Pendamping :
dr. H. Ari Windy Hardhanu, MM
Disusun oleh :
dr. Dista Yuristia Pertiwi
dr. Sabrina Hanum
dr. Suci Lestari
dr. Rahmi Dwi Winarsih
dr. Nur Amalina Diana Marini Umar
dr. Rudy Hermawan Cokro Handoyo
dr. ST Ulfa Fauzia Putriani Irawan
MINI PROJECT
Disusun oleh :
dr. Dista Yuristia Pertiwi
dr. Sabrina Hanum
dr. Suci Lestari
dr. Rahmi Dwi Winarsih
dr. Nur Amalina Diana Marini Umar
dr. Rudy Hermawan Cokro Handoyo
dr. ST Ulfa Fauzia Putriani Irawan
Dokter Pendamping,
Segala puji kehadirat Allah SWT, yang tidak pernah tidur dan selalu dekat dengan
hamba-Nya. Syukur senantiasa terucapkan atas segala nikmat dan rahmat-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan Mini Project yang berjudul ”Pembuatan Media Promosi
Kesehatan”.
Mini project ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas
Mini project ini semata-mata bukanlah hasil usaha penulis, melainkan banyak pihak
yang telah memberikan bantuan, bimbingan, motivasi, dan semangat. Maka dari itu penulis
4. Serta semua pihak yang turut membantu hingga terselesaikannya mini project ini.
Penulis berharap semoga mini project ini dapat memberikan manfaat terutama bagi
masyarakat (UKM).
Akhir kata, penulis sangat mengharapkan berbagai saran dan masukan yang dapat
membangun demi tercapainya kesempurnaan mini project ini karena tiada hal yang sempurna
Tim Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Program Indonesia Sehat merupakan salah satu program dari Agenda ke-5 Nawa Cita,
yaitu Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia Indonesia. Program ini didukung oleh
program sektoral lainnya yaitu Program Indonesia Pintar, Program Indonesia Kerja, dan
Program Indonesia Sejahtera. Program Indonesia Sehat selanjutnya menjadi program
utama Pembangunan Kesehatan yang kemudian direncanakan pencapaiannya melalui
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019, yang ditetapkan melalui
Keputusan Menteri Kesehatan R.I. Nomor HK.02.02/Menkes/52/2015.
Sasaran dari Program Indonesia Sehat adalah meningkatnya derajat kesehatan dan
status gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang
didukung dengan perlindungan finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan. Sasaran ini
sesuai dengan sasaran pokok RPJMN 2015-2019, yaitu: (1) meningkatnya status
kesehatan dan gizi ibu dan anak, (2) meningkatnya pengendalian penyakit, (3)
meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan terutama di daerah
terpencil, tertinggal dan perbatasan, (4) meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan
universal melalui Kartu Indonesia Sehat dan kualitas pengelolaan SJSN kesehatan, (5)
terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan, obat dan vaksin, serta (6) meningkatnya
responsivitas sistem kesehatan.
Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan menegakkan tiga pilar utama, yaitu:
(1) penerapan paradigma sehat, (2) penguatan pelayanan kesehatan, dan (3) pelaksanaan
jaminan kesehatan nasional (JKN). Penerapan paradigma sehat dilakukan dengan strategi
pengarusutamaan kesehatan dalam pembangunan, penguatan upaya promotif dan
preventif, serta pemberdayaan masyarakat. Penguatan pelayanan kesehatan dilakukan
dengan strategi peningkatan akses pelayanan kesehatan, optimalisasi sistem rujukan, dan
peningkatan mutu menggunakan pendekatan continuum of care dan intervensi berbasis
risiko kesehatan. Sedangkan pelaksanaan JKN dilakukan dengan strategi perluasan
sasaran dan manfaat (benefit), serta kendali mutu dan biaya. Kesemuanya itu ditujukan
kepada tercapainya keluarga-keluarga sehat.
Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi serta
memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Pembangunan
kesehatan harus dipandang sebagai suatu investasi untuk meningkatkan kualitas sumber
daya manusia sesuai dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua
komponen bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan,
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya. Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat
ditentukan oleh kesinambungan antar-upaya program dan sektor, serta kesinambungan
dengan upaya-upaya yang telah dilaksanakan dalam periode sebelumnya.
Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatnya kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Hal itu berarti terciptanya masyarakat, bangsa,
dan negara Indonesia yang penduduknya, di seluruh wilayah Republik lndonesia, hidup
dengan perilaku dan dalam lingkungan sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau
pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya.
Sasaran pembangunan kesehatan yang akan dicapai pada tahun 2025 adalah
meningkatnya derajat kesehatan masyarakat, dengan indikator meningkatnya Umur
Harapan Hidup, menurunnya Angka Kematian Bayi, menurunnya Angka Kematian Ibu,
dan menurunnya prevalensi gizi kurang pada balita. Oleh sebab itu ujung tombak
pelaksanaan program-program kesehatan adalah Pusat Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas), maka fokus perhatian akan ditujukan kepada peningkatan kapasitas
Puskesmas, tanpa mengabaikan peningkatan kapasitas rumah sakit dan dinas kesehatan
kabupaten/kota.
Keputusan Menteri Kesehatan No. 128/Menkes/SK/II/2004 menyatakan bahwa Pusat
Kesehatan Masyarakat atau Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT) dari dinas
kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di suatu wilayah kerja. Sebagai UPT dari dinas kesehatan kabupaten/kota
(UPTD), Puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian tugas teknis operasional dinas
kesehatan kabupaten/kota dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama serta ujung
tombak pembangunan kesehatan di Indonesia.
Penanggungjawab utama penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan kesehatan di
wilayah kabupaten/kota adalah dinas kesehatan kabupaten/kota. Sedangkan Puskesmas
bertanggungjawab hanya untuk sebagian upaya pembangunan kesehatan yang dibebankan
oleh dinas kesehatan kabupaten/kota sesuai dengan kemampuannya.
Untuk mencapai visi pembangunan kesehatan yakni mewujudkan Kecamatan Sehat,
Puskesmas bertanggung jawab untuk menyelenggarakan upaya kesehatan. Upaya
kesehatan tersebut dikelompokkan ke dalam dua kategori, yaitu (1) upaya kesehatan
wajib dan (2) upaya kesehatan pengembangan. Upaya kesehatan wajib Puskesmas adalah
upaya yang ditetapkan berdasarkan komitmen nasional, regional dan global, serta
mempunyai daya ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya
kesehatan wajib ini harus diselenggarakan oleh setiap Puskesmas. Upaya kesehatan wajib
tersebut adalah: (1) Promosi Kesehatan, (2) Kesehatan Lingkungan, (3) Kesehatan Ibu
dan Anak serta Keluarga Berencana, (4) Perbaikan Gizi Masyarakat, (5) Pencegahan dan
Pemberantasan Penyakit Menular dan (6) Pengobatan.
Sebagaimana tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1114
/MENKES/SK/VII/2005 tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah,
promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui
pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong diri
sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai sosial
budaya setempat dan didukung kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.
Jika definisi itu diterapkan di Puskesmas, maka dapat dibuat rumusan sebagai berikut:
Promosi Kesehatan oleh Puskesmas adalah upaya Puskesmas untuk meningkatkan
kemampuan pasien, individu sehat, keluarga (rumah tangga) dan masyarakat, agar (1)
pasien dapat mandiri dalam mempercepat kesembuhan dan rehabilitasinya, (2) individu
sehat, keluarga dan masyarakat dapat mandiri dalam meningkatkan kesehatan, mencegah
masalah-masalah kesehatan dan mengembangkan upaya kesehatan bersumber daya
masyarakat, melalui (3) pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama mereka, sesuai sosial
budaya mereka, serta didukung kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.
Dalam pelaksanaan promosi kesehatan dikenal adanya 3 (tiga) jenis sasaran, yaitu (1)
sasaran primer, (2) sasaran sekunder dan (3) sasaran tersier.
Sasaran primer (utama) upaya promosi kesehatan sesungguhnya adalah pasien,
individu sehat dan keluarga (rumah tangga) sebagai komponen dari masyarakat. Mereka
ini diharapkan mengubah perilaku hidup mereka yang tidak bersih dan tidak sehat
menjadi perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Akan tetapi disadari bahwa mengubah
perilaku bukanlah sesuatu yang mudah. Perubahan perilaku pasien, individu sehat dan
keluarga (rumah tangga) akan sulit dicapai jika tidak didukung oleh : sistem nilai dan
norma-norma sosial serta norma-norma hukum yang dapat diciptakan/dikembangkan oleh
para pemuka masyarakat, baik pemuka informal maupun pemuka formal; keteladanan
dari para pemuka masyarakat, baik pemuka informal maupun pemuka formal, dalam
mempraktikkan PHBS. Suasana lingkungan sosial yang kondusif (social pressure) dari
kelompok-kelompok masyarakat dan pendapat umum (public opinion); serta sumber daya
dan/atau sarana yang diperlukan bagi terciptanya PHBS, yang dapat diupayakan atau
dibantu penyediaannya oleh mereka yang bertanggung jawab dan berkepentingan
(stakeholders), khususnya perangkat pemerintahan dan dunia usaha.
Menyadari rumitnya hakikat dari perilaku, maka perlu dilaksanakan strategi promosi
kesehatan paripurna yang terdiri dari (1) pemberdayaan, yang didukung oleh (2) bina
suasana dan (3) advokasi, serta dilandasi oleh semangat (4) kemitraan.
Dalam upaya promosi kesehatan, pemberdayaan masyarakat merupakan bagian yang
sangat penting dan bahkan dapat dikatakan sebagai ujung tombak. Pemberdayaan adalah
proses pemberian informasi kepada individu, keluarga atau kelompok (klien) secara terus-
menerus dan berkesinambungan mengikuti perkembangan klien, serta proses membantu
klien, agar klien tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek
knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek attitude) dan dari mau menjadi mampu
melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek practice). Oleh sebab itu, sesuai
dengan sasaran (klien)nya dapat dibedakan adanya (a) pemberdayaan individu, (b)
pemberdayaan keluarga dan (c) pemberdayaan kelompok/masyarakat.
Dalam mengupayakan agar klien tahu dan sadar, kuncinya terletak pada keberhasilan
membuat klien tersebut memahami bahwa sesuatu (misalnya Diare) adalah masalah
baginya dan bagi masyarakatnya. Sepanjang klien yang bersangkutan belum mengetahui
dan menyadari bahwa sesuatu itu merupakan masalah, maka klien tersebut tidak akan
bersedia menerima informasi apa pun lebih lanjut. Saat klien telah menyadari masalah
yang dihadapinya, maka kepadanya harus diberikan informasi umum lebih lanjut tentang
masalah yang bersangkutan.
Perubahan dari tahu ke mau pada umumnya dicapai dengan menyajikan fakta-fakta
dan mendramatisasi masalah. Tetapi selain itu juga dengan mengajukan harapan bahwa
masalah tersebut bisa dicegah dan atau diatasi. Di sini dapat dikemukakan fakta yang
berkaitan dengan para tokoh masyarakat sebagai panutan (misalnya tentang seorang tokoh
agama yang dia sendiri dan keluarganya tak pernah terserang Diare karena perilaku yang
dipraktikkannya).
Bilamana seorang individu atau sebuah keluarga sudah akan berpindah dari mau ke
mampu melaksanakan, boleh jadi akan terkendala oleh dimensi ekonomi. Dalam hal ini
kepada yang bersangkutan dapat diberikan bantuan langsung. Tetapi yang seringkali
dipraktikkan adalah dengan mengajaknya ke dalam proses pemberdayaan
kelompok/masyarakat melalui pengorganisasian masyarakat (community organization)
atau pembangunan masyarakat (community development). Untuk itu, sejumlah individu
dan keluarga yang telah mau, dihimpun dalam suatu kelompok untuk bekerjasama
memecahkan kesulitan yang dihadapi. Tidak jarang kelompok ini pun masih juga
memerlukan bantuan dari luar (misalnya dari pemerintah atau dari dermawan). Di sinilah
letak pentingya sinkronisasi promosi kesehatan dengan program kesehatan yang
didukungnya dan program-program sektor lain yang berkaitan. Hal-hal yang akan
diberikan kepada masyarakat oleh program kesehatan dan program lain sebagai bantuan,
hendaknya disampaikan pada fase ini, bukan sebelumnya. Bantuan itu hendaknya juga
sesuai dengan apa yang dibutuhkan masyarakat.
Pemberdayaan akan lebih berhasil jika dilaksanakan melalui kemitraan serta
menggunakan metode dan teknik yang tepat. Pada saat ini banyak dijumpai lembaga-
lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang bergerak di bidang kesehatan atau peduli
terhadap kesehatan. LSM ini harus digalang kerjasamanya, baik di antara mereka maupun
antara mereka dengan pemerintah, agar upaya pemberdayaan masyarakat dapat
berdayaguna dan berhasilguna. Setelah itu, sesuai ciri-ciri sasaran, situasi dan kondisi,
lalu ditetapkan, diadakan dan digunakan metode dan media komunikasi yang tepat.
Berdasarkan uraian di atas menunjukkan bahwa pemberdayaan masyarakat sangatlah
penting agar terciptanya masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia yang penduduknya, di
seluruh wilayah Republik lndonesia, hidup dengan perilaku dan dalam lingkungan sehat,
memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil
dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya sesuai dengan
tujuan pembangunan kesehatan. Sebagaimana tercantum dalam Keputusan Menteri
Kesehatan No. 128/Menkes/SK/II/2004 yang menyatakan bahwa Pusat Kesehatan
Masyarakat atau Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT) dari dinas kesehatan
kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di
suatu wilayah kerja dan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1114
/MENKES/SK/VII/2005 tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah
yang dimana pemberdayaan masyarakat akan lebih berhasil jika digunakan metode dan
media komunikasi yang tepat. Oleh sebab itu, kami sebagai Dokter Internsip yang sedang
menjalankan tugas di UPT Puskesmas Cimanggu II Kabupaten Cilacap tertarik ingin
membuat media promosi kesehatan berupa alat peraga penyuluhan (lembar balik/flip
chart) dengan tujuan agar mempermudah tenaga kesehatan di UPT Puskesmas Cimanggu
II dalam memberikan informasi mengenai kesehatan kepada masyarakat Kecamatan
Cimanggu.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar mempermudah tenaga kesehatan di UPT Puskesmas Cimanggu II Kabupaten
Cilacap dalam memberikan informasi mengenai kesehatan melalui media promosi
kesehatan berupa alat peraga penyuluhan (lembar balik/flip chart) kepada masyarakat
Kecamatan Cimanggu.
2. Tujuan Khusus
a. Memberikan pengetahuan, kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat
Kecamatan Cimanggu dalam mengaplikasikan perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS) sehari-harinya melalui media promosi kesehatan berupa alat peraga
penyuluhan (lembar balik/flip chart).
b. Memberikan pengetahuan, kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat
Kecamatan Cimanggu dalam menerapkan 12 indikator keluarga sehat melalui
media promosi kesehatan berupa alat peraga penyuluhan (lembar balik/flip chart).
c. Memberikan pengetahuan, kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat
Kecamatan Cimanggu dalam upaya mengendalikan penyakit menular dan penyakit
tidak menular melalui media promosi kesehatan berupa alat peraga penyuluhan
(lembar balik/flip chart).
d. Memberikan pengetahuan, kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat
Kecamatan Cimanggu khususnya ibu menyusui agar dapat melakukan cara
menyusui yang benar melalui media promosi kesehatan berupa alat peraga
penyuluhan (lembar balik/flip chart).
e. Meningkatkan kepedulian individu sehat, keluarga dan masyarakat tentang
kesehatan sehingga dapat mandiri dalam mencegah masalah-masalah kesehatan
dan mengembangkan upaya kesehatan bersumber daya masyarakat.
f. Meningkatkan kemampuan pasien agar dapat mandiri dalam mempercepat
kesembuhan dan rehabilitasinya.
C. Manfaat
1. Dapat dijadikan sebagai informasi kesehatan mengenai perilaku hidup bersih dan
sehat (PHBS), indikator keluarga sehat, pengendalian penyakit menular dan penyakit
tidak menular serta cara menyusui yang benar bagi masyarakat Kecamatan Cimanggu
sehingga mampu meningkatkan derajat kesehatannya.
2. Dapat dijadikan sebagai komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) tambahan dalam
program promosi kesehatan di UPT Puskesmas Cimanggu II Kabupaten Cilacap
untuk memberikan informasi atau penyuluhan mengenai kesehatan.
3. Sebagai bahan pertimbangan bagi lintas sektor, yakni Dinas Kesehatan Kabupaten
Cilacap dalam program promosi kesehatan dengan menyediakan alat bantu/alat
peraga atau media komunikasi lainnya guna memudahkan tenaga kesehatan.
4. Sebagai bahan acuan bagi Dokter Internsip lainnya yang ingin membantu UPT
Puskesmas Cimanggu II Kabupaten Cilacap dalam program promosi kesehatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam pelaksanaan pendekatan keluarga ini tiga hal berikut harus diadakan atau
dikembangkan, yaitu :
1. Instrumen yang digunakan di tingkat keluarga.
2. Forum komunikasi yang dikembangkan untuk kontak dengan keluarga.
3. Keterlibatan tenaga dari masyarakat sebagai mitra Puskesmas.
Fungsi UKM dan UKP harus seimbang, agar upaya peningkatan derajat kesehatan
masyarakat dapat tercapai. UKP saja dengan program JKN yang diikuti oleh seluruh
rakyatpun belum cukup untuk mengangkat derajat kesehatan masyarakat. Memang rakyat
merasa senang karena setiap kali sakit mendapat pelayanan kesehatan gratis. Tetapi
derajat kesehatan tidak akan naik selama UKM tidak dikerjakan.
Untuk itu penguatan UKM di Puskesmas mutlak diperlukan, yang mencakup dua
macam UKM, yaitu UKM esensial dan UKM pengembangan. Puskesmas wajib
melaksanakan UKM esensial yang meliputi :
1. Pelayanan promosi kesehatan.
2. Pelayanan kesehatan lingkungan.
3. Pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana.
4. Pelayanan gizi.
5. Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit (baik penyakit menular maupun
penyakit tidak menular).
BAB III
HASIL KEGIATAN
Dari gambaran permasalahan umum kesehatan di Indonesia yaitu kesehatan ibu dan anak,
gizi masyarakat, penyakit menular dan tidak menular serta gangguan jiwa, maka kami Dokter
Internsip tertarik untuk membuat media promosi kesehatan berupa alat peraga penyuluhan
(lembar balik/flip chart) mengenai :
1. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Sekolah dan Rumah Tangga.
2. 12 Indikator Keluarga Sehat.
3. Penyakit Menular (Tuberkulosis, HIV/AIDS).
4. Penyakit Tidak Menular (Hipertensi, Stroke, Diabetes).
5. Cara Menyusui Yang Benar.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil kegiatan tersebut, dapat dikemukakan kesimpulan dan saran sebagai
berikut :
A. Kesimpulan
Didapatkan hasil dari kegiatan pembuatan media promosi kesehatan berupa alat
peraga penyuluhan (lembar balik/flip chart) yang terdiri dari : perilaku hidup bersih dan
sehat (PHBS) di Sekolah dan Rumah Tangga, 12 Indikator Keluarga Sehat, Penyakit
Menular (Tuberkulosis, HIV/AIDS), Penyakit Tidak Menular (Hipertensi, Stroke,
Diabetes) dan Cara Menyusui Yang Benar.
B. Saran
1. Melalui media promosi kesehatan berupa alat peraga penyuluhan (lembar balik/flip
chart) diharapkan masyarakat Kecamatan Cimanggu lebih memahami, sadar dan mau
menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dalam kehidupan sehari-hari
agar terciptanya keluarga yang sehat dan dapat mencegah terjadinya penyakit menular
ataupun tidak menular sehingga meningkatkan derajat kesehatan di Wilayah
Kecamatan Cimanggu.
2. Diharapkan masyarakat Kecamatan Cimanggu khususnya ibu menyusui lebih
memahami, sadar dan mau menerapkan cara menyusui yang benar agar dapat
memberikan ASI Eksklusif melalui media promosi kesehatan berupa alat peraga
penyuluhan (lembar balik/flip chart).
3. Diharapkan UPT Puskesmas Cimanggu II dapat menggunakan dengan sebaik-baiknya
media promosi kesehatan berupa alat peraga penyuluhan (lembar balik/flip chart)
sehingga masyarakat Kecamatan Cimanggu termasuk petugas kesehatan UPT
Puskesmas Cimanggu II bisa dengan mudah menerima dan memberikan informasi
mengenai kesehatan.
4. Diharapkan Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap dapat memberikan dukungan baik
dalam penyediaan sarana dan prasarana maupun dukungan moril terhadap pembuatan
media promosi kesehatan lainnya agar petugas kesehatan UPT Puskesmas Cimanggu
II dan masyarakat Kecamatan Cimanggu bisa dengan mudah menerima dan
memberikan informasi mengenai kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad N. 2014. Metode dan Alat Bantu (Media) pada Promosi Kesehatan. Malang :
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang
Menteri Kesehatan RI. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 39
Tahun 2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat dengan
Pendekatan Keluarga. Jakarta : Menteri Kesehatan RI
Kemenkes RI. 2011. Promosi Kesehatan di Daerah Bermasalah Kesehatan. Jakarta :
Kementerian Kesehatan RI Pusat Promosi Kesehatan
. 2016. Pedoman Umum Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan
Keluarga. Jakarta : Kementerian Kesehatan RI
Lampiran