Anda di halaman 1dari 5

Tinjauan pustaka penyakit akibat kerja

Menurut International Labour Organization (ILO) tahun 1998, penyakit akibat kerja
adalah penyakit yang mempunyai penyebab yang spesifik atau asosiasi kuat dengan pekerjaan,
yang pada umumnya terdiri dari satu agen penyebab yang sudah diakui.

Sedangkan istilah penyakit yang timbul karena hubungan kerja adalah istilah yang
digunakan erat kaitannya dengan kompensasi (ganti rugi) kecelakaan kerja seperti halnya
digunakan pada keputusan presiden nomor 22 tahun 1993 tentang penyakit yang timbul
karena hubungan kerja. Istilah ini sama pengertiannya dengan PAK yaitu disebabkan oleh
pekerjaan atau lingkungan kerja.

Penyakit akibat kerja disebabkan oleh Karena paparan bahan kimia, dan biologi serta
fiaika di tempat kerja. Meskipun angka kejadiannya tampak lebih kecil dibandingkan penyakit
utama penyebab cacat lain, terdapat bukti bahw penyakit ini mengenai cukup banyak orang,
khususnya di nergara-negara yang giat mengembangkan industri. Berbagai kelainan dan penyakit
dapat timbul dan mengenai berbagai organ tubuh, seperti kelainan kulit, kelainan gastrointestinal
kelainan mata serta penyakit dan kelainan saluran pernafasan.Kelainan yang terjadi
bervariasi,mulai dari yang ringan sampai kerusakan berat sehingga menimbulkan kecacatan pada
penderitanya.

Penyakit Yang Timbul Karena Hubungan


Penyakit Akibat Kerja
Kerja
Terjadi hanya diantara populasi Terjadi pula pada populasi penduduk
Sebabnya spesifik Sebabnya multifaktor
Dapat kompensasi Tidak dapat kompensasi

Beberapa faktor penyebab penyakit akibat kerja, antara lain:

1. Faktor fisik
 Suara bising mengakibatkan ketulian
 Radiasi sinar rontgen atau sinar radioaktif menyebabkan penyakit kelainan darah dan
kulit.
 Suhu yang terlalu tinggi menyebabkan heat stroke, heat cramps, hiperpireksia.
Sedangkan suhu yang terlalu rendah menyebabkan frosbite.
 Tekanan udara yang tinggi menyebabkan Caison Disease
 Pencahayaan yang buruk menyebabkan kelainan pada mata.
 Getaran dapat menyebabkan Raynaud’s disease.

2. Faktor kimia
 Debu dapat menyebabkan pneumoconiosis, diantaranya: silikosis, asbestosis dan lainnya.
 Uap dapat menyebabkan demam uap logam (metal fume fever), dermatosis.
 Gas dapat menyebabkan keracunan, misalkan CO, H2S, Pb dan lainnya.
 Larutan zat kimia dapat menyebabkan iritasi pada kulit
 Awan atau kabut

3. Faktor biologi
 Misalkan bibit penyakit antraks atau brusella yang menyebabkan penyakit akibat kerja
pada tenaga kerja penyamak kulit

4. Faktor fisiologi/ergonomi antara lain kesalahan konstruksi mesin, sikap badan yang tidak
benar dalam melakukan pekerjaan dan lain-lain yang dapat menimbulkan kelelelahan
fisik dan gangguan kesehatan bahkan lambat laun dapat menyebakan terjadi perubahan
fisik.

5. Faktor mental-psikologis
 Hubungan kerja atau hubungan industrial yang tidak baik dapat menyebabkan depresi
atau penyakit psikosomatis.

Penegakan diagnosis penyakit akibat kerja:

1. Tentukan klinisnya
 Anamnesis
Dalam Diagnosis anamnesis ditanyakan mengenai keluhan utama, riwayat penyakit
sekarang dan terdahulu, riwayat sosial yang terdiri dari riwayat pekerjaan, riwayat
keluarga, dan diakhiri dengan anamnesa tinjauan sistem organ tubuh.
 Pemeriksaan klinis
Dengan tujuan untuk menemukan tanda yang sesuai untuk suatu sindrom, yang khas
untuk suatu penyakit akibat kerja.
 Pemeriksaan laboratorium
Dimaksudkan untuk mencocokkan benar tidaknya penyebab penyakit akibat kerja yang
bersangkutan ada dalam tubuh tenaga kerja.

Diagnosis klinis harus dapat ditegakkan terlebih dahulu, dengan memanfaatkan fasilitas-
fasilitas penunjang yang ada, seperti umumnya dilakukan untuk mendiagnosis suatu
penyakit. Setelah diagnosis klinik ditegakkan baru dapat dipikirkan lebih lanjut apakah
penyakit tersebut berhubungan dengan pekerjaan atau tidak.

2. Tentukan pajanan dilingkungan kerja


Pengetahuan mengenai pajanan yang dialami oleh seorang tenaga kerja adalah esensial
untuk dapat menghubungkan suatu penyakit dengan pekerjaannya. Untuk ini perlu
dilakukan anamnesis mengenai riwayat pekerjaannya secara cermat dan teliti, yang
mencakup:
 Penjelasan mengenai semua pekerjaan yang telah dilakukan oleh penderita secara
khronologis
 Periode waktu melakukan masing-masing pekerjaan
 Bahan yang diproduksi
 Materi (bahan baku) yang digunakan
 Cara bekerja
 Pemakaian alat perlindungan diri (masker)
 Pola waktu terjadinya gejala
 Informasi mengenai tenaga kerja lain (apakah ada yang mengalami gejala serupa)
 Informasi tertulis yang ada mengenai bahan-bahan yang digunakan (MSDS, label,
dan sebagainya)

3.Menentukan hubungan antara pajanan dengan diagnosa klinis


Melakukan identifikasi paparan faktor bahaya apa saja yang berhubungan dengan penyakit
yang dialami berdasarkan hasil penelitian epidemiologi (evidence based).

4. Tentukan apakah jumlah pajanan yang dialami cukup untuk menimbulkan penyakit.
Besarnya paparan dapat dinilai secara kualitatif yaitu dengan menanyakan cara kerja , proses
kerja dan bagaimana lingkungan kerja. Penilaian secara kuantitatif dengan menggunakan data
pengukuran lingkungan kerja

5. Tentukan apakah ada faktor-faktor individu yang berperan


Faktor individu yang berperan adalah riwayat atopi atau alergi, riwayat dalam keluarga,
hygiene perusahaan,dll.

6. Menentukan apakah ada faktor lain diluar pekerjaan


Faktor lain diluar pekerjaan adalah paparan lain yang juga dapat menyebabkan penyakit
yang sama, namun bukan merupakan faktor pekerjaan, misalnya rokok, paparan yang dialami
di rumah, dll.

7. Menentukan diagnose penyakit akibat kerja


Diagnosis penyakit akibat kerja dapat dibuat apabila ada hubungan sebab akibat antara
paparan yang dialami dengan penyakit dan faktor pekerjaan merupakan faktor yang bermakna
terhadap terjadinya penyakit dan tidak dapat diabaikan, meskipn ada faktor individu atau
faktor lain yang ikut berperan terhadap timbulnya penyakit.
Hasil pengamatan

10 Penyakit Akibat Kerja

Menurut International Labor Organization (ILO) tahun 1998, penyakit akibat kerja
adalah penyakit yang mempunyai penyebab yang spesifik atau asosiasi kuat dengan pekerjaan,
yang pada umumnya terdiri dari satu agen penyebab yang sudah diakui.

Pada pabrik yang telah dikunjungi didapatkan beberapa jenis penyakit yang biasa terjadi di PT.
Martina Berto, Tbk ,yaitu ISPA, penyakit kulit, gastritis, dyslipidemia, diabetes militus low back
pain dll.

Untuk jumlah penyakit akibat kerja terbanyak yang dikeluhkan adalah ISPA dan
dermatitis, namun data ini hanya berdasarkan oleh petugas PT. Martino Berto saja. Data lebih
lanjut seperti persentase, distribusi, penyebab dan lain sebagainya belum ada. Di lain sisi,
berdasarkan data yang masuk banyak kecelakaan kerja di luar perusahaan seperti kecelakaan lalu
lintas

Anda mungkin juga menyukai