Anda di halaman 1dari 4

JUDUL : MP ASI bisa bikin STUNTING ?

NAMA PENULIS : DEVI NOVIA, M.Gz


Stunting merupakan bentuk kegagalan pertumbuhan (growth faltering) akibat
akumulasi ketidakcukupan nutrisi yang berlangsung lama mulai dari kehamilan sampai
usia 24 bulan. Keadaan ini diperparah dengan tidak terimbanginya kejar tumbuh (catch
up growth) yang memadai. Indikator yang digunakan untuk mengidentifikasi balita
stunting adalah berdasarkan indeks Tinggi badan menurut umur (TB/U) menurut
standar WHO child growth standart dengan kriteria stunting jika nilai z score TB/U < -2
Standard Deviasi (SD). Periode 0- 24 bulan merupakan periode yang menentukan
kualitas kehidupan sehingga disebut dengan periode emas. Periode ini merupakan
periode yang sensitif karena akibat yang ditimbulkan terhadap bayi pada masa ini akan
bersifat permanen dan tidak dapat dikoreksi. Untuk itu diperlukan pemenuhan gizi yang
adekuat pada usia ini.
Stunting disebabkan oleh faktor multi dimensi. Intervensi yang paling
menentukan untuk dapat mengurangi prevalensi stunting perlu dilakukan pada 1000
hari pertama kehidupan (HPK). Pencegahan stunting dapat dilakukan antara lain
dengan cara pemenuhan kebutuhan zat gizi bagi ibu hamil, Asi Eksklusif sampai umur 6
bulan dan setelah umur 6 bulan diberi makanan pendamping ASI, memantau
pertumbuhan balita di posyandu, meningkatkan akses terhadap air bersih dan sanitasi,
serta menjaga kebersihan lingkungan. Menurut data SSGI 2021, kejadian stunting
sendiri meningkat pada kategori balita umur 12-23 bulan yang berarti bahwa ada yang
salah dengan cara pemberian MP-ASI di usia 6-11 bulan. Penelitian menunjukkan
bahwa rumah tangga dengan perilaku sadar gizi yang kurang baik berpeluang
meningkatkan risiko kejadian stunting pada anak balita 1,22 kali dibandingkan dengan
rumah tangga dengan perilaku kesadaran gizi baik. Praktik pemberian makanan
pendamping ASI (MPASI) yang tidak tepat merupakan salah satu masalah yang sering
terjadi di negara berkembang. Hal tersebut dapat menyebabkan asupan zat gizi yang
tidak adekuat, terutama dari protein yang berhubungan dengan masalah gangguan
pertumbuhan fisik pada anak balita, termasuk stunting.
Di daerah tempat saya bekerja, rata-rata untuk cara pemberian MP-ASI dan
waktu pemberian juga masih belum tepat. MP-ASI diberikan pada usia kurang dari 6
bulan dan biasanya langsung diberikan nasi. Seperti yang kita ketahui bahwa
Pemberian Makanan Tambahan dari 6-9 bulan yaitu mulai dengan 2 sampai 3 sendok
bubur atau makanan yang dilumatkan. Diusia 6 bulan, makanan ini merupakan ajang
pengenalan rasa baru daripada makanan sesungguhnya. Buat bubur dengan susu–
terutama ASI; kacang yang dilumatkan (sedikit minyak juga bisa ditambahkan)
kemudian secara perlahan tingkatkan menjadi setengah (cangkir 250 ml). Makanan
apapun dapat diberikan kepada bayi setelah usia 6 bulan sejauh makanan itu
dilumatkan atau dicincang/dicacah. Anak-anak tidak memerlukan gigi untuk mengunyah
makanan seperti telur, daging, dan sayuran hijau. Tambahkan tabur gizi, dua hari
sekali, pada makanan siap saji.
Tenaga kesehatan, kader, dan tokoh masyarakat harus mengetahui cara
pemberian makan yang baik bagi anak. Di daerah terpencil terkadang anak usia kurang
dari 6 bulan atau pun bayi baru lahir diberikan makanan seperti pisang. Hal ini tentu
saja kurang tepat dimana yang kita ketahui bahwa lambung bayi itu besarnya sama
dengan kelereng sehingga belum bisa menampung makanan selain ASI. Pada saat
melakukan konsultasi kepada ibu balita tidak jarang ibu balita yang protes dengan
alasan sudah biasa diberikan di kampung ini. Memang hal yang paling susah dirubah
itu adalah perilaku dan kebiasaan seseorang. Maka dari itu yang saya lakukan adalah
tetap memberikan edukasi kepada ibu balita/bayi setiap bulannya sehingga jika ibu
balita tersebut mempunyai anak lagi bisa mempraktikkan apa yang sudah diberikan.
Disini juga telah dilakukan pelatihan PMBA (Pemberian Makan pada Bayi dan Anak)
untuk kader sehingga tidak hanya petugas kesehatan saja yang bisa mengedukasi
masyarakat. Apalagi kader sendiri merupakan warga di daerah tersebut dan paling
dekat dengan masyarakat. Selain itu, banyak juga ibu balita yang bertanya kepada saya
mengenai cara memberikan makan seperti anak salah satu artis yang terkenal, yaitu
langsung diberikan makanan yang keras/ bertekstur. Sebenarnya pemberian makanan
yang seperti ini bisa dilakukan, tapi dengan berbagai syarat salah satunya yaitu diawasi
oleh dokter spesialis anak, anak sudah bisa duduk tegak, dan lainnya yang jika tidak
dipenuhi akan membuat anak tersedak, maka dari itu pemberian makan seperti ini
masih belum dianjurkan di negara kita.
Praktik pemberian makan merupakan hal yang sangat krusial jika dikaitkan
dengan stunting, yang mana hal yang sangat berpengaruh pada anak stunting yaitu
asupan. Baru baru ini pemerintah mulai memasukkan kegiatan di hampir semua
puskesmas yaitu pemberian PMT lokal. PMT lokal ini diberikan kepada balita weight
falltering dan ibu hamil KEK yang tujuannya adalah mengatasi ketidakcukupan nutrisi di
beberapa daerah. Dengan adanya kecukupan nutrisi diharapkan tidak adanya growth
falltering. Pada kegiatan ini peran kader dan desa sangat diperlukan. Pemberian PMT
lokal ini dilakukan selama 90 hari dengan memberikan minimal lauk dan dalam 1
minggu harus diberikan makanan lengkap. Diharapkan dengan pemberian PMT lokal ini
angka kejadian gizi kurang, ibu hamil KEK, dan stunting ikut menurun. Kelemahan dari
kegiatan ini adalah banyak kader yang belum mau berpartisipasi dalam kegiatan ini. Di
salah satu desa tempat saya bekerja, sangat mendukung kegiatan PMT lokal ini, dari
desa memberikan dana dukungan untuk kader sebagai petugas masak dan
pengantaran sehingga kader di desa tersebut bersemangat dalam menjalankan
kegiatan ini dan hasil yang didapatkan nantinya pun sesuai.
Harapan kami sebagai tenaga kesehatan gizi, terus dilakukan edukasi mengenai
PMBA dan akan lebih baik jika PMBA ini bisa dimasukkan ke kurikulum sekolah agar
ketika nanti generasi bangsa kita mempunyai anak, dia bisa mempraktikkannya
sehingga secara tidak langsung itu dapat mengurangi resiko maslah terkait gizi
terutama stunting.
BIODATA
Devi Novia, lahir di Pontianak pada 3 November 1992 dan sekarang menetap di
Kalimantan Tengah. Menyelesaikan pendidikan dasar di Muhammadiyah 2 Pontianak,
melanjutkan pendidikan di SMP Muhammadiyah kemudian SMA Negeri 6 Pontianak, D
III di Poltekkes Pontianak, melanjutkan jenjang sarjana di UNRIYO dan menyelesaikan
S2 di Universitas Sebelas Maret Surakarta. Saat ini bekerja sebagai Aparatur Sipil
Negara di UPT Puskesmas Balai Riam.

Anda mungkin juga menyukai