Oleh:
dr. Rangga izzaturrahman Hilmi
Dokter Pendamping:
dr. Ade Nur Ichklas
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas karunia-
Nya, tugas mini project dan laporan kasus dapat diselesaikan tepat pada
waktunya. Tugas ini disusun dalam rangka mengikuti program dokter internsip
di Puskesmas Pasar Prabumulih periode Mei 2022-November 2022. Dalam
penyusunan responsi ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. dr. Ade Nur Ichklas, selaku dokter pendamping dokter Internsip di
Puskesmas Pasar atas nasihat dan masukan yang telah diberikan.
2. Staff Puskesmas Pasar yang telah mendukung pelaksanaan penelitian ini.
3. Masyarakat di lingkungan wilayah kerja Puskesmas Pasar yang sudah
berkenan sebagai responden dan bekerjasama dengan baik dalam
penelitian ini.
4. Rekan-rekan dokter dan staf yang bertugas di Puskesmas Pasar atas
bantuannya dalam penyusunan tugas ini.
Penulis menyadari bahwa tugas ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga mini
project ini dapat memberikan sumbangan ilmiah dalam masalah kesehatan dan
memberi manfaat bagi masyarakat.
Penulis
2
BAB I
LATAR BELAKANG
1.1. Pendahuluan
Stunting adalah suatu kondisi dimana anak mengalami gangguan
pertumbuhan, sehingga tinggi badan anak tidak sesuai dengan usianya, sebagai
akibat dari masalah gizi kronis yaitu kekurangan asupan gizi dalam waktu yang
lama. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2
Tahun 2020 tentang standar antropometri penilaian status gizi anak, stunting atau
pendek merupakan status gizi yang didasarkan pada indeks tinggi badan menurut
umur (TB/U) dengan z score kurang dari -2 SD (standar deviasi). (Buletin
Kemenkes 2020)
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 angka prevalensi
stunting di Indonesia yaitu 36,8%, tahun 2010 yaitu 35,6%, dan pada tahun 2013
prevalensinya meningkat menjadi 37,2%, terdiri dari 18% sangat pendek dan
19,2% pendek. Data Riskesdas tahun 2018 menunjukkan prevalensi balita stunting
di Indonesia sebesar 30,8%. Berdasarkan batasan WHO Indonesia berada pada
kategori masalah stunting yang tinggi.
Nutrisi yang diperoleh sejak bayi lahir tentunya sangat berpengaruh
terhadap pertumbuhannya termasuk risiko terjadinya stunting. Tidak
terlaksananya inisiasi menyusu dini (IMD), gagalnya pemberian air susu ibu (ASI)
eksklusif, dan proses penyapihan dini dapat menjadi salah satu faktor terjadinya
stunting. Sedangkan dari sisi pemberian makanan pendamping ASI (MP ASI) hal
yang perlu diperhatikan adalah kuantitas, kualitas, dan keamanan pangan yang
diberikan. (Buletin Kemenkes 2017)
Pada tahun 2017, secara nasional, cakupan bayi mendapat ASI eksklusif
pada tahun 2017 sebesar 61,33%. Persentase tertinggi cakupan pemberian ASI
eksklusif terdapat pada Nusa Tenggara Barat (87,35%), sedangkan persentase
terendah terdapat pada Papua (15,32%). Masih ada 19 provinsi yang di bawah
angka nasional. Oleh karena itu, sosialisasi tentang manfaat dan pentingnya ASI
eksklusif masih perlu ditingkatkan. (Buletin Kemenkes 2017)
3
1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
1.3. Manfaat
Dapat dijadikan sebagai ilmu pengetahuan dan wawasan yang luas dalam
meningkatkan kepedulian terhadap kasus stunting. Serta dijadikan dasar untuk
pengembangan program lebih lanjut yang berhubungan dengan stunting maupun
penyakit-penyakit lain.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. STUNTING
1.1 DEFINISI
Stunting adalah kondisi tinggi badan seseorang yang kurang dari normal
berdasarkan usia dan jenis kelamin. Tinggi badan merupakan salah satu jenis
pemeriksaan antropometri dan menunjukkan status gizi seseorang. Adanya
stunting menunjukkan status gizi yang kurang (malnutrisi) dalam jangka
waktu yang lama (kronis). Diagnosis stunting ditegakkan dengan
membandingkan nilai z skor tinggi badan per umur yang diperoleh dari grafik
pertumbuhan yang sudah digunakan secara global. Indonesia menggunakan
grafik pertumbuhan yang dibuat oleh World Health Organization (WHO) pada
tahun 2005 untuk menegakkan diagnosis stunting
1.2 EPIDEMIOLOGI
Prevalensi stunting pada balita di Indonesia berdasarkan Riskesdas 2018
adalah 30,8 %. Menurut WHO th 2018 prevalensi stunting pada balita di dunia
sebesar 22%. 3 Dengan demikian dapat dikatakan prevalensi stunting di Indonesia
lebih tinggi dibanding prevalensi stunting di dunia.
Data prevalensi balita stunting yang dikumpulkan World Health
Organization (WHO), Indonesia termasuk ke dalam negara ketiga dengan
prevalensi tertinggi di regional Asia Tenggara/South-East Asia Regional (SEAR).
Rata-rata prevalensi balita stunting di Indonesia tahun 2005-2017 adalah 36,4%.
Prevalensi stunting di Indonesia dibandingkan negara lain di Asia menempati
posisi tertinggi ke-3 setelah Timor Leste dan India.
5
1.3 KLASIFIKASI
1.4 ETIOLOGI
A. Faktor Genetik
B. Status Ekonomi
C. Jarak Kelahiran
D. Riwayat BBLR
E. Anemia pada Ibu
F. Hygiene dan sanitasi lingkungan
G. Defisiensi Zat Gizi
2. ASI EKSKLUSIF
6
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air
Susu Ibu Eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan
selama enam bulan, tanpa menambahkan dan mmengganti dengan makanan atau
minuman lain (kecuali obat, vitamin, dan mineral (Kemenkes, 2017). ASI
mengandung kolostrum yang kaya akan antibodi karena mengandung protein
untuk daya tahan tubuh dan pembunuh kuman dalam jumlah tinggi sehingga
pemberian ASI eksklusif dapat mengurangi risiko kematian pada bayi. Kolostrum
berwarna kekuningan dihasilkan pada hari pertama sampai hari ketiga. Hari
keempat sampai hari kesepuluh ASI mengandung immunoglobulin, protein, dan
laktosa lebih sedikit dibandingkan kolostrum tetapi lemak dan kalori lebih tinggi
dengan warna susu lebih putih. Selain mengandung zat-zat makanan, ASI juga
mengandung zat penyerap berupa enzim tersendiri yang tidak akan menganggu di
usus (Kemenkes, 2017)
7
dapat membuat bayi kehilangan nutrisi yang dibutuhkan dari ASI. Kadar gizi
dan kesehatan ibu sangat penting sebagai factor penentu stunting.
Pemberian ASI yang kurang dan Pemberian MP-ASI atau susu formula
terlalu dini kepada bayi dapat meningkatkan risiko stunting. Frekuensi dan
kualitas makanan (MP-ASI) yang diberikan kepada bayi, dipengaruhi oleh
factor pengetahuan dan pemahaman ibu serta keadaan makanan di rumah.
Pemahaman ibu terhadap gizi yang baik yang diberikan kepada anak sangat
penting dalam menjaga kualitas makanan yang diberikan. Penelitian
menunjukkan bahwa keluarga dengan pemahaman akan sadar gizi yang baik dapat
menurunkan risiko stunting pada anak balita.
8
BAB III
9
3.3.2 Target
Target kegiatan adalah orang tua balita yang terkena stunting di wilayah
kelurahan Mangga Besar Puskesmas Pasar Prabumulih.
3.4 Strategi
3.4.1 Tahap Persiapan Pelaksanaan
1. Dokter Internship Bersama pemegang program gizi Puskesmas Pasar
Prabumulih menyusun rencana untuk melakukan pengambilan sample
mengukur serta melakukan wawancara berupa kuesioner, setelah itu
akan dilanjutkan penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan dan
kesadaran masyarakat tentang pencegahan stunting dengan riwayat asi
ekslusif
2. Mempersiapkan pamphlet untuk penyuluhan, kuesioner, pretest dan
post test.
3. Mewawancarai ibu balita yang terkena stunting di posyandu kelurahan
Mangga besar untuk screening factor risiko terbanyak kejadian
stunting.
4. Berdasarkan hasil wawancara ditentukan penekanan materi penyuluhan
tentang dengan pencegahan kejadian stunting riwayat asi ekslusif.
5. Menentukan waktu pelaksaan home visit penyuluhan tentang riwayat
asi ekslusif terhadap balita stunting.
6. Berkoordinasi dengan pemegang program dan pihak terkait untuk
pelaksaan penyuluhan serta pengukuruan tinggi badan pre dan post
penyuluhan.
10
3. Kunjungan home visit ke rumah responden untuk diberikan
penyuluhan serta pre test tentang riwayat asi ekslusif dengan kejadian
stunting ,pada ibu balita yang terkena stunting secara verbal.
4. Memberikan kesempatan bagi seluruh peserta untuk bertanya seputar
materi yang diberikan.
5. Melakukan kunjungan kedua setelah satu bulan untuk melihat
perubahan pengetahuan melaui post test serta pengukuran ulang tinggi
badan setelah satu bulan kunjungan.
3.5 Materi
Materi yang disampaikan tentang riwayat asi ekslusif terhadap kejadian stunting
serta cara mencegahnya.
3.6 Metode
Metode yang digunakan dalam penyebaran kuesioner adalah wawancara aktif
pada setiap orang tua balita stunting untuk mendapatkan data desktriptif kondisi
gambaran pengetahuan terhadap riwayat asi ekslusif dengan kejadian stunting.
Sedangkan kegiatan edukasi mengenai riwayat asi ekslusif dengan kejadian
stunting dan cara mencegahnya mengguanakan metode komunikasi secara lisan
dan diskusi dengan orang tua balita.
2. September Evaluasi kuisioner dan penilaian pre test Dokter internsip
- Oktober dan post test.
2022
11
3.8 Rencana Evaluasi
3.8.1 Penilaian Upaya Peningkatan pemahaman
1. Indicator penilaian
a. Dukungan dari pihak puskesmas pasar prabumulih
b. Dukungan dari orang tua balita stunting di kelurahan mangga besar
puskesmas pasar prabumulih
c. Ketepatan waktu dan tempat pelaksaan kegiatan
d. Peningkatan pengetahuan responden tentang riwayat asi ekslusif dengan
kejadian stunting dilihat dari Hasil pre test dan post test
2. Waktu penilian
Waktu penilaian dilakukan sebelum, selama, dan sesudah pelaksaan kegiatan.
3. Cara penilaian
a. Tidak adak kesulitan yang ditemukan dalam melakukan koordinasi dengan
pihak terkait penyebaran kuesioner dan penyuluhan.
b. Kegiatan terlaksana sesuai dengan rencana jadwal pelaksaan.
c. Menilai hasil skoring nilai hasil pre test dan post test.
4. Penilai
Penilai adalah dokter internship yang menjadi pembicara
1. Indikator penilaian
Keseriusan dan partisipasi orang tua dalam mengikuti kegiatan
penyuluhan
Peningkatan pengetahuan responden tentang riwayat asi ekslusif
dengan kejadian stunting dilihat dari Hasil pre test dan post test
2. Waktu penilaian
Waktu penilaian dilakukan selama pelaksanaan kegiatan
3. Cara penilaian
Hasil pre test dan post test
4. Penilai
12
Penilai adalah dokter internship yang menjadi pembicara dari hasil pre test dan
post test
BAB IV
HASIL
13
kelompok masyarakatyang menjadi responden, mayoritas (86,67%) berasal dari
kelompok orang muda dan dewasa (15-49 tahun), sedangkan 13,33% diantaranya
berasal dari kelompok usia tua. Sebagian besar (70%) responden memiliki tingkat
pendidikan yang kurang. Pekerjaan responden kebanyakan adalah ibu rumah
tangga (56,67%).
Tabel 4.1.Karakteristik Sosio-Demografis Responden.
No. Karakteristik Sosio-Demografis n (%)
Umur Muda dan Dewasa (15-49 tahun) 26 (86,67)
1 Tua (> 50 tahun) 4 (13,33)
Total 30(100)
Kurang (Tidak sekolah, Tamat SD,
21 (70)
atau Tamat SMP)
2 Pendidikan
Cukup (Tamat SMA atau Perguruan
9 (30)
Tinggi)
Tidak Bekerja (Ibu Rumah Tangga) 17 (56,67)
Petani 2 (6,67)
Pegawai Negeri Sipil (PNS) 3 (10)
3 Pekerjaan Wiraswasta 6(20)
Pegawai Swasta -
Lainnya -
Buruh Bangunan 2 (6,67)
Total 30(100)
14
6)
Menimbang balita setiap bulan
Apakah ibu membawa balita ke posyandu sebulan sekali 23(76,6
5(16,67) 2(6,667)
untuk menimbang berat badan bayi ? 7)
Apakah ibu selalu membawa balita ke posyandu untuk
mengetahui dan mencegah gangguan pertumbuhan 26(86,6
3(10) 1(3,33)
7)
dan perkembangan balita ?
Apakah ibu membawa balita ke puskesmas atau dokter 28(93,3
0 2(6,67)
saat balita sakit? 3)
Menggunakan air bersih
Apakah air yang dikonsumsi setiap hari dimasak sampai
30(100) 0 0
mendidih ?
Apakah air yang digunakan sehari-hari air yang tidak
berwarna, tidak keruh, tidak berasa dan tidak 27(90) 2(6,67) 1(3,33)
berbau ?
Apakah air yang digunakan diperoleh dari mata air,
30(100) 0 0
sumur gali, sumur pompa, atau PDAM ?
Mencuci tangan menggunakan air dan sabun
Apakah ibu mencuci tangan sebelum dan sesudah makan
24(80) 2(6,67) 2(6,67)
dengan air mengalir dan sabun ?
Apakah ibu mencuci tangan sesudah BAK atau BAB 28(93,3
2(6,67) 0
dengan air mengalir dan sabun ? 3)
Menggunakan jamban sehat
Apakah keluarga menggunakan jamban sebagai tempat
30(100) 0 0
BAB/BAK ?
Apakah jamban yang digunakan tidak mencemari tanah
30(100) 0 0
disekitarnya, mudah dibersihkan, aman digunakan ?
Apakah keluarga membersihkan jamban setiap hari ? 24(80) 3(10) 1(3,33)
Memberantas jentik nyamuk
Apakah keluarga memberantas jentik nyamuk dengan
menguras dan menyikat tempat-tempat penampungan
24 (80) 2(6,67) 2(6,67)
air/bak mandi, serta menutup rapat-rapat tempat
penampungan air ?
Apakah keluarga mengubur atau menyingkirkan barang- 26(86,6
3(10) 1(3,33)
barang bekas yang dapat menampung genangan air ? 7)
Makan buah dan sayur setiap hari
Apakah anggota keluarga mengkonsumsi 3 porsi buah 10(33,3
10(33,33) 10(33,33)
dan 2 porsi sayuran atau sebaliknya setiap hari ? 3)
Melakukan aktivitas sehari-hari
Apakah anggota keluarga melakukan olahraga selama 30
15(50) 7(23,33) 8(26,67)
menit setiap hari ?
10 Tidak merokok di dalam rumah
Apakah terdapat anggota keluarga yang merokok di 20(66,6
0 10(33,33)
dalam rumah ? 7)
Apakah ibu menegur anggota keluarga yang merokok di 10(33,3 9(30) 11(36,67)
15
dalam rumah ? 3))
Berdasarkan tabel 4.2 diperoleh data mengenai jawaban responden
terhadap pertanyaan 10 indikator PHBS. Mayoritas responden menjawab ya untuk
sebagian besar indikator PHBS yaitu melakukan persalinan dibantu oleh tenaga
kesehatan, menimbang balita setiap bulan, menggunakan air bersih, mencuci
tangan menggunakan air dan sabun, menggunakan jamban sehat, memberantas
jentik nyamuk.
16
BAB V
DISKUSI
17
seperti beberapa anak yang stunting tetapi bukan di wilayah Kelurahan Mangga
besar. Masih adanya stigma stunting hanya akibat kekurangan gizi sehingga
banyak orang tua yang menyangkal bahwa anaknya termasuk kategori stunting.
Waktu pengambilan data terbatas karena kegiatan puskesmas yang cukup padat
yang tidak memungkinkan dokter internsip bertemu dengan lebih banyak balita
stunting yang masih tersebar luas di wilayah Puskesmas Pasar Prabumulih.
Namun, dalam proses pelaksanaan kegiatan berjalan dengan lancar. Hal ini tidak
terlepas dari koordinasi yang baik antara dokter internship dengan pihak
puskesmas.
18
BAB VI
SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan
Kegiatan Mini Project yang dilaksanakan oleh dokter internsip yang
bertugas di Puskesmas Banjar 1 periode November 2020 - Mei 2021 dengan judul
Upaya pencegahan kejadain balita stunting dengan riwayat asi ekslusif di
Kelurahan Mangga Besar berjalan dengan lancar. Kegiatan yang dilaksanakan
pada bulan Agustus - Oktober ini berupa sebaran kuisioner, pre test, post test, dan
pemberian materi edukasi. Dalam kegiatan ini ditemukan hambatan berupa
keterbatasan responden dikarenakan tidak berdomisili di Kelurahan Mangga
Besar, dan ada satu responden yang orang tua menolak untuk mengukuti rentetan
kegiatan. Namun kegiatan tetap dapat berjalan dengan baik karena dukungan dari
pihak Kepala Puskesmas Pasar Prabumulih, pihak Kelurahan Mangga Besar,
dokter pendamping internsip, tim pemegang progam gizi di Puskesmas Pasar
Prabumulih, serta masyarakat di lingkungan wilayah kelurahan Mangga Besar
yang sudah kooperatif sebagai responden
Hasil kegiatan ini dirasa sudah cukup baik dilihat dari antusias responden
dan peningkatan pengetahuan yang diukur dari skroring penilaian pre test dan post
test yang meningkat. Diharapkan materi mengenai pencegahan stunting dengan
riwayat asi ekslusif yang diberikan dalam bentuk edukasi dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari baik dilingkungan keluarga maupun masyarakat.
6.2 Saran
Saran-saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut :
i. Saran untuk Akademik
Untuk dokter internship selanjutnya meneruskan program minipro berupa
upaya pencegahan stunting pada balita dengan riwayat asi ekslusif di wilayah
kelurahan lainnya yang masih dilingkup Puskesmas Pasar Prabumulih untuk
menurunkan angka kejadian stunting.
19
ii. Saran untuk Masyarakat
Maysarakat agar bisa berkooperatif dalam mengikuti kegiataan dan
menghilangkan stigma negative terhadap anak yang menderita stunting hanya
masalah kekurangan gizi.
20
DAFTAR PUSTAKA
21
LAMPIRAN
Kuesioner
22
Pre test dan post test
23
Foto kegiatan
24