.
3. Patofisiologi
Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan
kalori,protein,atau keduanya tidak tercukupi oleh diet. Dalam keadaan kekurangan
makanan makanan, tubuh berusaha untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi
kebutuhan pokok atau energi, kemampuan tubuh untuk mempergunakan
karbohidrat,protein merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan
kehidupan,karbohidrat(glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan
bakar, sayangnya kebutuhan tubuh untuk memepertahankan karbohidrat sangat sedikit,
sehingga setelah 25 jam sudah terjadi kekurangan.
Akibat katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilakan
asam amino yang akan segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan ginjal. Selama puasa
lemak di pecah menjadi asam lemak,gliserol,dan ketan bodies. Otot dapat
memepergunakan asam lemak dan keton bodies,sebagai sumber energi kalau kekurangan
makanan ini berjalan menahun. Tubuh akan mempertahankan diri jangan sampai
memecah protein lagi setelah kira-kira kehilangan separuh dari tubuh.
4. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan fisik
2) Pemeriksaan laboratorium meliputi: albumin, kreatinin, nitrogen, elektrolit, hb, ht,
dan ransferin.
3) Pemeriksaan radiologis
5. Penatalaksanaan
1) Keadaan ini memerlukan diet yang berisi jumlah cukup protein yang kualitas
proteinnya baik. Diit tinggi kalori, protein, mineral dan vitamin.
2) Pemberian terapi cairan dan elektrolit.
3) Penatalaksanaan setiap masalah akut seperti masalah diare berat.
4) Pengkajian riwayat status social ekonomi, kaji riwayat pola makan, pengkajian
antrometri, kaji menivestasi klinis, monitor hasil laboratorium, timbang berat badan,
kaji tanda-tanda vital
6. Komplikasi
1) Infeksi
2) Kelainan bawaan saluran pencernaan atau jantung
3) Melabsorbsi
4) Gangguan metabolic
5) Penyakit ginjal menahun
6) Gangguan saraf pusat
7) Gangguan asupan vitamin dan mineral
8) Anemia gizi
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Obesitas dan kegemukan merupakan keadaan patologis sebagai akibat dari konsumsi
makanan yang jauh melebihi kebutuhannya sehingga terdapat penimbunan lemak yang
berlebihan dari apa yang diperlukan untuk fungsi tubuh dan dapat mengganggu kesehatan.
Faktor risiko kelebihan berat badan dan obesitas antara lain faktor genetik dan faktor lingkungan.
Faktor yang paling mempengaruhi adalah faktor seperti lingkungan aktifitas fisik, nutrisi, dan
social ekonomi. Obesitas pada anak memberikan dampak buruk bagi tumbuh kembang anak.
Dampak obesitas pada anak diantaranya memiliki kecenderuangan obesitas pada dewasa dan
berpotensi menjadi penyakit metabolik dan penyakit degeneratif.
3.2 SARAN
Riset Kesehatan Dasar. 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI.
Ariani, A. and Tembiring, T. (2007). Prevalensi Obesitas pada Anak Sekolah Dasar di
Kota Medan. Majalah Kedokteran Nusantara, 40(2), pp.86-89.
Bhuiyan, M., Zaman, S. and Ahmed, T. (2013). Risk factors associated with overweight
and obesity among urban school children and adolescents in Bangladesh: a case–control study.
BMC Pediatrics, 13(1), p.72.
Carlson, J., Crespo, N., Sallis, J., Patterson, R. and Elder, J. (2012). Dietary- Related and
Physical Activity-Related Predictors of Obesity in Children: A 2-Year Prospective Study.
childhood Obesity, 8(2), pp.110-115.
Chaput, J., Lambert, M., Mathieu, M., Tremblay, M., O' Loughlin, J. and Tremblay, A.
(2012). Physical activity vs. sedentary time: independent associations with adiposity in children.
Pediatric Obesity, 7(3), pp.251-258.
Chung, K., Chiou, H. and Chen, Y. (2015). Psychological and physiological correlates of
childhood obesity in Taiwan. Sci. Rep., 5, p.17439.