Anda di halaman 1dari 36

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TERHADAP

PENTINGNYA IMUNISASI DASARPADA BALITA DIPUSKESMAS


KEDOKAN BUNDER PERIODE NOVEMBER 2019

Oleh

dr. Putri Fatwa Nabilla Yamin

DokterPendamping

dr. H. Budi Prasetyo

UPTD PUSKESMAS KECAMATAN KEDOKAN BUNDER


INDRAMAYU
2019

1
HALAMAN PENGESAHAN MINI PROJECT

Gambaran Tingkat
PengetahuanPengetahuanIbuTerhadapPentingnyaImunisasi Dasar di
PuskesmasKedokan BunderPeriode November 2019

Disusun Oleh:

dr. Putri Fatwa Nabilla Yamin

Telah dipresentasikan di hadapan dokter pendamping

Pada 10 Desember 2019

Dokter Pendamping Program Internsip Dokter Indonesia

dr. H Budi Prasetyo

NIP. 19710905 200212 1 007

2
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirrobil’alamin, segala puji dan syukur atas segala nikmat, karunia, dan
rahmat yang diberikan Allah SWT dalam menempuh Internship di Puskesmas Kedokan
Bunder. Atas ridho-Nya pula, akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas penulisan Mini
Project dengan judul “GambaranTingkat PengetahuanIbuTerhadapPentingnyaImunisasi
Dasar pada Balita di PuskesmasKedokan BunderPeriode November 2019” untuk
memenuhi salah satu syarat program Internship di Puskesmas Kedokan Bunder, Kabupaten
Indramayu.
Terima kasih kami ucapkan kepada :
1. H. Wartubi, SKM selaku Kepala Puskesmas Kedokan Bunder.
2. Budi Prasetyo, dr. sebagai dokter pendamping Puskesmas Kedokan Bunder.
3. Rekan – rekan dokter Internship.
4. Para ibu yang mau menjadi responden mini project ini.
Demikian, agar Mini Project ini bisa bermanfaat bagi yang membacanya.

Indramayu, Desember 2019


Penulis

Putri Fatwa Nabilla Yamin

3
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..........................................................................................................1
LEMBAR PENGESAHAN...............................................................................................2
KATA PENGANTAR........................................................................................................3
DAFTAR ISI.......................................................................................................................4

1. PENDAHULUAN........................................................................................................6
1.1. Latar Belakang.......................................................................................................6
1.2.Pernyataan Masalah................................................................................................7
1.3.Tujuan.....................................................................................................................7
1.4.Manfaat...................................................................................................................8

2. TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................................9
A. Imunisasi.................................................................................................................9
2.1.PengertianImunisasi................................................................................................9
2.2.Manfaat dan Tujuan................................................................................................9
2.3.JenisImunisasi.......................................................................................................10
2.4.SyaratPemberianImunisasi...................................................................................12
2.5.SasaranImunisasi..................................................................................................12
2.6.JadwalImunisasi....................................................................................................14
2.7.Beberapapenelitiantentangfaktor yang mempengaruhiimunisasi.........................16
2.8.KejadianIkutanPascaImunisasi.............................................................................18

3. METODE....................................................................................................................21
3.1. Desain Penelitian..................................................................................................21
3.2. Tempat dan Waktu Penelitian...............................................................................21
3.3. Populasi dan sampel..............................................................................................21
3.4 KriteriaPenelitian...................................................................................................21

4
3.5 VariabelPenelitian..................................................................................................22
3.6 MetodePengumpulan Data.....................................................................................22
3.7 Batas operasional...................................................................................................22
3.8 Alur Penelitian.......................................................................................................23

4. HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................................................24


4.1.Puskesmas.............................................................................................................24
4.2.Deskripsi Karakteristik Sampel............................................................................25
4.3.Pembahasan..........................................................................................................25

5. KESIMPULAN DAN SARAN..................................................................................29


5.1.Kesimpulan...........................................................................................................29
Saran.....................................................................................................................29

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

5
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Imunisasi adalah salah satu pendekatan promotif dan preventif yang
meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila
kelak ia terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan menderita penyakit tersebut.
Imunisasi di Indonesia secara teratur dimulai pada tahun 1956. Kegiatan ini telah
berhasil membasmi penyakit cacar di Indonesia, sehingga pada tahun 1974 Indonesia
dinyatakan bebas cacar oleh WHO.1
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 12 Tahun
2017 tentang Penyelenggaraan Imunisasi dijelaskan bahwa di Indonesia saat ini sedang
menghadapi dua permasalahan kesehatan yang menjadi beban ganda (double burden)
yakni terkait munculnya penyakit menular dan tidak menular (penyakit degeneratif). 2
Penyakit menular sulit untuk diatasi atau diberantas karena penyebarannya tidak
mengenal batas wilayah administrasi, sehingga perlu disediakan vaksin yang dapat
mencegah penyakit menular tertentu. Imunisasi merupakan salah satu intervensi
kesehatan yang terbukti paling cost-effective (murah), karena dapat mencegah dan
mengurangi kejadian kesakitan, kecacatan, dan kematian akibat PD3I yang diperkirakan
2 hingga 3 juta kematian tiap tahunnya.2 Kekebalan yang didapatkan seseorang melalui
imunisasi merupakan kekebalan aktif, sehingga apabila terpapar suatu penyakit tertentu
maka hanya akan mengalami sakit ringan dan tidak sampai sakit. Penyakit menular
seperti TBC, Difteri, Tetanus, Hepatitis B, Pertusis, Campak, Polio, radang selaput otak,
dan radang paru-paru merupakan beberapa penyakit yang termasuk ke dalam Penyakit
yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I). Imunisasi akan memberikan
perlindungan bagi anak terhadap penyakit berbahaya tersebut dan dapat mencegah
kecacatan serta tidak akan menimbulkan kematian.2Imunisasi dasar berhak diperoleh
6
oleh setiap anak agar penyakit dapat dicegah dan dihindari dan imunisasi dasar lengkap
wajib diberikan kepada setiap bayi dan anak oleh pemerintah tercantum dalamUndang-
Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009. Penyelenggaraan imunisasi tertuang dalam
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 42 Tahun 2013. Semua orang, terutama bayi dan
anak wajib diberi imunisasi dasar sejak lahir untuk melindungi tubuhnya dari berbagai
penyakit .2 Setiap bayi (usia 0–11 bulan) wajib mendapatkan imunisasi dasar lengkap
yang terdiri dari Hepatitis B, BCG, DPT-HB-Hib, polio, dan campak. Awal mula
terjadinya suatu penyakit berasal dari virus atau bakteri yang menyerang tubuh manusia.
Benda asing yang masuk ke dalam tubuh dikategorikan sebagai agent yang tidak dikenal
tubuh, sehingga sistem kekebalan tubuh akan membuat antibodi untuk menyerang
antigen yang masuk ke dalam tubuh tersebut. Imunisasi salah satu langkah yang
diberikan agar terbentuk sistem kekebalan tubuh terhadap paparan dari penyakit.2
Peran ibu pada program imunisasi sangatlah penting karena penggunaan sarana
kesehatan untuk anak berkaitan erat dengan faktor ibu. Masih ada anak yang belum
mendapatkan imunisasi lengkap, walaupun imunisasi sudah diberikan gratis oleh
pemerintah. Hal tersebut dikarenakan dengan berbagai alasan seperti pengetahuan
maupun sikap ibu yang kurang mengenai imunisasi dan rendahnya kesadaran ibu
membawa anaknya ke Posyandu atau Puskesmas untuk mendapatkan imunisasi yang
lengkap karena takut anaknya sakit setelah pemberian imunisasi, dan ada pula yang
merasa bahwa imunisasi tidak diperlukan untuk bayinya. Berdasarkan hal tersebut maka
penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul
“Gambarantingkatpengetahuanibuterhadappentingnyaimunisasidasar di
PuskesmasKedokan Bunder ”.

1.2. RumusanMasalah
Berdasarkanlatarbelakangtersebut,
makapertanyaandalampenelitianiniadalahBagaimanatingkatpengetahuanibuterhadappent
ingnyaimunisasidasar pada balita di PuskesmasKedokanbunderperiode November?

1.3. Tujuan
1.3.1 TujuanUmum

7
Mengetahuigambaranpengetahuanibumengenaipentingnyaimunisasidasar pada balita
di PuskesmasKedokanbunderperiode November .

1.3.2 TujuanKhusus
 Mengetahui gambaran status imunisasi dasar di PuskesmasKedokanbunder, Indramayu.
 Mengetahuigambaran pengetahuan ibu mengenai imunisasi dasar di Puskesmas
Kedokanbunder, Indramayu
 Dapatmeningkatkanpengetahuanibuterhadappentingnyaimunisasidasarsecaralengkap
pada balita di PuskesmasKedokanbunder, Indramayu.

1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat bagi Penulis
Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan penulis lebih
mendalam tentang tingkatpengetahuanibuterhadappentingnyaimunisasidasar pada balita,
sehinggadapatmeningkatkankemampuankomunikasiedukasipenulisterhadapibu yang
memilikibalita.

1.4.2 Manfaat bagi Puskesmas


Laporan ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan pertimbangan bagi
perumusan program baru di Puskesmas Kedokan Bunder yang bisa
meningkatpengetahuanibuterhadapimunisasi.
1.4.2 Manfaat bagi Masyarakat
Memberikan informasi kepada masyarakat khususnya bagi ibu-ibu tentang
pentingnyaimunisasidasar pada anak, dan
meningkatkankesadaranmasyarakatuntukikutberpartisipasidalam program imunisasi di
PuskesmasKedokan Bunder.

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Imunisasi


Imunisasiberasaldari kata imun, kebalatauresisten.
Imunisasiadalahsuatutindakanuntukmemberikankekebalandengancaramemasukkanvaksink
edalamtubuhmanuasia.
Kebaladalahsuatukeadaandimanatubuhmempunyaidayakemampuanmengadakanpencegaha
npenyakitdalamrangkamenghadapiserangankumantertentu,
namunkebalatauresistenterhadapsuatupenyakitbelumtentukebalterhadappenyakitlain.3
Program imunisasiadalah salah satuupayapencegahanterjangkitnyapenyakitterntentu,
yaituPenyakit yang DapatDicegahDenganImunisasi (PD3I). Antara lain
adalahTuberkulosis, Pertusis, Hepatitis B, Polio, Difteri, Campak, Tetanus.4

2.2 Tujuan dan ManfaatImunisasi

Imunisasi memiliki dua tujuan yaitu :

a. Tujuan Umum
Menurunkan angka kesakitan, kematian, dan kecacatan akibat Penyakit yang Dapat
Dicegah dengan Imunisasi (PD3I)11 .
b. Tujuan Khusus11
- Tercapainya target Universal Child Immunization (UCI) yaitu cakupan imunisasi
lengkap minimal 93% secara merata pada bayi di seluruh desa atau kelurahan.
- Tervalidasinya Eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal (insiden di bawah 1 per
1.000 kelahiran hidup dalam satu tahun).
- Eradikasi polio.
- Tercapainya eliminasi campak.
- Terselenggaranya pemberian imunisasi yang aman serta pengelolaan limbah medis
(safety injection practise and waste disposal management).

9
Sedangkanmanfaatimunisasiantara lain :

- Untukanak:mencegahpenderitaanyangdisebabkanolehpenyakitdan kemungkinan
cacat ataukematian.5
- Untuk keluarga: menghilangkan kecemasan dan psikologipengobatan bila anak
sakit. Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua
yakinbahwaanaknyaakanmenjalanimasakanak-kanakyangnyaman.5
- Untuk negara: memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa
yangkuatdanberakaluntukmelanjutkanpembangunannegara.

2.3 JenisImunisasi

2.3.1 ImunisasiWajib
Imunisasiwajibmerupakanimunisasi yang diwajibkan oleh
pemerintahuntukseseorangsesuaidengankebutuhannyadalamrangkamelindungi yang
bersangkutan dan masyarakatsekitarnyadaripenyakitmenulartertentu.
Imunisasiwajibterdiriatasimunisasirutin, imunisasitambahan, dan imunisasi khusus12.
a. ImunisasiRutin
Imunisasirutinmerupakankegiatanimunisasi yang dilaksanakansecaraterus-
menerussesuaijadwal. Imunisasirutinterdiri atas12 :
- Imunisasidasar
Jenisimunisasidasar : Vaksin BCG, DPT, Hepatitis B, Polio, dan Campak.
Namun berdasarkan kajian oleh WHO yang kemudian diikuti dengan adanya
Kampanye Global MR (Measles,Rubella), Kementrian Kesehatan memutuskan
imunisasi rutin perlu ditambah dengan imunisasi Rubella (R) yang digabung
dengan imunisasi Campak (M = Measless). Mulai agustus 2017 di pulau Jawa
dilakukan imunisasi MR untuk anak sekolah, pada September 2017 untuk anak
mulai usia 9 bulan dan yang belum bersekolah walaupun mereka sudah pernah
imunisasi campak/ rubella atau sakit campak/ rubella. Setelah itu MR akan
masuk ke program imunisasi rutin untuk menggantikan imunisasi campak pada

10
umur 9 bulan, 18 bulan, dan 6 tahun. Imunisasi MR serentak dalam satu periode
pada semua anak umur 9 bulan sampai < 15 tahun akan menghasilkan
kekebalan yang merata dan tinggi sehingga virus tersebut sulit menyebar dan
bermanfaat menurunkan kejadian wabah, sakit berat, cacat atau kematian
karena campak dan rubella, dan diharapkan target global tahun 2020 Indonesia
bersama negara lain akan mengeliminasi campak di masyarakat dan
mengendalikan rubella/ Congenital Rubella Syndrome.12
- Imunisasilanjutan
Imunisasilanjutanmerupakanimunisasiulanganuntukmempertahankantingkatkek
ebalanatauuntukmemperpanjang masa perlindungan.
Imunisasilanjutandiberikankepadaanakusiabawahtigatahun (Batita),
anakusiasekolahdasar, dan wanitausia subur.12
Jenisimunisasilanjutan : DPT-HB-HiB, Campak, DT, Td, dan TT.
b. ImunisasiTambahan
Imunisasitambahandiberikankepadakelompokumurtertentu yang paling
berisikoterkenapenyakitsesuaikajianepidemiologis pada periodewaktutertentu.
Yang termasukdalamkegiatanimunisasitambahanadalahBacklog fighting, Crash
program, PIN (PekanImunisasi Nasional), Sub-PIN, Catch up Campaigncampak
dan ImunisasidalamPenanganan KLB (Outbreak Response Immunization/ORI)12.
c. ImunisasiKhusus
Imunisasikhususmerupakankegiatanimunisasi yang
dilaksanakanuntukmelindungimasyarakatterhadappenyakittertentu pada
situasitertentu. Situasitertentuantara lain persiapankeberangkatancalonjemaah
haji/umrah, persiapanperjalananmenuju negara endemispenyakittertentu dan
kondisikejadianluarbiasa. Jenisimunisasikhusus, antara lain terdiriatasImunisasi
Meningitis Meningokokus, ImunisasiDemamKuning, dan Imunisasi Anti-Rabies12.

2.3.2 ImunisasiPilihan
Imunisasipilihanmerupakanimunisasi yang
dapatdiberikankepadaseseorangsesuaidengankebutuhannyadalamrangkamelindungi
yang bersangkutandaripenyakitmenulartertentu, yaituvaksin MMR, Hib, Tifoid,

11
Varisela, Hepatitis A, Influenza, Pneumokokus, Rotavirus, Japanese Ensephalitis, dan
HPV12.

2.4 SyaratPemberianImunisasi

Ada beberapasyarat yang harusdiperhatikandalampemberianimunisasi, yaitu4 :


- Anak yang akanmendapatimunisasiharusdalamkondisisehat. Hal
itudisebabkankarenaimunisasimerupakanpemberianvaksindenganmemasukkan virus,
bakteri, ataubagiandaribakterikedalamtubuh dan kemudianmenimbulkanantibodi.
Imunisasitidakbolehdiberikan pada
kondisitertentumisalnyaanakmengalamikelainanataupenurunandayatahantubuhmisalkan
giziburuk.
- Vaksin yang diberikanharusbaik
- Vaksindisimpan di lemari es dan belumlewat masa berlakunya
- Pemberianimunisasidenganteknik yang tepat
- Mengetahuijadwalimunisasidenganmelihatumur dan jenisimunisasi yang telahditerima
- Memberikandosis yang sesuai
- Mencatatnomorbatch pada bukuanakataukartuimunisasisertamemberikaninformed
consentkepada orang tuaataukeluargasebelummelakukantindakan yang
sebelumnyatelahdijelaskankepada orang tuatentangmanfaat dan
efeksampingatauKejadianIkutanPascaImunisasi (KIPI) yang
dapattimbulsetelahpemberianimunisasi.

2.5SasaranImunisasi

Tabel 1. Sasaranimunisasi pada bayi

12
Tabel 2.SasaranImunisasi pada Anak Batita5

Tabel 3.SasaranImunisasi pada Anak Sekolah Dasar5

Tabel4.SasaranImunisasi pada Wanita Usia Subur5

13
2.6 JadwalPemberianImunisasi

Berdasarkan jadwal pemberian imunisasi pada anak adalah sebagai berikut:


Gambar2.1 Jadwal Pemberian Imunisasi pada Anak6

 Hepatitis B

14
Imunisasi hepatitis B idealnya diberikan sedini mungkin (<12 jam) setelah lahir,
lalu dianjurkan pada jarak 4 minggu dari imunisasi pertama. Jarak imunisasi ke-3
dengan ke-2 minimal 2 bulan dan terbaik setelah 5 bulan. Apabila anak belum pernah
mendapat imunisasi hepatitis B pada masa bayi, ia bisa mendapat serial imunisasi kapan
saja saat berkunjung. Hal ini dapat dilakukan tanpa harus memeriksa kadar anti hepatitis
B.6
 BCG
Imunisasi lain adalah imunisasi BCG. Indonesia saat ini merupakan negara ke-3
tertinggi di dunia untuk penyakit TBC, setelah India dan Tiongkok. Imunisasi BCG
terbaik diberikan pada usia 2-3 bulan karena pada bayi usia <2 bulan sistem imun anak
belum matang. Pemberian imunisasi penyokong (booster) tidak dianjurkan. 6
 DPT
Imunisasi DPT juga termasuk komitmen global dalam rangka eliminasi tetanus.
Imunisasi DPT diberikan 3 kali sebagai imunisasi dasar, dilanjutkan dengan imunisasi
ulangan 1 kali (interval 1 tahun setelah DPT3). Pada usia 5 tahun, diberikan ulangan
lagi (sebelum masuk sekolah) dan pada usia 12 tahun berupa imunisasi Td. Pada wanita,
imunisasi TT perlu diberikan 1 kali sebelum menikah dan 1 kali pada ibu hamil, yang
bertujuan untuk mencegah tetanus neonatorum (tetanus pada bayi baru lahir).6
Apabila imunisasi DPT terlambat diberikan, berapa pun interval
keterlambatannya, jangan mengulang dari awal, tetapi lanjutkan imunisasi sesuai
jadwal. Bila anak belum pernah diimunisasi dasar pada usia <12 bulan, lakukan
imunisasi sesuai imunisasi dasar baik jumlah maupun intervalnya. Bila pemberian DPT
ke-4 sebelum ulang tahun ke-4, pemberian ke-5 paling cepat diberikan 6 bulan
sesudahnya. Bila pemberian ke-4 setelah umur 4 tahun, pemberian ke-5 tidak diperlukan
lagi.6
 Polio
Vaksin polio oral (OPV) diberikan saat lahir, usia 2, 4, 6, 18 bulan (atau usia 2,
3, 4 bulan sesuai program pemerintah), sedangkan untuk vaksin polio suntik (IPV)
diberikan pada usia 2, 4, 6-18 bulan dan 6-8 tahun. Apabila imunisasi polio terlambat
diberikan, jangan mengulang pemberiannya dari awal, tetapi lanjutkan dan lengkapi

15
sesuai jadwal, tidak peduli berapa pun interval keterlambatan dari pemberian
sebelumnya.6
 Campak
Imunisasi campak diberikan pada usia 9 bulan dan dosis ulangan (second
opportunity pada crash program campak) pada usia 6-59 bulan serta saat SD kelas 1-6.
Terkadang, terdapat program PIN (Pekan Imunisasi Nasional) campak yang bertujuan
sebagai penguatan (strengthening). Program ini bertujuan untuk mencakup sekitar 5
persen individu yang diperkirakan tidak memberikan respon imunitas yang baik saat
diimunisasi dahulu. Bagi anak yang terlambat/belum mendapat imunisasi campak: bila
saat itu anak berusia 9-12 bulan, berikan kapan pun saat bertemu. Bila anak berusia >1
tahun, berikan MMR.6
 MMR
Vaksin MMR diberikan pada usia 15-18 bulan dengan minimal interval 6 bulan
antara imunisasi campak dengan MMR. MMR diberikan minimal 1 bulan sebelum atau
sesudah penyuntikan imunisasi lain. Apabila seorang anak telah mendapat imunisasi
MMR pada usia 12-18 bulan dan diulang pada usia 6 tahun, imunisasi campak
(monovalen) tambahan pada usia 6 tahun tidak perlu lagi diberikan. Bila imunisasi
ulangan (booster) belum diberikan setelah berusia 6 tahun, berikan vaksin
campak/MMR kapan saja saat bertemu. Pada prinsipnya, berikan imunisai campak 2
kali atau MMR 2 kali.6

2.7 Beberapa Penelitian MengenaiFaktor Yang Terkait Dengan Kelengkapan Imunisasi


Beberapa faktor yang mempengaruhi kelengkapan imunisasi pada anak berdasarkan hasil
penelitian diantaranya adalah :
 Tingkat Pengetahuan
Berdasarkan analisis bivariat dengan uji chi square dan ditemukan hasil dengan
signifikansi sebesar 0,019 (p < 0,05), artinya ditemukan hubungan yang bermakna
antara pengetahuan dan sikap terhadap kelengkapan imunisasi dasar.7 Pengetahuan
dapat diartikan sebagai kumpulan informasi yang dapat dipahami dan diperoleh dari
proses belajar selama hidup dan dapat dipergunakan sewaktu-waktu sebagai alat untuk
penyesuaian diri. Pengetahuan merupakan pengenalan terhadap kenyataan, kebenaran,

16
prinsip dan kaidah suatu objek dan merupakan hasil stimulasi untuk terjadinya
perubahan perilaku. Pengetahuan ibu tentang imunisai akan mempengaruhi keyakinan
dan sikap ibu dalam kepatuhannya terhadp imunisasi.7 Kepatuhan terhadap perilaku
pencegahan yang berkaitan dengan dunia medis merupakan fungsi dari
keyakinantentang kesehatan, ancaman yang dirasakan, persepsi kekebalan,
pertimbangan mengenaihambatan atau kerugian (misalnya biaya dan waktu), serta
keuntungan yaitu efektivitas dari anjuran medis tersebut . Menurut WHO tentang
analisis penyebab seseorang berperilaku tertentu salah satunya yaitu pengetahuan.
Apabila suatu program interventif seperti imunisasi ingin dilaksanakan secara serius
dalam menjawab perubahan pola penyakit maka perbaikan dalam evaluasi perilaku
kesehatan masyarakat dan peningkatan pengetahuan sangat dibutuhkan.7
 Pendidikan Ibu
Ibu yang berpendidikanmempunyaipengertianlebihbaiktentangpencegahanpenyakit
dan kesadaranlebihtinggiterhadapmasalah-masalahkesehatan yang
sedikitbanyaktelahdiajarkan di sekolah. Oleh karenaituibu yang
memilikitingkatpendidikan yang
telahtinggiakanmemberikanimunisasilebihlengkapkepadaanaknyadibandingkanibuden
ganpendidikan rendah.8
 Tradisi
Berdasarkan hasil analisis pengaruh antara tradisi dengan kelengkapan
imunisasi terdapat adanya pengaruh antara tradisi terhadap kelengkapan status
imunisasi pada bayi atau balita. Hal ini dapat terjadi karena pada hasil penelitian
terlihat adanya kecenderungan pada responden yang memiliki bayi atau balita dengan
status imunisasi lengkap menyatakan bahwa dikeluarga mereka terbiasa memberikan
imunisasi pada bayi atau balita mereka, sedangkan responden yang memiliki bayi
atau balita dengan status imunisasi tidak lengkap menyatakan bahwa dikeluarga
mereka terbiasa tidak memberikan imunisasi pada bayi atau balita mereka.9
 DukunganKeluarga
Keluarga merupakan bagian terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga
dan anggota keluarga lainnya yang bertempat tinggal di dalam satu rumah karena
adanya hubungan darah maupun ikatan pernikahan, sehingga terdapat interaksi antara

17
anggota keluarga satu dengan anggota keluarga lainnya, apabila salah satu dari
anggota keluarga memperoleh masalah kesehatan, maka akan dapat berpengaruh
kepada anggota keluarga lainnya.9
 Status ekonomi
Kontribusi yang mempengaruhi rendahnya imunisasi adalah penghasilan
keluarga/status ekonomi. Hal
inidikarenakanmenyebabkanketerbatasanaksesketempatpelayanankesehatan. Hal
inidapatmemberatkankeluarga yang
penghasilannyahanyadapatmemenuhikebutuhanseharihari. 10

 AnggotaKeluarga
Semakinbanyaknyajumlahanakdalamkeluarga,
makasemakinbesarkemungkinantidakdiimunisasinyaanak yang paling kecil. Begitu
juga dengananak yang tinggaldengan orang tuatunggal,
dikarenakankurangnyadukungan keluarga.10
 SikapPetugas
Sebuah program dapatgagalapabilatidakterciptanyahubunganbaikantarapetugas dan
pasien. Hal itu juga dapatmempengaruhiinformasi yang seharusnyadiberikanterhadap
pasien.10

2.8 KejadianIkutanPascaImunisasi
Kejadianikutanpascaimunisasi (KIPI) adalahsuatu kejadian sakit yang terjadi setelah
menerima imunisasi yang diduga disebabkan oleh imunisasi. Untuk mengetahui hubungan
antara pemberian imunisasi dengan KIPI diperlukan pelaporan dan pencatatan semua
reaksi yang tidak diinginkan yang timbul setelah pemberian imunisasi. Surveilans KIPI
sangat membantu program imunisasi, khususnya untuk memperkuat keyakinan masyarakat
akan pentingnya imunisasi sebagai upaya pencegahan penyakit paling efektif. Tidak semua
kejadian KIPI yang diduga itu benar. Sebagian besar ternyata tidak ada hubungannya
dengan imunisasi. 13
Oleh karena itu untuk menentukan KIPI diperlukan keterangan mengenai berapa besar
frekuensi kejadian KIPI pada pemberian vaksin tertentu; bagaimana sifat kelainan tersebut,
lokal atau sistemik; bagaimana derajat kesakitan resipien, apakah memerlukan perawatan,

18
apakah menyebabkan cacat, atau menyebabkan kematian; apakah penyebab dapat
dipastikan, diduga, atau tidak terbukti; dan akhirnya apakah dapat disimpulkan bahwa KIPI
berhubungan dengan vaksin, kesalahan produksi, atau kesalahan pemberian. Berdasarkan
data yang diperoleh, maka KIPI dapat diklasifikasikan dalam: 13

1. Induksi vaksin (vaccine induced).


Terjadinya KIPI disebabkan oleh karena faktor intrinsik vaksin terhadap individual
resipien. Misalnya, seorang anak menderita poliomielitis setelah mendapat vaksin polio
oral. 13

2. Provokasi vaksin (vaccine potentiated)


Gejala klinis yang timbul dapat terjadi kapan saja, saat ini terjadi oleh karena provokasi
vaksin. Contoh: Kejang demam pasca imunisasi yang terjadi pada anak yang mempunyai
predisposisi kejang. 13
3. Kesalahan (pelaksanaan) program (programmatic errors).
Gejala KIPI timbul sebagai akibat kesalahan pada teknik pembuatan dan pengadaan vaksin
atau teknik cara pemberian. Contoh: terjadi indurasi pada bekas suntikan disebabkan
vaksin yang seharusnya diberikan secara intramuskular diberikan secara subkutan. 13
4. Koinsidensi (coincidental).
KIPI terjadi bersamaan dengan gejala penyakit lain yang sedang diderita. Contoh: Bayi
yang menderita penyakit jantung bawaan mendadak sianosis setelah diimunisasi.

Tabel 5.Gejalaklinis KIPI13

Klasifikasi Gejala
 Abses pada tempat suntikan
ReaksiLokal  Limfadenitis
 Reaksi lokal lain yang berat, misalnya
selulitis, BCG-itis
 Kelumpuhan akut
19
Reaksi SSP  Ensefalopati
 Ensefalitis
 Meningitis
 Kejang
 Reaksi alergi: urtikaria, dermatitis,
Reaksi Lain edem
 Reaksi anafilaksis (hipersensitivitas)
 Syok anafilaksis
 Artralgia
 Demam
 Episod hipotensif hiporesponsif
 Osteomielitis
 Menangis menjerit yang terus
menerus
 Sindrom syok toksik

20
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif mengenai tingkat
pengetahuanibuterhadappentingnyaimunisasidasarlengkap pada balita di
PuskesmasKedokanbunder.Denganrancanganpenelitiancross sectional.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Poli MTBS ( MenejemenTerpaduBalitaSakit )
Puskesmas Kedokanbunder pada bulan November tahun 2019.

3.3. Populasi dan Sampel


 Populasi target : semua ibu yang memiliki anak balita
 Populasi terjangkau : semua ibu yang memiliki anak balita yang datangkepoli
MTBS PuskesmasKedokanbunder
 Sampel : semua populasi terjangkau yang berada di lokasipenelitian
pada saat pengambilan data.

3.4 Kriteria Penelitian

21
3.4.1 Kriteria inklusi
 Ibu yang memiliki balita umur 0-5 tahun yang berkunjungkePoli MTBS
PuskesmasKedokanbunder
 Ibubersediamengisikuisioner
3.4.2 Kriteria eksklusi
 Ibu menolak mengisi kuesioner
 Pendampingpasienanakselainibu yang datangkePoli MTBS PuskesmasKedokan
Bunder

3.5 Variabel Penelitian


1. Dependen (terikat)
Variabel terikat pada penelitian ini adalah pengetahuanibu.
2. Independen
Variabel bebas pada penelitian ni adalah usia, tigkat pendidikan.

3.6 MetodePengumpulan Data


Data diperolehmelaluikuesioner. Penelitiakanmendatangitempatpenelitian dan
memberikanlembarankuesioneruntukdiisisendiri oleh
orangtuaataumelakukanwawancarajikaorangtuamemilikiketerbatasandalammengisikuesio
ner.

3.7 Batasan Operasional


Definisi operasional adalah definisi yang membatasi variabel yang akan diukur
dan memfokuskan bagaimana cara mengukurnya. Berikut ini adalah definisi operasional
yang digunakan dalam penelitian.
3.7.2 Responden
Responden adalah ibu yang memiliki balita umur 0 – 5 tahun dan datangkepoli
MTBS Puskesmas Kedokan Bunder.
3.7.3 Anak balita
Anak balita yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah anak berusia 1 sampai
dengankurang dari usia 5 tahun.

22
3.7.4 Imunisasi dasar
Yang termasuk imunisasi dasar adalah imunisasi hepatitis B, polio, BCG, DPT,
dancampak.
3.7.5 Kelengkapan imunisasi dasar
Kriteria kelengkapan imunisasi dasar ialah anak mendapatkan imunisasi dasar
secara lengkap, yaitu imunisasi hepatitis B dilakukan 3 kali, imunisasi polio dilakukan
minimal 3 kali (Polio-0 tidak dihitung), imunisasi BCG dilakukan 1 kali, imunisasi DTP
dilakukan 3 kali, dan imunisasi campak dilakukan 1 kali.

3.7.6 Pengetahuan
Pengetahuan adalah fakta atau ide yang didapat dengan proses observasi, belajar
atau penelitian. Pengetahuan responden pada penelitian ini adalah pengetahuan
pentingnyaimunisasidasarlengkap. Total skor yang didapat adalah 75, dan dilakukan
pengkategorian sebagai berikut :
a. Baik; apabila jawaban benar >80% (total skor >60)
b. Sedang; apabila jawaban benar antara 60% - 80% (total skor 45-60)
c. Kurang; apabila jawaban benar <60% (total skor <45)

3.8 Alur Penelitian

Populasi dipilih sesuai dengan random sampling

Kriteria eksklusi Kriteria inklusi

Subjek terpilih dan meminta persetujuan / informed consent untuk mengisi kuesioner

Pengambilan data dengan menggunakan


23
kuesioner tingkat pengetahuan
Analisis data dengan menggunakan
Microsoft Excel 2010

BAB IV
Penyampaian dan presentasi hasil
penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. GambaranUmumPuskesmas
4.1.1 Keadaan Geogarafi
Kecamatan Kedokan Bunder adalah salah satu Kecamatan dalam wilayah kabupaten
Indramayu yang berjarak ± 30 Km dari pusat Pemerintahan Kabupaten Indramayu, dan
merupakan Daerah /wilayah yang berada di bagian timur Kabupaten Indramayu dan
merupakan hasil pemekaran dari Kecamatan Karangampel, membawahi 7 ( Tujuh ) Desa,
34 Rukun Warga (RW) dan 130 Rukun Tetangga (RT) dengan batas-batas wilayah sebagai
berikut :
 Sebelah Utara : Kecamatan Karangampel
 Sebelah Timur : Kecamatan Krangkeng
 Sebelah Selatan : Kecamatan Gegesik – Kab Cirebon
 Sebelah Barat : Kecamaatan Kertasmaya

Tabel 5. Luas wilayah Kecamatan 2.900,741 Ha tersebut yang terdiri dari :

Pemukiman 488,613 Ha

Perkebunan 130,404 Ha

Sawah Tadah Hujan 207,890 Ha

Tambak 15,000 Ha

Tanah Kosong 1,457 Ha

Sawah Irigasi 2,014 Ha

Tanah Kuburan 43,372 Ha

Jumlah 2,900,741 Ha

Jumlah penduduk pada Kecamatan Kedokan Bunder adalah sebanyak 70.110 dengan komposisi
pria sebanyak 34.987 dan perempuan 35.123.
24
Gambar 2. Kecamatan Kedokan Bunder

4.2 Karakteristik Sampel


Berdasarkan pengambilan data kuesioner diperoleh gambaran karakteristik sampel
penelitian. Jumlah responden sebanyak 36 orang. Responden adalah ibu-ibu yang memiliki
balita berusia 0-5 tahun memilki usia 16 tahun terendah dan tertinggi 46 tahun.Tingkat
pendidikan responden sebanyak 36,1% hanya menamatkan sekolah SD. Dari
aspekpekerjaan, sebanyak 66,7% respondenmerupakaniburumahtangga.

25
Tabel 6. menggambarkan distribusi usia responden, pekerjaan dan tingkat
pendidikan ibu di wilayah kerja Puksesmas Kedokan Bunder.

Karakteristik Frekuensi %

UsiaIbu <20 tahun 5 13,9

20-25 tahun 9 25,0

26-30 tahun 6 16,7

31-35 tahun 12 33,3

36-40 tahun 3 8,3

>40 tahun 1 2,8

PendidikanIbu Tidakpernahsekolah 2 5,6

Tidaktamat SD 5 13,9
Tamat SD 13 36,1

Tamat SMP 9 25,0

Tamat SMA 7 19,4

TamatPerguruan Tinggi 0 0,0

PekerjaanIbu Iburumahtangga 24 66,7

Karyawan 0 0,0
Guru 0 0,0

Wiraswasta 8 22,2

Lain – lain 4 11,1

4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengisian kuesioner diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 7.Gambaran Tingkat Pengetahuan Responden


Tingkat Pengetahuan Ibu Frekuensi Persen (%)
Baik 8 22,2
Cukup 13 36,2

26
Kurang 15 41,6
Total 36 100

Tabel 7. menggambarkan tingkat pengetahuan ibu yang berkunjung ke Puskesmas


Kedokanbunder tentangimunisasidasar. Mayoritas tingkat pengetahuan
ibumasihkurangterhadappentingnyaimunisasidasar, yaitusebanyak 15 responden (41,6%).
Tingkat pengetahuan yang kurang dapat diakibatkan oleh berbagai faktor diantaranya
tingkat pendidikan dan usia responden. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin
tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi.
Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi,
baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk
semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat
erat kaitannya dengan pendidikan seseorang dengan pendidikan formalnya yang tinggi,
biasanya akan mempunyai tingkat pengetahuan yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan
seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah. Namun perlu ditekankan bahwa
seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula.

Tabel 8.Distribusi Tingkat Pengetahuan Respondenberdasarkan Pendidikan


Pengetahuan
Pendidikan Ibu Frekuensi Kurang % cukup % baik %
Tidakpernahsekolah 2 2 100% 0 0% 0 0%
Tidaktamat SD 5 3 60% 1 20% 1 20%
Tamat SD 13 8 61% 4 31% 1 8%
Tamat SMP 9 2 23% 5 55% 2 22%
Tamat SMA 7 0 0% 3 43% 4 57%
36 15 41,6% 13 36,2% 8 22,2%

Tingkat pendidikanberpengaruhterhadaptingkatpengetahuanresponden. Menurut Bambang


dalampenelitiannya, diamenyatkanseseorangdengantingkatpendidikan yang
lebihtinggibiasanyaakanmempunyaitingkatpengetahuan yang
lebihtinggidibandingkandenganseseorangdengantingkatpendidikan yang lebihrendah.

27
Tabel9.Distribusi Tingkat Pengetahuan RespondenberdasarkanUsia
Pengetahuan
UsiaIbu Jumlah (n) kurang % cukup % Baik %
<20 tahun 5 4 80% 1 20% 0 0%
20 – 25 tahun 9 6 67% 0 0% 3 33%
26 – 30 tahun 6 2 33% 3 50% 1 17%
31 – 35 tahun 12 2 17% 7 58% 3 25%
36 – 40 tahun 3 1 33,3% 1 33,3% 1 33,3%
>40 tahun 1 0 0% 1 100% 0 0%
Total 36 15 41,6% 13 36,2% 8 22,2%

28
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan
1. Distribusi umur sampel terbanyak yaitu kelompok umur 31 – 35 tahunsebanyak
33,3 %.
2. Distribusi pendidikan sampel sebanyak 36,1% hanya menamatkan sekolah SD.
3. Distribusi pekerjaan 66,7 %sampel sebagai ibu rumah tangga
4. Hasil penelitian kuesioner
Tingkat Pengetahuan : Baik 8 responden(22,2%), cukup 13 responden(36,2%),
kurang 15 responden (41,6%)

5.2 Saran
1. Penelitian ini sebaiknya dilakukan di tempat yang lebih kondusif dan nyaman. Dan
dilakukan pada ibu yang anaknya tidak sedang sakit parah. Agar ibu dapat menjawab
pertanyaan dengan lebih santai dan tidak terburu-buru.
2. Sebaiknya peneliti yang ingin melakukan penelitian seperti ini memiliki kemampuan
lebih dalam komunikasi. Agar lebih mudah menyampaikan maksud dan tujuan dari
pertanyaan-pertanyaan kuisioner. Dan ibu juga lebih mudah dalam memahami
pertanyaan yang diajukan peneliti.

3. Sebaiknya penelitian ini dilakukan dalam waktu yang lebih lama, agar mendapatkan
hasil yang lebih maksimal. Sampel yang dapat diambil akan lebih banyak dan lebih
menggambarkan daerah yang sedang diteliti.

4. Setelah melakukan penelitian ini dan didapatkan hasil tingkat


pengetahuanterhadappentingnyaimunisasidasarlengkap. Maka peneliti menyarankan
29
kepada pihak terkait terutama Puskesmas untuk melakukan penyuluhan
mengenaiimunisasidasar.

DAFTAR PUSTAKA

1. KementrianKesehatan. Imunisasi.2013.Diambil pada tanggal 05 Desember 2019


dari :https://www.depkes.go.id/article/view/18043000011/berikan-anak-imunisasi-rutin-
lengkap-ini-rinciannya.html.
2. Dilyana TA, Nurmala I. HubunganPengetahuan, Sikap, dan PersepsiIbuDengan Status
Imunisasi Dasar Wonokusumo. JurnalPromkes. Vol. 7 No. 1 (2019) 68–78. doi:
10.20473/jpk.V7.I1.2019.68–78.
3. Nelson. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: EGC, 2003.
4. Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. 2014. Situasi Imunisasi di
Indonesia. Jakarta.
5. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2017.Beberapa Hal Yang
PerluDiketahuiTentangImunisasi. Jakarta.
6. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2017.JadwalImunisasi. Jakarta.
7. Prihanti GS, Rahayu MP, Abdullah MN. Faktor-faktor Yang
MempengaruhiKelengkapanImunisasi Dasar di Puskesmas X Kota Kediri. Volume 12.
2016.
8. Forshaw J , Gerver SM , Gill M , Cooper E , Manikam L.The global effect of maternal
education on complete childhood vaccination: a systematic review and meta-
analysis.Forshaw et al. BMC Infectious Diseases (2017) 17:801 DOI10.1186/s12879-
017-2890-y.
9. Rahmawati AI , Umbul C. Faktor Yang MempengaruhiKelengkapanImunisasi Dasar di
KelurahanKrembangan Utara.JurnalBerkalaEpidemiologi, Volume 2 Nomor 1, Januari
2014, hlm. 59-70.
10. World Health Organization Geneva. Behavioral Factors In Immunization.
https://www.who.int/mental_health/media/en/28.pdf?ua=1
11. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan. 2014. Buku Ajar Imunisasi. Jakarta.
12. Menteri KesehatanRepublik Indonesia. 2005. PedomanPemantauan
danPenanggulanganKejadianIkutanPascaImunisasi. Jakarta: Depkes RI.

30
LAMPIRAN 1

KuisionerPenelitian

Data responden
Nama responden (Orangtua) :
Umur :
Nama anak : Usia anak:
Alamat lengkap :
No. Telp/HP :
Pekerjaanibu :
Pendidikan terakhiribu :

1. Menurut Anda, apakah yang dimaksud dengan imunisasi?


a. Upaya pencegahan terhadap penyakit infeksi (5)
b. Upaya pengobatan terhadap penyakit infeksi (1)
c. Upaya meningkatkan berat badan anak (3)
d. Upaya peningkatan gizi anak (1)
e. Tidak tahu (1)

2. Penyakit apa yang bisa dicegah dengan imunisasi?


a. Diare (3)
b. Demam Berdarah (1)
c. Campak (5)
d. Infeksi telinga (3)
e. Tidak tahu (1)
3. Apa manfaat imunisasi?
a. Supaya anak tidak terjangkit penyakit infeksi (5)
b. Untuk meningkatkan kepintaran anak (1)
31
c. Agar anak tidak rewel (1)
d. Agar nafsu makan anak bertambah (1)
e. Tidak tahu (1)
4. Berikut ini yang termasuk cara pemberian imunisasi?
a. Diteteskan ke mata (1)
b. Diteteskan ke telinga (1)
c. Disuntikan di betis (1)
d. Disuntikan di paha (5)
e. Tidak tahu (1)
5. Kapan seharusnya anak anda pertama kali diimunisasi?
a. Usia sekolah (1)
b. Usia 2 tahun (1)
c. Usia 1 tahun (1)
d. Sejak lahir (5)
e. Tidak tahu (1)
6. Kapan imunisasi pada anak harus ditunda?
a. Anak sedang demam tinggi (5)
b. Anak masih mengkonsumsi ASI (1)
c. Anak sehat (1)
d. Anak banyak makan (1)
e. Tidak tahu (1)

32
7. Bagaimana cara kerja imunisasi?
a. Meningkatkan daya tahan tubuh (5)
b. Meningkatkan nafsu makan (1)
c. Menyembuhkan penyakit (2)
d. Membunuh kuman penyakit (1)
e. Tidak tahu (1)
8. Imunisasi apakah yang pemberiannya diteteskan ke mulut?
a. Hepatitis B (1)
b. BCG (1)
c. Polio (5)
d. DPT (1)
e. Tidak tahu (1)
9. Apakah Anda setuju jika anak anda diimunisasi?
a. Ya (5)
b. Tidak (1)
c. Ragu-ragu (3)
10. Apakah Anda setuju bahwa imunisasi itu penting untuk kesehatan anak?
a. Ya (5)
b. Tidak (1)
c. Ragu-ragu (3)

33
11. Apakah Anda setuju bahwa manfaat yang didapat dari imunisasi lebih besar daripada
kerugiannya (efek samping)?
a. Ya (5)
b. Tidak (1)
c. Ragu-ragu (3)
12. Jika Anda mendengar laporan mengenai efek samping yang terjadi setelah imunisasi
dari orang lain, apakah Anda masih memberikan anak anda diimunisasi?
a. Ya (5)
b. Tidak (1)
c. Ragu-ragu (3)
13. Jika anak anda mengalami demam setelah imunisasi, apakah Anda masih akan
memberikan imunisasi selanjutnya kepada anak anda?
a. Ya (5)
b. Tidak (1)
c. Ragu-ragu (3)
14. Jika pelayanan kesehatan yang menyediakan layanan imunisasi
(RS/puskesmas/posyandu/praktek dokter) jauh dari rumah Anda, apakah Anda mau
mengantarkan anak anda diimunisasi?
a. Ya (5)
b. Tidak (1)
c. Ragu-ragu (3)
15. Apa yang diberikansaatimunisasi ?
a. Kuman yang dilemahkan (5)
b. Vitamin (1)
c. Antibiotik (2)
d. Obat (3)
e. Tidaktahu (1)

34
LAMPIRAN 2
Dokumentasi

35
BERITA ACARA PRESENTASI MINI PROJECT

Pada hari ini tanggal 10 Januari 2020 telah dipresentasikan Mini Project oleh:

Nama Peserta : Putri Fatwa Nabilla Yamin, dr.

Denganjudul/topik : Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu terhadap Pentingnya Imunisasi


Dasar Pada Balita di Puskesmas Kedokanbunder Bulan November 2019

Nama Pendamping : Budi Prasetyo, dr.

Nama Wahana : Puskesmas Kedokanbunder

No Nama PesertaPresentasi No TandaTangan


1 Ririn Oktaviani, dr. 1
2 Anggie Widia Nanda Dea, dr. 2
3 Fitriana Dyah Lestari, dr. 3
4 Dinar Yudistira Firdaus, dr. 4
5 Risa, dr. 5
6 NilaMeilani, dr. 6

Berita acara iniditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya

Penda

drBudi Prasetyo

36

Anda mungkin juga menyukai