A. Latar Belakang
Tingginya angka kematian bayi dan anak banyak ditemukan di negara-negara berkembang
termasuk Indonesia. Salah satu penyebabnya adalah karena keadaan gizi yang kurang baik atau
bahkan buruk (Suhardjo, 2003). Masalah gizi di Indonesia mengakibatkan lebih dari 80% kematian
anak. Keadaan kurang gizi menjadi penyebab sepertiga dari seluruh penyebab kematian anak di
seluruh dunia (WHO) memperkirakan bahwa 54% kematian anak disebabkan oleh keadaan gizi yang
buruk (WHO,2012).
Prevalensi dengan status gizisangat pendek di provinsi NTT pada tahun 2007 yaitu 24,2%,
meningkat pada tahun 2013 yaitu 26,2% dan mengalami penurunan yang cukup signifikan menjadi
16,0% (Riskesdas, 2018). Dan prevalensi dengan status gizi pendek di provinsi NTT pada tahun 2007
yaitu 22,5% meningkat menjadi 25,5% pada tahun 2010 kemudiankembali meningkat menjadi 26,7%
pada tahun 2013 (Riskesdas, 2018).Secara nasional prevalensi stunting di Provinsi NTT pada tahun
2018 sebesar 42,7% sedangkan pada tahun 2013 sebesar 51,7% artinya mengalami penurunan angka
sebesar 9% (Riskesdas, 2018)
Penyebab masalah gizi terdiri dari beberapa faktor yaitu faktor langsung, faktor tidak langsung,
akar masalah, dan pokok masalah. Penyebab langsung yaitu asupan makanan anak dan penyakit
infeksi. Anak yang dapat makanan dengan baik tetapi karena sering sakit diare atau demam dapat
menderita gizi kurang. Adapun penyebab tidak langsung yaitu ketersedian pangan di keluarga, pola
pengasuhan anak, lingkungan dan pelayanan kesehatan serta tingkat pendidikan, pengetahuan, dan
keterampilan ibu (Wijono, 2011).
Masalah gizi pada balita, membawa dampak negatif terhadap pertumbuhan fisik maupun
mental, menurunkan daya tahan tubuh, menyebabkan hilangnya masa hidup sehat balita, bahkan
menimbulkan kecacatan, meningkatkan angka kesakitan serta angka kematian. Apabila gizi kurang
tidak ditangani dengan baik maka akan berkembang menjadi gizi buruk dan kekurangan gizi yang
serius dapat menyebabkan kematian pada anak (Helmi, 2013).
Berdasarkan hal tersebut maka kami membuat inovasi yang disebut dengan “KELOLA GIZI”
pada anak baduta stunting di Desa Klatanlo kec Wulangitang di Wilayah Kerja Puskesmas Boru
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberikan edukasi dengan tujuan dapat mempengaruhi pola pikir para ibu untuk dapat
mengurangi prevalensi anak baduta stunting di Desa Klatanlo Kec Wulanggitang di Wilayah Kerja
Puskesmas Boru
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan kunjungan rumah
b. Mengukur berat badan dan tinggi badan anak stunting usia 0-24 bulandi Desa Klatanlo di
Wilayah Kerja Puskesmas Boru.
c. Menilai pengetahuan ibu, pola asuh dan pola pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI)
yang ibu berikan kepada anak stunting usia 0-24 bulan di Desa Klatanlo di Wilayah Kerja
Puskesmas Boru
d. Melakukan edukasi gizi kepada orang tua atau orang terdekat balita di Desa Klatanlo di Wilayah
Kerja Puskesmas Boru
C. Manfaat Inovasi
a. Dapat menjadi masukan dan informasi sebagai dasar pertimbangan dalam perencanaan
program Kesehatan Keluarga.
b. Untuk memberi informasi penyuluhan kepada ibu yang kurang akan pengetahuan tentang MP-
ASI dan mengenai pola asuh balita
c. Meningkatkan pengetahuan serta pemahaman ibu maupun petugas kesehatan atau pembaca.
D. Sasaran
a. Balita Stunting ( Pendek dan Sangat Pendek) dengan indikator tinggi bdan menurut umur
(TB/U) dengan kategori dan nilai z-score:
Sangat Pendek : TB/U < -3SD
Pendek : TB/U ≥ -3SD s/d < -2SD
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Stunting
Stunting adalah masalah gagal tumbuh pada anak balita karena kekurangan gizi dalam jangka
panjang atau infeksi berulang sehingga anak terlalu pendek untuk seusianya.
2. Cara mengetahui bahwa anak stunting
Dengan mengukur tinggi badan naka dengan membandingkan tinggi badan naka dengan
standar WHO, dikategorikan sangat pendek dengan nilai z-score< -3SD dan pendek dengan nilai z-
score ≥ -3SD s/d < -2SD
3. Penyebab Stunting
Asupan Gizi
Kurangnya asupan gizi sejak dalam kandungan hingga usia 2 tahun (1000 HPK)
Keadaan Kesehatan
Usia balita yang rentan terhadap infeksi (penyakit infeksi) atau keberadaan infeksi yang
berulang
Berat Badan Lahir
Ibu hamil dengan status gizi KEK jika memiliki Lingkar Lengan Atas (LILA) <23,5 cm,
berisiko akan melahirkan bayi berat badan lahir rendah (BBLR) yang jika tidak segera
ditangani dengan baik akan berisiko mengalami stunting
ASI EKSLUSIF
Anak yang tidak mendapatkan Asi Eksklusif rentan terhadap stunting
4. Dampak Stunting
Jangka Pendek
1. Terganggunya perkembangan otak dan kecerdasan
2. Gangguan pertumbuhan fisik
3. Gangguan metabolisme dalam tubuh
Jangka Panjang
1. Kemampuan kognitif dan prestasi belajar
2. Menurunnya kekebalan tubuh sehingga mudah sakit
3. Resiko tinggi untuk munculnya penyakit degeneratif (diabetes, jantung, stroke, kegemukan,
kanker)
4. Serta kualitas kerja yang tidak kompetitif yang berakibat pada rendahnya produktivitas
ekonomi
KELOLA GIZI merupakan suatu inovasi yang dirancang untuk mengurangi angka prevalensi
stunting di Desa Klatanlo yang dilakukan oleh petugas gizi Puskesmas Boru, dengan mengedukasi ibu
atau orang terdekat anak baduta.
Ini merupakan terobosan yang didasarkan pada data baduta yang banyak mengalami masalah gizi
terutama stunting yang disertai dengan gizi buruk atau gizi kurang di posyandu Diri Lalong.
Kurangnya tingkat pengetahuan, kesadaran dan kemauan orang tua untuk mendukung berbagai
program mengenai gizi mendorong kami untuk lebih semangat melakukan inovasi.
6. MP-ASI
a) MP-ASI adalah makanan atau minuman yang mengandung zat gizi, diberikan kepada bayi
atau anak usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain dari ASI dan berupa
makanan padat atau cair yang diberikan secara bertahap sesuai usia dan kemampuan
pencernaan bati atau anak.
b) Macam MP-ASI :
1) MP-ASI dari bahan makanan lokal yang dibuat sendiri
2) MP-ASI pabrikan yang difortifikasi dalam bentuk bungkusan, kaleng atau botol
c) Bentuk MP-ASI
i. Makanan Lumat yaitu sayuran, daging/ikan/telur, tahu/tempe dan buah yang
dilumatkan/disaring, seperti tomat saring, pisang lumat halus, pepaya lumat, air jeruk
manis, bubur susu dan bubur ASI
ii. Makanan lembik atau dicincang yang mudah ditelan anak, seperti bubur nasi campur,
nasi tim halus, bubur kacang hijau
iii. Makanan keluarga seperti nasi dengan lauk pauk, sayur dan buah
d) Pratik Pemberian MP-ASI yang Dianjurkan
Usia Rekomendasi
Frekuensi (per Berapa banyak setiap Tekstur (kekentalan/ Variasi
hari) kali makan konsistensi
6 - 9 bulan 2-3 x makan 2-3 sdm penuh dan Bubur kental/ makanan ASI (bayi
ditambah ASI secara perlahan sampai keluarga lumat disusui sesering
1-2 x makanan ½ mangkuk berukuran yg diinginkan)
selingan 250 ml tiap kali makan + makanan
9-12 bulan 3-4 kali makan ½ sampai ¾ mangkuk Makanan keluarga yg hewani
ditambah ASI berukuran 250 ml dicincang/ dicacah atau (makanan lokal)
1-2 kali makanan lembik
makanan + makanan
selingan pokok (bubur,
12 – 24 3 - 4 kali makan ¾ sampai 1 mangkuk Makanan yang di iris-iris makanan lokal
bulan ditambah ASI ukuran 250 ml atau makanan keluarga lainnya)
1 – 2 kali
makanan + kacang
selingan (makanan lokal)
+ buah-buahan /
sayuran
(makanan lokal)
+ bubuk tabur
gizi / Taburia
f) Apa yang terjadi bila bayi terlalu awal atau terlambat mendapat MP-ASI?
1. Memberi MP-ASI terlalu awal/dini pada usia < 6 bulan akan :
(1) Menggantikan asupan ASI, membuat sulit memenuhi kebutuhan zat gizinya
(2) Makanan mengandung zat gizi rendah bila berbentuk cair, seperti sup dan bubur encer
(3) Meningkatkan risiko kesakitan :
i. Kurangnya faktor perlindungan
ii. MP-ASI tidak sebersih ASI
iii. Tidak mudah dicerna seperti ASI
iv. Meningkatkan risiko alergi
(4) Meningkatkan risiko kehamilan ibu bila frekuensi pemberian ASI kurang
Nilai gizi :
Energi : 152,7 kkal Fe : 1,5 mg
Protein : 3,3 gr Vitamin A : 104,0 µg
Lemak : 7,8 gr Vitamin C : 7,3 mg
KH : 18,9 gr Zink : 0,6 mg
Nilai gizi :
Energi : 189,6 kkal Fe : 1,1 mg
Protein : 5,1 gr Vitamin A : 14,6 µg
Lemak : 8,9 gr Vitamin C : 3,9 mg
KH : 21,6 gr Zink : 0,8 mg
PEMERINTAH KABUPATEN FLORES TIMUR
DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS BORU
KECAMATAN WULANGGITANG
Email :puskesmasboruwulanggitang@gmail.com
B. Perawatan Anak