Anda di halaman 1dari 8

eISSN 2337-5949 e-CliniC.

2020;8(2):203-210
Terakreditasi Nasional: SK Dirjen Penguatan Riset dan Pengembangan DOI: https://doi.org/10.35790/ecl.8.2.2020.30179
KemenRistekdikti RI No. 28/E/KPT/2019 Available from: https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/eclinic

Fraktur geriatrik

Felicia R. Kepel,1 Andriessanto C. Lengkong2

1
Program Pendidikan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado
2
Divisi Ortopaedi dan Traumatologi Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sam
Ratulangi Manado
Email: feliciarahel09@gmail.com

Abstract: Elderly have higher risk for fractures due to aging process which causes decreased
bone density and quality. Inferior trunk fractures are the most common fractures in the elderly
group, namely fractures of the hip, pelvis, lower vertebrae, and ankle. Geriatric fractures can
be caused by high and low impact mechanisms. Low impact fractures most often occur due to
osteoporosis associated with a mechanism of fall. Changes in musculoskeletal system are
decreased muscle mass as well as bone density and quality that lead to osteoporosis. The
diagnosis of fracture is based on history, physical examination, and supporting investigations.
Treatment of geriatric fractures needs to be carried out by a team of doctors consisting of
orthopedic doctors and geriatric doctors. Good communication and appropriate therapy plans
need to be prepared thoroughly to achieve proper treatment in handling geriatric patients,
therefore, the quality of life can be improved and disabilities can be prevented.
Keywords: geriatric fracture

Abstrak: Kelompok lanjut usia (lansia) memiliki risiko tinggi untuk terjadinya fraktur akibat
proses penuaan yang menyebabkan penurunan kepadatan dan kualitas tulang. Fraktur trunkus
inferior merupakan fraktur paling umum pada kelompok lansia yaitu fraktur pinggul, panggul,
vertebra bagian bawah, dan pergelangan kaki. Fraktur geriatrik dapat disebabkan oleh
mekanisme high impact maupun low impact. Fraktur low impact paling sering terjadi
disebabkan oleh karena keadaan osteoporosis disertai dengan mekanisme jatuh. Perubahan
yang dapat terjadi pada muskuloskeletal yaitu penurunan massa otot serta penurunan
kepadatan dan kualitas tulang yang menyebabkan terjadinya osteoporosis. Diagnosis fraktur
ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
Penanganan fraktur pada lansia perlu dilakukan oleh tim dokter yang terdiri dari dokter
ortopedik dan dokter geriatrik. Komunikasi yang baik dan rencana terapi yang tepat perlu
dipersiapkan agar pasien lansia dapat ditangani dengan baik sehingga dapat memperbaiki
quality of life dan mencegah disabilitas.
Kata kunci: fraktur geriatrik

Pendahuluan ga tulang terpecah-belah yang menye-


Penyakit muskuloskeletal merupakan babkan terdapatnya fragmen tulang yang
salah satu masalah yang sering ditemui mengalami displaced.1
diberbagai pusat kesehatan diseluruh dunia. Semua orang rentan untuk mengalami
Salah satu masalah muskuloskeletal pada fraktur; satu diantara dua perempuan dan1
tulang yang dapat menimbulkan disabilitas di antara 5 laki-laki berusia di atas 50 tahun
ialah fraktur yaitu terputusnya kontinuitas pernah mengalami fraktur. Di Indonesia
struktur dari tulang. Keadaan tersebut dapat angka kejadian fraktur cukup tinggi.
terjadi dalam bentuk retakan, bahkan hing- Departemen Kesehatan RI tahun 2013

203
204 e-CliniC, Volume 8, Nomor 2, Juli-Desember 2020, hlm. 203-210

melaporkan sekitar delapan juta orang yang menyebabkan tulang patah dapat
mengalami kejadian fraktur dengan jenis berupa trauma langsung dan trauma tidak
fraktur berbeda dan penyebab berbeda. langsung. Trauma langsung menyebabkan
Hasil survei tim Depkes RI mendapatkan tekanan langsung pada tulang dan terjadi
25% penderita fraktur mengalami kemati- fraktur pada daerah tekanan sedangkan
an, 45% mengalami catat fisik, 15% meng- trauma tidak langsung yaitu apabila trauma
alami stres psikologis seperti cemas atau dihantarkan ke daerah yang lebih jauh dari
bahkan depresi, dan 10% mengalami daerah fraktur. Bila keadaan fraktur disertai
kesembuhan dengan baik. World Hearth kulit dan jaringan pelindungnya masih
Oraganization (WHO) tahun 2013 menya- intact disebut dengan fraktur tertutup
takan bahwa kecelakaan lalu lintas men- sedangkan bila kulit dan jaringan sekitar-
capai 120.226 kali atau 72% dalam se nya tidak intact maka disebut dengan
tahun. Angka kejadian fraktur diprediksi fraktur terbuka dan memiliki faktor konta-
meningkat tiap tahunnya yaitu 2,1 juta pada minasi dan infeksi.1,2
tahun 2005 dan dapat meningkat hingga Semua orang memiliki faktor risiko
lebih dari 3 juta pada tahun 2025 dan usia terjadi fraktur karena trauma dapat terjadi
yang paling berisiko ialah usia lanjut.2,3 pada siapapun. Salah satu kelompok usia
Prevalensi usia lanjut lebih dari 60 yang memiliki risiko lebih tinggi terjadinya
tahun meningkat lebih cepat dibandingkan fraktur ialah kelompok lanjut usia/lansia/
populasi kelompok usia lainnya karena geriatric dan fraktur yang dialami disebut
peningkatan angka harapan hidup dan fraktur geriatrik (geriatric fracture). Kea-
penurunan angka kelahiran. Data demografi daan tersebut terjadi oleh karena beberapa
dunia menunjukkan peningkatan populasi keadaan pada lanjut usia dan perubahan
usia lanjut 60 tahun atau lebih meningkat fisiologik yang terjadi yang menyebabkan
tiga kali lipat dalam waktu 50 tahun; dari risiko terjadinya fraktur lebih tinggi.3
600 juta pada tahun 2000 menjadi lebih Terjadinya peningkatan pesat dari po-
dari 2 miliar pada tahun 2050. Hal ini pulasi usia lanjut 60 tahun atau lebih
menyebabkan populasi usia lanjut lebih mendorong penulis untuk membahas masa-
atau sama dengan 80 tahun meningkat lah kesehatan yang berkaitan dengan geria-
terutama di negara maju. Jumlah penduduk tri, yaitu fraktur geriatrik yang memerlu-
usia lanjut di Indonesia mencapai peringkat kan persiapan dan penanganan lebih kom-
lima besar terbanyak di dunia, yakni 18,1 pleks dibandingkan dengan usia yang lebih
juta pada tahun 2010 dan akan meningkat muda.
dua kali lipat menjadi 36 juta pada tahun
2025. Angka harapan hidup penduduk Definisi fraktur
Indonesia mencapai 67,8 tahun pada tahun Fraktur adalah hilangnya kontinuitas
2000-2005 dan menjadi 73,6 tahun pada tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan
tahun 2020-2025. Proporsi usia lanjut epifisis, baik yang bersifat total maupun
meningkat 6% pada tahun 1950-1990 dan parsial. Keadaan ini akan mengganggu
menjadi 8% saat ini. Proporsi tersebut fungsi dari organ tulang sebagai penyang-
diperkirakan naik menjadi 13% pada tahun gah tubuh dan dapat menyebabkan terja-
2025 dan menjadi 25% pada tahun 2050. dinya disabilitas.1
Pada tahun 2050 seperempat penduduk Berdasarkan Permenkes nomor 79
Indonesia merupakan penduduk usia lanjut, tahun 2014, geriatri adalah cabang disiplin
dibandingkan seperduabelas penduduk ilmu kedokteran yang mempelajari aspek
Indonesia saat ini.4 kesehatan dan kedokteran pada warna
Fraktur atau dikenal juga dengan patah Lanjut Usia (60 tahun ke atas) termasuk
tulang merupakan keadaan dimana terpu- pelayanan kesehatan kepada Lanjut Usia
tusnya kontinuitas tulang dan/atau tulang dengan mengkaji semua aspek kesehatan
rawan yang umumnya disebabkan oleh berupa promosi, pencegahan, diagnosis,
karena tekanan yang berlebihan. Trauma pengobatan, dan rehabilitasi.5
Kepel, Lengkong: Fraktur geriatrik 205

Epidemiologi tor dan cedera saat berolahraga, namun


Fraktur pada kelompok lansia merupa- fraktur low impact yang paling sering ter-
kan masalah kesehatan di seluruh dunia jadi pada kelompok lansia dan memiliki
yang terus bertambah. Sebuah studi mela- angka mortalitas paling tinggi. Fraktur low
porkan bahwa pada periode 2004-2014 di impact paling sering terjadi disebabkan
US didapatkan dua per tiga dari kasus oleh karena keadaan osteoporosis dengan
fraktur geriatrik dialami oleh perempuan, mekanisme jatuh. Risiko terjadinya fraktur
namun insiden pada laki-laki didapatkan oleh karena osteoporosis yaitu antara 40-
meningkat setiap tahunnya; hal ini diduga 50% pada perempuan dan 13-22% pada
karena kebiasaan merokok dan obesitas laki-laki. Fraktur oleh karena osteoporosis
yang meningkat pada laki-laki.6 paling sering terjadi pada tulang belakang/
Fraktur trunkus inferior merupakan vertebra dan panggul. Empat dari lima
fraktur paling umum pada kelompok lansia kasus fraktur ini terjadi melalui mekanisme
(34% pada tahun 2014) yaitu pinggul (hip), terjatuh. Dalam suatu penelitian didapatkan
panggul (pelvis), vertebra bagian bawah, bahwa terjatuh merupakan mekanisme
dan pergelangan kaki (ankle). Fraktur pada yang sering menyebabkan fraktur pada
trunkus superior menempati urutan kedua kelompok lansia, paling sering terjadi di
terbanyak (13% pada tahun 2014) yang dapur dan kamar mandi. Kejadian jatuh
dialami oleh kelompok lanjut usia dan pada kelompok lansia tergantung pada
sesuai dengan urutan frekuensi, yaitu berbagai faktor antara lain adanya gang-
fraktur radius distal (fraktur Colles), fraktur guan keseimbangan atau gait yang tidak
humerus proksimal, dan fraktur siku, yang stabil. Insiden fraktur yang disebabkan oleh
biasanya terjadi pada kejadian jatuh dengan kejadian jatuh sebesar 40% pada lansia.9-11
lengan yang terentang. Sisanya melibatkan
fraktur pada lengan atas dan pergelangan Faktor Risiko
tangan (wrist) (7% pada keduanya), bahu Faktor risiko terjadinya fraktur geria-
dan tungkai atas (5%), dan yang sangat trik ialah usia >75 tahun, jenis kelamin,
jarang ialah pada wajah dan leher. Fraktur status ekonomi rendah, merokok, konsumsi
pinggul sering terjadi pada kelompok alkohol berlebihan, IMT, riwayat fraktur
lansia, terjadi setiap tahun pada sekitar 1% sebelumnya, penyakit kormorbid dan medi-
laki-laki dan 2% perempuan. Cedera yang kasinya, serta anemia.11-13
terjadi di elevator pada pasien lansia biasa- Dalam hal jenis kelamin, perempuan
nya terjadi karena terpeleset, tersandung, lebih berisiko mengalami fraktur terutama
dan jatuh. Dari 15% kasus yang masuk yang dengan paparan estrogen kurang
rumah sakit, 40% diantaranya karena seperti menopause dini dan amenorea.
fraktur pinggul.6-8 Status sosioekonomi rendah mungkin
menyangkut asupan gizi yang buruk,
Etiologi termasuk kurangnya kadar kalsium serta
Kelompok lansia berisiko lebih tinggi vitamin K dan D pada pasien lansia. IMT
untuk terjadinya fraktur oleh karena proses yang tinggi merupakan faktor risiko pada
penuaan yang dialami yang menyebabkan fraktur ekstremitas inferior sedangkan IMT
penurunan fungsi fisiologik tubuh, salah rendah merupakan faktor risiko terhadap
satunya ialah penurunan kepadatan dan terjadinya fraktur geriatrik namun bersifat
kualitas tulang. Selain itu, kelompok lansia protektif terhadap fraktur ekstremitas infe-
memiliki risiko jatuh yang lebih tinggi rior. Individu dengan riwayat fraktur non-
dibandingkan kelompok usia lainnya, yang hip dan non-vertebral memiliki kemung-
meningkatkan risiko terjadinya fraktur.9 kinan 41% mengalami fraktur kembali
Fraktur geriatrik dapat disebabkan oleh dalam jangka waktu 5 tahun setelah fraktur
mekanisme high impact maupun low pertama.11-13
impact. Fraktur high-impact biasanya dise- Penyakit komorbid dan medikasinya
babkan oleh kecelakaan kendaraan bermo- dapat berkontribusi dalam terjadinya frak-
206 e-CliniC, Volume 8, Nomor 2, Juli-Desember 2020, hlm. 203-210

tur geriatrik. Diabetes melitus dan hiper- Proses menua juga mengakibatkan
tensi dapat berperan dalam terjadinya perubahan kontrol postural yang berperan
fraktur tulang belakang atau panggul. penting pada mekanisme kejadian jatuh.
Terdapat berbagai penelitian yang menun- Perubahan komponen dari kapabilitas
jukkan bahwa diabetes melitus dapat biomekanik meliputi latensi mioelektrik,
meningkatkan risiko terjadinya fraktur jenis waktu untuk bereaksi, proprioseptif, ling-
apapun. Hipertensi pun berperan dalam kup gerak sendi, dan kekuatan otot. Selain
penurunan densitas mineral tulang (Bone itu, terdapat pula perubahan pada postur
Mineral Density; BMD) melalui meka- tubuh, gaya berjalan, ayunan postural,
nisme penurunan pasokan darah ke tulang sistem sensorik, dan mobilitas fungsional.
atau dapat pula disebabkan oleh efek obat Usia yang lanjut dikaitkan dengan input
antihipertensi yang dikonsumsi pasien. proprioseptif yang berkurang, proses dege-
Setiap kondisi yang membutuhkan penggu- neratif pada vestibuler, refleks posisi yang
naan glukokortikoid kronis, seperti inflame- melambat, dan melemahnya kekuatan otot
matory bowel disease, penyakit paru yang penting dalam menjaga postur.
obstruktif kronis (PPOK), dan artritis Kelemahan otot dan ketidakstabilan atau
rheumatoid dapat menurunkan BMD, nyeri sendi dapat menjadi sumber gang-
demikian pula dengan penggunaan anti- guan postural selama gerakan volunter.
koagulan oral. Pasien yang menjalani Semua perubahan tersebut dapat berperan
dialisis juga mengalami peningkatan risiko untuk terjadinya jatuh yang menjadi
terjadinya fraktur. Gangguan gait, keseim- penyebab fraktur geriatrik.14
bangan, dan postural, serta gangguan peng-
lihatan juga meningkatkan risiko jatuh dan Diagnosis
risiko mengalami fraktur. Anemia merupa- Diagnosis suatu fraktur geriatrik dite-
kan salah satu faktor risiko terjadinya gakkan berdasarkan anamnesis, pemerik-
osteoporosis yang meningkatkan risiko saan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
fraktur. Beberapa mekanisme dampak ane- Pada anamnesis pasien dengan fraktur,
mia yaitu dengan menurunkan sintesis keluhan utama yang biasanya didapatkan
kolagen, munculnya faktor acidosis- ialah nyeri dan ketidakmampuan menggu-
induced transcription yang menyebabkan nakan anggota gerak tubuhnya disertai
maturasi dari osteoklas dan meningkatkan riwayat trauma. Baik trauma langsung
penghancuran tulang, serta meningkatkan maupun trauma tidak langsung, keduanya
kadar eritropoietin. Selain itu, kalium pun dapat menyebabkan fraktur. Nyeri yang
berperan penting dalam metabolisme tulang dirasakan pasien biasanya terlokalisir dan
yaitu dalam keseimbangan asam-basa. Bila nyeri akan bertambah bila bagian tubuh
terjadi asidosis sistemik, hal ini dapat tersebut digerakkan. Selain nyeri, didapat-
meninduksi aktivasi osteoklas.11-13 kan juga keluhan penyerta lain seperti
pembengkakan, gangguan fungsi anggota
Patogenesis gerak, deformitas, kelainan gerak, krepitasi
Pada lansia terjadi penurunan fisio- dan gejala lainnya.1,9
logik berbagai organ, salah satunya ialah Pada pemeriksaan fisik, perlu diper-
sistem muskuloskeletal, yaitu penurunan hatikan beberapa keadaan bahaya yang
massa otot serta penurunan kepadatan dan harus segera ditangani sebelum melakukan
kualitas tulang yang menyebabkan terjadi- pemeriksaan status lokalis, yaitu adanya
nya osteoporosis. Pada osteoporosis terjadi syok, anemia atau perdarahan, kerusakan
penurunan massa tulang secara keseluruhan organ-organ lain, misalnya otak, sumsum
akibat ketidakmampuan tubuh dalam men- tulang belakang atau organ-organ dalam
gatur kandungan mineral dalam tulang rongga toraks, panggul, dan abdomen, serta
disertai rusaknya arsitektur tulang yang terdapat faktor predisposisi lainnya seperti
berakibat penurunan kekuatan tulang fraktur patologik. Pemeriksaan awal dilaku-
sehingga berisiko mudah terjadi fraktur.9 kan untuk menyingkirkan keadaan-keadaan
Kepel, Lengkong: Fraktur geriatrik 207

yang dapat mengancam nyawa, selanjutnya tersebut dapat menginformasikan pemilihan


dilakukan pemeriksaan status lokalis sesuai terapi osteoporosis dan mengeliminasi pe-
yang dikeluhkan pasien.9 nyakit lainnya yang dapat mendasari serta
Pemeriksaan status lokalis terdiri dari beberapa bentuk penyakit tulang metabolik.
inspeksi (look), palpasi (feel), dan perge- Pemeriksaan lebih lanjut yang dapat
rakan (move). Pada pemeriksaan neurologik dilakukan meliputi elektroforesis protein
pasien dengan fraktur, pada keadaan terten- serum, tes fungsi tiroid, kalsium urin 24
tu mungkin didapatkan kelainan neurologik jam, dan hormon paratiroid. Pemeriksaan
pada bagian-bagian yang lebih distal dari free testosteron serum dapat dilakukan
daerah fraktur pada ekstermitas. Bila untuk menyingkirkan kecurigaan hipogo-
didapatkan gangguan neurologik, maka nadisme. Pemberian suplemen testosteron
harus dicurigai bahwa fraktur yang terjadi rutin untuk laki-laki lanjut usia tanpa gejala
telah memengaruhi sistem saraf sehingga hipogonadisme berat tidak dianjurkan.15
dapat ditemukan kelainan motorik maupun
sensorik.11 Penatalaksanaan
Pemeriksaan penunjang yang dilaku- Di Amerika terdapat fasilitas kesehatan
kan pada pasien dengan fraktur geriatrik yang ditujukan khusus untuk pasien
meliputi pemeriksaan radiologik dan peme- geriatrik yang mengalami fraktur, yaitu
riksaan laboratorik. Pemeriksaan radiologik Geriatric Fracture Center (GFC). Prinsip
diperlukan untuk menentukan keadaan, penanganan fraktur geriatrik berdasarkan
lokasi, serta ekstensi fraktur. Untuk meng- GFC ialah pasien mendapatkan manfaat
hindari nyeri serta kerusakan jaringan lunak dari stabilisasi pembedahan terhadap frak-
sebelumnya, maka sebaiknya digunakan tur yang dialami; semakin cepat pasien
bidai yang bersifat radiolusen untuk imobi- menjalani operasi, semakin kecil risiko
lisasi sementara sebelum dilakukan peme- terjadinya penyakit iatrogenik; manajemen
riksaan radiologik. Tujuan pemeriksaan bersama dengan komunikasi yang baik
radiologik yaitu mempelajari gambaran antara tim dapat bermanfaat untuk meng-
normal tulang dan sendi, konfirmasi adanya hindari komplikasi medis dan fungsional;
fraktur, evaluasi sejauh mana pergerakan protokol yang terstandarisasi akan mengu-
dan konfigurasi fragmen serta pergerak- rangi kemungkinan variasi penyakit; dan
annya, serta menentukan teknik pengo- perencanaan yang menyeluruh sejak pasien
batan, apakah fraktur baru atau tidak, datang berobat pertama kali.16,17
apakah fraktur intra atau ekstra-artikuler, Penanganan fraktur geriatrik perlu
adanya keadaan patologik lain pada tulang, dilakukan oleh tim dokter yang terdiri dari
adanya benda asing, misalnya peluru. dokter ortopedik dan juga dokter geriatrik.
Pemeriksaan radiologik yang dapat dila- Komunikasi yang baik dan rencana terapi
kukan yakni foto polos, CT-Scan, MRI, yang tepat perlu dipersiapkan agar pasien
tomografi, dan radioisotop scanning. geriatrik dapat ditangani dengan baik dan
Umumnya dengan foto polos dapat didiag- dapat mengembalikan kualitas hidup pasien
nosis adanya fraktur, tetapi perlu ditanya- dan mencegah terjadinya disabilitas.18
kan apakah fraktur terbuka atau tertutup, Penatalaksanaan yang perlu dilakukan pada
tulang yang terkena dan lokasinya, apakah pasien dengan fraktur dibagi menjadi
sendi juga mengalami fraktur serta bentuk beberapa tahap, yaitu penatalaksanaan awal
fraktur itu sendiri. Konfigurasi fraktur dan penatalaksanaan definitif.1,9,14
dapat menentukan prognosis serta waktu Penatalaksanaan awal bermanfaat
penyembuhan fraktur.11 untuk menstabilkan keadaan pasien yang
Untuk pemeriksaan laboratorik, pedo- mencakup pertolongan pertama pada pasien
man praktik klinis merekomendasikan, pa- dengan fraktur. Survei awal bertujuan
ling tidak dilakukan pemeriksaan kalsium untuk menilai dan memberikan pengobatan
serum, kreatinin, alkali fosfatase, enzim sesuai dengan prioritas berdasarkan trauma
hati, dan darah lengkap. Hasil pemeriksaan yang dialami. Fungsi vital pasien harus
208 e-CliniC, Volume 8, Nomor 2, Juli-Desember 2020, hlm. 203-210

dinilai secara tepat dan efisien yang dan mencegah komplikasi seperti keka-
meliputi airway, breathing, circulation, kuan, deformitas, serta perubahan osteo-
disability, dan exposure. Penanganan artritis di kemudian hari. Retention meliputi
pasien harus terdiri atas evaluasi awal yang imobilisasi fraktur dan rehabilitation untuk
cepat serta resusitasi fungsi vital, penangan mengembalikan aktifitas fungsional semak-
trauma dan identifikasi keadaan yang dapat simal mungkin.16-18
menyebabkan kematian. Penilaian klinis Penatalaksanaan fraktur meliputi repo-
dilakukan sebelum menilai fraktur itu sen- sisi dan imobilisasi fraktur dengan splint.
diri, apakah luka itu luka tembus tulang, Status neurologik dan vaskuler di bagian
adanya trauma pembuluh darah/saraf atau distal harus diperiksa baik sebelum maupun
adanya trauma alat-alat dalam yang lain. sesudah reposisi dan imobilisasi. Pasien
Pemberian medikamentosa untuk tatalak- dengan trauma multipel sebaiknya dilaku-
sana nyeri ialah parasetamol 500mg hingga kan stabilisasi awal fraktur tulang panjang
dosis maksimal 3000mg per hari. Bila setelah hemodinamis pasien stabil sedang-
respon tidak adekuat dapat ditambahkan kan penatalaksanaan definitif fraktur adalah
dengan kodein 10mg. Langkah selanjutnya dengan menggunakan gips atau dilakukan
ialah dengan menggunakan NSAID seperti operasi dengan open reduction internal
ibuprofen 400mg, 3 kali sehari. Pada fixation (ORIF) maupun open reduction
keadaan nyeri berat (terutama bila terdapat and external fixation (OREF).16-18
osteoporosis), kalsitonin 50-100 IU dapat Reposisi bertujuan untuk mengem-
diberikan subkutan malam hari. Golongan balikan fragmen ke posisi anatomi. Teknik
narkotik hendaknya dihindari karena dapat reposisi terdiri dari reposisi tertutup dan
menyebabkan delirium. Penurunan risiko terbuka. Reposisi tertutup dapat dilakukan
infeksi dengan pemberian antibiotik peri- dengan fiksasi eksterna atau traksi kulit dan
operatif. Untuk mencegah tromboemboli, skeletal sedangkan reposisi terbuka dilaku-
pasien perlu mendapat antikoagulan selama kan pada pasien yang telah mengalami
masa perioperatif dan dapat diberikan low gagal reposisi tertutup, fragmen bergeser,
molecular weight heparin (LMWH) tanpa mobilisasi dini, fraktur multipel, dan
pengontrolan aPTT terlebih dahulu. Sebe- fraktur patologik. Imobilisasi/fiksasi bertu-
lum operasi, antikoagulan perlu dihentikan juan untuk mempertahankan posisi fragmen
dahulu agar perdarahan luka operasi pasca reposisi sampai terjadi union.
terkendali. Setelah operasi, antikoagulan Indikasi dilakukannya fiksasi yaitu pada
dapat diberikan hingga 2-4 minggu atau pemendekan (shortening), fraktur unstable,
bila pasien sudah dapat mobilisasi.16-18 serta kerusakan hebat pada kulit dan
Sebelum mengambil keputusan untuk jaringan sekitar. Terdapat berbagai jenis
melakukan pengobatan definitif, prinsip fiksasi yang dapat dilakukan dan pemilihan
pengobatan menggunakan empat (4R), fiksasi yang dapat diberikan harus diper-
yaitu: recognition, reduction, retention, dan timbangkan pada berbagai keadaan.16-18
rehabilitation. Recognition meliputi diag-
nosis dan penilaian fraktur dengan anam- Komplikasi
nesis, pemeriksaan klinik, dan radiologik. Pasien lansia sering mengalami kom-
Pada awal pengobatan perlu diperhatikan plikasi perioperatif seperti deep vein throm-
lokalisasi fraktur, bentuk fraktur, menen- boembolism (DVT), hipoksia, delirium, ane-
tukan teknik yang sesuai untuk pengobatan, mia yang membutuhkan transfusi, gagal
dan komplikasi yang mungkin terjadi jantung kongestif, gangguan ginjal akut,
selama dan sesudah pengobatan. Reduction dan infark miokard. Komplikasi pasca ope-
fraktur bila perlu, restorasi fragmen fraktur rasi yang paling umum ialah pneumonia,
dilakukan untuk mendapatkan posisi yang gangguan ginjal akut, dan ulkus dekubitus.10
dapat diterima. Pada fraktur intra-artikuler
diperlukan reduksi anatomis dan sedapat Prognosis
mungkin mengembalikan fungsi normal Risiko komplikasi pasca operasi, nyeri,
Kepel, Lengkong: Fraktur geriatrik 209

lama rawat, dan kematian dapat berkurang direkomendasikan 800-1000 IU vitamin D


bila pasien lansia ditatalaksana operatif sering dibutuhkan tambahan multivitamin
dalam kurun waktu tidak lebih dari 24-48 selain produk kombinasi kalsium dan
jam, namun akan meningkat pada pasien vitamin D, yang umumnya hanya mengan-
lanjut usia dengan faktor-faktor risiko dan dung 200 IU per tablet. Pada pasien yang
komplikasi. Perawatan bedah mengurangi kekurangan vitamin D, perlu dilakukan
mortalitas dan nyeri kronis serta mening- pendekatan yang lebih agresif untuk peng-
katkan kualitas hidup dibandingkan dengan gantian vitamin D. Paparan sinar ultraviolet
manajemen medis.10,12 dari sinar matahari pada kulit juga dapat
Fraktur humerus proksimal dan fraktur menambah asupan vitamin D.15
geriatrik lainnya dapat menurunkan kuali-
tas hidup dan kemandirian secara kronis. Simpulan
Pasien yang tidak mengalami perbaikan Kelompok lansia berisiko lebih tinggi
range of motion (ROM) dan kekuatan untuk terjadinya fraktur. Fraktur trunkus
dalam satu tahun akan terus mengalami ke- inferior yang paling umum didapatkan pada
sulitan kronis. Fraktur ini dapat menurun- kelompok lansia.
kan kemampuan pasien untuk mengguna- Diagnosis fraktur geriatrik ditegakkan
kan peralatan adaptif seperti alat bantu berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,
jalan, tongkat, atau pegangan; kebutuhan dan pemeriksaan penunjang. Perlu diper-
perawatan kesehatan di rumah dan penilai- hatikan adanya syok, anemia atau pen-
an keamanan harus dilakukan sebelum me- darahan, kerusakan pada organ lain, dan
ngeluarkan pasien dari rumah sakit karena faktor predisposisi misalnya pada fraktur
pasien mungkin tidak dapat memper- patologik. Selain itu penyakit komorbid
tahankan independensi dengan cedera ini.10 seperti diabetes melitus, hipertensi, dan
Secara keseluruhan mortalitas fraktur anemia turut memengaruhi kejadian fraktur
pelvis pada kelompok lanjut usia ialah 9- geriatrik. Penanganan yang menyeluruh
30% dan hingga 81% pada pasien lansia dan kerjasama tim dokter diperlukan dalam
dengan fraktur pelvis terbuka. Fraktur menangani fraktur geriatrik guna mening-
vertebra akut memiliki tingkat kelang- katkan quality of life dari pasien dan
sungan hidup tiga tahun 40-60% tergantung mencegah terjadinya disabilitas.
pada jenis penanganan. Hampir seperempat
dari kelompok lanjut usia akan mengalami Konflik Kepentingan
fraktur kedua dalam 5 tahun ke depan, dan Penulis menyatakan tidak terdapat
risiko patah tulang pinggul 17 kali lipat konflik kepentingan dalam studi ini.
lebih tinggi pada bulan pertama setelah
mengalami fraktur low impact.7,10 DAFTAR PUSTAKA
1. Apley GA, Solomon L. Apley’s System of
Pencegahan Orthopaedics and Fractures (9th ed).
Pencegahan fraktur yang dapat dilaku- London: Hodder Arnold, 2010; p. 687.
kan ialah pemberian suplementasi kalsium 2. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi: Konsep
dan vitamin D, menghindari faktor risiko Klinis Proses-proses Penyakit Vol. 02
(6th ed). Hartanto H, editor. Jakarta:
yang dapat dimodifikasi seperti merokok
EGC, 2005.
dan konsumsi alkohol, penggunaan pelin- 3. Amin S, Achenbach SJ, Atkinson EJ, Khosla
dung pinggul, serta melakukan skrining dan S, Melton LJ. Trends in fracture
mengurangi risiko jatuh.14 incidence: a population-based study
Pemberian suplemen kalsium dapat over 20 years. J Bone Miner Res. 2014;
dilakukan dengan pemberian makanan 29(3):581-9.
mengandung kalsium misalnya susu atau 4. Depkes RI. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta:
dalam bentuk kalsium sitrat untuk meme- Badan Penelitian dan Pengembangan
nuhi kebutuhan kalsium sekitar 1200 mg Kesehatan Kementerian RI, 2013.
per hari. Untuk mencapai dosis harian yang 5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indo-
210 e-CliniC, Volume 8, Nomor 2, Juli-Desember 2020, hlm. 203-210

nesia Nomor 79 Tahun 2014 tentang tion. 2020;11:2151459320929581


Penyelenggaraan Pelayanan Geriatri di DOI: 10.1177/2151459320929581
Rumah Sakit. 13. Woolf AD, Akesson K. Preventing fractures
6. Baidwan NK, Naranje SM. Epidemiology and in elderly people. BMJ. 2003;327
recent trends of geriatric fractures (7406):89-95.
presenting to the emergency depar- DOI:10.1136/bmj.327.7406.89
tment for United States population from 14. Setiati S, Laksmi PW. Gangguan keseim-
year 2004-2014. The Royal Society for bangan, jatuh, dan fraktur. In: Buku
Public Health Journal. 2017;142:64-9. Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III (4th
7. Tinubu J, Scalea TM. Management of fractures ed). Jakarta Pusat: Interna Publishing,
in a geriatric surgical patient. Surg Clin 2014; p. 3743-57.
North Am. 2015;95:115-28. 15. Colón-Emeric CS, Saag KG. Osteoporotic
8. Townsend CM, Beauchamp RD, Evers BM, fractures in older adults. Best Pract Res
Mattox KL. Sabiston Textbook of Clin Rheumatol. 2006;20(4):695-706.
Surgery: The Biological Basis of DOI:10.1016/j.berh.2006.04.004
Modern Surgical Practice (20th ed). 16. Mendelson DA, Friedman SM. Principles of
Philadelphia: Elsevier Saunders, 2017. comanagement and geriatric fracture
9. Chapman MW. Chapman’s Orthopaedic Sur- center. Clin Geriatr Med. 2014;30:183-
gery (3rd ed). Boston: Lippincott 9.
Williams & Wilkins, 2001; p. 756-804. 17. Friedman SM, Mendelson DA, Karilee MS,
10. Southerland LT, Barrie M, Falk J. Fractures Bingham W, Kates SL. Impact of a
in older adults. Trauma Reports. 2014; comanaged geriatric fracture center on
15(3):1-16. short-term hip fracture outcomes. Arch
11. Rasjad C. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi: Intern Med. 2009;169(18):1712-7.
Struktur dan Fungsi Tulang (3rd ed). 18. Ellis FEC, Smit RS, van der Velde D, et al.
Jakarta: PT Yarsif Watampone, 2008; Geriatric Fracture Center: a multi-
p. 6-11. disciplinary treatment approach for
12. Remily EA, Mohamed NS, Wilkie WA, older patients with a hip fracture
Mahajan AK, Patel NG, Andrews TJ, et improved quality of clinical care and
al. Hip fractures trends in America short-term treatment outcomes.
between 2009 and 2016. Geriatric Geriatric Orthopaedic Surgery & Reha-
Orthopaedic Surgery & Rehabilita- bilitation. 2012;3(2):59-67.

Anda mungkin juga menyukai