Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pemberdayaan Pada Kelompok Kesehatan yang
diampu oleh Dr. Siti Asiyah,S.Kep.Ns,M.Kes
Disusun oleh:
Kelompok 1A
2023
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur selalu tercurah limpahkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya kepada seluruh makhluknya, sehingga pada saat ini penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah dengan lancar.
Sholawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada junjungan kita nabi besar
Muhammad SAW. Proposal ini disusun berdasarkan tugas dari proses pembelajaran yang telah
dititipkan kepada penulis.
Tema yang akan dibahas dalam makalah ini dipilih untuk memenuhi tugas matakuliah
Pemberdayaan Pada Kelompok Kesehatan. Penulis selaku penyusun mengucapkan banyak
terimakasih kepada dosen pembimbing Ibu Dr. Siti Asiyah,S.Kep.Ns,M.Kes. Semoga Proposal
yang dibuat ini dapat dinilai dengan baik dan dihargai oleh pembaca. Semoga segala amal baik
yang telah Bapak/Ibu berikan mendapat balasan yang baik dari Allah SWT. Penulis menyadari
bahwa penulisan dan perancangan makalah ini masih memiliki kekurangan, sehingga kritik dan
saran dari berbagai pihak sangat penulis harapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk
penulis dan para pembaca serta memperluas wawasan.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Stunting adalah kegagalan dalam proses tumbuh dan kembang bayi. Kondisi ini biasa
terjadi akibat kekurangan gizi atau asupan nutrisi dalam waktu yang cukup lama. Bayi yang
mengalami stunting akan mengalami perlambatan dalam proses tumbuh baik fisik maupun
otaknya. Salah satu cara melihat apakah bayi stunting memang melalui pengukuran panjang atau
tinggi badannya. Anak yang mengalami stunting umumnya memiliki tubuh lebih pendek jika
dibandingkan anak lain seusianya. Namun, meski begitu, bukan berarti anak yang pendek itu
pasti mengalami stunting. Selain mengukur panjang bayi, dokter atau tenaga medis juga akan
mencari tahu kecukupan nutrisi harian anak. Ini karena stunting banyak disebabkan oleh
kurangnya asupan gizi anak, baik saat di dalam kandungan maupun setelah ia lahir. Kondisi bayi
stunting sangat penting menjadi perhatian kita semua. Sangat miris karena masih banyak yang
tidak tahu bahwa tubuh pendek anak bisa jadi pertanda adanya masalah gizi kronis pada si kecil.
Kurangnya gizi tidak hanya menyebabkan lambatnya pertumbuhan fisik anak, tapi juga bisa
berpengaruh pada fungsi kognitif atau perkembangan otaknya. Bayi stunting akan mengalami
kesulitan dalam berpikir sehingga bisa merugikan masa depannya. Selain itu, bayi stunting juga
cenderung lebih mudah terkena infeksi atau penyakit yang tentu membahayakan dirinya.
Menurut data dari Pemantauan Status Gizi (PSG), kasus stunting bayi di Indonesia masih
cukup tinggi yaitu mencapai 29.6 persen. Padahal WHO sendiri telah menetapkan batasan kasus
stunting pada bayi tidak boleh lebih dari 20 persen. Bayi yang baru lahir juga memiliki risiko
mengalami stunting jika asupan nutrisi ibu saat hamil kurang terpenuhi. Untuk mencegah
stunting bayi baru lahir, ibu hamil harus memperhatikan asupan nutrisinya.
Dalam skala atau pengukuran “X”, biasanya ditunjukkan dengan penurunan sebanyak 2
poin, atau tidak tumbuh. Jika tidak segera dilakukan intervensi, akan banyak bayi atau calon bayi
di Indonesia gagal tumbuh akan berujung pada kondisi malnutrisi (kurang gizi, gizi buruk),
hingga berujung pada kondisi stunting. Kondisi stunting sendiri bersifat tidak bisa kembali
(irreversible), sehingga pertumbuhan fisik dan kemampuan kognitif anak terganggu secara
permanen. Makin Banyak bayi yang akan mengalami penurunan fungsi kognitif, motorik, dan
verbal. Mereka biasanya akan mengalami keterlambatan bicara, memahami ucapan orang lain,
kurang aktif, dan lain sebagainya.
Pencegahan bayi stunting juga perlu dilakukan kepada anak. Caranya dengan rutin
memantau pertumbuhan dan perkembangan anak sejak baru lahir hingga usianya mencapai 17
tahun. Untuk bayi baru lahir, sebaiknya hanya diberikan ASI sampai usianya 6 bulan, lalu
dilanjutkan dengan MPASI yang tentunya harus tinggi nutrisi dan gizi, sambil tetap disusui
sampai umurnya dua tahun. WHO dan UNICEF mengharuskan bayi berusia 6 sampai 23 bulan
mendapat MPASI yang minimal terdiri dari 4 atau lebih jenis-jenis makanan berikut ini: umbi-
umbian, kacang-kacangan, produk olahan susu, telur, sumper protein, sayur dan buah terutama
yang kaya vitamin A). Selain itu, hal lain yang harus diperhatikan adalah ketentuan Minimum
Meal Frequency (MMF), yaitu bayi 6 sampai 8 bulan yang diberi ASI harus diberi makan
minimal 2 kali per hari, lalu bayi ASI berusia 9 sampai 23 bulan harus diberi makan minimal 3
kali sehari. Sedangkan untuk bayi yang tidak minum ASI dan berusia 6 sampai 23 bulan harus
diberi makan minimal 4 kali per hari. Selain memberi asupan makanan sehat, mencegah bayi
stunting juga bisa dilakukan dengan melakukan stimulasi dini perkembangan anak serta
memberikan pelayanan dan perawatan kesehatan yang optimal untuk anak. Ini bisa dilakukan
dengan membawa anak ke posyandu atau puskesmas untuk diukur berat, tinggi, dan lingkar
kepalanya secara berkala. Bisa juga membawanya rutin setiap bulan ke dokter anak, dan
mengikuti program vaksin pemerintah. Solusi diatas juga bisa disampaikan melalui penyuluhan
kepada para ibu dan calon ibu
B. TUJUAN
Tujuan Umum:
Dengan adanya sarana untuk melakukan kegiatan kegiatan mengenai stunting serta
terpenuhinya operasional yang menunjang kegiatan para kader maka dapat sedini mungkin
mencegah terjadinya stunting di tengah tengah masyarakat Desa Wilayah Kerja Puskesmas
Poncokusumo
Tujuan Khusus:
1. Memberikan pelatihan tentang bagaimana stunting dan gejala gejalanya serta cara
pencegahannya.
2. Memberikan pelatihan dan demonstrasi mengenai Gizi Seimbang pada calon pengantin.
3. Memberikan edukasi tentang cara memenuhi gizi pada sebelum dan saat hamil.
4.Meningkatkan pengetahuan calon pengantin di Desa Desa Wilayah Kerja Puskesmas
Poncokusumo.
C. SASARAN
Catin
D. MANFAAT
Mencegah balita tumbuh dan berkembang terkena berbagai faktor risiko penyebab
stunting melalui program-program pmberdayaan yang ada dan akan dilaksana
Terlaksananya program penurunan stunting diikuti dengan bukti terealisasinya bahwa
presentase balita stunting menurun
E. RUANG LINGKUP
Mengemas kegiatan demonstrasi kepada sasaran mengenai bagaimana cara mencegah
stunting baik dari segi pola asuh maupun pemberian makanan pada balita sebagai upaya
preventif
Mengelola penyuluhan sebagaimana juga seperti pelatihan bagi para sasaran sebagai
upaya promotif cegah stunting
BAB II
PEMBAHASAN
F. URAIAN MATERI
1. Pengertian stunting dan gejala serta resikonya pada anak
2. Piramida makanan
3. Manfaat mengkonsumsi gizi yang seimbang
Stunting adalah masalah kurang gizikronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang
dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesaui dengan kebutuhan gizi.
Stunting dapat terjadi milai janin masih dalam kandungan dan baru Nampak saat anak berusia
dua tahun.
1. Postur tubuh yang tidak optimal saat dewasa, lebih pendek ketimbang orang-orang seusianya
2. Meningkatkan risiko obesitas dan mengidap Penyakit Tidak Menular (PTM) seperti hipertensi,
penyakit jantung, diabetes, kanker, dan lain-lain
Piramida makanan sehat terdapat 4 lapisan tumpengyang digambarkan. Dimana terdiriri dari
makanan pokok, buah dan sayuran, berisi sumber protein, dan sedikit gula, garam dan, minyak.
Untuk prinsip piramida makanan gizi seimbang sendiri yaitu:
G. METODE KEGIATAN
Metode yang akan digunakan adalah metode Pelatihan dan Demonstrasi
H. PEMATERI
Untuk pengisi materi dari Ahli Gizi dan Bidan.
I. Peserta : 35 Orang
J. Lama kegiatan : 45 Menit/ 1 kali Pertemuan
K. Mobilisasi Peserta :
Calon pengantin dating ke tempat kegiatan yang akan dilaksanakan, kemudian setelah
kegiatan selesai mendapatkan konsumsi kemudian juga akan di adakan dorpirize sebeum
saat dan sesudah kegiatan bagi peserta yang mampu berinteraksi dengan baik selama
N
O URAIAN VOL BIAYA JUMLAH KET
SATUAN
1 ATK 35 Rp.10.000; Rp.350.000;
2 Banner 2 Rp.100.000; Rp.200.000;
3 Sound 1 Rp.200.000; Rp.200.000;
4 Narasumber 2 Rp.250.000; Rp.500.000;
5 Konsumsi
-Buah susu dan makanan 40 Rp.30.000; Rp.1.200.000;
sehat
6 Doorprize 5 Rp.30.000; Rp.150.000;
7 Transportasi Fasilitator 6 Rp.25.000; Rp.150.000;
8 Fotocopy materi / pamflet 35 Rp. 5.000; Rp.175.000;
Biaya Total Rp.2.925.000;
SUMBER DANA : Dana desa setempat yang diambil dari iuran warga
O. EVALUASI
Evaluasi merupakan kegiatan untuk mengetahui apakah edukasi yang di berikan
dapat diterima oleh sasaran. evaluasi dapat dilakukan dengan membandingkan antara
tujuan dari penyampaian materi dengan hasil yang telah diukur terhadap responden.
Adapun beberaa indicator dalam membuat evaluasi, yang indicator-indikator tersebut
terdapat dalam tujuan dari edukasi ini.
Rencana evaluasi yang akan kami lakukan terdapat dalam tabel di bawah ini:
jawaban dari pasca edukasi. Adapun kriteria yang bisa kita jadikan patokan yaitu:
1. Jika hasil dari kuisoner pasca edukasi > 90 % jawaban yang benar, pengetahuan
sasaran tentang stunting dan gizi seimbang untuk meningkatkan pengetahuan ibu
sasaran tentang stunting dan gizi seimbang untuk meningkatkan pengetahuan ibu
3. Jika hasil kuisoner pasca edukasi ≤ 74% jawaban benar maka pengetahuan
sasaran tentang stunting dan gizi seimbang untuk meningkatkan pengetahuan ibu
Untuk kuisoner pra dan pasca edukasi menggunakan soal yang sama. Sehingga untuk