Anda di halaman 1dari 22

Asuhan Keperawatan Klien dengan Gonorrhea

BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Kencing nanah atau gonore (bahasa Inggris: gonorrhea atau gonorrhoea)
adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae yang
menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim, rektum, tenggorokan, dan bagian putih
mata (konjungtiva).
Gonore bisa menyebar melalui aliran darah ke bagian tubuh lainnya, terutama kulit
dan persendian. Pada wanita, gonore bisa menjalar ke saluran kelamin dan menginfeksi
selaput di dalam pinggul sehingga timbul nyeri pinggul dan gangguan reproduksi
(Wikipedia). Namun penyakit gonore ini dapat juga ditularkan melalui ciuman atau kontak
badan yang dekat. Kuman patogen tertentu yang mudah menular dapat ditularkan melalui
makanan, transfusi darah, alat suntik yang digunakan untuk obat bius.
Gonore merupakan penyakit yang mempunyai insidens yang tinggi diantara PMS.
Pada pengobatan terjadi pula perubahan karena sebagian disebabkan oleh Neisseria
gonorrhoeae yang paling resisten terhadap penicillinase dan di sebut Pellicilinase
Producing Nesseria Gonorrhoeae ( PPNG). Penyakit menular seksual juga disebut
penyakit venereal merupakan penyakit yang paling sering ditemukan di seluruh dunia.
Kuman ini terjadi secara luas di seluruh dunia dengan prevalensi yang lebih tinggi di
berbagai negara berkembang termasuk Indonesia.
Angka serangan paling tinggi pada orang berusia 15-24 tahun yang tinggal di kota,
termasuk dalam kelompok sosio-ekonomi rendah, tidak menikah atau homoseksual, atau
memiliki riwayat PMS terdahulu.
Pada umumnya penularan melalui hubungan kelamin yaitu secara genito-genital,
oro-genital dan ano-genital. Oleh karena itu secara garis besar dikenal gonore genital dan
gonore ekstra genital
Pengobatan penyakit ini efektif dan penyembuhan cepat sekali. Namun, beberapa
kuman yang lebih tua telah menjadi kebal terhadap obat-obatan dan telah menyebar ke
seluruh dunia dengan adanya banyak perjalanan yang dilakukan orang-orang melalui
transportasi udara.

BAB II
PEMBAHASAN
II. Definisi
Kencing nanah atau gonore (bahasa Inggris: gonorrhea atau gonorrhoea)
adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae yang
menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim, rektum, tenggorokan, dan bagian putih
mata (konjungtiva). Gonore bisa menyebar melalui aliran darah ke bagian tubuh lainnya,
terutama kulit dan persendian. Pada wanita, gonore bisa menjalar ke saluran kelamin dan
menginfeksi selaput di dalam pinggul sehingga timbul nyeri pinggul dan
gangguan reproduksi.
Gonorhea adalah sebuah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Neisseria
gonorrhea yang penularannya melalui hubungan kelamin baik melalui genito-genital, oro-
genital, ano-genital. Penyakit ini menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim, rektum,
tenggorokan, dan konjungtiva. (M.C.Lachlan)
Gonorhea adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Neisseria Gonorhea yang
pada umumnya ditularkan melalui hubungan kelamin, tetapi dapat juga secara langsung
dengan eksudat yang infektif. (Dr.Soedarto, Penyakit-penyakit Infeksi di
Indonesia,1990,Hal.74)

III. Epidemiologi
Infeksi ini ditularkan melalui hubungan seksual, dapat juga ditularkan kepada janin
pada saat proses kelahiran berlangsung. Walaupun semua golongan rentan terinfeksi
penyakit ini, tetapi insidens tertingginya berkisar pada usia 15-35 tahun. Di antara
populasi wanita pada tahun 2000, insidens tertinggi terjadi pada usia 15 -19 tahun (715,6
per 100.000) sebaliknya pada laki-laki insidens rata-rata tertinggi terjadi pada usia 20-24
tahun (589,7 per 100.000).
Epidemiologi N. gonorrhoeae berbeda pada tiap – tiap negara berkembang. Di
Swedia, insiden gonore dilaporkan sebanyak 487/100.000 orang yang menderita pada
tahun 1970. Pada tahun 1987 dilaporkan sebanyak 31/100.000 orang yang menderita,
pada tahun 1994 dilaporkan penderita gonore semakin berkurang yaitu hanya sekitar
31/100.000 orang yang menderita.
Di Amerika Serikat, insiden dari kasus gonore mengalami penurunan. Pada tahun
1975 dilaporkan 473/100.000 orang yang menderita, dimana dengan angka tersebut
menunjukkan bahwa kasus gonore di Amerika Serikat mengalami penurunan sampai
tahun 1984.
Faktor-faktor resiko:
 hubungan seksual dengan penderita tanpa proteksi

 mempunyai banyak pasangan seksual

 pada bayi – saat melewati jalan kelahiran dari ibu yang terinfeksi

 pada anak – penyalahgunaan seksual (sexual abuse) oleh penderita terinfeksi.

IV. Etiologi

 Kuman : Neisseria gonorrhoea


 Perantara : manusia
 tempat kuman keluar : penis, vagina, anus, mulut
 cara penularan : kontak seksua langsung
 tempat kuman masuk : penis, vagina, anus, mulut
 yang bisa terkena : orang yang berhubungan seks tak aman

Penyebab gonore adalah gonokok yang di temukan oleh NEISSER pada tahun1879
dan baru diumumkan apada tahun 1882. Kuman tersebut termasuk dalam grup Neisseria
dan dikenal ada 4 spesies, yaitu :
 N. gonorrhoeae dan N. meningitidis yang bersifat patogen
 serta N. cattarrhalis dan N. pharyngis sicca yang bersifat komensal.
Keempat spesies ini sukar dibedakan kecuali dengan tes fermentasi .
N. gonorrhoeae adalah bakteri yang tidak dapat bergerak, tidak memiliki spora,
jenis diplokokkus gram negatif dengan ukuran 0,8 – 1,6 mikro. Bakteri gonokokkus tidak
tahan terhadap kelembaban, yang cenderung mempengaruhi transmisi seksual.
Bakteri ini bersifat tahan terhadap oksigen tetapi biasanya memerlukan 2-10% CO2
dalam pertumbuhannya di atmosfer. Bakteri ini membutuhkan zat besi untuk tumbuh dan
mendapatkannya melalui transferin, laktoferin dan hemoglobin. Organisme ini tidak
dapat hidup pada daerah kering dan suhu rendah, tumbuh optimal pada suhu 35-37o dan
pH 7,2-7,6 untuk pertumbuhan yang optimal.
Gonokokkus terdiri dari 4 morfologi, type 1 dan 2 bersifat patogenik dan type 3 dan
4 tidak bersifat patogenik. Tipe 1 dan 2 memiliki pili yang bersifat virulen dan terdapat
pada permukaannya, sedang tipe 3 dan 4 tidak memiliki pili dan bersifat non-virulen. Pili
akan melekat pada mukosa epitel dan akan menimbulkan reaksi radang.Daerah yang
paling mudah terinfeksi ialah daerah dengan mukosa epitel kuboid atau lapis gepeng yang
belum berkembang (immature), yakni pada wanita sebelum pubertas.
Galur N. gonorrhoeae penghasil penisilinase (NGPP) merupakan galur gonokokus
yang mampu menghasilkan enzim penisilinase atau beta-laktamase yang dapat merusak
penisilin menjadi senyawa inaktif, sehingga sukar diobati dengan penisilin dan
derivatnya, walaupun gejala dengan peninggian dosis.

V. Patofisiologi
Setelah melekat, gonokokus berpenetrasi ke dalam sel epitel dan melalui jaringan
sub epitel di mana gonokokus ini terpajan ke system imun (serum, komplemen,
immunoglobulin A(IgA), dan lain-lain), dan difagositosis oleh neutrofil. Virulensi
bergantung pada apakah gonokokus mudah melekat dan berpenetrasi ke dalam sel
penjamu, begitu pula resistensi terhadap serum, fagositosis, dan pemusnahan intraseluler
oleh polimorfonukleosit. Faktor yang mendukung virulensi ini adalah pili, protein,
membrane bagian luar, lipopolisakarida, dan protease IgA.
Bakteri secara langsung menginfeksi uretra, endoserviks, saluran anus, konjungtiva
dan farings. Infeksi dapat meluas dan melibatkan prostate, vas deferens, vesikula
seminalis, epididimis dan testis pada pria dan kelenjar skene, bartholini, endometrium,
tuba fallopi dan ovarium pada wanita.
Kontak seksual (anus, orogenital, genital)

Neisseria Gonorhoe

Mukosa Rektum Faring Urethra, endoserviks

(saluran anus) Konjungtiva (neonates)

Inflamasi

infeksi meivas
Laki-laki(Prostat, vasdeferens, vesikula seminalis, epididimis dan testis)
Perempuan (Kelenjar skene, bartholini, endometrium, tuba falopii, ovarium)

Gonorhoe Kurangnya pengetahuan

Disuria Ansietas berhubungan seksual


Tanpa pelindung

Gangguan Eliminasi Resiko Penularan

VI. Manifestasi klinis


Gonore pada mata bayi
1. Pada traktus genitourinari pria dapat ditemukan:
 Gejala awal gonore biasanya timbul dalam waktu 2-7 hari setelah terinfeksi

 Disuria yang timbul mendadak, rasa buang air kecil disertai dengan keluarnya
lendir mukoid dari uretra

 Retensi urin akibat inflamasi prostat

 Keluarnya nanah dari penis.

 Bila ada infeksi lebih lanjut, cairan semakin sering keluar dan bercampur darah

 infeksi pada uretra umumnya menyebabkan duh uretra yang mukopurulen atau
purulen (>80%) dan atau disuria (>50%),
 pada infeksi anal: gatal-gatal pada daerah anus

 infeksi oral: mungkin tanpa gejala atau sakit tenggorokan

2. Pada wanita:
a. Pada traktus genitourinari wanita bagian bawah:
 duh serviks yang mukopurulen atau purulen
 duh vagina atau pendarahan; vulvaginitis pada anak-anak
 Nyeri ketika berkemih
 Keluarnya cairan dari vagina

b. Pada traktus genitourinari wanita bagian atas:


 PID (Pelvic Inflamatory Diseases)
 nyeri bagian bawah perut
 demam

Infeksi dapat menyerang leher rahim, rahim, indung telur, uretra, dan rektum serta
menyebabkan nyeri pinggul yang dalam ketika berhubungan seksual

Wanita dan pria homoseksual yang melakukan hubungan seks melalui anus,
dapat menderita gonore di rektumnya. Penderita akan merasa tidak nyaman disekitar
anusnya dan dari rektumnya keluar cairan. Daerah disekitar anus tampak merah dan
kasar serta tinja terbungkus oleh lendir dan nanah.

VII. Pemeriksaan Diagnosis


Diagnosis ditegakkan atas dasar anamnesis, pemeriksaan klinis, dan pemeriksaan
pembantu yang terdiri atas 5 tahap, yaitu:
1. Sediaan langsung dengan pewarnaan gram akan ditemukan diplokokus gram negatif,
intraseluler dan ekstraseluler, leukosit polimorfonuklear.
2. Kultur untuk identifikasi perlu atau tidaknya dilakukan pembiakan kultur.
Menggunakan media transport dan media pertumbuhan.
3. Tes definitif, tes oksidasi (semua golongan Neisseria akan bereaksi positif), tes
fermentasi (kuman gonokokus hanya meragikan glukosa)
4. Tes beta laktamase, hasil tes positif ditunjukkan dengan perubahan warna kuning
menjadi merah apabila kuman mengandung enzim beta laktamase
5. Tes Thomson dengan menampung urin pagi dalam dua gelas. Tes ini digunakan untuk
mengetahui sampai dimana infeksi sudah berlangsung.

VIII. Komplikasi

1. Komplikasi pada pria:


a. uretra yang berparut atau berbintik pada pria kemungkinan mengarah ke
menurunnya fertilitas atau obstruksi kandung kemih

b. Prostatitis

c. Cowperitis

d. Vesikulitis seminalis

e. Epididimitis

f. Cystitis dan infeksi traktus urinarius superior.

g. Infertilitas

2. Komplikasi pada wanita:


a. Komplikasi uretra

adanya parutan pada kornea dan kebutaan permanen akibat infeksi gonokokkus
pada mata

b. Bartholinitus

c. Endometritis dan metritis

d. Salphingitis.

e. Infertilitas

f. parutan atau bintik-bintik pada traktus reproduksi atas pada wanita dengan PID
(penyakit radang panggul) kemungkinan mengarah ke infertilitas, nyeri pelvis
kronik dan kehamilan ektopik

3. Komplikasi pada bayi


a. Adanya kemungkinan lahir prematur, infeksi neonatal dan keguguran akibat
infeksi gonokokkus pada wanita hamil.
b. Adanya parutan pada kornea dan kebutaan permanen akibat infeksi
gonokokkus pada mata

c. Adanya sepsis pada bayi baru lahir karena gonore pada ibu.

1. adanya kelainan neurologik lanjut akibat gonokokkal meningitis


2. destruksi permukaan sendi artikular
3. destruksi katup jantung
4. kematian karena CHF atau meningitis
Arthritis (radang sendi). Miokarditis (radang otot jantung). Endokarditis (infeksi katup
jantung). Perikarditis (peradangan pada katup jantung). Meningitis (jika mengenai otak).
Dermatitis (jika mengenai kulit).

Penyakit GO ini dapat sembuh dengan baik apabila penderita melakukan pengobatan yang
efektif dan benar. Pengobatan yang efektif dan benar tersebut adalah pengobatan yang
dilakukan secara rutin dan cepat yaitu belum menimbulkan komplikasi yang berat seperti
meningitis. Karena apabila telah sampai kepada tahap tersebut maka hampir dapat dipastikan
akan menimbulkan kecacatan bagi penderita.
Bartolinitis
 Bartolinitis, yaitu membengkaknya kelenjar Bartholin sehingga penderita sukar jalan
karena nyeri.
 Komplikasi dapat ke atas menyebabkan kemandulan, bila ke rongga perut
menyebabkan radang di perut dan usus.
 Selain itu baik pada wanita atau pria dapat terjadi infeksi sistemik (seluruh tubuh) ke
sendi, jantung, selaput otak dan lain-lain.
 Pada ibu hamil, bila tidak diobati, saat melahirkan mata bayi dapat terinfeksi, bila
tidak cepat ditangani dapat menyebabkan kebutaan
 Infeksi kadang menyebar melalui aliran darah ke 1 atau beberapa sendi, dimana sendi
menjadi bengkak dan sangat nyeri, sehingga pergerakannya menjadi terbatas.
 Infeksi melalui aliran darah juga bisa menyebabkan timbulnya bintik-bintik merah
berisi nanah di kulit, demam, rasa tidak enak badan atau nyeri di beberapa sendi yang
berpindah dari satu sendi ke sendi lainnya (sindroma artritis-dermatitis).
 Bisa terjadi infeksi jantung (endokarditis). Infeksi pembungkus hati (perihepatitis)
bisa menyebabkan nyeri yang menyerupai kelainan kandung empedu.
 Komplikasi yang terjadi bisa diatasi dan jarang berakibat fatal, tetapi masa
penyembuhan untuk artritis atau endokarditis berlangsung lambat.

Bartolinitis

 Infeksi pada kelenjar bartolin atau bartolinitis juga dapat menimbulkan pembengkakan
pada alat kelamin luar wanita. Biasanya, pembengkakan disertai dengan rasa nyeri
hebat bahkan sampai tak bisa berjalan. Juga dapat disertai demam, seiring
pembengkakan pada kelamin yang memerah.
 Bartolinitis disebabkan oleh infeksi kuman pada kelenjar bartolin yang terletak di
bagian dalam vagina agak keluar. Kuman yang menyebabkan infeksi pada bartolin ini
bisa bermacam-macam, termasul gonore. Kuman lain adalah chlamydia, dan
sebagainya.
 Infeksi ini kemudian menyumbat mulut kelenjar tempat diproduksinya cairan pelumas
vagina. Akibat penyumbatan ini, lama kelamaan cairan memenuhi kantong kelenjar
sehingga disebut sebagai kista (kantong berisi cairan). “Kuman dalam vagina bisa
menginfeksi salah satu kelenjar bartolin hingga tersumbat dan membengkak. Jika tak
ada infeksi, tak akan menimbulkan keluhan.”
 Untuk mengatasinya, pemberian antibiotik untuk mengurangi radang dan
pembengkakan. Jika terus berlanjut, diperlukan tindakan operatif untuk mengangkat
kelenjar yang membengkak. Tak perlu khawatir vagina akan kering setelah
pengangkatan, karena pada dasarnya yang diangkat hanya salah satu penghasil
pelumas.
IX. Penatalaksanaan
1. Non-medikamentosa
Memberikan pendidikan kepada klien dengan menjelaskan tentang:
 Bahaya penyakit menular seksual
 Pentingnya mematuhi pengobatan yang diberikan
 Cara penularan PMS dan perlunya pengobatan untuk pasangan seks tetapnya
 Hindari hubungan seksual sebelum sembuh dan memakai kondom jika tidak dapat
dihindari.
 Cara-cara menghindari infeksi PMS di masa yang akan datang.

2. Medikamentosa
 Walaupun semua gonokokus sebelumnya sangan sensitif terhadap penicilin,
banyak ‘strain’ yang sekarang relatif resisten. Terapi penicillin, amoksisilin, dan
tetrasiklin masih tetap merupakan pengobatan pilihan.
 Untuk sebagian besar infeksi, penicillin G dalam aqua 4,8 unit ditambah 1 gr
probonesid per- oral sebelum penyuntikan penicillin merupakan pengobatan yang
memadai.
 Spectinomycin berguna untuk penyakit gonokokus yang resisten dan penderita
yang peka terhadap penicillin. Dosis: 2 gr IM untuk pria dan 4 gr untuk wanita.
 Pengobatan jangka panjang diperlukan untuk endokarditis dan meningitis
gonokokus.

X. Pencegahan
1. Mengunakan kondom dan menghindari oral seksual dengan pasangan yang tidak
aman adalah cara sederhana yang dapat meminimalkan tertularnya penyakit ini,
namun demikian cara pencegahan yang paling baik adalah jangan melakukan
hubungan seksual dengan pasangan yang tidak resmi, MENCEGAH LEBIH BAIK
DARI PADA MENGOBATI
2. Jangan berganti-ganti pasangan

XI. Prognosis
Prognosis pada penderita dengan gonore tergantung cepatnya penyakit dideteksi dan
diterapi. Penderita dapat sembuh sempurna bila dilakukan pengobatan secara dini dan
lengkap. Tetapi jika pengobatan terlambat diberikan, maka kemungkinan besar dapat
menyebabkan komplikasi lebih lanjut.

XII. ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Identitas
Nama, Umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa, pekerjaan, pendidikan, status
perkawinan, alamat, tanggal masuk Rumah Sakit.
b. Keluhan Utama
Biasanya nyeri saat kencing
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Tanyakan penyebab terjadinya infeksi, bagaimana gambaran rasa nyeri, daerah
mana yang sakit, apakah menjalar atau tidak, ukur skala nyeri dan kapan keluhan
dirasakan.
d. Riwayat Penyakit Dulu
Tanyakan apakah pasien pernah menderita penyakit parah sebelumnya, (sinovitis,
atritis)
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tanyakan apakah dikeluarga klien ada yang menderita penyakit yang sama dengan
klien.
f. Pengkajian 11 Pola Fungsional Gordon
 Pola persepsi dan manajemen kesehatan
Biasanya pasien tidak menyadari bahwa ia telah menderita penyakit gonorhea.
Dia akan menyadari setelah penyakit tersebut telah parah.
 Pola nutrisi dan metabolik
Biasanya kebutuhan nutrisi tidak terganggu, namun apabila infeksi terjadi pada
tenggrokan maka pasien akan merasakan nyeri pada tenggorokannya sehingga
ia akan sulit makan.
 Pola eliminasi
Penderita akan mengalami gejala seperti desakan untuk berkemih, nyeri ketika
berkemih dan keluar cairan pada alat kelamin. Kaji frekwensi, warna dan bau
urin.
 Pola latihan /aktivitas
Tanyakan bagaiman pola aktivitas klien. Biasanya aktivitas klien tidak begitu
terganggu.
 Pola istirahat tidur
Tanyakan bagaimana pola tidur klien, apakah klien merasa terganggu dengan
nyeri yang dirasakannya.
 Pola persepsi kognitif
Biasanya pola ini tidak terganggu, namun apabila terjadi infeksi pada mata
pasien maka kita harus mengkaji peradangan pada konjunctiva pasien.
 Pola persepsi diri
Tanyakan kepada klien bagaimana ia memandang penyakit yang dideritanya.
Apakah klien bisa menerima dengan baik kondisi yang ia alami saat ini.
Tanyakan apakah sering merasa marah, cemas, takut, depresi, karena terjadi
perubahan pada diri pasien. Biasanya klien merasa cemas dan takut terhadap
penyakitnya.
 Pola Koping dan toleransi stress
Kaji bagaimana pola koping klien, bagaimana tingkat stres klien, apakah stres
yang dialami mengganggu pola lain seperti pola tidur, pola makan dan lain-
lain. Tanyakan apa yang dilakukan klien dalam menghadapi masalah dan
apakah tindakan tersebut efektif untuk mengatasi masalah tersebut atau tidak.
Apakah ada orang lain tempat berbagi dan apakah orang tersebut ada sampai
sekarang. Apakah ada penggunaan obat untuk penghilang stress
 Pola peran hubungan
Bagaimana peran klien dalam keluarga dan masyarakat. Apakah hubungan
klien dengan keluarga dan masyarakat. Apakah klien mampu bergaul dengan
masyarakat dengan baik. Tanyakan tentang sistem pendukung dalam
kehidupan klien seperti: pasangan, teman, dll. Biasanya klien merasa kesepian
dan takut tidak diterima dalam lingkungannya.
 Pola reproduksi seksual
Perawat perlu mengkaji bagaimana pola reproduksi seksual klien. Berapa
jumlah anak klien. Tanyakan masalah seksual klien yang berhubungan dengan
penyakitnya.
 Pola keyakinan
Tanyakan apa keyakinan atau agama klien, bagaimana aktivitas ibadah klien,
apakah klien taat beibadah. Tanyakan apakah ada pengaruh agama dalam
kehidupan.
2. Diagnosa dan Intervensi
DIAGNOSA KRITERIA HASIL INTERVENSI KEPERAWATAN
NANDA NOC (NIC)
1. Nyeri b.d  Kontrol Nyeri • Manajemen nyeri
reaksi Infeksi Defenisi: Seseorang Defenisi: Pengurangan rasa
dapat mengontrol nyeri nyeri serta penungkatan
Indikator: kenyamanan yang bisa diterima
- Mengenali factor oleh pasien.
kausal Aktivitas:
- Mengenali gejala sakit - Lakukan penilaian nyeri
- Pengendalian Nyeri secara komprehensif dimulai
- Menggunakan buku dari lokasi, karakteristik,
harian rasa sakit durasi, frekwensi, kualitas,
• Level Nyeri intensitas dan penyebab
Indikator: - Pastikan pasien mendapat
- Melaporkan Nyeri perawatan dengan analgestik
- Persen tubuh yang - Gunakan komunikasi
terkena terapeutik agar pasien dapat
- Frekwensi nyeri menyatakan pengalaman nyeri
- Kehilangan nafsu nya serta dukungan dalam
makan merespon nyeri
- Perubahan Pola - Tentukan dampak nyeri
pernapasan terhadap kehidupan sehari-hari
- Perubahan pompa (tidur, nafsu makan, aktifitas,
jantung kesadaran, mood, hubungan
social, performance kerja dan
melakukan tanggung jawab
sehari-hari
- Membantu pasien dan
keluarga untuk memberi
dukungan
- Gunakan langkah-langkah
pengendalian nyeri sebelum
nyerio menjadi parah
- Pastikan bahwa pasien
mendapat perawatan
analgestik yang tepat
• PCA yang dikendalikan
Defenisi: Fasilitas pengawasan
administrasi analgestik dan
regulasi pasien
Aktivitas:
- Kolaborasi dengan dokter,
pasien, anggota keluarga,
dalam pemilihan jenis
narkotika untuk digunakan
- Hindari penggunaan Demerol
- Pastikan bahwa pasien tidak
alergi terhadap analgestik
yang sudah diatur
- Ajar pasien dan keluarga
untuk memantau intensitas
nyeri, kualitas, dan durasi
- Ajari pasien dan keluarga
untuk memantau rata-rata
respirasi dan tekanan darah
- Ajari pasien dan keluarga efek
samping dari pengurangan
nyeri
- Dokumentasikan nyeri pasien,
jumlah dan frekwensi dari
dosis obat dan respon terhadap
pengobatan nyeri
2. Inkontinensia  Pembatasan urin  Pengaturan eliminasi urin
urin bd proses Definisi: kontrol Aktivitas:
inflamasi eliminasi urine  Monitor eliminasi urin,
Indikator: termasuk frequensi,
 Mengenali tanda konsistensi, bau, volume,
untuk eliminasi dan warna jika diperlukan
 Meramalkan pola  Monitor tanda dan symptom
jalan urin retensi urin
 Pengosongan  Catat waktu terakhir BAK
kandung kemih  Instruksikan pasien/
dengan komplet keluarga untuk mencatat
 Mampu untuk pengeluaran urin
mulai dan berhenti  Batasi cairan jika
buang air kecil diperlukan
 Eliminasi urin  Bantu pasien untuk ke toilet
Indikator: dengan teratur
 Pola eliminasi  Catat waktu pengosongan
dalam batas yang setelah prosedur
diharapkan  Perawatan retensi urin
 Jumlah urine Aktivitas:
 Urin bebas dari  Sediakan privasi untuk
partikel eliminasi
 Urin keluar tanpa  Gunakan kekuatan sugesti
sakit untuk mengeluarkan air
 Urin keluar tanpa  Stimulasi reflek kandung
ragu kemih dengan
mendinginkan perut.
 Sediakan cukup waktu
untuk pengosongan
kandung kemih
 Masukan kateter jika
diperlukan
 Instruksikan pasien untuk
mencatat output urin
 Monitor intake dan output
 Monitor tingkat distensi
kandung kemih dengan
palpasi dan perkusi
 Bantu pasien untuk ke toilet
dengan teratur

3. Cemas  Control cemas Penurunan kecemasan


Definisi: perasaan Indicator : Aktivitas :
ketidaknyamanan - monitor intensitas  tenangkan klien
atau ketakutan kecemasann  jelaskan prosedur tindakan
disertai oleh - menyingkiran tanda kepada klien dan perasaan yg
respon otonom kecemasan mungkin muncul pada saat
(sumber seringkali - menggunakan melakukan tindakan
spesifik atau tidak teknik relaksasi  berusaha memahami keadaan
diketahui untuk mehilangkan klien
individu), sebuah kecemasan  kaji tingkat kecemasan dan
perasaan ketakutan - melaporkan tidak reaksi fisik
yang disebabkan adanya gangguan  sediakan aktivitas untuk
oleh antisipasi persepsi sensori menurunkan ketegangan
bahaya. Ini adalah  Koping  bantu pasien untuk
sinyal peringatan Indikator : mengidentifikasi situasi yg
yang - melibatkan anggota menciptakan cemas.
memperingatkan keluarga dalam  Instruksikan pasien untuk
bahaya yang akan pembuatan menggunakan teknik
datang dari yang keputusan relaksasi
memungkinkan - menunjukkan  Peningkatan koping:
individu untuk strategi penurunan Aktivitas :
mengambil stress  Hargai pemahaman pasien
tindakan untuk - menggunakan tentang proses penyakit
mengatasi dukungan sosial  Gunakan pendekatan yang
ancaman
tenang dan memberikan
Batasan
jaminan
karakteristik:
 Sediakan informasi actual
Perilaku :
tentang diagnose,
 Gelisah penanganan, dan prognosis
 Resah  Sediakan pilihan yang
 Produktivitas realistis tentang aspek
berkurang perawatan saat ini
 Scanning dan  Tentukan kemampuan klien
kewaspadaan untuk mengambil keputusan
 Berhubungan  Instruksikan pasien untuk
dengan menggunakan teknik
keturunan/hered relaksasi
itas  Bantu pasien untuk
mengidentifikasi strategi
positif untuk mengatasi
keterbatasan dan mengelola
gaya hidup/perubahan peran

2. Diagnosa dan Intervensi


a. Diagnosa Keperawatan : Nyeri berhubungan dengan reaksi infalamasi
Tujuan Perawatan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien akan:
1) Mengenali faktor penyebab
2) Menggunakan metode pencegahan non analgetik untuk mengurangi nyeri
3) Menggunakan analgetik sesuai kebutuhan
4) Melaporkan nyeri yang sudah terkontrol
Intervensi Keperawatan :
1) Kaji secara komprehensif tentang nyeri meliputi lokasi, karakteristik, dan onset,
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas/beratnya nyeri, dan faktor-faktor presipitasi.
2) Observasi isyarat-isyarat non verbal dari ketidaknyamanan, khususnya
ketidakmampuan untuk komunikasi secara efektif.
3) Gunakan komunikasi terapeutik agar klien dapat mengekspresikan nyeri
4) Berikan dukungan terhadap klien dan keluarga
5) Kontrol faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon klien
terhadap ketidaknyamanan (ex.: temperatur ruangan, penyinaran, dll)
6) Ajarkan penggunaan teknik non farmakologik (misalnya : relaksasi, guided
imagery, terapi musik, distraksi, aplikasi panas – dingin, massage, TENS, hipnotis,
terapi aktivitas)
7) Berikan analgesik sesuai anjuran
8) Tingkatkan tidur atau istirahat yang cukup
9) Evaluasi keefektifan dari tindakan mengontrol nyeri yang telah digunakan.

b. Diagnosa Keperawatan : Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi.


Tujuan Kepertawatan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien akan:
1) Suhu dalam rentang normal
2) Nadi dan RR dalam rentang normal
3) Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing
IntervensiKeperawatan :
1) Monitor vital sign
2) Monitor suhu minimal 2 jam
3) Monitor warna kulit
4) Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
5) Selimuti klien untuk mencegah hilangnya panas tubuh
6) Kompres klien pada lipat paha dan aksila
7) Berikan antipiretik bila perlu

c. Diagnosa Keperawatan : inkontinensia urin berhubungan dengan proses


inflamasi
Tujuan Keperawatan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien akan:
1) Urin akan menjadi kontinens
2) Eliminasi urin tidak akan terganggu: bau, jumlah, warna urin dalam rentang
yang diharapkan dan pengeluaran urin tanpa disertai nyeri
Intervensi Keperawatan :
1) Pantau eliminasi urin meliputi: frekuensi, konsistensi, bau, volume, dan warna
dengan tepat.
2) Pantau spesimen urine pancar tengah untuk urinalisis.
3) Ajarkan pasien dan keluarga tentang tanda dan gejala inferksi saluran kemih.
4) Sarankan pasien untuk minum sebanyak 3000 cc per hari.
5) Rujuk pada ahli urologi bila penyebab akut ditemukan.

d. Diagnosa Keperawatan : Kurang Pengetahuan berhubungan dengan informasi


yang tidak adekuat tentang program pengobatan
Tujuan Keperawatan :
Klien memiliki tingkat pemahaman tentang program pengobatan penyakit gonorrhoe
Intervensi Keperawatan :
1) Kaji pemahaman klien tentang program pengobatan penyakit gonorrhoe
2) Lakukan penilaian tingkat pengetahuan klien tentang program pengobatan
penyakit gonorrhoe.
3) Tentukan kemampuan klien untuk menerima informasi kesehatan yang akan
diberikan
4) Berikan pengajaran sesuai kebutuhan tentang program pengobatan penyakit
gonorrhoe.
5) Lakukan evaluasi terhadap progran pengajaran yang telah diberikan

e. Diagnosa Keperawatan : Risiko penularan berhubungan dengan kurang


pengetahuan tentang sifat menular dari penyakit
Tujuan keperawatan :
Dapat meminimalkan terjadinya penularan penyakit pada orang lain
Intervensi Keperawatan :
1) Berikan pendidikan kesehatan kepada klien dengan menjelaskan tentang :
a) Bahaya penyakit menular
b) Pentingnya memetuhi pengobatan yang diberikan
c) Jelaskan cara penularan PMS dan perlunya untuk setia pada pasangan
d) Hindari hubungan seksual sebelum sembuh dan memakai kondom jika tidak
dapat menghindarinya.

f. Diagnosa Keperawatan : Harga diri rendah berhubungan dengan penyakit


Tujuan keperawatan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, klien akan
1) Mengekspresikan pandangan positif untuk masa depan dan memulai kembali
tingkatan fungsi sebelumnya dengan indikator:
2) Mengindentifikasi aspek-aspek positif diri
3) Menganalisis perilaku sendiri dan konsekuensinya
4) Mengidentifikasi cara-cara menggunakan kontrol koping.
Intervensi Keperawatan :
1) Bantu individu dalam mengidentifikasi dan mengekspresikan perasaan
2) Dorong klien untuk membayangkan masa depan dan hasil positif dari kehidupan
3) Perkuat kemampuan dan karakter positif (misal: hobi, keterampilan, penampilan,
pekerjaan)
4) Bantu klien menerima perasaan positif dan negatif
5) Bantu dalam mengidentifikasi tanggung jawab sendiri dan kontrol situasi

Daftar Pustaka
1. Prof. DR. Djuanda, Adhi. 1999. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi 3. Balai
Penerbit FKUI: Jakarta.
2. Carpenito, Lynda J. 2001. Buku saku DIAGNOSA KEPERAWATAN Edisi 8.Penerbit
buku kedokteran EGC.
3. Potter Patricia dan Anne G. Perry. Fundamental of Nursing. Jakarta : Salemba Medika.
4. http://www.blogdokter.net/2008/05/25/gonorrhea
5. http://bangeud.blogspot.com/2011/11/asuhan-keperawatan-pada-klien-gonorrhea.html
6. http://www.duniaperawat.com/2011/08/gonore.html
7. http://anakkomik.blogspot.com/2009/11/gonore.html
8. http://wayanpuja.wordpress.com/2011/06/05/asuhan-keperawatan-klien-dengan-
gonorrhea/
9. http://www.indonesiaindonesia.com/f/11319-gonore)

Anda mungkin juga menyukai