Anda di halaman 1dari 14

PROPOSAL

UPAYA PENURUNAN PREVALENSI STATUS GIZI BURUK TERHADAP KASUS


ANEMIA PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS TINGGEDE

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pemberdayaan Pada Kelompok Kesehatan yang
diampu oleh Dr. Siti Asiyah,S.Kep.Ns,M.Kes

Disusun oleh:

Kelompok 1A

Karimah Nur Syafira P17421211004

Eka Fitri Rahayu P17421211013

Citra Ela Pramudita P17421211015

Annisa Mareta Fanny P17421211018

Chindy Maulidia Tri Hasyari P17421211020

Siffian Fardhana P17421211023

Calvina Izumi Rihhadatul A’isy P17421211026

Shabrina Arienda Rahmadanty P17421211029

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN PROMOSI KESEHATAN

JURUSAN PROMOSI KESEHATAN

POLTEKKES KESEHATAN KEMENKES MALANG


2023

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur selalu tercurah limpahkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya kepada seluruh makhluknya, sehingga pada saat ini penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah dengan lancar.

Sholawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada junjungan kita nabi besar
Muhammad SAW. Proposal ini disusun berdasarkan tugas dari proses pembelajaran yang telah
dititipkan kepada penulis.

Tema yang akan dibahas dalam makalah ini dipilih untuk memenuhi tugas matakuliah
Pemberdayaan Pada Kelompok Kesehatan. Penulis selaku penyusun mengucapkan banyak
terimakasih kepada dosen pembimbing Ibu Dr. Siti Asiyah,S.Kep.Ns,M.Kes. Semoga Proposal
yang dibuat ini dapat dinilai dengan baik dan dihargai oleh pembaca. Semoga segala amal baik
yang telah Bapak/Ibu berikan mendapat balasan yang baik dari Allah SWT. Penulis menyadari
bahwa penulisan dan perancangan makalah ini masih memiliki kekurangan, sehingga kritik dan
saran dari berbagai pihak sangat penulis harapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk
penulis dan para pembaca serta memperluas wawasan.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara nasional, status gizi di Indonesia mengalami perbaikan yang signifikan. Penderita
gizi buruk tentu tidak akan lepas dari pantauan tenaga kesehatan, dimana pun kasusnya tenaga
kesehatan dibentuk untuk selalu siaga membantu perbaikan gizi penderita. Perbaikan status gizi
nasional dapat dilihat berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018. Pada prevalensi Gizi
Kurang (Underweigth) perbaikan itu terjadi berturutturut dari tahun 2013 sebesar 19,6% naik
menjadi 17,7% 2018. Prevalensi stunting dari 37,2% turun menjadi 30,8%, dan prevalensi kurus
(Wasting) dari 12,1% turun menjadi 10,2%. Dalam perhitungan data kasus gizi buruk harus
diambil dari indeks berat badan menurut tinggi badan (BBTB) atau yang disebut sangat kurus
sesuai standar WHO yang disertai dengan gejala klinis, jelas Dirjen Kesehatan Masyarakat
Kirana Pritasari, di Jakarta (30/1).

Masalah gizi seimbang di Indonesia masih merupakan masalah yang cukup berat. Pada
hakikatnya berpangkal pada keadaan ekonomi yang kurang dan terbatasnya pengetahuan tentang
nilai gizi dari makanan yang ada. Penyakit karena kekurangan gizi di Indonesia yang utama
adalah defisiensi protein kalori, defisiensi vitamin A, dan defisiensi yodium (Depkes RI, 2003).
Kekurangan atau kelebihan makanan pada masa hamil dapat berakibat kurang baik bagi ibu,
janin yang dikandung serta jalannya persalinan. Oleh karena itu, perhatian terhadap gizi dan
pengawasan berat badan (BB) selama hamil merupakan salah satu hal penting dalam pengawasan
kesehatan pada masa hamil. Selama hamil, calon ibu memerlukan lebih banyak zat-zat gizi
daripada wanita yang tidak hamil, karena makanan ibu hamil dibutuhkan untuk dirinya dan janin
yang dikandungnya, bila makanan ibu terbatas janin akan tetap menyerap persediaan makanan
ibu sehingga ibu menjadi kurus, lemah, pucat, gigi rusak, rambut rontok dan lain-lain. Demikian
pula, bila makanan ibu kurang, tumbuh kembang janin akan terganggu, terlebih bila keadaan gizi
ibu pada masa sebelum hamil telah buruk pula dan keadaan ini dapat mengakibatkan abortus,
BBLR, bayi lahir prematur atau bahkan bayi lahir mati (Hariyani S, 2012).
World Health Organization (WHO) tahun 2008melaporkan bahwa prevalensi anemia
pada kehamilan secara global 55% dimana secara bermakna tinggi pada trimester ketiga
dibandingkan dengan trimester pertama dan kedua kehamilan. Di negara yang berkembang
termasuk Indonesia masalah gizi masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama
dan merupakan penyebab kematian wanita (WHO, 2008).

Masalah gizi yang dialami ibu hamil saat ini adalah gizi kurang seperti Kurang Energi
Kronis (KEK) dan anemia gizi. Prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia adalah 70%, atau
7 dari 10 wanita hamil menderita anemia. Kekurangan Energi Kronis (KEK) dijumpai pada
WUS usia 15-49 tahun yang ditandai dengan proporsi Lingkar Lengan Atas (LILA) (Depkes RI,
2003).

Di Indonesia ditemui ibu hamil yang mengalami kurang gizi kronis diatas 30% atau
sekitar 1,5 juta. Untuk konsumsi Fe, Ibu hamil di Indonesia telah mencakup 83 %. Sedangkan di
Sumatera Barat dari 112.505 ibu hamil, 92.216 telah mendapatkan pemberian tablet Fe
(Rikesdas, 2011).

Prevalensi anemia yang tinggi dapat membawa akibat negatif seperti: gangguan dan
hambatan pada pertumbuhan, baik sel tubuh maupun sel otak, kekurangan Hb dalam darah
mengakibatkan kurangnya oksigen yang dibawa/ditransfer ke seluruh tubuh maupun ke otak.
Pada ibu hamil dapat mengakibatkan efek buruk pada ibu itu sendiri maupun pada bayi yang
dilahirkan. Studi di Kualalumpur memperlihatkan terjadinya 20 % kelahiran prematur bagi ibu
yang tingkat kadar haemoglobinnya di bawah 6,5gr/dl. Studi lain menunjukkan bahwa risiko
kejadian BBLR, kelahiran prematur dan kematian perinatal meningkat pada wanita hamil dengan
kadar hemoglobin kurang dari 10,4 gr/dl. Pada usia kehamilan sebelum 24 minggu dibandingkan
kontrol mengemukakan bahwa anemia merupakan salah satu faktor kehamilan dengan risiko
tinggi (Amiruddin, 2007).

Bentuk intervensi untuk pemulihan gizi buruk yaikni dengan pemberian makanan
tambahan. Kementerian Kesehatan sudah mendistribusikan makanan tambahan berupa Biskuit
dengan kandungan kaya zat gizi ke seluruh Puskesmas di Indonesia termasuk wilayah Timur.
Selain itu, dilakukan juga kegiatan surveilans gizi yang dimulai dari masyarakat di Posyandu,
Puskesmas, dan Dinas Kesehatan. Pengumpulan data individu yang teratur akan bisa mendeteksi
secara dini masalah gizi yang dihadapi, sehingga analisis dan intervensi yang dilakukan akan
tepat sasaran dan tepat waktu. Upaya lain dalam mencegahan masalah gizi adalah dengan
perubahan perilaku masyarakat. Komitmen pemerintah baik pusat maupun daerah sudah tertuang
dalam regulasi yang dikeluarkan oleh pemerinta pusat dan Pemerintah Daerah. Di wilayah
Indonesia Timur sudah ada 10 Kabupaten yang menerbitkan regulasi Komunikasi Perubahan
Perilaku dalam rangka pencegahan stunting dan masalah gizi lainnya.

B. TUJUAN

Tujuan Umum:

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang gizi dengan status gizi ibu hamil di
puskesmas Tinggede

Tujuan Khusus:

1. Untuk mengetahui Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Pada Ibu Hamil di puskesmas
Tinggede
2. Untuk mengetahui status gizi Ibu Hamil di puskesmas Tinggede
3. Untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Gizi dengan status gizi Ibu
Hamil di puskesmas Tinggede

C. SASARAN

Ibu Hamil

D. MANFAAT
 Mencegah ibu hamil terkena status gizi buruk karena anemia melalui program-program
pmberdayaan yang ada dan akan dilaksanakan
 Terlaksananya program penurunan prevalensi status gizi buruk ibu hamil karena anemia
diikuti dengan bukti terealisasinya bahwa presentase ibu hamil status gizi buruk menurun
E. RUANG LINGKUP
Program pencegahan anemia pada ibu hamil dengan pendekatan berbasis makanan
dengan meningkatkan keragaman asupan gizi yang menjadi intervensi utama saat
sosialiasi ke masyarakat, ketersediaan dan aksesbilitas mikronutrien, menyusui ASI
eksklusif bayi hingga usia minimal 6 bulan, memperbaiki pemberian makanan
pendamping ASI, dan fortifikasi makanan. Peningkatan pengetahuan dan perubahan
perilaku diet yang memiliki peranan sangat penting dalam mencegah anemia pada ibu
hamil.
BAB II

PEMBAHASAN

F. URAIAN MATERI
1. Pengertian anemia
2. Faktor Risiko Anemia pada Kehamilan
3. Hal-hal yang Perlu Dilakukan dan Dihindari untuk Mencegah Anemia
4. Pentingnya Status Gizi pada Ibu Hamil
5. Bahan Makanan yang Dihindari dan Dibatasi oleh Ibu Hamil

 PENGERTIAN
Anemia merupakan kondisi dimana sel darah merah tidak mencukupi kebutuhan
fisiologis tubuh. Kebutuhan fisiologis tersebut berbeda pada setiap orang, dimana dapat
dipengaruhi oleh jenis kelamin, tempat tinggal, perilaku merokok, dan tahap kehamilan.
Berdasarkan WHO, anemia pada kehamilan ditegakkan apabila kadar hemoglobin (Hb)
<11 g/dL. Sedangkan center of disease control and prevention mendefinisikan anemia
sebagai kondisi dengan kadar Hb <11 g/dL para trimester pertama dan ketiga, Hb <10,5
g/dL pada trimester kedua, serta <10 g/dL pada pasca persalinan.
Kejadian anemia atau kekurangan darah pada ibu hamil di Indonesia masih
tergolong tinggi, yaitu sebanyak 48,9% (menurut Kemenkes RI tahun 2019). Kondisi ini
mengatakan bahwa anemia cukup tinggi di Indonesia dan menunjukkan angka mendekati
masalah kesehatan masyarakat berat (severe public health problem) dengan batas
prevalensi anemia lebih dari 40% (Kemenkes RI, 2013). Anemia bukan hanya berdampak
pada ibu, melainkan juga pada bayi yang dilahirkan. Bayi yang dilahirkan kemungkinan
besar mempunyai cadangan zat besi yang sedikit atau bahkan tidak mempunyai
persediaan sama sekali, sehingga akan mengakibatkan anemia pada bayi yang dilahirkan.
Dampak anemia pada ibu hamil dapat diamati dari besarnya angkat kesakitan dan
kematian maternal, peningkatan angka kesakitan dan kematian janin, serta peningkatan
resiko terjadinya berat badan lahir rendah.
 Faktor Risiko Anemia pada Kehamilan
Faktor risiko anemia pada kehamilan ada 5, yaitu :
 Asupan Nutrisi, asupan nutrisi sangat berpengaruh terhadap resiko anemia pada
ibu hamil. Selain kurangnya zat besi, kurangnya kadar asam folat dan vitamin
B12 masi sering terjadi pada ibu hamil. Oleh karena itu, ibu hamil disarankan
untuk mengkonsumsi makanan yang memiliki komposisi nutrisi bervariasi.
 Diabetes Gestasional, pada kondisi hiperglikemi, transfrin yang mengakomodasi
peningkatan kebutuhan besi janin mengalami hiperglikosilasi sehingga tidak bisa
berfungsi optimal.
 Kehamilan Multipel, kebutuhan besi pada kehamilan multipel lebuh tinggi
dibandingkan dengan kehamilan tunggal.
 Kehamilan Remaja, anemia pada kehamilan remaja disebabkan oleh
multifaktoral, seperti akibat penyakit infeksi, genetik, atau belum tercukupinya
status nutrisi yang optimal.
 Inflamasi dan Infeksi dalam kehamilan, kondisi infeksi dan inflamasi dapat
memicu keadaan defisiensi besi. Infeksi seperti cacing, tuberculosis, HIV,
malaria, maupun penyakit lain.
 Hal-hal yang Perlu Dilakukan dan Dihindari untuk Mencegah Anemia
 Makan makanan yang bernutrisi dan bergizi tinggi, khususnya yang kaya zat besi
dan asam folat setiap hari. Adapun contoh makanan yang mengandung zat besi
misalnya daging (sapi atau unggas) rendah lemak yang dimasak matang, makanan
laut seperti ikan, cumi, kerang dan udang yang dimasak matang, sayuran hijau,
misalnya bayam dan kangkung, kacang polong, produk susu yang telah
dipasteurisasi, kentang, gandum. Sementara untuk makanan yang mengandung
tinggi folat contohnya sayuran hijau (bayam, brokoli, seledri, buncis, lobak hijau
atau selada), keluarga jeruk, alpukat, pepaya, pisang, kacang-kacangan (kacang
polong, kacang merah, kacang kedelai, kacang hijau), bii bunga matahari, gandum
dan kuning telur.
 Mengkonsumsi vitamin C lebih banyak, vitamin c membantu tubuh menyerap zat
besi dari makanan secara lebih efisien
 Minum suplemen, suplemen yang dianjurkan untuk dikonsumsi adalah suplemen
zat besi, vitamin B12 dan asam folat. Suplemen bisa diminum di pagi hari atau
malam hari sebelum tidur untuk mengurangi mual setelahnya.

 Pentingnya Status Gizi pada Ibu Hamil


Seorang ibu hamil harus mempunyai status gizi yang baik dan mengonsumsi
makanan yang beranekaragam baik proporsi maupun jumlahnya. Ibu hamil harus
mengkonsumsi makanan lebih banyak karena harus memenuhi kebutuhan zat gizi untuk
dirinya dan untuk pertumbuhan serta perkembangan janin/bayinya.
Bila makanan ibu sehari-hari tidak cukup mengandung zat gizi yang dibutuhkan,
maka janin atau bayi akan mengambil persediaan yang ada didalam tubuh ibunya, seperti
sel lemak ibu sebagai sumber kalori; zat besi dari simpanan di dalam tubuh ibu sebagai
sumber zat besi janin/bayi. Demikian juga beberapa zat gizi tertentu tidak disimpan di
dalam tubuh seperti vitamin C dan vitamin B yang banyak terdapat di dalam sayuran dan
buah-buahan.
Berikut nutrisi penting yang perlu dipenuhi ibu hamil:
1. Folat dan Asam Folat
Folat adalah vitamin B yang berperan penting dalam mencegah cacat
tabung saraf pada bayi, yaitu kelainan serius pada otak dan sumsum tulang
belakang. Sedangkan asam folat merupakan bentuk sintetis folat yang dapat
ditemukan dalam suplemen dan makanan yang bergizi. Suplemen asam folat
sudah terbukti dapat menurunkan risiko kelahiran prematur.
American College of Obstetrics and Gynecology (ACOG)
merekomendasikan ibu untuk mengonsumsi 600-800 mikrogram folat selama
kehamilan. Ibu bisa mendapatkan asupan folat dari makanan, seperti hati, kacang-
kacangan, telur, sayuran berdaun hijau tua, serta kacang polong.
2. Kalsium
Kalsium merupakan nutrisi penting yang perlu ibu penuhi guna
membentuk tulang dan gigi bayi yang kuat. Kalsium juga membantu sistem
peredaran darah, otot, dan saraf ibu berjalan dengan normal.
Wanita hamil membutuhkan 1000 miligram kalsium yang bisa dibagi
dalam dua dosis 500 miligram per hari. Sumber kalsium yang baik bisa ditemukan
pada susu, yoghurt, keju, ikan dan seafood yang rendah merkuri, seperti salmon,
udang, dan ikan lele, tahu yang mengandung kalsium dan sayuran berdaun hijau
tua.
3. Vitamin D
Vitamin D membantu membangun tulang dan gigi bayi yang kuat. Ibu hamil
membutuhkan asupan vitamin D sebanyak 600 unit internasional (IU) per hari.
Ikan berlemak seperti salmon merupakan sumber vitamin D yang baik. Pilihan
makanan lainnya untuk mendapatkan asupan vitamin D, yaitu susu dan jus jeruk.
4. Protein
Protein juga merupakan nutrisi penting yang harus dipenuhi selama
kehamilan untuk memastikan pertumbuhan yang baik dari jaringan dan organ
bayi, termasuk otak. Nutrisi ini membantu pertumbuhan jaringan payudara dan
rahim ibu selama kehamilan. Protein berperan dalam meningkatkan suplai darah
ibu, sehingga memungkinkan untuk mengirimkan lebih banyak darah ke bayi.
Sumber protein yang baik untuk ibu hamil meliputi daging sapi tanpa lemak,
ayam, ikan salmon, kacang-kacangan, selai kacang, kacang polong, dan keju
cottage.
5. Zat Besi
Tubuh ibu membutuhkan zat besi untuk membuat hemoglobin, yaitu
protein dalam sel darah merah yang bertugas membawa oksigen ke jaringan.
Selama kehamilan, ibu membutuhkan asupan zat besi dua kali lipat dari yang
dibutuhkan wanita tidak hamil. Tubuh ibu membutuhkan zat besi untuk membuat
lebih banyak darah untuk memasok oksigen ke bayi.
Bila ibu tidak mendapatkan asupan zat besi yang cukup, ibu akan
mengalami anemia defisiensi besi yang dapat menyebabkan ibu menjadi mudah
lelah. Anemia defisiensi besi yang parah selama kehamilan juga meningkatkan
risiko kelahiran prematur, bayi terlahir dengan berat badan yang rendah, dan
depresi postpartum.
Ibu hamil membutuhkan 27 miligram zat besi sehari. Cara untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi tersebut adalah dengan mengonsumsi makanan,
seperti daging merah tanpa lemak, unggas, dan ikan. Pilihan makanan lain yang
mengandung zat besi, yaitu sereal yang diperkaya zat besi, kacang-kacangan, dan
sayuran.
 Bahan Makanan yang Dihindari dan Dibatasi oleh Ibu Hamil
 Menghindari makanan yang diawetkan karena biasanya mengandung bahan
tambahan makanan yang kurang aman
 Menghindari daging/telur/ikan yang dimasak kurang matang karena mengandung
kuman yang berbahaya untuk janin
 Membatasi kopi dan coklat didalamnya terdapat kandungan kafein yang dapat
meningkatkan tekanan darah
 Membatasi makanan yang mengandung energy tinggi seperti yang banyak
mengandung gula, lemak misalnya keripik, cake
 Membatasi makanan yang mengandung gas contoh nangka, kol, ubi jalar karena
dapat menyebabkan keluhan nyeri ulu hati pada ibu hamil
 Membatasi konsumsi minuman ringan (soft drink) karena mengandung energy
tinggi yang berakibat pada berat badan ibu hamil meningkat berlebihan dan bayi
lahir besar

G. METODE KEGIATAN
Metode yang akan digunakan adalah metode edukasi

H. PEMATERI
Untuk pengisi materi dari Mahasiswa Promosi Kesehatan Politeknik Kesehatan
Kemenkes Malang

I. Peserta : 40 Orang

J. Lama kegiatan : 45 Menit/ 1 kali Pertemuan

K. Mobilisasi Peserta : Untuk datang ke tempat kegiatan, para petugas terlebih dahulu

melakukan sosialisasi dari rumah ke rumah hingga para peserta mau hadir dalam kegiatan

penyuluhan yang akan dilaksanakan. Kegiatan dilangsungkan dengan mengadakan quiz


dan games agar proses penyuluhan tidak membosankan, dan masing masing peserta akan

mendapatkan hadiah berupa buah buahan, susu, vitamin dan suplemen untuk menunjang

kebutuhan gizi jika mampu menjawab dan memenangkan games. Juga akan ada

doorprize bagi setiap peserta yang mampu berinteraksi dengan baik selama proses

penyuluhan.

L. Tempat Kegiatan : Balai Desa

M. FASILITATOR : Promkes, Bidan, dan Ahli Giz

N. RENCANA BIAYA ANGGARAN

N
O URAIAN VOL BIAYA JUMLAH KET
SATUAN
1 ATK 35 Rp.10.000; Rp.350.000;
2 Banner 2 Rp.100.000; Rp.200.000;
3 Sound 1 Rp.200.000; Rp.200.000;
4 Narasumber 2 Rp.250.000; Rp.500.000;
5 Konsumsi
-Buah susu dan makanan 40 Rp.30.000; Rp.1.200.000;
sehat
6 Doorprize 5 Rp.30.000; Rp.150.000;
7 Transportasi Fasilitator 6 Rp.25.000; Rp.150.000;
8 Fotocopy materi / pamflet 35 Rp. 5.000; Rp.175.000;
Biaya Total Rp.2.925.000;

SUMBER DANA : Dana desa setempat yang diambil dari iuran warga

O. EVALUASI
Evaluasi merupakan kegiatan untuk mengetahui apakah edukasi yang di berikan
dapat diterima oleh sasaran. evaluasi dapat dilakukan dengan membandingkan antara
tujuan dari penyampaian materi dengan hasil yang telah diukur terhadap responden.
Adapun beberaa indicator dalam membuat evaluasi, yang indicator-indikator tersebut
terdapat dalam tujuan dari edukasi ini.

Rencana evaluasi yang akan kami lakukan terdapat dalam tabel di bawah ini:
Tabel Rencana Evaluasi

PROGRAM EVALUASI DURASI


Memberikan edukasi
tentang pemenuhan gizi
a. Kuisoner 15 menit
pada ibu hamil yang
berhubungan dengan - Pra Edukasi Dilakukan pada saat
kejadian anemia pada ibu
- Pasca edukasi survei
hamil untuk meningkatkan
pengetahuan ibu terhadap b. Lembar balik 10 menit
status bayi yang akan
dilahirkan

Setelah itu kita bandingkan antara hasil jawaban dari kuisoner pra edukasi dengan

jawaban dari pasca edukasi. Adapun kriteria yang bisa kita jadikan patokan yaitu:

1. Jika hasil dari kuisoner pasca edukasi > 90 % jawaban yang benar, pengetahuan

sasaran tentang pemenuhan gizi pada ibu hamil yang berhubungan dengan

kejadian anemia pada ibu hamil untuk meningkatkan pengetahuan ibu terhadap

status bayi yang akan dilahirkan dikatakan baik.

2. Jika hasil kuisoner pasca edukasi 75 - 89 % jawaban benar maka pengetahuan

sasaran tentang pemenuhan gizi pada ibu hamil yang berhubungan dengan

kejadian anemia pada ibu hamil untuk meningkatkan pengetahuan ibu terhadap

status bayi yang akan dilahirkan dikatakan cukup.

3. Jika hasil kuisoner pasca edukasi ≤ 74% jawaban benar maka pengetahuan

sasaran tentang pemenuhan gizi pada ibu hamil yang berhubungan dengan

kejadian anemia pada ibu hamil untuk meningkatkan pengetahuan ibu terhadap

status bayi yang akan dilahirkan dikatakan kurang.

Untuk kuisoner pra dan pasca edukasi menggunakan soal yang sama. Sehingga untuk
mengukurnya lebih mudah
PENUTUP

Terdapat hubungan antara status gizi dengan kejadian anemia, dimana ibu hamil dengan status
gizi baik cenderung berisiko tidak anemia sebanyak 6.500 kali dibandingkan status gizi kurang.
Selain itu, status gizi memberikan kontribusi sebesar 30.6% dalam mempengaruhi terjadinya
kejadian anemia. Diharapkan seyogyanya ibu – ibu hamil dapat menerapkan upaya – upaya agar
dapat meminimalisir timbulnya kejadiannya anemia.

Anda mungkin juga menyukai