Anda di halaman 1dari 19

SIMULASI ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN

GANGGUAN NUTRISI OBESITAS KKP

OLEH KELOMPOK 7

1. Angelica Br Saragih (032020001)\


2. Sherina febiola (032020002)
3. Ayu selvi yanti gulo (032020020)
4. Erlinien telambanua (032020038)
5. Samsinar citra (032020039)

Dosen Pembimbing : Sr. Samfriati Sinurat, S.Kep.,Ns., MAN

STIKes SANTA ELISABETH MEDAN

T.A 2022/2023

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas Berkat dan
KaruniaNya kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam
makalah ini kami membahas tentang “STIMULASI ASUHAN KEPERAWATAN ANAK
DENGAN GANGGUAN NUTRISI OBESITAS KKP”. Sehinga makalah ini dapat diselesaikan
dengan baik. Semoga dengan adanya makalah ini, dapat berguna bagi pembaca dalam proses
pembelajaran dan untuk menambah wawasan kita semua.

Kami juga berterima kasih kepada dosen kami Sr.Auxilia sebagai dosen mata kuliah
“Keperawatan Anak ” yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan makalah ini dan kami
juga berterima kasih kepada teman-teman yang telah mendukung kami dalam menyelesaikan
makalah ini.

Kami menyadari bahwa banyak kekurangan pada makalah ini, oleh karena itu kami
meminta kepada pembaca untuk memberikan saran dan kritik yang dapat membangun makalah
ini. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Medan, 19 Maret 2022

KELOMPOK 7

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1..............................................................................................................................................L
ATAR BELAKANG
1.2..............................................................................................................................................R
UMUSAN MASALAH
1.3..............................................................................................................................................T
UJUAN

BAB II PEMBAHASAN

2.1 MENJELASKAN DEFENISI OBESITAS DAN KKP PADA ANAK


2.2 MENJELASKAN ETIOLOGI OBESITAS DAN KKP PADA ANAK
2.3 MENJELASKAN PATOFISIOLOGI OBESITAS DAN KKP PADA ANAK
2.4 MENJELASKAN TANDA GEJALA OBESITAS DAN KKP PADA ANAK
2.5 MENJELASKAN KOMPLIKASI OBESITAS DAN KKP PADA ANAK
2.6 MENJELASKAN PENGKAJIAN OBESITAS DAN KKP PADA ANAK
2.7 MENEGAKKAN DIGNOSA KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN OBESITAS
DAN KKP
2.8 MENYUSUN INTERVENSI KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN OBESITAS
DAN KKP
2.9 MEMBUAT IMPLEMENTASI KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN
OBESITAS DAN KKP
2.10 MEMBUAT EVALUASI KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN OBESITAS
DAN KKP

BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN

DAFTAR PUSTRAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Obesitas di Indonesia terjadi pada semua kelompok umur dan strata social ekonomi.
Obesitas merupakan masalah yang serius karena dapat berlanjut hingga usia dewasa (KKRI,
2012; Mistry dan Puthussery, 2015). Obesitas merupakan salah satu masalah yang dihadapi
Indonesia selain kekurangan nutrisi. Ketimpangan pendapatan yang menyertai pertumbuhan
ekonomi Indonesia dapat memperburuk masalah yang dihadapi Indonesia tersebut (Hanandita
dan Tampubolon, 2015)

Prevalensi obesitas di seluruh dunia meningkat dua kali lipat antara tahun 1980 sampai
2014. Pada tahun 2014 lebih dari 1,9 miliar orang dewasa usia 18 tahun atau lebih mengalami
kelebihan berat badan. Dari jumlah tersebut lebih dari 600 juta mengalami obesitas. Secara
keseluruhan, sekitar 13% populasi dewasa di dunia (11% laki-laki dan 15% perempuan) yang
mengalami obesitas dan 39% dari orang dewasa berusia 18 tahun ke atas (38% pria dan 40%
wanita) mengalami kelebihan berat badan (Who.int, 2015)

Kelebihan berat badan dan besitas merupakan akumulasi lemak yang tidak normal yang
dapat mengganggu kesehatan (Who.int, 2015). Obesitas merupakan keadaan patologis sebagai
akibat dari konsumsi makanan yang jauh melebihi kebutuhannya sehingga terdapat penimbunan
lemak yang berlebihan dari apa yang diperlukan untuk fungsi tubuh (Soetjiningsih, 1995).
Asupan energy diperoleh dari makanan tinggi kalori sedangkan rendahnya pengeluaran energy
dapat disebabkan oleh kurangnya akifitas fisik (KKRI, 2012).

Penyebab obesitas pada anak belum sepenuhnya diketahui. Diduga obesitas pada anak
disebabkan adanya interaksi antara faktor genetik dan faktor nongenetik. Faktor genetik
diantaranya salah satu atau kedua orang tua yang mengalami obesitas, memiliki kemungkinan
anaknya juga mengalami obesitas. Faktor nongenetik diantaranya kurangnya aktifitas fisik,
perilaku menetap seperti terlalu lama menonton televisi atau bermain game, nutrisi yang
berlebihan, dan sosial ekonomi. Faktor sosial ekonomi seperti gaya hidup seperti, pola makan,
pendapatan orang tua, tingkat pendidikan orang tua mempengaruhi terjadinya obesitas pada
anak. Pola makan seperti makan dengan jumlah yang besar, makanan tinggi energi seperti tinggi
lemak, tinggi karbohidrat dan salah dalam memilih makanan seperti junk food, makanan dalam
kemasan dan minuman ringan (Sihadi, 2012; Payab et al., 2015). Kurangnya aktifitas fisik
seperti olah raga dan tingginya perikalu menetap yang disebabkan oleh adanya berbagai media
hiburan seperti televisi, playstation, komputer, gedget dan sebagainya (Sihadi, 2012; KKRI,
2012; Mistry dan Puthussery, 2015)
1.2 Rumusan Masalah

MENJELASKAN SITIMULASI ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN


GANGGUAN NUTRISI OBESITAS KKP

1.3 Tujuan

UNTUK MENGETAHUI SITIMULASI ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN


GANGGUAN NUTRISI OBESITAS KKP
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Defenisi Obesitas


Obesitas merupakan penyakit yang kompleks dan multifaktorial yang ditandai
dengan kelebihan berat badan karena adanya penumpukan lemak yang berlebihan di
dalam tubuh. Obesitas disebabkan oleh tidak seimbangnya jumlah energi yang masuk dan
jumlah energi yang dikeluarkan sehingga berat badan menjadi lebih berat dibandingkan
berat badan ideal karena adanya penumpukan lemak di dalam tubuh (Wijaksana, 2016)

2.2 Etiologi Obesitas


Keseimbangan energi dalam tubuh dipengaruhi oleh konsumsi kalori yang terlalu
berlebihan jika dibandingkan dengan kebutuhan energi atau pemakaian energi. Tingkat
energi dalam tubuh diperoleh dari asupan zat gizi penghasil energi yaitu karbohidrat,
lemak dan protein. Kebutuhan energi ditentukan dari energi basal, aktifitas fisik, dan
thermic, effect offood (TEF). Obesitas dikaitkan dengan banyaknya lemak dalam tubuh.
Akumulasi lemak dalam sel lemak menyebabkan pembesaran dan peningkatan volume
sel lemak/adiposity, perubahan jaringan preadiposit menjadi adiposity dan bertambahnya
jumlah sel jaringan lemak sehingga menyebabkan obesitas (Lestari & Helmiyati, 2018).
Etiologi dari obesitas menurut Proverawati (2010) yaitu:
1) Faktor Genetik
Faktor gen atau keturunan berpengaruh terhadap bakat seseorang untuk menjadi
gemuk. Adanya mutasi pada gen menyebabkan kelainan reseptor otak terhadap
asupan makanan yang ditandai dengan kemampuan dalam meningkatkan atau
menghambat asupan makanan. Faktor transkripsi gen dapat mempengaruhi
pembentukan sel lemak terhadap status gizi seseorang sehingga individu yang berasal
darikeluarga obesitas memiliki kemungkinan obesitas 2-8 kali lebih besar
dibandingkan dengan keluarga yang tidak obesitas (Soegih & Wiramihardja, 2009).
2) Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan mempengaruhi perilaku, gaya hidup dan konsep berpikir
bahwa berat badan adalah indikator tingkat kesejahteraan hidup dan berat badan yang
berlebihan atau gemuk tidak akan menjadimasalah.
3) Faktor Psikis
Faktor psikis berkaitan dengan memberikan reaksi terhadap gangguan emosi
dengan pola makan. Salah satu bentuk gangguan emosi adalah persepsi diri yang
negatif. Otak menerima sinyal (input) dari lingkungan dalam bentuk sinyal neural dan
hormonal, kemudian otak akan memberikan respon untuk mencari atau menjauhi
makanan, pemilihan jenis makanan, porsi makanan, lama makan dan digesti, absorbsi
serta metabolisme zat gizi di dalam tubuh.
4) Faktor Kesehatan
Beberapa penyakit dan kondisi dapat menyebabkan obesitas. Penggunaan obat-
obatan dapat menyebabkan terjadinya obesitas seperti golongan steroid dan beberapa
anti depresant yang dapat meningkatkan berat badan.
5) Faktor Perkembangan
Faktor perkembangan berpengaruh terhadap obesitas sejak perkembangan janin.
Riwayat lahir BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) dapat menjadi pemicu obesitas
yaitu peningkatan lemak tubuh yang lebih cepat dari masa otot walaupun asupan
makanan tidak berlebihan. Maka seseorang dengan riwayat BBLR memiliki
kemungkinan obesitas dibandingkan dengan yang normal.
6) Aktivitas Fisik
Kegemukan dan obesitas terjadi akibat asupan energi lebih tinggi dari pada energi
yang dikeluarkan. Seseorang yang kurang aktif memerlukan kalori dalam jumlah
sedikit dibandingkan orang dengan aktivitas tinggi. Sedentary life atau tidak
melakukan aktivitas fisik yang seimbang dan mengkonsumsi makanan yang tinggi
lemak, akan cenderung mengalami obesitas.

2.3 Patofisiologi Obesitas


Obesitas terjadi bila asupan energi lebih besar dari pengeluaran energi. Asupan
energi berlebih akan disimpan di jaringan lemak. Menurut jumlah sel lemak, obesitas
dapat terjadi karena hipertrofi sel lemak dan atau hiperplasia sel lemak. Penambahan dan
pembesaran sel lemak paling cepat pada masa tahun pertama kehidupan dan mencapai
puncaknya pada masa meningkat dewasa. Setelah masa dewasa, tidak akan terjadi
hiperplasia sel lemak, tetapi hanya terjadi hipertrofi sel lemak. Obesitas yang terjadi pada
masa anak-anak selain terjadi hipertrofi sel lemak juga terjadi hiperplasia sel lemak.
Sebuah konsep "set point" berat badan yang didukung oleh mekanisme fisiologis
berpusat di sekitar sistem penginderaan dalam jaringan adiposa yang mencerminkan
cadangan lemak dan reseptor, atau "adipostat," yang ada di pusat hipotalamus. Ketika
simpanan lemak berkurang, sinyal adipostat rendah, dan hipotalamus merespon dengan
merangsang rasa lapar dan penurunan pengeluaran energi untuk menghemat energi.
Sebaliknya, ketika penyimpanan lemak berlimpah, sinyal meningkat, dan hipotalamus
merespon dengan menurunkan rasa lapar dan meningkatkan pengeluaran energi.

2.4 Tanda Gejala Obesitas


Secara umum obesitas dapat ditandai dengan gangguan pernafasan yang
disebabkan oleh adanya penimbunan lemak di bawah diafragma dan di dalam dinding
dada yang dapat menekan paru-paru. Gangguan pernafasan dapat terjadi walaupun
melakukan aktivitas ringan dan terjadi pada saat tidur yang menyebabkan terhentinya
pernafasan untuk sementara waktu (tidur apneu) sehingga pada siang hari sering
mengantuk. Menurut Irwan (2016) obesitas dapat dikenali dengan tanda dan gejala
sebagai berikut :
1) Dagu rangkap
2) Leher relatif pendek
3) Dada yang mengembung dengan payudara yang membesar mengandung lemak
4) Perut membuncit dan dinding perut berlipat-lipat
5) Kedua tungkai umumnya berbentuk X dengan kedua pangkal paha bagian dalam
saling menempel sehingga menyebabkan laserasi dan ulserasi yang dapat
menimbulkan bau tidak sedap.

2.5 Menjelaskan Komplikasi Obesitas


Obesitas yang muncul pada anak dan remaja meningkatkan risiko morbiditas dan
mortalitas pada usia dewasa muda dan dapat berlajut menjadi obesias pada usia dewasa.
Obesitas pada anak menjadi faktor risiko beberapa penyakit seperti kardiovaskular,
diabetes mellitus tipe 2, hipertensi, hiperlipidemia, non alcoholic fatty liver disease
(NAFLD), pubertas dini, haid yang tidak teratur dan sindrom ovarium polikistik,
steatohepatitis, sleep apnea, asma, gangguan muskuloskeletal, dan masalah psikologi
seperti depresi.
Resistensi insulin meningkat seiring dengan meningkatnya jaringan adiposa dan
secara tidak langsung memiliki efek terhadap metabolise lipid dan kesehatan
kadiovaskular. NAFLD terjadi 10-25% remaja obesitas. NAFLD dapat muncul dengan
fibrosis berat atau steatohepatitis alkohol dan dapat menyebabkan sirosis dan karsinoma
hepatoseluler. NAFLD berkaitan secara tidak langsung dengan penyakit kardiovaskular
(Kliegman, n.d). Anak obesitas memiiki risiko tinggi mengalami prediabetes,
dislipidemia, steatosis hati, dan hipertensi. Anak laki-laki cenderung memiliki profil
risiko metabolisme dan kardiovaskular yang lebih buruk dan komorbiditas yang lebih
tinggi dibandingkan anak perempuan.
Beberapa komplikasi mekanik dari obesitas seperti obstructive sleep apnea dan
gangguan orthopedi. Komplikasi orthopedi termasuk penyakit Blount dan slipped femoral
capital epiphysis. Komplikasi psikologikal pada anak obesitas seperti ansietas, depresi,
kurang percaya diri, tanda-tanda depresi, memburuknya prestasi sekolah, isolasi sosial,
masalah dengan intimidasi atau ditindas.

2.6 Menjelaskan Pengkajian pada Anak dengan Obesitas


1) Identitas Pasien
Identitas klien Nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/bangsa,
pendidikan, pekerjaan, pendapatan, alamat, dan nomor register.

2) Riwayat kesehatan
a. Riwayat Kesehatan sekarang : keluhan pasien saat ini
b. Riwayat Kesehatan masa lalu : kaji apakah ada keluarga dari pasien yang pernah
menderita obesitas
c. Riwayat kesehatan keluarga : kaji apakah ada ada di antara keluarga yang
mengalami penyakit serupa atau memicu
d. Riwayat psikososial,spiritual : kaji kemampuan interaksi sosial , ketaatan
beribadah , kepercayaan

3) Pemerikasaan fisik :
a. Sistem kardiovaskuler : Untuk mengetahui tanda-tanda vital, ada tidaknya distensi
vena jugularis, pucat, edema, dan kelainan bunyi jantung.
b. Sistem respirasi : untuk mengetahui ada tidaknya gangguan kesulitan napas
c. Sistem hematologi : Untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan leukosit yang
merupakan tanda adanya infeksi dan pendarahan, mimisan.
d. Sistem urogenital : Ada tidaknya ketegangan kandung kemih dan keluhan sakit
pinggang.
e. Sistem muskuloskeletal : Untuk mengetahui ada tidaknya kesulitan dalam
pergerakkan, sakit pada tulang, sendi dan terdapat fraktur atau tidak.
f. Sistem kekebalan tubuh : Untuk mengetahui ada tidaknya pembesaran kelenjar
getah bening

4) Pemeriksaan penunjang :
Pemeriksaan metabolik / endokrin dapat menyatakan tak normal, misal : hipotiroidisme,
hipopituitarisme, hipogonadisme, sindrom cushing (peningkatan kadar insulin).

5) Pola fungsi kesehatan


a. Aktivitas istirahat
Kelemahan dan cenderung mengantuk, ketidakmampuan / kurang keinginan untuk
beraktifitas.
b. Sirkulasi
Pola hidup mempengaruhi pilihan makan, dengan makan akan dapat 
menghilangkan perasaan tidak senang : frustasi
c. Makanan / cairan
Mencerna makanan berlebihan
d. Kenyamanan
Pasien obesitas akan merasakan ketidaknyamanan berupa nyeri dalam menopang
berat badan atau tulang belakang
e. Pernafasan
Pasien obesitas biasanya mengalami dipsnea
f. Seksualitas
Pasien dengan obesitas biasanya mengalami gangguan menstruasi dan amenouria

2.7 Menegakkan Diagnosa Keperawatan pada Anak dengan Obesitas


1) Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan
yang lebih
2) Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan sindrom hipoventilasiIntoleransi
aktifitas berhubungan dengan Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen/ gaya hidup monoton
3) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan  biofisika atau psikosial pandangan px
tehadap diri
4) Hambatan interaksi sosial berhubungan dengan ungkapan atau tampak tidak
nyaman dalam situasi social

N DIAGNOSA NOC NIC


o
1 Ketidak seimbangan Tujuan : NIC :
nutrisi lebih dari Weight Management
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
kebutuhan selama …. Ketidak seimbangan nutrisi 1. Diskusikan
lebih teratasi bersama pasien
mengenai
Definisi : hubungan antara
NOC : Weight Control intake makanan,
keadaaan individu yang latihan,
mengalami asupan nutrisi peningkatan BB
No Indikator 1 2 3 4 5 dan penurunan
melebihi kebutuhan BB
1. BB
metabolic 2. Diskusikan
2. Intake bersama pasien
mengani kondisi
makanan
batasan karakteristik : medis yang dapat
dan cairan mempengaruhi
- Pemusatan Intake
nutrisi harian 3. Output BB
3. Diskusikan
- Disfungsi pola makanan
bersama pasien
makan (seperti makan dan cairan mengenai
sambil melakukan kebiasaan, gaya
4 Energi hidup dan factor
aktivitas lain)
5 Aktivitas herediter yang
- Makan
dapat
sebagai respon terhadap mempengaruhi
pengaruh eksternal Keterangan : BB
(seperti situasi sosial) 4. Diskusikan
1. Sangat Berat bersama pasien
- Makan
2. Berat mengenai risiko
sebagai respon terhadap yang
3. Sedang berhubungan
pengaruh internal
(seperti kecemasan) 4. Ringan dengan BB
berlebih dan
- Tingkat aktivitas yang 5. Tidak ada penurunan BB
rendah 5. Dorong pasien
- Skinfold triceps wanita untuk merubah
> 25 mm, laki-laki > 15 kebiasaan makan
6. Perkirakan BB
mm badan ideal
- BB lebih besar 20% pasien
dari BB ideal

Faktor yang berhubungan


Peningkatan intake yang
berhubungan dengan
kebutuhan metabolisme

2 Ketidakefektifan pola Tujuan : Setelah dilakukan asuhan NIC :


nafas berhubungan keperawatan selama 3 x 24jam diharapkan bantuan ventilasi
dengan sindrom pola nafas efektif
hipoventilasi 1. Pertahankan
NOC : Status pernafasan : ventilasi kepatenan jalan
Definisi : Inspirasi dan /
nafas.
ekspirasi yang tidak
memberi ventilasi adekuat. No Indikator 1 2 3 4 5 2. Posisikan untuk
Batas karakteristik : 1. RR meringankan
-bradipneu 2. Kedalaman dipsneu
-dipsneu inspirasi 3. Monitor
-pola nafas apnormal 3. Frekuensi oksigenasi,
Faktor yang berhubungan 4 Volume BGA, SaO2,
: tidal O2.
Sindrom hipoventilasi. 5 Otot bantu 4. Monitor ttv
nafas 5. Inisiasi upaya
6 Irama resusitasi
pernafasan dengan tepat.

7 Dipsneu

Keterangan :
1. Sangat Berat
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada

3 Intoleransi Aktivitas Tujuan : setelah dilakukan asuhan NIC :


Definisi : keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan
Ketidakcukupan energi aktivitas pasien kembali normal Activity Therapy
psikologis atau fisiologis
untuk melanjutkan 1. Kolaborasikan
atau menyelesaikan aktifita dengan tenaga
s kehidupan sehari-hari rehabilitasi medik
NOC : Activity Tolerance dalam
yang harus atau yang ingin
dilakukan. merencanakan
No Indikator 1 2 3 4 5 program terapi
Batasan Karakteristik : yang tepat
1 Energi
- Respon tekanan darah 2. Bantu klien untuk
abnormal terhadap 2 TTV mengidentifikasi
aktivitas aktivitas yang
3 Status
- Respon frekwensi mampu dilakukan
jantung abnormal kardiopulmonari 3. Bantu untuk
terhadap aktivitas 4 Kelemahan memilih aktivitas
- Perubahan EKG yang konsisten yang
5 ADLs sesuai dengan
mencerminkan aritmia
- Perubahan EKG yang kemampuan fisik,
mencerminkan iskemia psikologi dan
Keterangan : social
- Ketidaknyamanan
setelah beraktivitas 4. Bantu untuk
- Dipsnea setelah mengidentifikasi
1. Tidak adekuat dan mendapatkan
beraktivitas
- Menyatakan merasa 2. Sedikit adekuat sumber yang
letih diperlukan untuk
3. Cukup adekuat aktivitas yang
- Menyatakan merasa
lemah 4. Sebagian adekuat diinginkan
5. Bantu untuk
5. Adekuat mendapatkan alat
Faktor Yang
Berhubungan : bantuan aktivitas
- Tirah Baring atau seperti kursi roda,
krek
imobilisasi
6. Bantu untuk
- Kelemahan umum
mengidentifikasi
- Ketidakseimbangan
aktivitas yang
antara suplai dan
disukai
kebutuhan oksigen
7. Bantu klien untuk
- Imobilitas membuat jadwal
- Gaya hidup monoton latihan diwaktu
luang
8. Bantu
pasien/keluarga
untuk
mengidentifikasi
kekurangan
dalam
beraktivitas
9. Sediakan
penguatan positif
bagi yang aktif
beraktivitas
10. Bantu pasien
untuk
mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan
11. Monitor respon
fisik, emosi,
social dan
spiritual
2.8 Menyusun Impelementasi Keperawatan pada Anak dengan Obesitas
Tindakan keperawatan adalah pelaksanaan asuhan keperawatan yang merupakan
realisasi rencana tindakan yang telah ditentukan dalam tahap perencanaan dengan
maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara optimal

2.9 Menyusun Evaluasi Keperawatan pada Anak dengan Obesitas


Evaluasi adalah merupakan langkah akhir dari proses keperawatan yaitu proses
penilaian pencapaian tujuan dalam rencana perawatan, tercapai atau tidak serta untuk
pengkajian ulang rencana keperawatan. Evaluasi dilakukan secara terus menerus dengan
melibatkan pasien, perawat dan petugas kesehatan yang lain. Dalam menentukan
tercapainya suatu tujuan asuhan keperawatan pada bayi dengan post Asfiksia sedang,
disesuaikan dengan kriteria evaluasi yang telah ditentukan. Tujuan asuhan keperawatan
dikatakan berhasil bila diagnosa keperawatan didapatkan hasil yang sesuai dengan
kriteria evaluasi.

Kekurangan kalori protein

1. Defenisi
Kekurangan kalori protein adalah defisiensi gizi terjadi pada anak yang kurang
Kekurangan kalori protein adalah defisiensi gizi terjadi pada anak yang kurang mendapat
masukan makanan yang cukup bergizi, atau asupan kalori dan protein kurang mendapat
masukan makanan yang cukup bergizi, atau asupan kalori dan protein kurang dalam
waktu yang cukup lama
Kurang kalori protein (KKP) adalah suatu penyakit gangguan gizi yang
dikarenakan adanya defisiensi kalori dan protein dengan tekanan yang bervariasi pada
defisiensi protein adanya defisiensi kalori dan protein dengan tekanan yang bervariasi
pada defisiensi protein maupun energy.
2. Etiologi
Kurang kalori protein yang dapat terjadi karena diet yang tidak cukup serta
Kurang kalori protein yang dapat terjadi karena diet yang tidak cukup serta kebiasaan
makan yang tidak tepat seperti yang hubungan dengan orangtua-anak terganggu,
kebiasaan makan yang tidak tepat seperti yang hubungan dengan orangtua-anak
terganggu, karena kelainan metabolik, atau malformasi congenital. Pada bayi dapat
terjadi karena tidak karena kelainan metabolik, atau malformasi congenital. Pada bayi
dapat terjadi karena tidak mendapat cukup ASI dan tidak diberi makanan penggantinya
atau sering diserang diare. mendapat cukup ASI dan tidak diberi makanan penggantinya
atau sering diserang diare.
Secara umum, masalah KKP disebabkan oleh beberapa faktor, yang paling
dominan Secara umum, masalah KKP disebabkan oleh beberapa faktor, yang paling
dominan adalah tanggung jawab negara terhadap rakyatnya karena bagaimana pun KKP
tidak akan adalah tanggung jawab negara terhadap rakyatnya karena bagaimana pun KKP
tidak akan terjadi bila kesejahteraan rakyat terpenuhi. terjadi bila kesejahteraan rakyat
terpenuhi.
Berikut beberapa faktor penyebabnya : Berikut beberapa faktor penyebabnya :
1) Faktor sosial. Yang dimaksud faktor sosial adalah rendahnya kesadaran masyarakat
akan pentingnya  pentingnya makana makana bergizi bergizi bagi bagi pertumbuhan
pertumbuhan anak sehingga banyak balita tidak mendapatkan makanan yang bergizi
seimbang hanya diberi makan seadanya atau asal mendapatkan makanan yang bergizi
seimbang hanya diberi makan seadanya atau asal kenyang. Selain itu, hidup di negara
dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi sosial dan politik tidak stabil,
ataupun adanya pantangan untuk menggunakan makanan tertentu dan politik tidak
stabil, ataupun adanya pantangan untuk menggunakan makanan tertentu dan
berlangsung turun-temurun dapat menjad hal yang menyebabkan terjadinya dan
berlangsung turun-temurun dapat menjad hal yang menyebabkan terjadinya
kwashiorkor.
2) Kemiskinan
Kemiskinan sering dituding sebagai biang keladi munculnya penyakit ini di
negara-negara berkembang. Rendahnya pendapatan masyarakat menyababkan
kebutuhan paling mendasar, yaitu pangan pun sering kali tidak biasa terpenuhi
apalagi tidak dapat mencukupi kebutuhan proteinnya.
3) Laju pertumbuhan penduduk yang tidak diimbangi dengan bertambahnya ketersedian
bahan pangan akan menyebabkan krisis pangan. Ini pun menjadi penyebab
munculnya  penyakit KKP.
4) Infeksi. Tak dapat dipungkiri memang ada hubungan erat antara infeksi dengan
malnutrisi. Infeksi sekecil apa pun berpengaruh pada tubuh. Sedangkan kondisi
malnutrisi akan semakin memperlemah daya tahan tubuh yang pada gilirannya akan
mempermudah masuknya beragam penyakit. Tindakan pencegahan otomatis sudah
dilakukan bila faktor faktor penyebabnya dapat dihindari. Misalnya, ketersediaan
pangan yang tercukupi, daya  beli masyarakat untuk dapat membeli bahan pangan,
dan pentingnya sosialisasi makanan  bergizi bagi balita serta faktor infeksi dan
penyakit lain.
5) Pola makan. Protein (asam amino) adalah zat yang sangat dibutuhkan anak untuk
tumbuh dan berkembang. Meskipun intake makanan mengandung kalori yang cukup,
tidak semua makanan mengandung protein atau asam amino yang memadai. Bayi
yang masih menyusui umumnya mendapatkan protein dari Air Susu Ibu (ASI) yang
diberikan ibunya. Namun, bayi yang tidak memperoleh ASI protein dari suber-
sumber lain (susu, telur, keju, tahu, dan lain-lain) sangatlah dibutuhkan. Kurangnya
pengetahuan ibu mengenai keseimbangan nutrisi anak berperan penting terhadap
terjadinya kwashiorkor terutama pada masa  peralihan ASI ke makanan pengganti
ASI.
6) Tingkat pendidikan orang tua khususnya ibu mempengaruhi pola pengasuhan balita.
Para ibu kurang mengerti makanan apa saja yang seharusnya menjadi asupan untuk
anak-anak mereka.
7) Kurangnya pelayanan kesehatan, terutama imunisasi. Imunisasi yang merupakan
bagian dari system imun mempengaruhi tingkat kesehatan bayi dan anak-anak.

3. Patofisiologi
Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan
kalori,protein,atau keduanya tidak tercukupi oleh diet. Dalam keadaan kekurangan
makanan makanan, tubuh berusaha untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi
kebutuhan pokok atau energi, kemampuan tubuh untuk mempergunakan
karbohidrat,protein merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan
kehidupan,karbohidrat(glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan
bakar, sayangnya kebutuhan tubuh untuk memepertahankan karbohidrat sangat sedikit,
sehingga setelah 25 jam sudah terjadi kekurangan.
Akibat katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan menghasilakan
asam amino yang akan segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan ginjal. Selama puasa
lemak di pecah menjadi asam lemak,gliserol,dan ketan bodies. Otot dapat
memepergunakan asam lemak dan keton bodies,sebagai sumber energi kalau kekurangan
makanan ini  berjalan menahun. Tubuh akan mempertahankan diri jangan sampai
memecah protein lagi setelah kira-kira kehilangan separuh dari tubuh.

4. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan fisik
2) Pemeriksaan laboratorium meliputi: albumin, kreatinin, nitrogen, elektrolit, hb, ht,
dan ransferin.
3) Pemeriksaan radiologis

5. Penatalaksanaan
1) Keadaan ini memerlukan diet yang berisi jumlah cukup protein yang kualitas
proteinnya baik. Diit tinggi kalori, protein, mineral dan vitamin.
2) Pemberian terapi cairan dan elektrolit.
3) Penatalaksanaan setiap masalah akut seperti masalah diare berat.
4) Pengkajian riwayat status social ekonomi, kaji riwayat pola makan, pengkajian
antrometri, kaji menivestasi klinis, monitor hasil laboratorium, timbang berat badan,
kaji tanda-tanda vital

6. Komplikasi
1) Infeksi
2) Kelainan bawaan saluran pencernaan atau jantung
3) Melabsorbsi
4) Gangguan metabolic
5) Penyakit ginjal menahun
6) Gangguan saraf pusat
7) Gangguan asupan vitamin dan mineral
8) Anemia gizi
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Obesitas dan kegemukan merupakan keadaan patologis sebagai akibat dari konsumsi
makanan yang jauh melebihi kebutuhannya sehingga terdapat penimbunan lemak yang
berlebihan dari apa yang diperlukan untuk fungsi tubuh dan dapat mengganggu kesehatan.
Faktor risiko kelebihan berat badan dan obesitas antara lain faktor genetik dan faktor lingkungan.
Faktor yang paling mempengaruhi adalah faktor seperti lingkungan aktifitas fisik, nutrisi, dan
social ekonomi. Obesitas pada anak memberikan dampak buruk bagi tumbuh kembang anak.
Dampak obesitas pada anak diantaranya memiliki kecenderuangan obesitas pada dewasa dan
berpotensi menjadi penyakit metabolik dan penyakit degeneratif.

Obesitas merupakan faktor risiko penyakit kardiovaskuler, hipertensi, resistensi insulin,


diabetes mellitus (DM) tipe 2, gangguan ortopedik, Obstruktive sleep apnea. Kegemukan dan
obesitas pada anak juga memiliki dampak pada psikososial anak seperti terbatas dalam
pergaulan, terbatas dalam aktifitas fisik. Penanganan kelebihan berat badan pada anak harus
dilakukan secara komprehensif mulai dari pencegahan, intervensi pada anak dengan obesitas
danperan lingkungan terdekat sangat membantu.

3.2 SARAN

Adapun saran-saran dalam penulisan makalah ini adalah:

 Dapat mengetahui dan dapat meningkatkan wawasan tentang SITIMULASI ASUHAN


KEPERAWATAN ANAK DENGAN GANGGUAN NUTRISI OBESITAS KKP
 Dengan disusunnya makalah ini kami mengharapkan kepada para pembaca agar dapat
mengetahui dan memahami SITIMULASI ASUHAN KEPERAWATAN ANAK
DENGAN GANGGUAN NUTRISI OBESITAS KKP serta dapat memberikan kritik dan
saran agar makalah ini dapat menjadi lebih baik dari sebelumnya. Demikian saran yang
dapat penulis sampaikan semoga dapat membawa manfaat bagi semua pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Riset Kesehatan Dasar. 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI.

Ariani, A. and Tembiring, T. (2007). Prevalensi Obesitas pada Anak Sekolah Dasar di
Kota Medan. Majalah Kedokteran Nusantara, 40(2), pp.86-89.

Bhuiyan, M., Zaman, S. and Ahmed, T. (2013). Risk factors associated with overweight
and obesity among urban school children and adolescents in Bangladesh: a case–control study.
BMC Pediatrics, 13(1), p.72.

Carlson, J., Crespo, N., Sallis, J., Patterson, R. and Elder, J. (2012). Dietary- Related and
Physical Activity-Related Predictors of Obesity in Children: A 2-Year Prospective Study.
childhood Obesity, 8(2), pp.110-115.

Chaput, J., Lambert, M., Mathieu, M., Tremblay, M., O' Loughlin, J. and Tremblay, A.
(2012). Physical activity vs. sedentary time: independent associations with adiposity in children.
Pediatric Obesity, 7(3), pp.251-258.

Chung, K., Chiou, H. and Chen, Y. (2015). Psychological and physiological correlates of
childhood obesity in Taiwan. Sci. Rep., 5, p.17439.

Anda mungkin juga menyukai