Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN KEGIATAN MINI PROYEK

GAMBARAN BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH TERHADAP KEJADIAN

STUNTING DI DESA PUTAT LOR PUSKESMAS KETAWANG KABUPATEN

MALANG TAHUN 2019

Oleh :

dr. M. Edel Dwiputra Prawira

Pendamping :

dr. Wahyu Widiyanti

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA

PUSKESMAS KETAWANG

KABUPATEN MALANG JAWA TIMUR

2020
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KEGIATAN MINI PROYEK

GAMBARAN BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH TERHADAP KEJADIAN

STUNTING DI DESA PUTAT LOR PUSKESMAS KETAWANG KABUPATEN

MALANG TAHUN 2019

Oleh :

dr. M. Edel Dwiputra Prawira P.

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan

Program Internsip Dokter Indonesia

Di Puskesmas Ketawang

Disetujui dan disahkan

Ketawang, 7 Februari 2020

Mengetahui,

Pendamping Internsip

dr. Wahyu Widiyanti

2
DAFTAR ISI

JUDUL........................................................................................................... 1
LEMBAR PENGESAHAN...............................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................4
1.1 Latar Belakang................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................6
1.3 Tujuan.............................................................................................6
1.4 Manfaat...........................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................7
2.1 Stunting...........................................................................................7
2.2 BBLR............................................................................................13
2.3 Tinggi Badan Orang Tua...............................................................18
BAB III GAMBARAN WILAYAH.................................................................. 19
3.1 Desa Putat Lor..............................................................................20
BAB IV HASIL..............................................................................................20
4.1 Data BBLR di Wilayah Kerja Puskesmas
Ketawang Tahun 2019.................................................................20
4.2 Data BBLR di Desa Putat Lor........................................................20
4.3 Intervensi......................................................................................21
4.4 Hasil Monitoring Pengukuran BB dan PB......................................22
4.5 Hasil Pengisian Kuesioner............................................................23
BAB V PEMBAHASAN.................................................................................24
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN............................................................26
6.1 Kesimpulan...................................................................................26
6.2 Saran............................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................28
LAMPIRAN...................................................................................................29

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah negara berkembang yang memiliki permasalahan yang

kompleks terutama dalam masalah gizi. Gizi kurang atau malnutrisi adalah

kondisi kekurangan gizi akibat jumlah kandungan mikronutrien dan makronutrien

yang tidak memadai. Malnutrisi yang terjadi pada anak usia dibawah lima tahun

(balita) merupakan masalah pokok kesehatan masyarakat yang harus segera

diatasi karena dapat mengganggu pertumbuhan. Salah satu gangguan

pertumbuhan pada masa tersebut adalah stunting.1

Stunting adalah masalah gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang

kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai

dengan kebutuhan gizi. Stunting adalah suatu kondisi pendek yang diketahui

berdasarkan pengukuran panjang badan menurut umur (PB/U) atau Tinggi

Badan menurut Umur (TB/U) mengacu pada standar yang telah ditetapkan oleh

WHO. Stunting dibagi menjadi 2 kategori sangat pendek dan pendek.2

Dampak dari kekurangan gizi pada awal kehidupan anak akan berlanjut

dalam setiap siklus hidup manusia. Wanita usia subur (WUS) dan ibu hamil yang

mengalami kekurangan energi kronis (KEK) akan melahirkan bayi dengan berat

badan lahir rendah (BBLR). Ini akan berlanjut menjadi balita gizi kurang

(stunting) dan ke usia anak sekolah dengan berbagai konsekuensinya.3

UNICEF pada tahun 2014 mengeluarkan hasil bahwa lebih dari 162 juta anak

dibawah 5 tahun di dunia mengalami stunting (pendek). Anak dengan keadaan

wasting (kurus) sebanyak 51 juta anak, dan 17 juta anak dalam kondisi sangat

kurus yang memerlukan penanganan khusus. Keadaan tersebut, akan

4
mengalami efek jangka panjang yang berdampak bagi dirinya, keluarga, dan

pemerintah, bahkan berisiko tinggi meninggal.4

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 memperlihatkan bahwa

prevalensi Balita gizi kurang dan gizi buruk (berat badan menurut panjang badan

atau tinggi badan dibawah standar) pada anak usia di bawah lima tahun

mengalami penurunan sebanyak 2,1%. Pada tahun 2013 proporsi Balita gizi

kurang dan gizi buruk masing-masing sebanyak 13,9% dan 5,7%. Angka ini

mengalami penurunan pada tahun 2018 menjadi 13,8% untuk gizi kurang dan

3,9% untuk gizi buruk. Selain masalah status gizi, prevalensi anak pendek

(Tinggi Badan menurut Umur di bawah standar yang untuk selanjutnya disebut

stunting) di Indonesia masih cukup tinggi. Prevalensi stunting secara nasional

tahun 2018 adalah 30,8%, yang terbagi atas kategori pendek (19,3%) dan sangat

pendek (11,5%). Dari data Riskesdas 2018 tersebut diperkirakan sebesar 9 juta

anak Indonesia dikategorikan stunting. Prevalensi stunting tahun 2018 ini

mengalami penurunan dibandingkan tahun 2013 (37,2 %) dan 2010 (36,8%).

Berdasarkan data internal Puskesmas Ketawang bulan Januari hingga

Desember 2019, ditemukan 28 kasus BBLR di wilayah kerja Puskesmas

Ketawang. Dari jumlah kasus tersebut, kasus BBLR tertinggi ditemukan di Desa

Sumberjaya sebanyak 5 kasus, diikuti oleh Desa Putat Lor, Desa Ketawang,

Desa Putukrejo, Desa Bulupitu dan Desa Ganjaran sebanyak 4 kasus di masing-

masing desa tersebut serta Desa Urek-Urek sebanyak 3 kasus.

1.2 Rumusan Masalah

5
Berdasarkan latar belakang masalah di atas ,maka yang menjadi pusat

perhatian ialah “Bagaimana gambaran BBLR dengan kejadian stunting di Desa

Putat Lor Puskesmas Ketawang Kabupaten Malang tahun 2019.”

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang hubungan BBLR dengan

stunting

1.3.2 Tujuan Khusus

Menurunkan angka kejadian stunting di wilayah kerja Puskesmas

Ketawang Kabupaten Malang

1.4 Manfaat

1.4.1 Untuk peneliti

Menambah pengalaman, wawasan, dan penerapan ilmu mengenai

stunting di wilayah kerja Puskesmas Ketawang Kabupaten Malang

1.4.2 Untuk Sarana Kesehatan

Sebagai salah satu upaya untuk menurunkan angka kejadian stunting di

wilayah kerja Puskesmas Ketawang Kabupaten Malang

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Stunting

2.1.1 Definisi

Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh

asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian

makanan yang tidak sesuai kebutuhan gizi. Stunting terjadi mulai janin

masih dalam kandungan dan baru nampak saat anak berusia dua tahun.

Kekurangan gizi pada usia dini meningkatkan angka kematian bayi dan

anak, menyebabkan penderitanya mudah sakit dan memiliki postur tubuh

tidak maksimal saat dewasa.2

Stunting adalah suatu keadaan sebagai akibat interaksi makanan

dan kesehatan yang diukur secara antropometri dengan menggunakan

indikator panjang badan menurut pada ambang batas <-2 SD jika

dibandingkan dengan standar WHO/ NCHS. Seorang anak dikatakan

berstatus gizi pendek (stunting) apabila pada indeks antropometri

berdasarkan indikator TB/U berada pada ambang batas <-2 SD baku

rujukan WHO/NCHS. Anak yang gizi kurang (stunting) berat mempunyai

rata-rata IQ 11 poin lebih rendah bila dibandingkan dengan rata-rata anak

yang tidak mengalamai gangguan gizi (stunting).5

2.1.2 Patofisiologi stunting

Masalah gizi merupakan masalah multidimensi, dipengaruhi oleh

berbagai faktor penyebab. Masalah gizi berkaitan erat dengan masalah

pangan. Masalah gizi pada anak balita tidak mudah dikenali oleh

7
pemerintah, atau masyarakat bahkan keluarga karena anak tidak tampak

sakit. Terjadinya kurang gizi tidak selalu didahului oleh terjadinya

bencana kurang pangan dan kelaparan seperti kurang gizi pada dewasa.

Hal ini berarti dalam kondisi pangan melimpah masih mungkin terjadi

kasus kurang gizi pada anak balita. Kurang gizi pada anak balita sering

disebut sebagai kelaparan tersembunyi atau hidden hunger.5

Stunting merupakan reterdasi pertumbuhan linier dengan deficit

dalam panjang atau tinggi badan sebesar <-2 Z-score atau lebih menurut

buku rujukan pertumbuhan World Health Organization/National Center for

Health Statistics (WHO/NCHS). Stunting disebabkan oleh kumulasi

episode stress yang sudah berlangsung lama (misalnya infeksi dan

asupan makanan yang buruk), yang kemudian tidak terimbangi oleh

catch up growth (kejar tumbuh).5

Dampak dari kekurangan gizi pada awal kehidupan anak akan

berlanjut dalam setiap siklus hidup manusia. Wanita usia subur (WUS)

dan ibu hamil yang mengalami kekurangan energy kronis (KEK) akan

melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR). BBLR ini akan

berlanjut menjadi balita gizi kurang (stunting) dan berlanjut ke usia anak

sekolah dengan berbagai konsekuensinya. Kelompok ini akan menjadi

generasi yang kehilangan masa emas tumbuh kembangnya dari tanpa

penanggulangan yang memadai kelompok ini dikuatirkan lost generation.

Kekurangan gizi pada hidup manusia perlu diwaspadai dengan seksama,

selain dampak terhadap tumbuh kembang anak kejadian ini biasanya

tidak berdiri sendiri tetapi diikuti masalah defisiensi zat gizi mikro.4

2.1.3 Patogenesis Penyakit Kurang Gizi

8
Konsep timbulnya malnutrisi terjadi akibat dari faktor llingkungan

dan faktor manusia (host) yang didukung oleh kekurangan asupan zat-zat

gizi. Akibat kekurangan zat gizi, maka simpanan zat gizi pada tubuh

digunakan untuk memenuhi kebutuhan. Apabila keadaan ini berlangsung

lama, maka simpanan zat gizi akan habis dan akhirnya terjadi

kemerosotan jaringan. Pada saat ini orang sudah dapat dikatakan

malnutrisi, walaupun baru hanya ditandai dengan penurunan berat badan

dan pertumbuhan yang terhambat.5

Sehubungan dengan meningkatnya defisiensi zat gizi dalam darah,

berupa rendahnya tingkat hemoglobin, serum vitamin A dan karoten.

Selain itu, dapat juga terjadi meningkatnya beberapa hasil metabolisme

seperti asam laktat dan piruvat pada kekurangan tiamin. Apabila keadaan

itu berlangsung lama, maka akan terjadi perubahan fungsi tubuh seperti

tanda-tanda syaraf yaitu kelemahan, pusing, kelelahan, nafas pendek,

dan lain-lain.5

2.1.4 Dampak Stunting Pada Balita

Laporan UNICEF tahun 1998, beberapa fakta terkait stunting dan

pengaruhnya adalah sebagai berikut :5

a. Anak-anak yang mengalami stunting lebih awal yaitu sebelum usia

enam bulan, akan mengalami stunting lebih berat menjelang usia dua

tahun. Stunting yang parah pada anak-anak akan terjadi defisit jangka

panjang dalam perkembangan fisik dan mental sehingga tidak mampu

untuk belajar secara optimal di sekolah dibandingkan anak-anak dengan

tinggi badan normal. Anak-anak dengan stunting cenderung lebih lama

masuk sekolah dan lebih sering absen dari sekolah dibandingkan anak-

9
anak dengan status gizi baik. Hal ini memberikan konsekuensi terhadap

kesuksesan anak dalam kehidupannya dimasa yang akan datang.

b. Stunting akan sangat mempengaruhi kesehatan dan perkembangan

anak. Faktor dasar yang menyebabkan stunting dapat menganggu

pertumbuhan dan perkembangan inteletual. Penyebab dari stunting

adalah bayi berat lahir rendah, ASI yang tidak memadai, makanan

tambahan yang tidak sesuai, diare berulang, dan infeksi pernapasan.

Berdasarkan penelitian sebagian besar anak-anak dengan stunting

mengonsumsi makanan yang berbeda di bawah ketentuan rekomendasi

kadar gizi, berasal dari keluarga banyak, bertempat tinggal di wilayah

pinggiran kota dan komunitas pedesaan.

c. Pengaruh gizi pada anak usia dini yang mengalami stunting dapat

menganggu pertumbuhan dan perkembangan kognitif yang kurang.

Anak stunting pada usia lima tahun cenderung menetap sepanjang

hidup, kegagalan pertumbuhan anak usia dini berlanjut pada masa

remaja dan kemudian tumbuh menjadi wanita dewasa yang stunting dan

mempngaruhi secara langsung pada kesehatan dan prduktivitas,

sehingga meningkatkan peluang melahirkan anak BBLR. Stunting

terutama berbahaya pada perempuan, karena lebih cenderung

menghambat dalam proses pertumbuhan dan berisiko lebih besar

meninggal saat melahirkan.

2.1.5 Penilaian Status Gizi Secara Antropometri

Kata antropometri berasal dari bahasa latin antropos dam metros.

Antropos artinya tubuh dan metros artinya ukuran, jadi antropometri

adalah ukuran dari tubuh. Pengertian dari sudut pandang gizi,

antropometri adalah hubungan dengan berbagai macam pengukuran

dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat

10
gizi, berbagai jenis ukuran tubuh antara lain: berat badan, tinggi badan,

lingkar lengan atas, dan tebal lemak dibawah kulit.4

Penilaian status gizi merupakan proses pemeriksaan keadaan gizi

seseorang dengan cara mengumpulkan data penting, baik yang bersifat

objektif atau subjektif. Data yang telah dikumpulkan kemudian

dibandingkan dengan baku yang telah tersedia. Penilaian status gizi

dapat dilakukan dengan dua cara yaitu penilaian status gizi secara

langsung dan penilaian status gizi secara tidak langsung.

Penilaian status gizi secara antropometri merupakan penilaian

status gizi secara langsung yang paling sering digunakan di masyarakat.

Antropometri dikenal sebagai indikator untuk penilaian status gizi

perseorangan maupun masyarakat. Pengukuran antropometri dapat

dilakukan oleh siapa saja dengan hanya melakukan latihan sederhana,

selain itu antropometri memiliki metode yang tepat, akurat karena

memiliki ambang batas dan rujukan yang pasti, mempunyai prosedur

yang sederhana, dan dapat dilakukan dalam jumlah sampel yang besar.

Jenis ukuran tubuh yang paling sering digunakan dalam survei gizi

adalah berat badan, tinggi badan, dan lingkar lengan yang disesuaikan

dengan usia anak. Pengukuran yang sering dilakukan untuk keperluan

perorangan dan keluarga adalah pengukuran berat badan (BB), dan tinggi

badan (TB) atau panjang badan (PB). Indeks antropometri adalah

pengukuran dari beberapa parameter yang merupakan rasio dari satu

pengukuran terhadap satu atau lebih pengukuran atau yang dihubungkan

dengan umur. Indeks antropometri yang umum dikenal yaitu berat badan

menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan berat

badan menurut tinggi badan (BB/TB).

11
Indikator BB/U menunjukkan secara sensitif status gizi saat ini (saat

diukur) karena mudah diubah, namun indikator BB/U tidak spesifik karena

berat badan selain dipengaruhi oleh umur juga dipengaruhi oleh tinggi

badan. Indikator TB/U menggambarkan status gizi masa lalu. Indikator

BB/TB menggambarkan secara sensitif dan spesifik status gizi saat ini.

2.1.6 Indeks Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)

Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan

keadaan pertumbuhan skeletal. Tinggi badan akan seiring dengan

pertambahan umur dalam keadaan normal. Pengaruh defisiensi zat gizi

terhadap tinggi badan akan nampak dalam waktu yang relatif lama.

Indeks Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U) memberikan indikasi masalah

gizi yang sifatnya kronis sebagai akibat dari keadaan yang berlangsung

lama, misalnya kemiskinan, perilaku hidup sehat dan pola asuh/

pemberian makan yang kurang baik dari sejak anak dilahirkan yang

mengakibatkan anak stunting.5

Keuntungan indeks TB/U yaitu merupakan indikator yang baik

untuk mengetahui kurang gizi masa lampau, alat mudah dibawa kemana-

mana dan dibuat secara lokal, jarang orang tua keberatan diukur

anaknya. Kelemahan indeks TB/U yaitu tinggi badan tidak cepat naik

bahkan tidak mungkin turun, dapat terjadi kesalahan yang mempengaruhi

presisi, akurasi dan dan validitas pengukuran. Sumber kesalahan bisa

berasal dari tenaga yang kurang terlatih, kesalahan pada alat dan tingkat

kesulitan pengukuran TB/U dapat digunakan sebagai indeks status gizi

12
populasi karena merupakan estimasi keadaan yang telah lalu atau status

gizi kronik. Seorang yang tergolong pendek “pendek tak sesuai umurnya

(PTSU)” kemungkinan keadaan gizi masa lalu tidak baik, seharusnya

dalam keadaan normal tinggi badan tumbuh bersamaan dengan

bertambahnya umur. Pengaruh kurang gizi terhadap pertumbuhan tinggi

badan baru terlihat dalam waktu yang cukup lama.

2.2 BBLR (Berat Badan Lahir Rendah)

2.2.1 Pengertian

Berat badan merupakan salah satu ukuran tubuh yang paling

banyak digunakan yang memberi gambaran massa jaringan, termasuk

cairan tubuh. Berat badan sangat mudah dipengaruhi oleh keadaan

mendadak, seperti terserang infeksi atau diare, konsumsi makanan yang

menurun. Sebagai indikator status gizi, berat badan dalam bentuk indeks

berat badan menurut umur (BB/U) dan berat menurut tinggi badan

(BB/TB) memberikan keadaan kini.5

Ukuran tubuh pada saat lahir mencerminkan produk proses

pertumbuhan janin yang sudah disetel pada stadium awal

perkembangannya dan juga mencerminkan kemampuan maternoplasenta

dalam memasok cukup nutrient untuk mempertahankan proses tersebut.

Kegagalan maternoplasenta memasok kebutuhan nutrient janin

mengakibatkan berbagai adaptasi fetal dan perubahan perkembangan

yang dapat menimbulkan perubahan permanen pada struktur serta

13
metabolism tubuh sehingga tejadilah penyakit kardiovaskular serta

metabolic pada usia dewasa. Dalam masyarakat barat, uji terkontrol

dilakukan secara acak terhadap suplementasi makronutrient pada ibu

hanya memberikan efek yang relatif kecil pada berat lahir.

Berdasarkan klasifikasi masa kehamilan maka bayi BBLR dapat

dibagi menjadi tiga kategori yaitu BBLR prematur, bayi kecil untuk masa

kehamilan (KMK), dan kombinasi prematur dan bayi kecil masa

kehamilan.

1. BBLR Prematur

BBLR prematur adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan

kurang dari 37 minggu dengan berat badan kurang dari 2500 gram.

Bila bayi yang lahir dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu dan

berat badannya kurang dari seharusnya desebut dengan dismatur

kurang bulan kecil untuk masa kehamilan. Karakteristik bayi BBLR

prematur adalah berat lahir kurang dari 2500 gram, panjang badan

kurang atau sama dengan 45 cm, lingkar dada kurang dari 30 cm,

lingkar kepala kurang dari 33 cm. Semakin awal bayi lahir, semakin

belum sempurna perkembangan organ tubuhnya, dan semakin rendah

berat badanya saat lahir dan semakin tinggi risikonya mengalami

berbagai komplikasi berbahaya.

2. Bayi Kecil untuk Masa Kehamilan (KMK)

Bayi kecil untuk masa kehamilan merupakan bayi BBLR yang

diakibatkan karena gangguan pertumbuhan intranutrien. Bayi kecil

masa kehamilan adalah bayi yang dilahirkan dengan berat badan lahir

kurang dari persentil ke-10 dari berat sesungguhnya yang harus

14
dicapai menurut umur kehamilannya. Bayi kecil masa kehamilan bisa

terjadi tanpa penyebab patologis atau penyebab sekunder. Istilah bayi

kecil untuk masa kehamilan dapat didefinisikan sebagai bayi yang lahir

dengan berat badan kurang dari 2500 gram dengan usia kehamilan

lebih atau sama dengan 37 minggu. Istilah yang banyak digunakan

dengan bayi kecil untuk masa kehamilan diantaranya

pseudoprematuritas, dismaturitas, fetal malnutrisi, chronic fetal

distress.

Bayi berat lahir rendah merupakan masalah penting dalam

pengelolaannya karena mempunyai kecenderungan ke arah

peningkatan terjadinya infeksi, kesukaran mengatur nafas tubuh

sehingga mudah untuk menderita hipotermia. Selain itu bayi dengan

Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) mudah terserang komplikasi tertentu

seperti ikterus, hipoglikemia yang dapat menyebabkan kematian.

Kelompok bayi berat lahir rendah yang dapat di istilahkan dengan

kelompok risiko tinggi karena pada bayi berat lahir rendah menunjukan

angka kematian dan kesakitan yang lebih tinggi dengan berat bayi lahir

cukup.

Menurut Manuaba 1998 ada tiga faktor penyebab KMK, yaitu faktor

ibu, faktor uterus dan plasenta, dan faktor janin. Faktor ibu yang

berperan dalam menyebabkan terjadinya bayi KMK seperti malnutrisi,

penyakit ibu (hipertensi, paru, penyakit gula), komplikasi hamil

(preeklamsia, eklamsia, perdarahan), dan kebiasaan ibu (perokok,

peminum). Faktor uterus dan plasenta dapat berupa gangguan

pembuluh darah, gangguan insersi tali pusat, kelainan bentuk

15
plasenta, dan perkapuran plasenta. Faktor janin berupa kelainan

kromosom, hamil ganda, infeksi dalam rahim, cacat bawaan.

3. Kombinasi Prematur dan Bayi Kecil Masa Kehamilan

Kombinasi bayi prematur dan bayi kecil masa hamil dipastikan akan

menyebabkan bayi lahir dengan berat badan rendah.

2.2.5 Patofisiologi dan Etiologi

BBLR sangat susah untuk memisahkan secara tegas antara faktor-

faktor yang berkaitan dengan prematur dan faktor yang berkaitan dengan

IUGR yang menyebabkan terjadinya BBLR. Sampai sekarang penyebab

terbanyak yang diketahui menyebabkan terjadinya BBLR adalaah

kelahiran prematur. Dan dalam kasus demikian bayi yang BBLR harus

mendapatkan penanganan yang adekuat. Sedangkan faktor lain berkaitan

dengan faktor ibu dan janin.

Menurut WHO tahun 2004 faktor etiologi yang berkontribusi

menyebabkan kejadian berat badan lahir rendah terutama di negara-

negara berkembang meliputi penggunaan tembakau (merokok, konsumsi

tembakau kunyah, dan tembakau untuk kegunaan terapi), kurang intake

kalori, berat badan rendah sebelum masa kehamilan, primipara, jenis

kelamin janin, tubuh pendek, ras, riwayat BBLR sebelumnya, angka

mordibitas umum, dan faktor risiko lingkungan seperti paparan timbal, dan

jenis-jenis polusi udara.

2.2.6 Dampak Berat Badan Lahir Rendah

BBLR sangat erat kaitannya dengan mortalitas dan mordibitas janin.

Keadaan ini dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan

kognitif, kerentanan terhadap penyakit kronis di kemudian hari. Pada

16
tingkat populasi, proporsi bayi dengan BBLR adalah gambaran

multimasalah kesehatan masyarakat mencakup ibu yang kekurangan gizi

jangka panjang, kesehatan yang buruk, kerja keras dan perawatan

kesehatan dan kehamilan yang buruk. Secara individual, BBLR

merupakan prediktor penting dalam kesehatan dan kelangsungan hidup

bayi yang baru lahir dan berhubungan dengan risiko tinggi pada kematian

bayi dan anak.6

Dampak lanjutan dari BBLR dapat berupa gagal tumbuh (grouth

faltering), penelitian Sirajudin dkk tahun 2011 menyatakan bahwa anak

pendek 3 kali lebih besar di banding non BBLR, pertumbuhan terganggu,

penyebab wasting, dan risiko malnutrisi.

2.2.7 Pencegahan BBLR

Upaya-upaya pencegahan merupakan hal yang sangat penting

dalam menurunkan insiden atau kejadian berat badan lahir rendah di

masyarakat. Menurut Sunaryanto, upaya-upaya ini dapat dilakukan

dengan sebagai berikut :

1. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal empat

kali selama periode kehamilan yakni 1 kali pada trimester I, 1 kali

pada trimester kedua, dan 2 kali pada trimester ke II.

2. Pada ibu hamil dianjurkan mengkonsumsi diet seimbang serat dan

rendah lemak, kalori cukup, vitamin, dan mineral termasuk 400

mikrogram vitamin B asam folat setiap hari. Pengontrolan berat

badan selama kehamilan dari pertambahan berat badan awal

dikisaran 12,5-15 kg.

3. Hindari rokok atau asap rokok dan jenis polusi lain, minuman

berlkohol, aktivitas fisik yang berlebihan.

17
4. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan

janin dalam rahim, faktor risiko tinggi dalam kehamilan, dan

perawatan diri selam kehamilan agar mereka dapat menjaga

kesehatanya dan janin yang dikandung dengan baik.

5. Pengontrolon oleh bidan secara berkesinambungan sehingga ibu

dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur reproduksi

sehat

2.3 Tinggi Badan Orang Tua

Masalah gizi dipengaruhi banyak faktor dan saling mempengaruhi.

Salah satunya adalah faktor genetik dari orang tua, yaitu faktor tinggi dan

berat badan orang tua. Dari beberapa hasil penelitian yang menyatakan

bahwa status gizi disebabkan oleh karakteristik orang tua seperti ukuran

antropometri ibu dan bapak, seperti tinggi badan orang tua

memungkinkan anak memiliki risiko gagal pertumbuhan serta mengalami

underweight. Ibu dengan tinggi badan di bawah 150 cm 74,5 persen

mempunyai anak yang pendek, ibu dengan tinggi badan kurang dari

150cm sebesar 3,4 kali mempunyai anak pendek dan tinggi badan ayah

kurang dari 162cm peluang untuk mempunyai anak pendek sebesar 3,2

kali.7

Tinggi badan merupakan salah satu bentuk dari ekxpresi genetik,

dan merupakan faktor yang diturunkan kepada anak serta berkaitan

dengan kejadian stunting. Anak dengan orang tua yang pendek, baik

salah satu atau keduanya, lebih berisiko untuk tumbuh pendek dibanding

anak dengan orang tua yang tinggi badannya normal.8

Orang tua yang pendek karena gen dalam kromosom yang

membawa sifat pendek kemungkinan besar akan menurunkan sifat

18
pendek tersebut kepada anaknya. Tetapi bila sifat pendek orang tua

disebabkan karena masalah nutrisi maupun patologis, maka sifat pendek

tersebut tidak akan diturunkan kepada anaknya.8

19
BAB III

GAMBARAN WILAYAH

3.1 Desa Putat Lor

Desa Putat Lor adalah desa yang berlokasi di Kecamatan Gondanglegi,

Kabupaten Malang. Data geografis dan administratif Desa Putat Lor adalah

sebagai berikut:

 Luas wilayah : 394 km2

 Jumlah penduduk : 3.934 jiwa

 Batas wilayah :

o Utara : Desa Sukonolo, Kecamatan Bululawang

o Timur : Desa Ganjaran, Kecamatan Gondanglegi

o Selatan : Desa Sukorejo, Kecamatan Gondanglegi

o Barat : Desa Penarukan, Kecamatan Kepanjen

Kesehatan merupakan kebutuhan dasar masyarakat agar dapat

menjalani hidup secara wajar di tengah masyarakat, upaya yang dilakukan oleh

perangkat Desa Putat Lor beserta bidan dan perawat serta kader kesehatan.

PKK Desa Putat Llor secara aktif memberikan penyuluhan-penyuluhan

kesehatan serta membentuk kelompok-kelompok yang bergerak dalam bidang

kesehatan masyarakat untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat akan

pentingnya status gizi ibu hamil dan balita sehingga dapat mencegah dan

menurunkan angka kejadian stunting di Desa Putat Lor.

20
BAB IV

HASIL

4.1 Data BBLR di Wilayah Kerja Puskesmas Ketawang Tahun 2019

Wilayah kerja Puskesmas Ketawang meliputi 7 desa, yaitu desa Putukrejo,

desa Bulupitu, desa Putat Lor, desa Ganjaran, desa Urek-Urek, desa Ketawang

dan desa Sumberjaya. Dalam minipro ini, hanya diambil 5 desa, yaitu desa

Putukrejo, desa Bulupitu, desa Putat Lor, desa Ganjaran dan desa Urek-urek.

Kasus Bayi BBLR 2019 di Wilayah Kerja PKM Ketawang


6
5
5
4 4 4 4 4
4
3
3

0
Jumlah Kasus Januari - Maret 2019

Putat Lor Urek-Urek Ketawang Putukrejo


Sumberjaya Bulupitu Ganjaran

Tabel 4.1 Jumlah kasus BBLR tahun 2019 di Wilayah Kerja Puskesmas

Ketawang

4.2 Data BBLR di Desa Putat Lor

Menurut data yang didapat dari Puskesmas Ketawang bulan Januari hingga

Desember 2019, diketahui terdapat jumlah bayi BBLR sebanyak 4 orang dari

total 98 angka kelahiran bayi. Dari 4 bayi BBLR tersebut, 1 bayi meninggal dunia

yaitu bayi Ny. Y yang lahir dengan berat badan 700 gram. Dari data tersebut,

21
dapat diketahui angka kejadian bayi BBLR desa Putat Lor pada tahun 2019 yaitu

sebesar 4%.

No Nama Usia BB Bayi PB Bayi Keterangan

. Ibu Ibu(tahun) (gram) (cm)


1. Ny. L 31 2.100 45 Hidup
2. Ny. E 22 2.100 42 Hidup
3. Ny. S 32 2.200 47 Hidup
4. Ny.Y 32 700 - Meninggal
Tabel 4.2 Jumlah Bayi BBLR tahun 2019 di Desa Putat Lor

4.3 Intervensi

Berdasarkan data-data yang sudah diperoleh, maka dibutuhkan suatu

evaluasi monitoring terhadap bayi. Bayi akan diukur berat badan dan panjang

badan, sedangkan orangtua akan diberikan materi penyuluhan tentang

pencegahan stunting dengan ASI ekslusif, dan diberikan kuesioner untuk menilai

tingkat pengetahuan orang tua khususnya Ibu oleh petugas.

Tanggal Pelaksanaan 28 Januari 2020


Petugas Monitoring dr. M. Edel Dwiputra Prawira

Kader Desa Putat Lor


Durasi 90 menit
Kegiatan  Monitoring BB, PB

 Materi penyuluhan stunting

 Pengisian kuesioner oleh Ibu Bayi

4.4 Hasil Monitoring Pengukuran BB dan PB

No Nama Usia BB Status PB Status

22
Ibu Bayi saat ini (BB/Usia) saat ini (PB/Usia)
1. Ny. L 12 6.900 Dibawah -3SD 67 cm Dibawah -3SD

Bln gram (gizi buruk) (perawakan

sangat pendek)
2. Ny. E 11 8.200 -2 s/d +2SD 66 cm -3 s/d -2SD

Bln gram (Normal) (perawakan

pendek)
3. Ny.S 3 4.500 Dibawah -3SD 55 cm -3 s/d -2SD

bln gram (gizi buruk) (Perawakan

pendek)

Hasil monitoring bayi Ny. L saat ini berusia 12 bulan didapatkan BB 6.900

gram, pengukuran status menggunakan WHO Growth Chart didapatkan hasil

dibawah -3 SD yang artinya gizi buruk. Sedangkan PB saat ini 68 cm,

pengukuran status menggunakan WHO Growth Chart didapatkan hasil dibawah

-3 SD yang artinya sangat pendek.

Hasil monitoring bayi Ny. E saat ini berusia 11 bulan didapatkan BB 8.200

gram, pengukuran status menggunakan WHO Growth Chart didapatkan hasil -2

s/d +2SD yang artinya normal. Sedangkan PB saat ini 66 cm, pengukuran status

menggunakan WHO Growth Chart didapatkan hasil -3 sd -2 SD yang artinya

termasuk pendek.

Hasil monitoring bayi Ny. S saat ini berusia 3 bulan didapatkan BB 4.500

gram, pengukuran status menggunakan WHO Growth Chart didapatkan hasil

dibawah -3 SD yang artinya gizi buruk. Sedangkan PB saat ini 55 cm,

pengukuran status menggunakan WHO Growth Chart didapatkan hasil -3 s/d -2

SD yang artinya pendek.

23
4.5 Hasil Pengisian Kuesioner

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan orang tua bayi tentang stunting dan

BBLR, dilakukan pengisian kuesioner sebelum dan sesudah penyuluhan tentang

Stunting dan BBLR. Dengan pengisian kuesioner tersebut diharapkan terjadi

peningkatan pengetahuan orang tua bayi tentang stunting dan pencegahannya

yang dapat dinilai secara objektif melalui peningkatan nilai kuesioner sebelum

dan sesudah penyuluhan. Kuesioner yang digunakan untuk menilai tingkat

pengetahuan orang tua bayi BBLR dilampirkan pada bagian Lampiran.

Berikut adalah hasil pengisian kuesioner oleh orang tua bayi BBLR sebelum

dan sesudah mendapatkan materi penyuluhan:

No Nama Ibu Nilai Kuesioner sebelum Nilai Kuesioner setelah

penyuluhan (%) penyuluhan (%)


1 Ny. L 50% 80%
2 Ny. E 40% 70%
3 Ny.S 50% 70%

Dari data perbandingan nilai kuesioner sebelum dan sesudah dilakukan

penyuluhan, dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan tingkat pengetahuan

orang tua tentang stunting dan pencegahannya.

BAB V

PEMBAHASAN

BBLR masih menjadi salah satu masalah kesehatan yang masih belum

terselesaikan di Indonesia, khususnya di Desa Putat Lor. Dari data yang telah

dikumpulkan oleh Puskesmas Ketawang menunjukkan terjadinya kasus BBLR di

Desa Putat Lor sebanyak 4 bayi. Oleh karena itu perlu dilakukan intervensi untuk

24
memonitoring status pertumbuhan pada kasus BBLR. Dari hasil monitoring yang

dilakukan terdapat tiga kasus yang dimonitoring, sedangkan 1 kasus didapatkan

meninggal. Pengukuran status pertumbuhan menggunakan WHO Growth Chart

didapatkan satu bayi mengalami gizi buruk dan perawakan sangat pendek, satu

bayi mengalami perawakan pendek, dan satu bayi mengalami gizi buruk dan

perawakan pendek. Data ini menunjukkan bahwa BBLR adalah salah satu faktor

penghambat pertumbuhan bayi atau stunting. Hal ini sejalan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Atiqah dkk, yaitu bayi dengan BBLR dapat mengalami

hambatan pertumbuhan atau stunting. Oleh karena itu kondisi ini perlu

ditanggulangi sejak dini mengingat berat bayi lahir merupakan masalah

kesehatan masyarakat yang banyak terjadi di negara berkembang yang erat

kaitannya dengan mortalitas dan morbiditas. Menurut penelitian yang dilakukan

oleh Atiqah dkk, telah menemukan bahwa faktor prediksi yang berpengaruh

terhadap stunting pada balita adalah BBLR. Anak yang terlahir BBLR berpotensi

stunting dibandingkan anak yang terlahir dengan berat badan normal. Senada

dengan penelitian yang dilakukan Kukuh dkk, berat badan lahir rendah

(<2500gram) telah diidentifikasi sebagai faktor resiko penting terkait

perkembangan anak selanjutnya.

Pengetahuan Ibu tentang gizi akan menentukan perilaku ibu dalam

menyediakan makanan untuk anaknya dengan jenis dan jumlah yang tepat untuk

mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak. Gizi yang diberikan

termasuk ASI Eksklusif, pemberian ASI ekslusif akan membantu menjaga

keseimbangan gizi anak sehingga tercapai pertumbuhan anak yang normal.

Anak balita yang diberikan ASI ekslusif dan MPASI sesuai dengan kebutuhannya

dapat mengurangi terjadinya stunting. Tingkat pengetahuan Ibu merupakan salah

25
satu faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya stunting pada anak. Hasil

penilaian kuesioner sebelum dilakukan penyuluhan mengenai stunting

didapatkan nilai rata-rata sebesar 47%. Hasil penilaian ini sejalan dengan

penelitian Nasikhah yang menunjukkan pengetahuan ibu tentang gizi merupakan

faktor risiko kejadian stunting yang bermakna. Sedangkan hasil penilaian

kuesioner setelah dilakukan penyuluhan mengenai stunting didapatkan nilai rata-

rata sebesar 73%. Dengan adanya peningkatan pengetahuan orang tua tentang

stunting dan pencegahannya diharapkan dapat memperbaiki status gizi anaknya

sehingga dapat mencegah terjadinya stunting di masa yang akan datang.

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan

gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak

sesuai kebutuhan gizi. Stunting terjadi mulai janin masih dalam kandungan dan

26
baru nampak saat anak berusia dua tahun. Kekurangan gizi pada usia dini

meningkatkan angka kematian bayi dan anak, menyebabkan penderitanya

mudah sakit dan memiliki postur tubuh tidak maksimal saat dewasa. Masalah gizi

merupakan masalah multidimensi, dipengaruhi oleh berbagai faktor penyebab.

Salah satu faktor penyebab adalah Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR), sehingga

diperlukan suatu langkah pencegahan yang berkesinambungan dimulai saat

sebelum kehamilan, saat kehamilan, saat kelahiran, hingga anak setidaknya usia

lima tahun. Di wilayah kerja Puskesmas Ketawang sendiri, terdapat 45 kasus

BBLR sepanjang tahun 2018. Oleh karena itu penulis memutuskan melakukan

pendataan status gizi pada kasus bayi BBLR di setiap desa dan diskusi dua arah

dengan orang tua anak mengenai pencegahan stunting. Hasil pendataan status

gizi di Desa Putat Lor menunjukkan pengukuran status pertumbuhan

menggunakan WHO Growth Chart didapatkan dua kasus mengalami gizi buruk

dan satu kasus normal serta dua kasus perawakan pendek dan satu kasus

perawakan sangat pendek. Data ini menunjukkan bahwa BBLR bisa

menghambat pertumbuhan berat badan dan panjang badan. Hasil diskusi

dengan orang tua menunjukkan peningkatan pengetahuan mengenai stunting

sebanyak 20-40%. Hasil ini diharapkan dapat mencegah terjadinya stunting di

kemudian hari.

6.2 Saran

1. Dilakukan pendataan status gizi rutin secara pada bayi dan balita dengan

riwayat BBLR oleh Puskesmas Ketawang

2. Puskesmas Ketawang sebaiknya melakukan tindak lanjut pada tiap anak

dengan riwayat BBLR dan stunting untuk memastikan anak terbebas dari

stunting

27
3. Untuk periode internship selanjutnya disarankan untuk mensosialisasikan

stunting dan intervensi 1000 hari pertama kehidupan di desa lainnya di

wilayah kerja Puskesmas Ketawang.

4. Perlu diadakan pelatihan berkala mengenai stunting untuk kader agar

kader dapat menjadi perpanjangan tangan dalam melakukan edukasi

secara mandiri

DAFTAR PUSTAKA

1. UNICEF. Ringkasan Kajian Gizi. Jakarta : Pusat

Promosi Kesehatan Kementerian RI; 2012

2. Proyek Kesehatan dan Gizi berbasis Masyarakan

Untuk Mengurangi Stunting. In : Corporation MC; editor. Jakarta

28
3. Rudert C. Malnutrition in Asia. Vientane: UNICEF

East Asia Pacific; 2014

4. I Dewa Nyoman Supariasa BB, Ibnu Fajar. Penilitian

Status Gizi: Jakarta

5. Onetufifsi P. Pengaruh BBLR Terhadap Kejadian


Stunting pada Anak Usia 12-60 bulan di Wilayah Kerja Puskesmas PAUH.
2018
6. Notoatmojo, Soekidjo.2002. Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
7. Atiqah R, Fahri Y, Andini OP, Fauzie R. Riwayat
Berat Badan Lahir Rendah dengan Kejadian Stunting Anak Usia Bawah
Dua Tahun. 2015
8. Kukuh ES, Nuryanto. Fakrot Risiko Kejadian Stunting
Pada Anak Usia 2-3 Tahun. 2013

LAMPIRAN

29
Lampiran 1. Kuesioner yang digunakan untuk mengetahui tingkat

pengetahuan orang tua bayi BBLR tentang stunting dan

pencegahannya

No Pertanyaan Jawaban
1 Apa yang a. Anak dengan berat badan lebih besar dari

dimaksud dengan standar usianya

anak Stunting? b. Anak tengan tinggi badan lebih rendah dari

standar usianya

c. Anak dengan tinggi badan lebih besar dari

standar usianya

d. Anak dengan berat badan lebih rendah dari

standar usianya
2 Sejak kapan a. Saat anak berusia 5 tahun

stunting pada b. Saat anak baru lahir

anak dapat c. Saat ibu mengandung anak tersebut

dicegah? d. Dua belas hari pasca persalinan


3 Berapa minimal a. 90

jumlah Tablet b. 120

penambah darah c. 30

yang wajib d. 12

dikonsumsi ibu

saat hamil?
4 Apa yang a. Ibu menyusui bayinya satu hari setelah bayi

dimaksud lahir

INISIASI b. Ibu menyusui bayinya saat air susu ibu

MENYUSUI pertama keluar

DINI? c. Bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya

30
untuk menyusu dalam satu jam pertama

kelahiran

d. Ibu menyusui bayinya saat ibu sedang mood


5 Berapa lama bayi a. 10 hari

wajib b. 6 bulan

mendapatkan ASI c. 2 tahun

ekslusif d. Hingga bayi bosan dengan ASI


6 Apakah contoh a. Bubur susu

dari Makanan b. Pizza mozzarella

Pendamping ASI c. Martabak Telor

(MPASI) d. Ayam Goreng Krispy


7 Apa yang a. Makanan yang terdiri dari sayur, buah, sumber

dimaksud protein hewani/nabati, sumber karbohidrat

makanan dengan b. Makanan yang lezat dan mengenyangkan

gizi seimbang? c. Makanan yang dimasak

d. Makanan yang mahal dan sulit di dapat


8 Mengapa a. Untuk mensukseskan program pemerintah

imunisasi penting b. Untuk memperkaya dokter

untuk anak? c. Untuk membantu mempersiapkan daya tahan

tubuh anak sehingga tidak mudah sakit

d. Untuk syarat sekolah


9 Kapan sabaiknya a. Saat ibu senggang

ibu membawa b. 1 tahun sekali

anak ke c. Saat anak terlihat lebih pendek dari teman

posyandu untuk sebayanya

ditimbang berat d. Tiap bulan sekali

dan diukur

tingginya?

31
10 Berikut ini a. Mencuci tangan dengan sabun sebelum

termasuk dalam makan

gaya hidup yang b. Mencuci tangan dengan sabun setelah buang

bersih dan sehat, air besar/kecil

kecuali c. Mencuci bahan makanan dengan air bersih

sebelum dimasak

d. Buang air sembarangan di sungai

Lampiran 2. Data Identitas, Monitoring BB dan PB anak

Tanggal wawancara: ____/___/______


Kecamatan: ___________________ Desa: ______________________

Nama ibu: ____________________Umur ibu: ______ tahun


Pendidikan ibu: Pekerjaan ibu: Pekerjaan ayah:

c Tidak sekolah/tidak tamat SD c Tidak bekerja c Tidak bekerja


c Tamat SD c PNS/TNI/Polri c PNS/TNI/Polri
c Tamat SMP c Pegawai swasta c Pegawai swasta
c Tamat SMA c Wiraswasta c Wiraswasta
c Tamat Diploma/Sarjana c Petani c Petani
c Buruh harian c Buruh harian
c lainnya c lainnya

32
Nama anak: _______________
Tanggal lahir anak: ____ / ___ /______ (DD/MM/YYYY) Jenis kelamin anak: L / P
BB anak terakhir: ______ kg (Tanggal pengukuran: ______________ di ________________)
TB anak terakhir: ______ cm (Tanggal pengukuran: _____________ di ________________)
Status anak: Normal / Stunting

Lampiran 3. Materi Penyuluhan tentang Stunting dan Pencegahannya

33
Lampiran 4. Dokumentasi Kegiatan

34
35

Anda mungkin juga menyukai