Dibuat untuk Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Kesehatan Anak
Disusun Oleh:
2023
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
DAFTAR ISI
ii
KATA PENGANTAR............................................................................................................ii
BAB I......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
1. 1 Latar Belakang................................................................................................................1
1. 2 Rumusan Masalah..........................................................................................................2
1. 3 Tujuan.............................................................................................................................2
1. 4 Manfaat...........................................................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................................4
TINJAUAN TEORI...............................................................................................................4
2. 1 Pengertian Kekurangan Gizi pada Bayi Usia 0-6 Bulan..............................................4
2. 2 Gizi Seimbang untuk Bayi Usia 0-6 Bulan....................................................................5
2. 3 Peranan Gizi Ibu Nifas dalam Mengatasi Permasalahan Gizi pada Bayi Usia 0-6
Bulan.......................................................................................................................................6
2. 4 Prinsip-prinsip Pencegahan Gizi Buruk pada Balita..................................................7
2. 5 Pencegahan Gizi Buruk pada Bayi Usia 0-6 Bulan......................................................9
2. 6 Pengelolaan Gizi Buruk Terintegrasi pada Bayi Usia 0-6 Bulan..............................12
2 .7 Tata Laksana Rawat Inap pada Bayi Gizi Buruk Usia 0-6 bulan............................12
BAB III.................................................................................................................................19
PEMBAHASAN...................................................................................................................19
3.1. Pencegahan dan Penatalaksanaan Masalah Gizi pada Bayi Usia 0-6 Bulan............19
a. Status Gizi Bayi..........................................................................................................19
b. Masalah penyebab pada gizi bayi...............................................................................20
c. Cara mencegah kurang gizi pada bayi........................................................................22
d. Kebutuhan Gizi Bayi 0-5 Bulan.................................................................................23
BAB IV..................................................................................................................................26
KESIMPULAN....................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................28
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang
Gizi buruk pada bayi di bawah usia 6 bulan dapat terjadi sejak di dalam
kandungan atau setelah lahir, atau akibat adanya penyakit/kelainan bawaan.
Pencegahan gizi buruk pada kelompok ini seringkali bersifat jangka panjang dan
tidak langsung, karena terkait dengan status kesehatan dan kondisi ibu
sebelum/selama kehamilan dan pada masa menyusui serta faktor risiko lainnya.
Pencegahan jangka pendeknya adalah dengan memberikan kolostrum/IMD dan
memenuhi kebutuhan ASI, (ASI eksklusif). Bila ditemukan penyakit/ kelainan
bawaan, maka bayi perlu segera dirujuk untuk mendapatkan pelayanan yang adekuat
dan tepat waktu.
Dengan memahami keterkaitan berbagai faktor risiko dan dampak yang
ditimbulkan dari masalah kekurangan gizi sejak di dalam kandungan, maka upaya
pencegahan dapat dilakukan secara lebih terarah. Pemahaman ini juga berguna bagi
petugas kesehatan dalam memberikan penyuluhan dan konseling kepada keluarga dan
masyarakat.
Faktor risiko gizi buruk pada bayi < 6 bulan yang sering ditemukan sebagai berikut.
a. Bayi berat lahir rendah (BBLR), yaitu berat lahir di bawah 2500 g
b. pemyakit/kelainan bawaan
c. pola asuh yang tidak menunjang proses tumbuh kembang bayi dan gangguan
kesehatan ibu setelah melahirkan.
Upaya pencegahan gizi buruk pada bayi kurang dari 6 bulan adalah dengan
mencegah timbulnya faktor-faktor risiko tersebut, yang meliputi upaya peningkatan
kesehatan ibu, pertolongan persalinan dan pelayanan kesehatan bayi berkualitas.
Kemenkes menjadikan upaya-upaya tersebut sebagai paket pelayanan Seribu Hari
Pertama Kehidupan (1000 HPK). Tujuannya mengawal status gizi ibu dan
1
janin/bayinya agar tetap sehat sejak di dalam kandungan (270 hari) sampai usia dua
tahun (730 hari), melalui;
a. Pencegahan pernikahan dini dan kehamilan pada remaja puteri.
b. Pemberian tablet tambah darah pada remaja puteri.
c. Konseling pranikah.
d. Peningkatan upaya kepesertaan Keluarga Berencana (KB).
e. Pelayanan antenatal sesuai dengan standar, termasuk mengatasi penyakit kronis
pada ibu, pemberian makanan tambahan pada ibu hamil KEK, pemberian Buku
KIA, edukasi tentang inisiasi menyusu dini (IMD) dan promosi ASI eksklusif.
f. Pelayanan persalinan dan nifas serta kunjungan neonatal sesuai dengan standar
dan mengatasi penyulit maupun komplikasi.
g. Pemantauan dan stimulasi tumbuh kembang anak.
h. Pelayanan imunisasi dasar.
i. Pelayanan kesehatan bayi sesuai dengan standar melalui pendekatan Manajemen
Terpadu Balita Muda (MTBM) bagi bayi < 2 bulan dan Manajemen Terpadu
Balita Sakit (MTBS) bagi bayi > 2 bulan sampai 59 bulan.
j. Upaya penanggulangan kelainan bawaan.
1. 2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana peran dan status gizi pada bayi?
b. Apa saja penyebab masalah gizi pada bayi?
c. Bagaimana cara mencegah kurang gizi pada bayi?
d. Bagaimana cara mencegah bayi dan anak kurang gizi yang bisa dilakukan
sejak dini?
1. 3. Tujuan
a. Untuk mengetahui pesan dan status gizi pada bayi usia 0-6 bulan
b. Untuk mengetahui masalah penyebab gizi pada bayi usia 0-6 bulan
c. Untuk mengetahui cara mencegah kurang gizi pada bayi 0-6 bulan
2
d. Untuk mengetahui cara mencegah bayi dan anak kurang gizi yang bisa
dilakukan sejak dini
1. 4. Manfaat
a. Bagi institusi
Pendidikan Bagi Pendidikan Kebidanan sebagai bahan bacaan dan menambah
wawasan bagi Mahasiswa Kebidanan dalam hal pemahaman cara pencegahan
dan penatalaksanaan masalah gizi pada anak dalam fase Nifas menyusui (usia
bayi 0-6bulan)
b. Bagi penulis
Untuk memperoleh pengalaman sehingga akan terpacu untuk meningkatkan
potensi diri sehubungan dengan pengetahuan tentang cara pencegahan dan
penatalaksanaan masalah gizi pada anak dalam fase Nifas menyusui (usia bayi
0-6 bulan)
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
Secara umum kekurangan gizi adalah suatu kondisi yang dapat terjadi secara
akut dan kronis disebabkan oleh masukan zat gizi yang tidak memadai, gangguan
penyerapan dan atau metabolisme zat gizi akibat penyakit.
Gizi buruk merupakan suatu kondisi kekurangan gizi pada tingkatan yang
sudah berat, dimana status gizinya berada jauh di bawah standar. Gizi buruk akan
terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori, protein, atau bahkan keduanya tidak
tercukupi. Menurut WHO salah satu masalah gizi buruk terjadi akibat konsumsi
makanan yang tidak cukup mengandung energi dan protein serta karena adanya
gangguan kesehatan. Anak disebut gizi buruk apabila berat badannya kurang dari
berat badan normal. Sedangkan menurut PerMenKes No. 29 Tahun 2019 tentang
Penanggulangan Masalah Gizi Bagi Anak Akibat Penyakit, bahwa gizi Kurang adalah
keadaan gizi balita yang ditandai dengan kondisi kurus, berat badan menurut panjang
badan atau tinggi badan kurang dari -2 sampai dengan -3 standar deviasi, dan/atau
lingkar lengan 11,5-12,5 cm pada Anak usia 6-59 bulan. Dan untuk gizi buruk adalah
keadaan gizi balita yang ditandai dengan kondisi sangat kurus, disertai atau tidak
edema pada kedua punggung kaki, berat badan menurut panjang badan atau berat
badan dibanding tinggi badan kurang dari -3 standar deviasi dan/atau lingkar lengan
atas kurang dari 11,5 cm pada Anak usia 6-59 bulan.
4
2. 2 Gizi Seimbang untuk Bayi Usia 0-6 Bulan
Menurut PerMenKes No. 41 Tahun 2014 tentang Pedoman Gizi Seimbang
bahwa gizi Seimbang untuk bayi usia 0-6 bulan cukup hanya dari ASI. ASI
merupakan makanan yang terbaik untuk bayi karena dapat memenuhi semua zat gizi
yang dibutuhkan bayi sampai usia 6 bulan, sesuai dengan perkembangan sistem
pencernaannya, murah dan bersih. Oleh karena itu setiap bayi harus memperoleh ASI
Eksklusif yang berarti sampai usia 6 bulan hanya diberi ASI saja.
5
2. 3 Peranan Gizi Ibu Nifas dalam Mengatasi Permasalahan Gizi pada Bayi
Usia 0-6 Bulan
Gizi seimbang pada saat menyusui merupakan sesuatu yang penting bagi ibu
menyusui karena sangat erat kaitannya dengan produksi air susu. Oleh karena itu,
pemenuhan gizi yang baik bagi ibu menyusui akan berpengaruh terhadap status gizi
ibu menyususi dan juga tumbuh kembang bayinya.
6
kebutuhan untuk memproduksi ASI. Bila makanan ibu sehari-hari tidak cukup
mengandung zat gizi yang dibutuhkan, misalnya sel lemak sebagai sumber energi dan
zat besi sebagai zat untuk pembentukkan sel darah merah, maka kebutuhan zat-zat
tersebut dalam produksi ASI untuk memenuhi kebutuhan bayi akan diambil dari
persediaan yang ada didalam tubuh ibu. Berbeda dengan sel lemak dan zat besi
kebutuhan bayi akan vitamin B dan vitamin C yang dipenuhi melalui produksi ASI
tidak dapat diambil dari persediaan yang ada dalam tubuh ibu, melainkan harus
dipenuhi dari konsumsi pangan ibu setiap hari.
Ibu menyusui memerlukan energi ekstra sebesar 450 kkal/hari. Zat gizi mikro
esensial yang terkandung dalam ASI berasal dari diet dan suplementasi zat gizi mikro
yang diberikan kepada ibu. Karena itu, sangat penting untuk memenuhi kebutuhan
energi dan zat gizi ibu menyusui dengan mengonsumsi paling sedikit 2500 kkal/hari;
dan sesuai dengan program, ibu nifas mendapat 2 kapsul vitamin A dosis tinggi
(200.000 SI). Ibu dianjurkan minum minimal 2 L/hari, karena dehidrasi dapat
mengurangi produksi ASI.
a. Upaya perbaikan status gizi ibu sejak masa remaja, yang dilanjutkan dengan:
upaya peningkatan kesehatan ibu sebelum hamil antara lain dengan
menghindari kehamilan “4 terlalu”, yaitu hamil terlalu muda (< 20
tahun), terlalu tua (> 35 tahun), terlalu dekat jarak antar-kehamilan (<
3 tahun), dan terlalu banyak (jumlah anak > 2), mengatasi anemia,
penyakit infeksi atau penyakit kronis pada ibu.
penerapan pola hidup sehat, antara lain dengan memenuhi kebutuhan
gizi ibu pada masa kehamilan dan nifas, pelayanan antenatal sesuai
dengan standar, termasuk konseling tentang kebutuhan gizi, tidak
merokok/terpapar asap rokok, memberikan kolostrum kepada bayinya
7
dengan melakukan inisiasi menyusu dini (IMD) yang diteruskan
dengan ASI eksklusif, serta melakukan stimulasi pada bayi sejak
dalam kandungan (seperti yang tercantum dalam Buku KIA).
b. Pemenuhan kebutuhan gizi balita yang dimulai dari sejak lahir, dengan
“standar emas makanan bayi”:
inisiasi menyusu dini (< 1 jam setelah lahir);
ASI eksklusif dalam 6 bulan pertama kehidupan;
makanan pendamping ASI (MP-ASI) mulai diberikan pada usia 6 bulan
dan diberikan secara: i) tepat waktu; ii) kandungan gizi cukup dan
seimbang; iii) aman; dan iv)diberikan dengan cara yang benar;
ASI dilanjutkan sampai anak berusia 2 tahun atau lebih.
c. Penapisan massal untuk menemukan hambatan pertumbuhan dan gizi kurang
pada balita di tingkat masyarakat dilakukan secara berkala pada bulan
penimbangan dengan target cakupan penapisan 100%. Caranya adalah melalui
pemantauan pertumbuhan (BB/U), LiLA, BB/PB (atau BB/TB) dan PB/U
(atau TB/U), serta lingkar kepala, dan lakukan plotting pada Buku KIA agar
dapat diketahui perkembangannya, bila ditemukan masalah, maka balita
dirujuk ke petugas kesehatan yang kompeten.
d. Perhatian khusus diberikan kepada bayi dan balita dengan faktor risiko
mengalami kekurangan gizi, misalnya:
• bayi yang dilahirkan dari ibu dengan kurang energi kronis (KEK)
dan/atau ibu usia remaja; bayi yang lahir prematur/BBLR, kembar, lahir
dengan kelainan bawaan;
• balita dengan infeksi kronis atau infeksi akut berulang dan adanya sumber
penularan penyakit dari dalam/luar rumah;
• balita yang berasal dari keluarga dengan status sosio ekonomi kurang;
• balita berkebutuhan khusus;
• balita yang berada di lingkungan yang terkendala akses air bersih,
dan/atau hygiene dan sanitasi yang buruk. Semua balita dipantau
8
pertumbuhannya secara rutin, terutama balita dengan faktor risiko.
Orangtua/pengasuh diberi konseling pemberian makan sesuai usia, diberi
pelayanan lainnya dan tindak lanjut sedini mungkin untuk mengatasi
masalah yang ditemukan.
e. Dukungan program terkait diperlukan dalam upaya pemenuhan total cakupan
pelayanan, konseling pemberian makan sesuai umur dan penanganan balita
sakit secara komprehensif, serta promosi perubahan perilaku menuju pola
hidup bersih dan sehat. Fasilitas kesehatan (faskes) primer dan rujukan
berperan penting dalam tatalaksana balita sakit sesuai standar.
f. Dukungan lintas sektor diperlukan dalam pemenuhan kebutuhan air bersih
dan/ atau pengadaan jamban keluarga, serta lingkungan sehat, dalam upaya
pencegahan penyakit infeksi berulang yang dapat mengakibatkan gizi buruk
pada balita. Demikian pula dalam pengaturan makanan/camilan yang sehat
untuk anak.
g. Perhatian khusus diberikan kepada baduta yang rentan mengalami gizi buruk,
melalui berbagai intervensi untuk pencegahan masalah gizi, seperti tercakup
dalam upaya “Seribu Hari Pertama Kehidupan”.
9
Faktor risiko gizi buruk pada bayi < 6 bulan yang sering ditemukan sebagai
berikut:
a. Bayi berat lahir rendah (BBLR), yaitu berat lahir yang dibawah 2500 g seperti
:
Bayi lahir sebelum waktunya (preterm/prematur), yaitu dimana
sebelum usia kehamilan 37 minggu berat lahirnya rendah dan organ-
organ tubuhnya belum berfungsi sepenuhnya. Akibatnya, risiko
kegagalan fungsi tubuh meningkat, yang antara lain menimbulkan
gangguan pernafasan dan hipotermi. Faktor penyebab kelahiran
prematur pada umumnya terkait dengan status kesehatan ibu, misalnya
ibu menderita penyakit infeksi atau penyakit kronis, ibu mengalami
komplikasi kehamilan, ibu merokok/terpapar asap rokok, ibu terlalu
berat beban kerja atau mengalami stress.
Bayi lahir cukup bulan (38 minggu atau lebih), tetapi kecil untuk
umur kehamilannya, sebagai akibat dari kekurangan gizi sejak di
dalam kandungan. Pada kelahiran cukup umur, biasanya organ-organ
tubuh bayi telah matang dan dapat berfungsi normal. Faktor
penyebabnya pada umumnya adalah masalah kurang gizi pada ibu,
misalnya KEK (kurang energi kronis) dan/atau anemia pada masa
kehamilan atau bahkan sebelumnya.
b. Penyakit/ kelainan bawaan, misalnya seperti beberapa jenis kelainan bawaan
berakibat pada gangguan fungsi pencernaan, misalnya bibir dan langit-langit
sumbing, kelainan saluran pencernaan atau kelainan sistem organ lainnya,
seperti kelainan sistem kardiovaskuar, dll. Penyakit bawaan misalnya HIV,
sifilis dan hepatitis B yang dapat ditularkan dari ibu ke janin.
c. Pola asuh yang tidak menunjang proses tumbuh kembang bayi dan gangguan
kesehatan ibu setelah melahirkan, misalnya bayi lahir tidak mendapat
kolostrum; produksi ASI sedikit sehingga bayi tidak mendapatkan ASI
10
eksklusif, atau kondisi lainnya seperti ibu tidak mau menyusui atau berjauhan
dengan bayinya.
Dan untuk upaya pencegahan gizi buruk pada bayi kurang dari 6 bulan adalah
dengan mencegah timbulnya faktor-faktor risiko tersebut, yang meliputi upaya
peningkatan kesehatan ibu, pertolongan persalinan dan pelayanan kesehatan bayi
berkualitas. Kemenkes menjadikan upaya-upaya tersebut sebagai paket pelayanan
Seribu Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK). Tujuannya mengawal status gizi ibu
dan janin/bayinya agar tetap sehat sejak di dalam kandungan (270 hari) sampai
usia dua tahun (730 hari), melalui:
11
2. 5 Pengelolaan Gizi Buruk Terintegrasi pada Bayi Usia 0-6 Bulan
Upaya Pengelolaan Gizi Buruk Terintegrasi menekankan pentingnya peran
serta aktif keluarga dan masyarakat serta lintas sektor terkait dalam upaya
penanggulangan gizi buruk pada balita. Upaya ini juga menganjurkan layanan rawat
jalan untuk balita berusia 6-59 bulan dengan gizi buruk tanpa komplikasi. Bila ada
komplikasi, maka balita perlu menjalani rawat inap sampai komplikasi teratasi dan
bayi berusia kurang dari 6 bulan dengan gizi buruk, dianjurkan rawat inap, walaupun
meningkatkan jumlah balita gizi buruk yang terdeteksi secara dini, cakupan
penanganan kasus, tingkat kepatuhan, sehingga mengurangi drop out balita yang
menjalani rawat jalan/ inap, dan proporsi kasus yang berhasil disembuhkan.
2.6 Tata Laksana Rawat Inap pada Bayi Gizi Buruk Usia 0-6 bulan
Bayi berusia kurang dari 6 bulan dengan gizi buruk harus mendapat layanan
rawat inap. Tatalaksananya perlu perhatian khusus, karena:
12
Tatalaksana bayi kurang dari 6 bulan dengan gizi buruk berdasarkan status
pemberian ASI:
Tatalaksana rawat inap bayi berusia kurang dari 6 bulan dengan gizi buruk
dan bayi di atas 6 bulan dengan berat badan kurang dari 4 kg melewati fase-fase
yang sama dengan rawat inap balita dengan gizi buruk pada umumnya, yaitu Fase
Stabilisasi, Transisi dan Rehabilitasi. Suatu hal khusus adalah pemberian ASI
merupakan hal yang sangat menentukan, karena dalam 6 bulan pertama kehidupannya
makanan bayi adalah ASI eksklusif.
a) Untuk Bayi < 6 bulan dengan gizi buruk dan ada kemungkinan
pemberian ASI
Di bawah ini adalah tatalaksana pada tiap fase bila ada kemungkinan
pemberian ASI :
1) Fase Stabilisasi
Mengatasi komplikasi sesuai dengan protocol umum. Perlu diingat
bahwa bayi usia <6 bulan sangat rawan terhadap hipoglikemia dan
hipotermia.
13
Mulai refeeding (proses pengenalan makanan) dengan susu
formula pengganti. Dengan memberikan formula dengan jumlah
tetap (130 ml/kgBB/hari), dan segera berikan F-75/F-100 yang
diencerkan; atau bila keduanya tidak ada, berikan formula dan
teruskan pemberian setiap 2-3 jam, serta berikan terapi gizi
dengan menggunakan cangkir, atau suplementer (bila bayi mampu
menghisap), atau dengan teknik drip-drop atau NGT.
Dukungan pemberian ASI yang bertujuan meningkatkan produksi
ASI dan menerapkan kembali ASI eksklusif sehingga bayi
dipulangkan hanya dengan ASI.
2) Fase Transisi
Pada Fase transisi, formula yang digunakan tetap sama. Transisi yang
terjadi adalah mengupayakan agar bayi semakin banyak mendapatkan
ASI dan secara bertahap diharapkan bayi hanya mendapat ASI ketika
pulang.
3) Fase Rehabilitasi
Tujuan yang ingin dicapai pada fase ini adalah untuk menurunkan
jumlah formula yang diberikan, mempertahankan kenaikan berat
badan, dan melanjutkan pemberian ASI.
Kemajuan klinis pada bayi dinilai dari kenaikan berat badan setiap
hari:
a. Bila berat badan turun atau tidak naik selama 3 hari berturut-turut
tetapi bayi tampak lapar dan menghabiskan semua formula yang
diberikan, tambahkan 5ml pada setiap pemberian formula.
b. Biasanya suplementasi formula tidak bertambah selama perawatan
tetapi berat badan naik, yang berarti produksi ASI terus meningkat.
14
c. Bila setelah beberapa hari bayi tidak lagi menghabiskan jatah
formulanya tetapi BB tetap naik, berarti asupan ASI meningkat dan
bayi mendapat cukup asupan untuk memenuhi kebutuhan.
d. Bayi ditimbang setiap hari dengan timbangan yang mempunyai
ketelitian sampai 10 g
Kriteria pulang
15
Gizi adekuat dan suplementasi bagi ibu menyusui
Ibu menyusui memerlukan energi ekstra sebesar 450 kkal/hari. Zat gizi
mikro esensial yang terkandung dalam ASI berasal dari diet dan
suplementasi zat gizi mikro yang diberikan kepada ibu. Karena itu, sangat
penting untuk memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi ibu menyusui dengan
mengonsumsi paling sedikit 2500 kkal/hari; dan sesuai dengan program, ibu
nifas mendapat 2 kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000 SI). Ibu dianjurkan
minum minimal 2 L/hari, karena dehidrasi dapat mengurangi produksi ASI.
b) Untuk Bayi kurang dari 6 bulan gizi buruk, dan TIDAK ada
kemungkinan pemberian ASI.
Mengingat bahwa ASI tidak mungkin diberikan, maka tujuan tatalaksana pada
keadaan ini adalah bayi gizi buruk mendapat makanan pengganti yang aman
dan sesuai untuk rehabilitasi gizi. Bayi dipulangkan dengan diberikan formula
dan pengasuh memahami cara yang aman pemberiannya. Fase yang dilalui
menuju pemulihan sama dengan bayi < 6 bulan dengan kemungkinan
pemberian ASI. Di bawah ini penjelasan tentang tatalaksana menurut tiga fase
:
1) Fase Stabilisasi
Bayi diberi obat rutin dan suplemen:
Antibiotika: Amoksisilin diberikan 15mg/kgBB/kali setiap 8 jam
selama 5 hari sedangkan untuk bayi dengan berat badan di bawah
3 kg diberikan setiap 12 jam. Kloramfenikol TIDAK diberikan
kepada bayi muda
Vitamin A 50.000 SI dosis tunggal pada hari pertama
Asam folat 2,5 mg dosis tunggal
Sulfas ferosus: diberikan segera setelah bayi dapat menghisap
dengan baik dan berat badan naik.
Kriteria peralihan dari Fase Stabilisasi ke Fase Transisi:
16
Kembalinya nafsu makan
Mulai menghilangnya edema pada bayi yang semula ada edema.
Bayi dengan edema berat (+3) harus tetap di Fase Stabilisasi
sampai edema berkurang (+2).
2) Fase Transisi
Terapi dietetik
Hanya F-100 yang diencerkan yang diberikan
Jumlah F-100 yang diencerkan dinaikkan 1/3 dari jumlah yang
diberikan pada Fase Stabilisasi
3) Fase Rehabilitasi
Terapi dietetik
Hanya F-100 yang diencerkan yang digunakan
Selama fase Rehabilitasi, bayi mendapat formula terapeutik (F-
100 yang diencerkan) sebanyak 2 kali jumlah yang diberikan pada
Fase Stabilisasi.
Pemantauan
Pemantauan tidak berbeda baik pada Fase Stabilisasi, Transisi dan
Rehabilitasi, baik bagi bayi dengan ASI maupun tanpa ASI. Parameter
yang harus dipantau dan dicatat dalam rekam medik:
Berat badan
Derajat edema (0 sampai +3)
Suhu tubuh (diukur 2 kali sehari)
17
Gejala klinis: batuk, muntah, defekasi, dehidrasi, pernafasan,
ukuran organ hati Hal-hal lain yang perlu dicatat, misalnya
menolak makan, rute asupan makanan (oral, NGT atau parenteral),
transfusi.
Kriteria bayi < 6 bulan bisa keluar dari semua layanan gizi buruk
18
BAB III
PEMBAHASAN
3. 1. Pencegahan dan Penatalaksanaan Masalah Gizi pada Bayi Usia 0-6 Bulan
a. Status Gizi Bayi
Status gizi bayi adalah keadaan tubuh. Yang merupakan akibat dari
konsumsi makanan dan pengunaan zat-zat gizi dengan 4 klasifikasi, yaitu
status gizi buruk, status kurang, status gizi baik, status gizi lebih. Kualitas
bayi yang dilahirkan sangat tergantung pada keadaan ibu sebelum dan selama
hamil. Riwayat status gizi ihu hamil menjadi faktor penting terhadap
pertumbuhan dan perkambangan janin. Jika kekurangan status gizi pada awal
masa kehidupan maka akan berdampak terhadap kehidupan selanjutnya
seperti Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT). Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR), kecil, pendek, kurus, daya tahan tubuh rendah, dan beresiko
meninggal dunia.
Kebutuhan gizi bayi berbeda dengan kebutuhan anak dan dewasa. Gizi
bayi merupakan zat-zat gizi yang terkandung dalam bahan makanan, yang
diperlukan bagi bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan. Meningkatkan
status kesehatan dan mencegah terjadinya penyakit atau masalah
kesehatannya. Beberapa kebutuhan zat gizi yang diperlukan seperti protein,
karbohidrat, lemak. Mineral, vitamin dan air. Bayi memerlukan karbohidrat
dengan bantuan amilase untuk mencerna bahan makanan yang berasal dari.
Zat pati. Protein yang diperlukan berasal dari ASI ibu yaitu dengan kadar 4-
19
5% dari total. kadar kalori dalam ASI. Mineral yang diperlukan pada masa ini
terdiri dari kalsium, fosfor, kalori, kalium, dan natrium. Nutrisi pada bayi usia
0-6 bulan yaitu ASI ekslusif, satu bentuk rangsang untuk mengoptimalkan
pertumbuhan dan perkembangan otak bayi adalah dengan menerapkan pola
asah, asih dan asuh dalam perawatannya sehari-hari, dalam pemberian ASI
juga perlu ditujukan dengan pemenuhan zat-zat gizi yang tepat.
20
kebutuhan gizi harian. Mengalami gizi kurang, pengukurannya berada di
rentang -3 SD sampai kurang dari -2 SD. WHO menjelaskan lebih lanjut
bahwa masalah kurang gizi pada bayi dapat mencakup stunting, wasting,
berat badan rendah, hingga kekurangan vitamin dan mineral.
Perawatan nya melakukan asi eksklusif selama 6 bukan penuh tanpa
campuran lainnya dan hanya ASI saja.
3. Masalah gizi buruk pada bayi
Gizi buruk adalah keadaan saat berat badan berdasarkan tinggi badan
bayi berada jauh dari rentang yang seharusnya. kategori gizi buruk yakni
kurang dari -3 SD. Masalah gizi buruk pada bayi dapat dibagi menjadi
kwashiorkor, marasmus, dan marasmus-kwashiorkor. Marasmus adalah
kondisi gizi buruk karena asupan energi tidak tercukupi. Kwashiorkor
adalah masalah gizi buruk yang disebabkan oleh kurangnya asupan
protein pada bayi. Sementara marasmus-kwashiorkor merupakan
gabungan dari keduanya yakni masalah karena asupan protein dan energi
kurang dari yang seharusnya.
Perawatan nya
4. Masalah gizi lebih pada bayi
Bayi dengan gizi lebih bisa memiliki salah satu dari dua kondisi, yaitu
antara berat badan lebih (overweight) dan obesitas pada bayi.Bayi
dikatakan memiliki berat badan lebih saat pengukurannya berada di
rentang +2 SD sampai +3 SD. Sementara untuk obesitas berbeda dengan
gemuk biasa karena berada di atas pengukuran +3 SD.kurangktor yang
mempengaruhi kurang gizi yaitu ketersediaan makanan, penyakit infeksi,
ketahanan pangan, pola pengasuhan anak, pelayanan kesehatan,
kesehatan lingkungan, tingkat pendidikan, pengetahuan, dan
keterampilan orang tau, serta riwayat status gizi ibu saat hamil.
5. Stunting
21
Stunting adalah kekurangan gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya
asupan gizi dalam waktu yang cukup lama. Akibatnya, anak mengalami
gangguan pertumbuhan. Pada bayi, stunting atau kerdil ditandai dengan
panjang bayi yang kurang secara signifikan dari standar usia seharusnya.
Dampak dari stunting tidak jauh beda dari kondisi gizi kurang.
Perawatan nya Penanganan untuk masalah gizi stunting pada bayi dapat
diupayakan dengan melakukan pola asuh (caring). Tindakan pola asuh
ini mencakup inisiasi menyusui dini (IMD) saat baru lahir kemudian
menyusui ASI eksklusif sampai usia bayi 6 bulan.
Cara mencegah bayi dan anak kurang gizi yang bisa dilakukan sejak
dini adalah:
Makanan yang dikonsumsi ibu saat hamil dan menyusui akan memengaruhi
kandungan nutrisi pada ASI. Sementara ASI merupakan sumber gizi utama
untuk bayi terutama dalam 6 bulan pertamanya. Untuk itu, penting menjaga
asupan ibu agar si Kecil tidak mengalami masalah kurang gizi.
Asupan kalori selama pemberian ASI eksklusif yakni 330 kilo kalori
pada 6 bulan pertama dan 400 kilo kalori pada 6 bulan kedua
Asupan cairan yang meningkat hingga 800 ml per hari
22
Memastikan ibu menyusui mendapatkan asupan vitamin D yang
cukup
Mendapatkan asupan yodium per hari selama menyusui yakni
sekitar 250 mcg.
2. Memenuhi nutrisi bayi dan balita
Sumber gizi dan nutrisi pada bayi dan balita bisa diperoleh dari asupan ASI
yang diberikan. Beberapa kandungan gizi yang harus diperhatikan untuk
bayi guna mencegah masalah gizi pada bayi adalah:
23
1. Karbohidrat
Bayi berusia 0-6 bulan akan Mendapatkan karbohidrat berupa laktosa dari
ASI. Kandungan laktosa dalam ASI dapat memenuhi 42 Persen dari total
kebutuhan energi bayi usia 0-6 Bulan.
2. Lemak
ASI mengandung asam lemak esensial, yaitu asam alfa-linolenat dan asam
linoleat dan dapat memenuhi kebutuhan harian 40-50%
3. Protein
4. Vitamin
24
mengandung berbagai macam jenis mineral lain, seperti zat besi, seng,
tembaga, kromium, fluor.
25
BAB IV
KESIMPULAN
26
DAFTAR PUSTAKA
RI, K. (2019). Pedoman dan Pencegahan Tatalaksana Gizi Buruk pada Balita.
Jakarta: KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA.
27