Oleh:
dr. Cahya Tri Wijayanti
Dokter Pendamping:
dr. Ade Nur Ichklas
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas karunia-
Nya, tugas mini project dan laporan kasus dapat diselesaikan tepat pada
waktunya. Tugas ini disusun dalam rangka mengikuti program dokter internsip
di Puskesmas Pasar Prabumulih periode Mei 2022-November 2022. Dalam
penyusunan responsi ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. dr. Ade Nur Ichklas, selaku dokter pendamping dokter Internsip di
Puskesmas Pasar atas nasihat dan masukan yang telah diberikan.
2. Staff Puskesmas Pasar yang telah mendukung pelaksanaan penelitian ini.
3. Masyarakat di lingkungan wilayah kerja Puskesmas Pasar yang sudah
berkenan sebagai responden dan bekerjasama dengan baik dalam
penelitian ini.
4. Rekan-rekan dokter dan staf yang bertugas di Puskesmas Pasar atas
bantuannya dalam penyusunan tugas ini.
Penulis menyadari bahwa tugas ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga mini
project ini dapat memberikan sumbangan ilmiah dalam masalah kesehatan dan
memberi manfaat bagi masyarakat.
Penulis
2
BAB I
LATAR BELAKANG
1.1 Pendahuluan
Menurut Kemenkes RI tentang standar antropometri penilaian status gizi a
nak adalah suatu keadaan dimana hasil pengukuran Panjang Badan menurut Umur
(PB/U) atau Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) berada di antara -3 Standar Devi
asi (SD) sampai -2 SD. Sangat pendek (severe stunting) adalah keadaan dimana ha
sil pengukuran PB/U atau TB/U di bawah -3 SD. Stunting merupakan gangguan p
ertumbuhan tinggi badan atau panjang badan seorang anak dimana pertumbuhan ti
nggi badan tersebut tidak sesuai seiring dengan bertambahnya usia. Stunting ini di
sebabkan oleh lebih dari satu faktor (multifaktor), yang berarti dibutuhkan satu fak
tor utama dan faktor-faktor penyebab lainnya untuk sampai terjadi stunting (IDAI,
2019).
Riwayat penyakit infeksi merupakan salah satu faktor langsung yang dapat
menyebabkan keadaan ini. Diare adalah salah satu penyakit infeksi yang apabila
terjadi terus menerus dapat menyebabkan penurunan kadar cairan dalam tubuh
sehingga menimbulkan gangguan dalam penyerapan zat gizi, apabila tidak segera
ditangani dan diimbangi dengan asupan yang sesuai maka akan terjadi gagal
tumbuh. Selain itu, saat anak mengalami diare, anak akan kehilangan nafsu makan
sehingga asupan nutrisi berkurang dan nutrisi yang dikonsumsipun tidak diserap
dengan baik oleh tubuh. Hal tersebut mengakibatkan berat badan yang mulai turun
perlahan dan diikuti dengan pertumbuhan tinggi badan yang terhambat (Desyanti,
2017).
Di Indonesia berdasarkan hasil Riskesdas pada tahun 2007, 2013 dan 2018
masih menunjukan angka stunting pada balita di atas 30%. Angka kejadian
stunting pada Provinsi Sumatera Selatan adalah 31,7%, angka ini masih berada dia
tas rata-rata nasional yaitu 30,8%. Menurut data Kemenkes RI (2020) terdapat
10,7% balita usia 12-59 bulan meninggal akibat diare. Tingginya angka kematian
balita akibat diare menunjukan kasus balita yang terkena infeksi juga tinggi, hal
ini memungkinkan meningkatnya angka kejadian stunting.
3
1.2 Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
1.3 Manfaat
Dapat dijadikan sebagai ilmu pengetahuan dan wawasan yang luas dalam
meningkatkan kepedulian terhadap kasus stunting. Serta dijadikan dasar untuk pen
gembangan program lebih lanjut yang berhubungan dengan stunting maupun peny
akit-penyakit lain.
Sebagai upaya kewaspadaan dini terhadap stunting dan pengetahuan tentang fakto
r-faktor risiko stunting dan pencegahannya.
Dapat menjadi sumber informasi bagi institusi dan sebagai upaya kewaspa
daan dini terhadap stunting dan pengetahuan tentang faktor-faktor risiko stunting
dan pencegahannya.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. STUNTING
2.1 DEFINISI
Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan g
izi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak se
suai dengan kebutuhan gizi. Stunting terjadi mulai janin masih dalam kandungan d
an baru nampak saat anak berusia dua tahun. Stunting adalah sebuah kondisi dima
na tinggi badan seseorang ternyata lebih pendek disbanding tinggi badan orang lai
n pada umumnya (Kemenkes RI, 2020).
Tubuh pendek pada masa anak-anak (Chilhood stunting) merupakan akibat
kekurangan gizi kronis atau kegagalan pertumbuhan di masa lalu dan digunakan s
ebagai indikator jangka panjang untuk gizi kurang pada anak. Chilhood stunting b
erhubungan dengan gangguan perkembangan neurokognitif dan risiko menderita p
enyakit tidak menular di masa depan (Kemenkes RI, 2020).
2.2 EPIDEMIOLOGI
Prevalensi stunting di Indonesia lebih tinggi daripada negara di Asia Te
nggara, seperti Myanmar (35%), Vietnam (23%), dan Thailand (16%) dan men
duduki peringkat ke-5 dunia.10 Prevalensi kejadian stunting pada balita usia 2
4-59 bulan di Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, dan Lampung
adalah 44.1% (Zilda, 2013).
Hasil dari Pemantauan Status Gizi (PSG) prevalensi balita stunting cen
derung tinggi, sebesar 11.5% balita dilaporkan sangat pendek dan 19.3% balita
dilaporkan pendek. Pada Riskesdas 2018 dilaporkan bahwa terjadi penurunan a
ngka stunting jika dibandingkan dengan Riskesdas 2013 dari 37,2% menjadi 3
0,8% (Kemenkes, 2020).
5
2.3 KLASIFIKASI
2.4 ETIOLOGI
1. Penyakit Infeksi
Seluruh faktor-faktor yang telah diteliti, faktor penyakit infeksi menunj
ukan angka yang paling besar sebagai faktor resiko penyebab kejadian stunting
pada balita. Penyakit infeksi yang banyak diderita oleh balita adalah infeksi ent
eric (diare) dan infeksi pernafasan yang tersering yaitu ISPA (Kusumawati, 20
15).
Anak yang menderita ISPA akan beresiko 5,71 kali untuk menjadi stunt
ing dibandingkan dengan anak yang tidak pernah menderita ISPA dalam 2 bula
n terakhir. Anak yang mengalami diare dalam 2 bulan terakhir maka mempuny
ai resiko 5,04 kali untuk menjadi stunting dibandikan dengan anak yang tidak
menderita diare dalam 2 bulan terakhir. Anak mengalami diare dalam jangka w
aktu 24 bulan pertama makan beresiko kehidupan cenderung lebih pendek dan
terjadi peningkatan resiko stunting sebesar 7,46 kali pada anak diare (Lestari, 2
019).
2. Ketersediaan pangan
Rendahnya ketersediaan pangan, mengancam penurunan konsumsi mak
anan yang beragam dan bergizi seimbang dan aman di tingkat rumah tangga. P
ada akhirnya, akan berdampak pada semakin beratnya masalah gizi masyarakat,
termasuk stunting pada balita. Masalah akses dan ketersediaan pangan untuk p
enduduk miskin merupakan gabungan masalah kemiskinan (Lestari, 2019).
6
3. Pengaturan pengasuhan yang tidak baik
Kurang pengetahuan tentang kesehatan dan gizi sebelum dan pada mas
a kehamilan dapat meningkatkan angka kejadian stunting. Ibu hamil yang men
galami kurang gizi akan mengakibatkan janin yang dikandung juga mengalami
kekurangan zat gizi. Kekurangan zat gizi pada kehamilan yang terjadi terus me
nerus akan melahirkan anak yang mengalami kurang gizi. Kondisi ini jika berla
ngsung dalam kurun waktu yang relatif lama akan menyebabkan anak mengala
mi kegagalan dalam pertumbuhan atau stunting (Muniroh, 2018).
4. Terbatasnya layanan kesehatan termasuk layanan ANC (antenatal ca
re), postnatal dan pembelajaran dini yang berkualitas
Menurunnya tingkat kehadiran anak di Posyandu. Posyandu dapat dima
nfaatkan oleh penduduk sebagai sarana untuk memantau pertumbuhan anak. Pe
nimbangan bulanan yang dilaksanakan diposyandu merupakan sarana melakuk
an aksi koreksi secara dini jika terjadi gangguan pertumbuhan terhadap anak se
hingga tidak berkembang menjadi gizi kurang atau gizi buruk. Kebanyakan ana
k yang tidak mendapat akses yang memadai kelayanan imunisasi (Ulfani, 20
19).
5. Tingkat kemiskinan
Masalah kemiskinan akan berdampak pada kurangnya akses masyaraka
t terhadap pemenuhan kebutuhan pangan maupun pelayanan kesehatan. Kemis
kinan merupakan indikator ketidakmampuan untuk mendapatkan cukup panga
n, karena rendahnya kemampuan daya beli atau hal ini mencerminkan ketidak
mampuan untuk memenuhi kebu- tuhan dasar, seperti, makanan, pakaian, peru-
mahan, pendidikan, dan lain-lain (Ulfani, 2019).
6. Sanitasi lingkungan
Faktor lingkungan yang beresiko terhadap angka kejadian stunting pada
balita adalah sanitasi lingkungan. Balita yang berasal dari keluarga yang memp
unyai fasilitas air bersih memiliki prevalensi stunting lebih rendah dari pada ba
lita yang memiliki keluarga yang tidak mempunyai fasilitas air bersih. Selain fa
silitas air bersih yang kurang baik ada faktor yang lain seperti, ventilasi dan pe
ncahayaan kurang, tidak adanya tempat pembuangan sampah tertutup dan keda
p air, dan tidak memiliki jamban keluarga (Ulfani, 2019).
7
2.5 DAMPAK STUNTING
Dampak yang ditimbulkan stunting dapat dibagi menjadi dampak jangka p
endek dan jangka Panjang. Dampak jangka pendek diantaranya adalah peningkata
n kejadian kesakitan dan kematian, perkembangan kognitif, motorik, dan verbal pa
da anak tidak optimal; dan peningkatan biaya kesehatan. Dampak jangka panjang
diantaranya adalah Postur tubuh yang tidak optimal saat dewasa (lebih pendek dib
andingkan pada umumnya), Meningkatnya risiko obesitas dan penyakit lainnya, M
enurunnya kesehatan reproduksi, Kapasitas belajar dan performa yang kurang opti
mal saat masa sekolah dan Produktivitas dan kapasitas kerja yang tidak optimal.
(Buletin Kemenkes 2020).
8
yang tidak memadai serta asupan gizi yang tidak optimal seperti air susu, zat besi,
dan vitamin A. Meskipun persediaan air bersih tercukupi dan sanitasi perlu untuk
pencegahan penyakit diare pada balita, hal tersebut belum cukup kecuali disertai
dengan perubahan perilaku kebersihan rumah tangga yang baik (Fischer, 2018).
Pada penelitian tersebut dijelaskan bahwa infeksi yang masuk ke dalam
tubuh akan merespon peningkatan sitokin Tumor Necrosis Factor- alpha (TNF- α)
dan Interleukin-1 (IL-1) ketika akan terjadi peradangan yang merupakan salah
satu sistem pertahanan tubuh terhadap benda asing. Sitokin TNF- α dan IL-1 yang
meningkat akan menurunkan hormon Insulin-like Growth Factor-1 (IGF-1) yang
merupakan hormon pertumbuhan. IGF-1 yang menurun akan mempengaruhi
pertumbuhan lempeng epifisis tulang panjang sehingga pertumbuhan linier anak
tidak maksimal (Musyayadah, 2019).
Diare merupakan salah satu penyakit infeksi metabolisme yang
dampaknya dapat langsung dilihat dalam jangka waktu singkat, sedangkan
keadaan stunting merupakan malnutrisi yang bersifat kronis dan merupakan
dampak dari keadaan yang terjadi dalam waktu lama dan terus menerus. Anak
yang menderita penyakit infeksi dengan durasi waktu yang lebih lama, maka
kemungkinan akan lebih besar mengalami kejadian stunting serta lebih cenderung
mengalami gejala sisa (sekuel) akibat infeksi yang mana dapat melemahkan
kondisi fisik anak. Zat besi merupakan mikronutrien esensial bagi tubuh dimana
zat ini diperlukan dalam pembentukan molekul hemoglobin (Hb), sehingga
apabila jumlah zat besi dalam bentuk simpanan cukup, maka kebutuhan untuk
pembentukan sel darah merah dalam sumsum tulang akan selalu terpenuhi. Akan
tetapi jika tidak terpenuhi, maka terjadilah ketidakseimbangan zat besi di dalam
tubuh dan balita akan mengalami risiko kekurangan besi. Kondisi tersebut akan
menyebabkan terhambatnya pertumbuhan pada balita dan apabila berlangsung
dalam waktu lama akan menyebabkan stunting pada anak (Hidayani, 2020).
BAB III
9
3.1 Jenis Kegiatan
Rentetan kegiatan yang dilakukan adalah upaya untuk mecegah terjadinya
stunting pada balita dengan penyakit infeksi diare di kelurahan Mangga Besar
Puskesmas Pasar Prabumulih.
1. Survei pengukuran tinggi badan balita stunting dan screening faktor risiko
stunting terbanyak pada balita di posyandu wilayah Mangga Besar
Puskesmas Prabumulih.
2. Mentukan faktor risiko penyakit infeksi diare terhadap kejadian stunting
dan melakukan pendataan balita stunting di wilayah kelurahan Mangga
Besar Puskesmas Pasar prabumulih.
3. Melakukan home visit berupa pengukuran tinggi badan dan berat badan
serta memberikan penyuluhan pecegahan stunting dengan penyakit infeksi
diare diakhiri dengan pengisian pre test
4. Penimbangan kembali tinggi badan setelah 1 bulan pemantauan dan
melaukan Post test untuk mengukur pemahaman orang tua tentang
pencegahan penyakit infeksi diare terhadap kejadian stunting.
3.3.2 Target
Target kegiatan adalah orang tua balita yang terkena stunting di wilayah ke
lurahan Mangga Besar Puskesmas Pasar Prabumulih.
10
3.4 Strategi
3.4.1 Tahap Persiapan Pelaksanaan
1. Dokter Internship Bersama pemegang program gizi Puskesmas Pasar P
rabumulih menyusun rencana untuk melakukan pengambilan sample m
engukur serta melakukan wawancara berupa kuesioner, setelah itu akan
dilanjutkan penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadara
n masyarakat tentang pencegahan stunting dengan penyakit infeksi
diare
2. Mempersiapkan pamphlet untuk penyuluhan, kuesioner, pretest dan po
st test.
3. Mewawancarai ibu balita yang terkena stunting di posyandu kelurahan
Mangga besar untuk screening faktor risiko terbanyak kejadian stuntin
g.
4. Berdasarkan hasil wawancara ditentukan penekanan materi penyuluhan
tentang pencegahan kejadian stunting dengan penyakit infeksi diare.
5. Menentukan waktu pelaksaan home visit penyuluhan tentang
penyakit infeksi diare terhadap kejadian stunting pada balita.
6. Berkoordinasi dengan pemegang program dan pihak terkait untuk pela
ksaan penyuluhan serta pengukuruan tinggi badan pre dan post penyul
uhan.
11
5. Melakukan kunjungan kedua setelah satu bulan untuk melihat
perubahan pengetahuan melaui post test serta pengukuran ulang tinggi
badan setelah satu bulan kunjungan.
3.5 Materi
Materi yang disampaikan tentang penyakit infeksi diare terhadap kejadian
stunting serta cara pencegahannya.
3.6 Metode
Metode yang digunakan dalam penyebaran kuesioner adalah wawancara a
ktif pada setiap orang tua balita stunting untuk mendapatkan data desktriptif kondi
si gambaran pengetahuan terhadap penyakit infeksi diare dengan kejadian stunting.
Sedangkan kegiatan edukasi mengenai penyakit infeksi diare dengan kejadian stu
nting dan cara mencegahnya mengguanakan metode komunikasi secara lisan dan
diskusi dengan orang tua balita.
2. September Evaluasi kuisioner dan penilaian pre test Dokter internsip
- Oktober dan post test.
2022
12
a. Dukungan dari pihak puskesmas pasar prabumulih
b. Dukungan dari orang tua balita stunting di kelurahan mangga besar puskes
mas pasar prabumulih
c. Ketepatan waktu dan tempat pelaksaan kegiatan
d. Peningkatan pengetahuan responden tentang penyakit infeksi diare dengan
kejadian stunting dilihat dari Hasil pre test dan post test
2. Waktu penilian
Waktu penilaian dilakukan sebelum, selama, dan sesudah pelaksaan kegiatan.
3. Cara penilaian
a. Tidak adak kesulitan yang ditemukan dalam melakukan koordinasi dengan
pihak terkait penyebaran kuesioner dan penyuluhan.
b. Kegiatan terlaksana sesuai dengan rencana jadwal pelaksaan.
c. Menilai hasil skoring nilai hasil pre test dan post test.
4. Penilai
Penilai adalah dokter internship yang menjadi pembicara.
1. Indikator penilaian
Keseriusan dan partisipasi orang tua dalam mengikuti kegiatan penyulu
han.
Peningkatan pengetahuan responden tentang penyakit infeksi diareden
gan kejadian stunting dilihat dari Hasil pre test dan post test.
2. Waktu penilaian
Waktu penilaian dilakukan selama pelaksanaan kegiatan.
3. Cara penilaian
Hasil pre test dan post test
4. Penilai
Penilai adalah dokter internship yang menjadi pembicara dari hasil pre test dan
post test.
13
BAB IV
HASIL
14
4.2 Peserta Kegiatan
Kegiatan penyebaran kuisioner pre test dan post test di isi oleh 3 responde
n yang berdomisili di wilayah Kelurahan Mangga Besar yang masuk dan bersedia
untuk mengikuti kegiatan.
15
Berdasarkan hasil tabel 4.1 mengenai data responden tercatat tiga balita
dengan hasil pengukuran yang di ambil dinyatakan pendek. Selain itu ketiga balita
terdapat infeksi diare berulang.
Edukasi dilakukan secara verbal kepada orang tua balita stunting
menggunakan media phamplet, setelah itu diadakan sesi tanya jawab seputar
bagaiaman cara pencegahan agar anak tidak sering terkena infeksi diare dan
makanan apa yang sering menyebabkan diare. Berikut tabel hasil pre test
responden pada saat kunjungan pertama.
Tabel 4.2 Hasil Pre-Test responden
No. Nama Jumlah soal Jumlah benar Nilai
1 An. A 10 2 20
2 An.D 10 4 40
3 An. AS 10 3 30
Berdasarkan tabel 4.2 hasil Pre test responden yang diisi orang tua balita
stunting tingkat pengetahuan responden sebelum diberikan edukasi masih buruk
berdasarkan hasil skoring dari pre test yang diberikan nilai yang didapatkan rerata
masih dibawah 40 yang dapat dikatakan bahwa umumnya tingkat pengetahuan
responden mengenai faktor risiko infeksi diare terhadap balita stunting masih
kurang.
Setelah 1 bulan kemudian dilakukan kembali kunjungan home visit ke
rumah responden untuk memantau peningkatkan pengetahuan dengan cara
pengisian post test dengan soal yang sama kepada responden dan dilakukan
pengukuran tinggi badan kembali.Berikut hasil pengukuran tinggi badan kembali
pada balita.
Tabel 4.3 Hasil Pengukuraan tinggi badan ke-2
NO. NAMA BALITA TINGGI BADAN TB/U
1. An. A, 3thn 1 bln 88 Pendek
2. An. D, 1 thn 6 bln 74 Pendek
3. An. AS,1 thn 4 bln 72 pendek
Berdasarkan tabel 4.3 diatas ketiga balita yang diukur masih dalam
kategori pendek. Berikut hasil post test yang diberikan.
Tabel 4.4 Hasil post test
16
No. Nama Jumlah soal Jumlah benar Nilai
1 An. A 10 9 90
2 An.D 10 9 90
3 An. AS 10 10 100
Berdasarkan tabel 4.4 hasil post test didapatkan hasil yang memuaskan
dengan hasil skoring nilai responden mendapatkan nilai diatas 90 dua orang dan
satu prang responden dengan nilai 100 dengan artian semua pertanyaan yang
diberikan dapat terjawab dengan baik.Berikut tabel hasil perbandingan pre test dan
post test.
Tabel 4.5 Perbandingan pre test dan post test
No. Nama Jumlah soal Nilai Pre Test Nilai Post T
est
1 An. A 10 20 90
2 An. D 10 40 90
3 An. AS 10 30 100
Berdasarkan tabel 4.5 perbandingan hasil pre test dan post test didapatkan
hasil bahwa tingkat pengetahuan semua responden setelah diberikan edukasi
adalah meningkat. Dilihat dari kenaikan skoring pre test dan post test yang
diberikan terdapat peningkatkan scoring yang signifikan yang bisa dikatakan
bahwa tingkat pengetahuan responden mengalami peningkatan setelah diberikan
edukasi.
BAB V
DISKUSI
17
Rentetan kegiatan upaya pencegahan kejadian stunting pada balita dengan
penyakit infeksi diare di kelurahan Mangga Besar dilaksanakan bulan Agustus – O
ktober. Seluruh kegiatan dapat terlaksana dengan baik sesuai dengan jadwal yang t
elah ditentukan.
18
5.4 Manfaat Kegiatan
Kegiatan penyebaran kuisioner ini bermanfaat untuk mengetahui upaya pe
ncegahan stunting pada balita dengan penyakit infeksi diare. Selama ini stunting h
anya dikaitan dengan masalah gizi dari makanan tanpa disadari terdapat hal kecil
yang dianggap biasa seperti penyakit infeksi diare, ternyata diare dapat menjadi sa
lah satu faktor risiko stunting, untuk itu kegiatan ini dilakukan agar masyarakat le
bih mengetahui dengan diberikan penyuluhan mengajak orang tua untuk lebih me
mperhatikan tentang pentingnya pencegahan penyakit infeksi diare terhadap kondi
si kesehatan anaknya. Edukasi juga memiliki beberapa manfaat untuk dokter inter
nsip, pengetahuan tamabahan untuk para pemegang program gizi dipuskesmas dan
para responden. Bagi dokter internsip kegiatan edukasi ini merupakan sarana latih
an untuk menjadi pembicara yang baik serta mengasah kemampuan berkomunikas
i sehingga dapat dimengerti oleh masyarakat umum. Selain itu kegiatan ini juga m
embantu dokter internsip melatih soft skill dalam hal perencanaan dan koordinasi
dengan pihak luar yang terkait. Bagi para responden manfaat yang diperoleh adala
h peningkatan pengetahuan dan pemahaman tentang penyakit infeksi diare dengan
kejadian stunting pada balita dengan tujuan agar terjadinya perubahan perilaku ke
arah yang lebih baik. Melalui kegiatan ini diharapkan peserta mampu mengaplikas
ikan ilmu yang didapatkan dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan keluarga da
n masyarakat.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Kegiatan Mini Project yang dilaksanakan oleh dokter internsip yang bertug
as di Puskesmas Banjar 1 periode November 2020 - Mei 2021 dengan judul Upay
a pencegahan kejadian stunting pada balita dengan penyakit infeksi diare di Kelur
ahan Mangga Besar berjalan dengan lancar. Kegiatan yang dilaksanakan pada bula
n Agustus - Oktober ini berupa sebaran kuisioner, pre test, post test, dan pemberia
19
n materi edukasi. Dalam kegiatan ini ditemukan hambatan berupa keterbatasan res
ponden dikarenakan tidak berdomisili di Kelurahan Mangga Besar, dan ada satu re
sponden yang orang tua menolak untuk mengukuti rentetan kegiatan. Namun kegi
atan tetap dapat berjalan dengan baik karena dukungan dari pihak Kepala Puskesm
as Pasar Prabumulih, pihak Kelurahan Mangga Besar, dokter pendamping internsi
p, tim pemegang progam gizi di Puskesmas Pasar Prabumulih, serta masyarakat di
lingkungan wilayah kelurahan Mangga Besar yang sudah kooperatif sebagai
responden
Hasil kegiatan ini dirasa sudah cukup baik dilihat dari antusias responden
dan peningkatan pengetahuan yang diukur dari skroring penilaian pre test dan post
test yang meningkat. Diharapkan materi mengenai pencegahan stunting dengan
penyakit infeksi diare yang diberikan dalam bentuk edukasi dapat diterapkan dala
m kehidupan sehari-hari baik dilingkungan keluarga maupun masyarakat.
6.2 Saran
Saran-saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut :
A. Saran untuk Akademik
Untuk dokter internship selanjutnya meneruskan program minipro berupa
upaya pencegahan stunting pada balita dengan penyakit infeksi diare di wilayah
kelurahan lainnya yang masih dilingkup Puskesmas Pasar Prabumulih untuk
menurunkan angka kejadian stunting.
20
program dokter kecil.
DAFTAR PUSTAKA
1. Fischer Walker, C.L., Perin, J., Aryee, M.J. et al. Diarrhea incidence in low
and middle-income countries in 1990 and 2010: a systematic review. BMC
Public Health 12, 220 (2018).
2. Hidayani, W.R. and KM, S., 2020, April. Riwayat Penyakit Infeksi yang
Berhubungan dengan Stunting di Indonesia: Literatur Review. In Jurnal
Seminar Nasional (Vol. 2, No. 01, pp. 45-53.
21
Update (Nutrimet): All about Controversies in Nutrition and Metabolic.
Indonesian Pediatric Society: Central Java Branch. Solo, 27-28 April.
4. Kemenkes RI. 2020. Hasil Utama Riskesdas 2020. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Puslitbang Humaniora dan Manajemen Kesehatan.
9. Richard S.A., Black R.E., Gilman R.H., Guerrant R.L., Kanonyonag G.,
Lanata C.F., Molbak K., Rasmussen Z.A., Sack R.B., Valentiner-Branth P.,
Checkley W. Diarrhea in Early Childhood: Short-term Association With
Weight and Long-term Association With Length. American Journal of
Epidemiology, 2019, 178(7): 1129-1138.
10. Ulfani Dh, Martianto D, Masyarakat Dg, Manusia Fe, Manusia Fe. Faktor-
Faktor Sosial Ekonomi Dan Kesehatan Masyarakat Kaitannya Dengan
Masalah Gizi Underweight, Stunted , Dan Wasted Di Indonesia : 2019;
6(1):59-65.
11. Zilda, O. dan Sudiarti, T. (2013) ‘Faktor Risiko Stunting pada Balita (12-59
Bulan) di Sumatera’, Jurnal Gizi dan Pangan, 8(3), pp. 175–180.
22