2020;8(2):203-210
Terakreditasi Nasional: SK Dirjen Penguatan Riset dan Pengembangan DOI: https://doi.org/10.35790/ecl.8.2.2020.30179
KemenRistekdikti RI No. 28/E/KPT/2019 Available from: https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/eclinic
Fraktur geriatrik
1
Program Pendidikan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado
2
Divisi Ortopaedi dan Traumatologi Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sam
Ratulangi Manado
Email: feliciarahel09@gmail.com
Abstract: Elderly have higher risk for fractures due to aging process which causes decreased
bone density and quality. Inferior trunk fractures are the most common fractures in the elderly
group, namely fractures of the hip, pelvis, lower vertebrae, and ankle. Geriatric fractures can
be caused by high and low impact mechanisms. Low impact fractures most often occur due to
osteoporosis associated with a mechanism of fall. Changes in musculoskeletal system are
decreased muscle mass as well as bone density and quality that lead to osteoporosis. The
diagnosis of fracture is based on history, physical examination, and supporting investigations.
Treatment of geriatric fractures needs to be carried out by a team of doctors consisting of
orthopedic doctors and geriatric doctors. Good communication and appropriate therapy plans
need to be prepared thoroughly to achieve proper treatment in handling geriatric patients,
therefore, the quality of life can be improved and disabilities can be prevented.
Keywords: geriatric fracture
Abstrak: Kelompok lanjut usia (lansia) memiliki risiko tinggi untuk terjadinya fraktur akibat
proses penuaan yang menyebabkan penurunan kepadatan dan kualitas tulang. Fraktur trunkus
inferior merupakan fraktur paling umum pada kelompok lansia yaitu fraktur pinggul, panggul,
vertebra bagian bawah, dan pergelangan kaki. Fraktur geriatrik dapat disebabkan oleh
mekanisme high impact maupun low impact. Fraktur low impact paling sering terjadi
disebabkan oleh karena keadaan osteoporosis disertai dengan mekanisme jatuh. Perubahan
yang dapat terjadi pada muskuloskeletal yaitu penurunan massa otot serta penurunan
kepadatan dan kualitas tulang yang menyebabkan terjadinya osteoporosis. Diagnosis fraktur
ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
Penanganan fraktur pada lansia perlu dilakukan oleh tim dokter yang terdiri dari dokter
ortopedik dan dokter geriatrik. Komunikasi yang baik dan rencana terapi yang tepat perlu
dipersiapkan agar pasien lansia dapat ditangani dengan baik sehingga dapat memperbaiki
quality of life dan mencegah disabilitas.
Kata kunci: fraktur geriatrik
203
204 e-CliniC, Volume 8, Nomor 2, Juli-Desember 2020, hlm. 203-210
melaporkan sekitar delapan juta orang yang menyebabkan tulang patah dapat
mengalami kejadian fraktur dengan jenis berupa trauma langsung dan trauma tidak
fraktur berbeda dan penyebab berbeda. langsung. Trauma langsung menyebabkan
Hasil survei tim Depkes RI mendapatkan tekanan langsung pada tulang dan terjadi
25% penderita fraktur mengalami kemati- fraktur pada daerah tekanan sedangkan
an, 45% mengalami catat fisik, 15% meng- trauma tidak langsung yaitu apabila trauma
alami stres psikologis seperti cemas atau dihantarkan ke daerah yang lebih jauh dari
bahkan depresi, dan 10% mengalami daerah fraktur. Bila keadaan fraktur disertai
kesembuhan dengan baik. World Hearth kulit dan jaringan pelindungnya masih
Oraganization (WHO) tahun 2013 menya- intact disebut dengan fraktur tertutup
takan bahwa kecelakaan lalu lintas men- sedangkan bila kulit dan jaringan sekitar-
capai 120.226 kali atau 72% dalam se nya tidak intact maka disebut dengan
tahun. Angka kejadian fraktur diprediksi fraktur terbuka dan memiliki faktor konta-
meningkat tiap tahunnya yaitu 2,1 juta pada minasi dan infeksi.1,2
tahun 2005 dan dapat meningkat hingga Semua orang memiliki faktor risiko
lebih dari 3 juta pada tahun 2025 dan usia terjadi fraktur karena trauma dapat terjadi
yang paling berisiko ialah usia lanjut.2,3 pada siapapun. Salah satu kelompok usia
Prevalensi usia lanjut lebih dari 60 yang memiliki risiko lebih tinggi terjadinya
tahun meningkat lebih cepat dibandingkan fraktur ialah kelompok lanjut usia/lansia/
populasi kelompok usia lainnya karena geriatric dan fraktur yang dialami disebut
peningkatan angka harapan hidup dan fraktur geriatrik (geriatric fracture). Kea-
penurunan angka kelahiran. Data demografi daan tersebut terjadi oleh karena beberapa
dunia menunjukkan peningkatan populasi keadaan pada lanjut usia dan perubahan
usia lanjut 60 tahun atau lebih meningkat fisiologik yang terjadi yang menyebabkan
tiga kali lipat dalam waktu 50 tahun; dari risiko terjadinya fraktur lebih tinggi.3
600 juta pada tahun 2000 menjadi lebih Terjadinya peningkatan pesat dari po-
dari 2 miliar pada tahun 2050. Hal ini pulasi usia lanjut 60 tahun atau lebih
menyebabkan populasi usia lanjut lebih mendorong penulis untuk membahas masa-
atau sama dengan 80 tahun meningkat lah kesehatan yang berkaitan dengan geria-
terutama di negara maju. Jumlah penduduk tri, yaitu fraktur geriatrik yang memerlu-
usia lanjut di Indonesia mencapai peringkat kan persiapan dan penanganan lebih kom-
lima besar terbanyak di dunia, yakni 18,1 pleks dibandingkan dengan usia yang lebih
juta pada tahun 2010 dan akan meningkat muda.
dua kali lipat menjadi 36 juta pada tahun
2025. Angka harapan hidup penduduk Definisi fraktur
Indonesia mencapai 67,8 tahun pada tahun Fraktur adalah hilangnya kontinuitas
2000-2005 dan menjadi 73,6 tahun pada tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan
tahun 2020-2025. Proporsi usia lanjut epifisis, baik yang bersifat total maupun
meningkat 6% pada tahun 1950-1990 dan parsial. Keadaan ini akan mengganggu
menjadi 8% saat ini. Proporsi tersebut fungsi dari organ tulang sebagai penyang-
diperkirakan naik menjadi 13% pada tahun gah tubuh dan dapat menyebabkan terja-
2025 dan menjadi 25% pada tahun 2050. dinya disabilitas.1
Pada tahun 2050 seperempat penduduk Berdasarkan Permenkes nomor 79
Indonesia merupakan penduduk usia lanjut, tahun 2014, geriatri adalah cabang disiplin
dibandingkan seperduabelas penduduk ilmu kedokteran yang mempelajari aspek
Indonesia saat ini.4 kesehatan dan kedokteran pada warna
Fraktur atau dikenal juga dengan patah Lanjut Usia (60 tahun ke atas) termasuk
tulang merupakan keadaan dimana terpu- pelayanan kesehatan kepada Lanjut Usia
tusnya kontinuitas tulang dan/atau tulang dengan mengkaji semua aspek kesehatan
rawan yang umumnya disebabkan oleh berupa promosi, pencegahan, diagnosis,
karena tekanan yang berlebihan. Trauma pengobatan, dan rehabilitasi.5
Kepel, Lengkong: Fraktur geriatrik 205
tur geriatrik. Diabetes melitus dan hiper- Proses menua juga mengakibatkan
tensi dapat berperan dalam terjadinya perubahan kontrol postural yang berperan
fraktur tulang belakang atau panggul. penting pada mekanisme kejadian jatuh.
Terdapat berbagai penelitian yang menun- Perubahan komponen dari kapabilitas
jukkan bahwa diabetes melitus dapat biomekanik meliputi latensi mioelektrik,
meningkatkan risiko terjadinya fraktur jenis waktu untuk bereaksi, proprioseptif, ling-
apapun. Hipertensi pun berperan dalam kup gerak sendi, dan kekuatan otot. Selain
penurunan densitas mineral tulang (Bone itu, terdapat pula perubahan pada postur
Mineral Density; BMD) melalui meka- tubuh, gaya berjalan, ayunan postural,
nisme penurunan pasokan darah ke tulang sistem sensorik, dan mobilitas fungsional.
atau dapat pula disebabkan oleh efek obat Usia yang lanjut dikaitkan dengan input
antihipertensi yang dikonsumsi pasien. proprioseptif yang berkurang, proses dege-
Setiap kondisi yang membutuhkan penggu- neratif pada vestibuler, refleks posisi yang
naan glukokortikoid kronis, seperti inflame- melambat, dan melemahnya kekuatan otot
matory bowel disease, penyakit paru yang penting dalam menjaga postur.
obstruktif kronis (PPOK), dan artritis Kelemahan otot dan ketidakstabilan atau
rheumatoid dapat menurunkan BMD, nyeri sendi dapat menjadi sumber gang-
demikian pula dengan penggunaan anti- guan postural selama gerakan volunter.
koagulan oral. Pasien yang menjalani Semua perubahan tersebut dapat berperan
dialisis juga mengalami peningkatan risiko untuk terjadinya jatuh yang menjadi
terjadinya fraktur. Gangguan gait, keseim- penyebab fraktur geriatrik.14
bangan, dan postural, serta gangguan peng-
lihatan juga meningkatkan risiko jatuh dan Diagnosis
risiko mengalami fraktur. Anemia merupa- Diagnosis suatu fraktur geriatrik dite-
kan salah satu faktor risiko terjadinya gakkan berdasarkan anamnesis, pemerik-
osteoporosis yang meningkatkan risiko saan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
fraktur. Beberapa mekanisme dampak ane- Pada anamnesis pasien dengan fraktur,
mia yaitu dengan menurunkan sintesis keluhan utama yang biasanya didapatkan
kolagen, munculnya faktor acidosis- ialah nyeri dan ketidakmampuan menggu-
induced transcription yang menyebabkan nakan anggota gerak tubuhnya disertai
maturasi dari osteoklas dan meningkatkan riwayat trauma. Baik trauma langsung
penghancuran tulang, serta meningkatkan maupun trauma tidak langsung, keduanya
kadar eritropoietin. Selain itu, kalium pun dapat menyebabkan fraktur. Nyeri yang
berperan penting dalam metabolisme tulang dirasakan pasien biasanya terlokalisir dan
yaitu dalam keseimbangan asam-basa. Bila nyeri akan bertambah bila bagian tubuh
terjadi asidosis sistemik, hal ini dapat tersebut digerakkan. Selain nyeri, didapat-
meninduksi aktivasi osteoklas.11-13 kan juga keluhan penyerta lain seperti
pembengkakan, gangguan fungsi anggota
Patogenesis gerak, deformitas, kelainan gerak, krepitasi
Pada lansia terjadi penurunan fisio- dan gejala lainnya.1,9
logik berbagai organ, salah satunya ialah Pada pemeriksaan fisik, perlu diper-
sistem muskuloskeletal, yaitu penurunan hatikan beberapa keadaan bahaya yang
massa otot serta penurunan kepadatan dan harus segera ditangani sebelum melakukan
kualitas tulang yang menyebabkan terjadi- pemeriksaan status lokalis, yaitu adanya
nya osteoporosis. Pada osteoporosis terjadi syok, anemia atau perdarahan, kerusakan
penurunan massa tulang secara keseluruhan organ-organ lain, misalnya otak, sumsum
akibat ketidakmampuan tubuh dalam men- tulang belakang atau organ-organ dalam
gatur kandungan mineral dalam tulang rongga toraks, panggul, dan abdomen, serta
disertai rusaknya arsitektur tulang yang terdapat faktor predisposisi lainnya seperti
berakibat penurunan kekuatan tulang fraktur patologik. Pemeriksaan awal dilaku-
sehingga berisiko mudah terjadi fraktur.9 kan untuk menyingkirkan keadaan-keadaan
Kepel, Lengkong: Fraktur geriatrik 207
dinilai secara tepat dan efisien yang dan mencegah komplikasi seperti keka-
meliputi airway, breathing, circulation, kuan, deformitas, serta perubahan osteo-
disability, dan exposure. Penanganan artritis di kemudian hari. Retention meliputi
pasien harus terdiri atas evaluasi awal yang imobilisasi fraktur dan rehabilitation untuk
cepat serta resusitasi fungsi vital, penangan mengembalikan aktifitas fungsional semak-
trauma dan identifikasi keadaan yang dapat simal mungkin.16-18
menyebabkan kematian. Penilaian klinis Penatalaksanaan fraktur meliputi repo-
dilakukan sebelum menilai fraktur itu sen- sisi dan imobilisasi fraktur dengan splint.
diri, apakah luka itu luka tembus tulang, Status neurologik dan vaskuler di bagian
adanya trauma pembuluh darah/saraf atau distal harus diperiksa baik sebelum maupun
adanya trauma alat-alat dalam yang lain. sesudah reposisi dan imobilisasi. Pasien
Pemberian medikamentosa untuk tatalak- dengan trauma multipel sebaiknya dilaku-
sana nyeri ialah parasetamol 500mg hingga kan stabilisasi awal fraktur tulang panjang
dosis maksimal 3000mg per hari. Bila setelah hemodinamis pasien stabil sedang-
respon tidak adekuat dapat ditambahkan kan penatalaksanaan definitif fraktur adalah
dengan kodein 10mg. Langkah selanjutnya dengan menggunakan gips atau dilakukan
ialah dengan menggunakan NSAID seperti operasi dengan open reduction internal
ibuprofen 400mg, 3 kali sehari. Pada fixation (ORIF) maupun open reduction
keadaan nyeri berat (terutama bila terdapat and external fixation (OREF).16-18
osteoporosis), kalsitonin 50-100 IU dapat Reposisi bertujuan untuk mengem-
diberikan subkutan malam hari. Golongan balikan fragmen ke posisi anatomi. Teknik
narkotik hendaknya dihindari karena dapat reposisi terdiri dari reposisi tertutup dan
menyebabkan delirium. Penurunan risiko terbuka. Reposisi tertutup dapat dilakukan
infeksi dengan pemberian antibiotik peri- dengan fiksasi eksterna atau traksi kulit dan
operatif. Untuk mencegah tromboemboli, skeletal sedangkan reposisi terbuka dilaku-
pasien perlu mendapat antikoagulan selama kan pada pasien yang telah mengalami
masa perioperatif dan dapat diberikan low gagal reposisi tertutup, fragmen bergeser,
molecular weight heparin (LMWH) tanpa mobilisasi dini, fraktur multipel, dan
pengontrolan aPTT terlebih dahulu. Sebe- fraktur patologik. Imobilisasi/fiksasi bertu-
lum operasi, antikoagulan perlu dihentikan juan untuk mempertahankan posisi fragmen
dahulu agar perdarahan luka operasi pasca reposisi sampai terjadi union.
terkendali. Setelah operasi, antikoagulan Indikasi dilakukannya fiksasi yaitu pada
dapat diberikan hingga 2-4 minggu atau pemendekan (shortening), fraktur unstable,
bila pasien sudah dapat mobilisasi.16-18 serta kerusakan hebat pada kulit dan
Sebelum mengambil keputusan untuk jaringan sekitar. Terdapat berbagai jenis
melakukan pengobatan definitif, prinsip fiksasi yang dapat dilakukan dan pemilihan
pengobatan menggunakan empat (4R), fiksasi yang dapat diberikan harus diper-
yaitu: recognition, reduction, retention, dan timbangkan pada berbagai keadaan.16-18
rehabilitation. Recognition meliputi diag-
nosis dan penilaian fraktur dengan anam- Komplikasi
nesis, pemeriksaan klinik, dan radiologik. Pasien lansia sering mengalami kom-
Pada awal pengobatan perlu diperhatikan plikasi perioperatif seperti deep vein throm-
lokalisasi fraktur, bentuk fraktur, menen- boembolism (DVT), hipoksia, delirium, ane-
tukan teknik yang sesuai untuk pengobatan, mia yang membutuhkan transfusi, gagal
dan komplikasi yang mungkin terjadi jantung kongestif, gangguan ginjal akut,
selama dan sesudah pengobatan. Reduction dan infark miokard. Komplikasi pasca ope-
fraktur bila perlu, restorasi fragmen fraktur rasi yang paling umum ialah pneumonia,
dilakukan untuk mendapatkan posisi yang gangguan ginjal akut, dan ulkus dekubitus.10
dapat diterima. Pada fraktur intra-artikuler
diperlukan reduksi anatomis dan sedapat Prognosis
mungkin mengembalikan fungsi normal Risiko komplikasi pasca operasi, nyeri,
Kepel, Lengkong: Fraktur geriatrik 209