Anda di halaman 1dari 48

PROPOSAL

ANALISIS FAKTOR PERILAKU PENCEGAHAN ANEMIA PADA IBU

HAMIL DENGAN PENDEKATAN TEORI LAWRENCE W. GREEN

PENELITIAN CROSS-SECTIONAL
ii

Oleh:

Ayu Rahmawati

NIM. 131511133075

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

2019
1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anemia sering terjadi pada masa kehamilan sebab saat hamil tubuh

membutuhkan zat makanan yang lebih banyak untuk memproduksi eritrosit

(Simbolon, Jumiyati, & Rahmadi, 2018). Ibu hamil disebut anemia jika kadar Hb

<11 g/dl pada trimester 1 dan 3 masa kehamilan serta < 10 g/dl selama trimester 2

dan postpartum (Nurseha & Annisa, 2017). Anemia pada ibu hamil menjadi

masalah global yang menimbulkan dampak bagi ibu dan janin (Daru et al., 2018).

Anemia membahayakan kehamilan karena meningkatkan kejadian pre eklamsia,

kejadian persalinan premature, sepsis, palpitasi, takikardi, sesak napas, dan

peningkatan curah jantung. Ibu hamil yang mengalami anemia akan mengalami

dampak merugikan terhadap janin berupa risiko bayi lahir prematur dan angka

peningkatan kematian perinatal (Sharma & Shankar, 2010). Anemia pada

kehamilan dikaitkan dengan angka kesakitan ibu dan penyebab tidak langsung

kematian ibu di seluruh populasi ibu hamil (Daru et al., 2018).

Kematian ibu menurut WHO adalah kematian yang terjadi selama

kehamilan atau setelah kehamilan dalam periode 42 hari akibat dari kehamilan

atau komplikasi terkait kehamilan namun bukan termasuk kecelakaan atau cedera

(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2014). Angka kematian ibu (AKI)

di Indonesia berdasarkan Survei Antar Sensus (SUPAS) 2015 mencapai 305 per

100.000 kelahiran hidup. Tahun 2017 kasus kematian ibu di Indonesia mencapai

4.295 orang. Angka ini masih jauh dari taget Sustainable Development Goals
2

(SDGs) tahun 2016-2030 dengan rasio < 70 per 100.000 angka kelahiran. Menurut

profil kesehatan Jawa Timur, angka kematian ibu di Jawa Timur sebesar 91,92 per

100.000 kelahiran hidup meningkat dari tahun-tahun sebelumnya. Penyebab

utama kematian ibu di Indonesia tahun 2017 yakni penyebab lain-lain sebesar

29,11% atau 154 orang, pre eklamsi/eklamsi 28,92% atau 153 orang, dan

perdarahan 26,28% atau 139 orang (Dinas Kesehatan Propinsi JawaTimur, 2017).

Kematian ibu akibat perdarahan dapat disebabkan oleh beberapa faktor, salah satu

faktor risikonya adalah anemia (Siagian, Sari, & Ristyaning, 2017).

Angka kejadian anemia di dunia sebanyak 1,62 miliar orang, sekitar 24%

dari keseluruhan populasi. Prevalensi wanita menderita anemia di dunia sebesar

36%, dimana ibu hamil sebesar 41,8% dan 30 % wanita yang tidak hamil (Khalid,

2018). Hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2018, kejadian anemia pada ibu hamil

di Indonesia tahun 2018 mengalami kenaikan dari tahun 2013 dengan persentase

dari 37,1% menjadi 48,9% (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2018).

Anemia pada ibu hamil dapat diukur dengan indikator kadar hemoglobin.

Kadar hemoglobin pada ibu hamil dipengaruhi faktor dasar, faktor langsung dan

faktor tidak langsung. Faktor dasar meliputi pendidikan, pengetahuan, sosial

budaya. Faktor langsung antara lain konsumsi tablet Fe, status gizi ibu hamil,

penyakit infeksi, dan perdarahan. Faktor tidak langsung yaitu frekuensi ANC,

paritas, umur ibu, dan jarak kehamilan (Sumiyarsi, Nugraheni, Mulyani, & Budi,

2018). Sebanyak 95% kejadian anemia pada ibu hamil disebabkan oleh defisiensi

besi yang disebut dengan anemia defisiensi besi (Purwaningtyas & Prameswari,

2017). Anemia defisiensi besi terjadi karena asupan besi pada tubuh tidak

adekuat. Pola makan pada ibu hamil memperngaruhi masukan zat besi dalam
3

tubuh ibu hamil sehingga proses dalam pembentukan sel darah merah dapat

tercukupi. Diet nutrisi saja tidak cukup dalam mencegah terjadinya anemia pada

ibu hamil. Ibu hamil membutuhkan suplemen tambahan tablet Fe untuk

menambah asupan zat besi dalam tubuh. Secara fisiologis ibu hamil mengalami

hemodilusi dimana membutuhkan suplemen tambahan tablet Fe. Status gizi baik

pada ibu hamil tidak menjamin kadar Hb normal tanpa asupan tambahan dengan

minum tablet Fe. Kepatuhan konsumsi tablet Fe teratur akan mencukupi

kebutuhan zat besi yang dibutuhkan ibu hamil (Rizki, Lipoeto, & Ali, 2018).

Tablet Fe dapat diperoleh oleh ibu hamil pada pelayanan antenatal care.

Pelayanan antenatal care bertujuan dalam mendeteksi penyakit-penyakit terkait

kehamilan dan kondisi-kondisi yang mungkin dapat terjadi pada ibu hamil

termasuk anemia. Keteraturan ANC dapat dinilai dari frekuensi ibu hamil dalam

mengunjungi pelayanan antenatal care. Antenatal care diwajibkan diikuti ibu

hamil dalam 4x kunjungan. ANC pada ibu hamil dilakukan sebanyak minimal

empat kali yakni satu kali saat trimester 1, satu kali saat trimester 2 dan 2 kali saat

trimester 3 (Sumiyarsi et al., 2018).

Pencegahan anemia ibu hamil dapat dilakukan dengan perilaku kesehatan

yang tepat. Perilaku kesehatan seperti pengaturan pola makan, minum tablet Fe,

dan keteraturan antenatal care dapat dilakukan oleh ibu hamil agar tehindar dari

risiko anemia. Pola makan menjadi faktor penting yang harus diperhatikan oleh

ibu hamil. Kebutuhan akan zat besi meningkat dua kali lebih banyak sehingga

membutuhkan perhatian lebih dalam mengonsumsi tambahan zat besi dan

multivitamin. Manfaat zat besi akan lebih muncul jika disertai konsumsi dari

makanan makanan seperti konsumsi sayuran hijau, vitamin c, dan daging


4

(Mariana, Wulandari, & Padila, 2018). Upaya lain yang dapat dilakukan yakni

dengan kepatuhan dalam meminum tablet Fe. Pemerintah telah memberikan

program pemberian tablet tambah darah (Chotimah & Mukarromah, 2017). Pada

ibu hamil suplementasi zat besi diberikan 1 tablet (60 mg elemental iron dan 0,25

µg asam folat) secara teratur minimal 90 hari selama kehamilan (Anggraini,

2018). Pemberian tablet Fe diberikan oleh bidan atau petugas kesehatan pada ibu

hamil saat kunjungan ANC.

Persentase cakupan tablet Fe yang kurang pada ibu hamil berkaitan dengan

cakupan ANC. Hal ini ditunjukkan dengan data cakupan ibu hamil yang pernah

mendapat tablet tambah darah di Indonesia sebanyak 87,6%. Jumlah tablet tambah

darah yang diminum di Indonesia < 90 butir sebanyak 62,3 % dan ≥90 butir

sebanyak 37,7 %. Jawa timur memiliki presentase 89,4 % ibu hamil yang pernah

mendapat tablet tambah darah. Sebanyak 64,4% untuk jumlah konsumsi tablet

tambah darah < 90 butir dan tablet tambah darah ≥ 90 butir dengan persentase

35,6 % (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2018). Cakupan ANC K1 di

Indonesia sebanyak 96,1% dan K4 sebanyak 74,1 %. Jawa Timur cakupan ibu

hamil yang melakukan antenatal care pada K1 sebanyak 98,1 % dan K4 sebanyak

80,2 % (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2018).

Perilaku pencegahan anemia pada ibu hamil dapat dipengaruhi oleh

beberapa faktor meliputi pengetahuan, kepercayaan, dan dukungan keluarga.

Pengetahuan pada ibu hamil mempengaruhi sikap dan tindakan dalam mencegah

kejadian anemia. Sebuah penelitian mengatakan bahwa ibu hamil kurang

memahami mengenai makanan yang dapat menghambat penyerapan zat besi, efek

samping tablet Fe yang kurang dipahami, dan antenatal care dapat mencegah
5

terjangkitnya penyakit-penyakit kehamilan (Aditianti, Permansari, & Julianti,

2015). Ibu hamil terkadang merasa mual dengan bau dan rasa tablet besi serta

merasa bosan jika harus mengonsumsi terus menerus secara rutin (Aditianti et al.,

2015). Ada beberapa kepercayaan ibu hamil bahwa tablet Fe diartikan sebagai

obat. Ibu hamil menganggap bahwa kehamilan mereka sehat jadi tidak perlu

mengonsumsi tablet Fe yang dianggap sebagai obat. Beberapa orang memiliki

kepercayaan bahwa tablet Fe memperberat proses persalinan karena menyebabkan

janin lebih besar (Purnamasari, Margawati, & Widjanarko, 2016). Keluarga

berperan penting dalam pendampingan ibu hamil untuk displin dalam menerapkan

perilaku kesehatan yang benar. Keluarga sebagai bagian terdekat yang

mendukung dan mempengaruhi sikap, perilaku, dan kebiasan pada ibu hamil

(Puspitasari & Maelani, 2018).

Teori Lawrence W. Green menjelaskan bahwa perilaku kesehatan individu

dipengaruhi oleh faktor perilaku (behavior causes) dan faktor lingkungan

(nonbehavior causes). Faktor perilaku ibu hamil yang dapat mempengaruhi

pencegahan anemia antara lain pola makan, kepatuhan minum tablet Fe, dan

frekuensi antenatal care. Pola makan yang tepat memberikan asupan gizi yang

baik untuk pembentukan sel darah merah. Kepatuhan tablet Fe dalam hal ini

berguna dalam mendukung asupan besi agar lebih adekuat dalam mencukupi

kebutuhan ibu dan janin. Frekuensi antenatal care menunjukkan keteraturan ibu

hamil dalam kunjungan hamil yang berguna dalam memperoleh suplementasi

tablet Fe dan memeriksa risiko terjadinya anemia. Perilku pencegahan anemia

pada ibu hamil dipengaruhi oleh faktor rangsangan berupa faktor predisposisi dan

faktor pendorong. Faktor predisposisi ibu hamil yang mempengaruhi perilaku


6

kesehatan seperti pengetahuan dan kepercayaan ibu hamil. Dukungan keluarga

berperan sebagai faktor pendorong dalam meningkat perilaku kesehatan ibu

hamil. Berdasarkan fenomena tersebut peniliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Analisis Faktor Perilaku Pencegahan Anemia pada Ibu

Hamil dengan Pendekatan Teori Lawrence W. Green”.

1.2 Rumusan Masalah

Apa saja faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pencegahan anemia

pada ibu hamil?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pencegahan

anemia pada ibu hamil

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Menganalisis faktor presdisposisi (pengetahuan dan kepercayaan) yang

berhubungan dengan perilaku pencegahan anemia pada ibu hamil (pola makan,

kepatuhan konsumsi Fe, frekuensi antenatal care)

2. Menganalisis faktor pendukung (dukungan keluarga) yang berhubungan

dengan perilaku pencegahan anemia pada ibu hamil (pola makan, kepatuhan

konsumsi Fe, frekuensi antenatal care)

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi

terhadap pengembangan keilmuan di bidang keperawatan maternitas tentang

perilaku pencegahan anemia pada ibu hamil.


7

1.4.2 Manfaat praktis

1. Bagi responden

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi

mengenai pencegahan anemia bagi ibu hamil

2. Bagi perawat

Memberikan tambahan pengetahuan bagi perawat dalam membantu

meningkatkan penanggulangan dan pencegahan anemia pada ibu hamil.

3. Bagi puskesmas

Memberikan informasi dan masukan bagi puskesmas untuk

mengintegrasikan informasi tersebut dengan program yang telah ada sebagai

bentuk pengembangan program dalam pencegahan anemia pada ibu hamil

4. Bagi Dinas Kesehatan

Bahan informasi dan masukan bagi Dinas Kesehatan untuk

menyempurnakan kebijakan yang sudah ada dalam mengoptimalkan

pelayanan kesehatan di puskesmas


8

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anemia

2.1.1 Definisi

Anemia adalah kondisi dimana jumlah eritrosit mengalami penurunan di bawah

normal dan tidak adekuat dalam mengedarkan oksigen ke seluruh jaringan tubuh.

Anemia sering terjadi pada masa kehamilan, sebab saat hamil tubuh

membutuhkan zat makanan yang lebih banyak untuk memproduksi eritrosit untuk

ibu dan janin (Simbolon et al., 2018). Menurut WHO (2011) anemia terjadi

karena kadar hemoglobin di dalam darah kurang dari normal. Hemoglobin

merupakan suatu komponen eritrosit yang bertugas mengikat oksigen dan

menyalurkan ke seluruh jaringan tubuh. Hemoglobin terbentuk dari zat besi dan

protein dan membentuk eritrosit (Kemenkes RI, 2016). Sesorang dikatakan

anemia didasarkan pada kadar hemoglobin. Batasan anemia dipengaruhi oleh usia,

jenis kelamin, dan ketinggian tempat tinggal dari permukaan laut (Handayani &

Haribowo, 2008).

2.1.2 Kriteria Anemia

Kriteria anemia dapat dilhat dari hasil kadar hemoglobin dalam darah dengan

menggunakan metode Cyanmethemoglobin. Kriteria anemia dapat dibedakan

sebagai berikut (Kemenkes RI, 2016):

Tabel 2.1 Kriteria Anemia Berdasarkan Kadar Hemoglobin

Non Anemia Anemia (g/dl)


Populasi
(g/dl) Ringan Sedang Berat

Anak 6-9 bulan 11 10-10,9 7-9,9 <7


9

Anak 5-11 tahun 11,5 11-11,4 8-10,9 <8

Anak 12-14 tahun 12 11-11,9 8-10,9 <8

Perempuan tidak hamil 12 11-11,9 8-10,9 <8

(≥ 15 tahun)

Ibu hamil 11 10-10,9 7-9,9 <7

Laki-laki ≥ 15 tahun 13 11-12,9 8-10,9 <8

2.1.3 Penyebab Anemia

Anemia dapat disebabkan oleh hal-hal berikut

2.1.4 Faktor Risiko Anemia

2.1.5 Klasifikasi Anemia

Menurut (Citrakesumasari, 2012) Anemia dibedakan menjadi dua yaitu anemia

gizi dan anemia non gizi sebagai berikut:

1) Anemia Gizi

a. Anemia gizi besi

Anemia gizi besi merupakan anemia yang disebabkan oleh defisiensi zat

gizi besi. Zat besi (Fe) merupakan bagian dari inti molekul dafri hemoglobin

sebagai bahan utama eritrosit. Jika tubuh kekurangan besi maka ukuran

hemoglobin mengecil, kadar Hb rendah dan eritrosit berkurang. Tanda

anemia zat besi dilihat dari kadar Hb turun dibawah normal (hipokromia)

dan ukuran eritrosit mengecil (mikrositosis).

b. Anemia gizi asam folat

Anemia gizi asam folat merupakan kondisi eritrosit dimana bentuknya tidak

normal dan cenderung besar, jumlah sedikit dan belum mature. Anemia ini
10

disebut juga anemia megaloblastik atau makrositik. Kekurangan asam folat

menjadi penyebab anemia jenis ini. Asam folat merupakan zat yang

diperlukan dalam menghasilkan nucleoprotein yang digunakan dalam

pematangan eritrosit di sumsum tulang.

c. Anemia gizi vitamin B12

Anemia jenis ini hampir sama dengan anemia gizi asam folat, hanya saja

disertai gangguan pada pencernaan bagian dalam. Anemia ini disebut

dengan anemia pernisiosa. Jika telah mencapai tahap kronis, anemia ini

dapat merusak sel-sel otak dan asam lemak menjadi tidak normal.

d. Anemia gizi vitamin B6

Anemia ini hamper sama dengan anemia gizi besi namun bila dicek secara

laboratoris hasil serum besi normal. Nama lain dari anemia vitamin B6

adalah siderotic. Defisiensi vitamin B6 mengganggu sintesis hemoglobin.

e. Anemia gizi vitamin E

Kekurangan vitamin E menyebabkan intregritas dinding eritrosit menjadi

rapuh dan tidak normal sehingga cepat terjadi hemolisis pada eritrosit.

Vitamin E memiliki peranan penting dalam integritas eritrosit.

2) Anemia non gizi

a. Anemia sel sabit atau sickle cell anemia merupakan penyakit genetik akibat

eritrosit berbentuk sabit, kaku dan anemia hemolitik kronik. Kelainan

bentuk eritrosit seperti sabit menyebabkan hemoglonin berbentuk

abnormal. Sel sabit ini menghambat dan merusak pembuluh darah kecil di

limpa, ginjal, otak, tulang, dan organ lain sehingga menyebabkan jumlak

oksigen ke organ tersebut berkurang. Sel sabit ini menyebabkan anemia


11

berat karena mudah pecah dan sifatnya rapuh saat melalui pembuluh darah,

dapat terjadi obstruksi aliran darah, kerusakan organ dan kematian.

b. Talesemia

Talasemia merupakan penyakit genetik akibat gangguan pembentukan

eritrosit. Bentuk eritrosit pada penderita talasemia abnormal, mudah rusak,

dan penurunan kemampuan oksigen. Akibat dari bentuk abnormal sel darah

merah pada anemia ini adalah penderita kekurangan oksigen, pucat, lemah,

letih, sesak dan sangat memerlukan pemberian transfusi darah. Bila tak

teratasi ditransfusi berakibat kematian.

c. Anemia Aplastik

Anemia jenis ditandai penurunan selularitas sumsum tulang dan

pansitopenia pada darah tepi. Pansitopenia merupakan kondisi defisiensi

jumlah eritrosit, leukosit, dan trombosit. Jumlah eritrosit yang dihasilkan

tidak adekuat. Penyebab anemia aplastik bisa karena paparan bahan kimia

dan radiasi. Anemia aplastik kebanyakan karena idiopati atau penyebabnya

tidak diketahui.

2.1.6 Gejala Anemia

Gejala anemia dibedakan menjadi tiga yaikni gejala umum anemia, gejala khas

masing-masing anemia dan gejala akibat penyakit yang mendasari laut

(Handayani & Haribowo, 2008):

a. Gejala umum anemia

Gejala umum anemia disebut dengan sindrom anemia. Sindrom anemia adalah

gejala yang muncul pada segala jenis anemia saat hemoglobin telah mengalami

penurunan dibawah normal. Gejala ini menyebabkan kekurangan oksigen pada


12

organ targen dan menyebabkan kompenasis tubuh akan penurunan

hemoglobin. Berikut ini gejala umum anemia dibedakan menurut organ yang

terkena:

1) Sistem kardiovaskuler: lesu, cepat lelah, palpitasi, takikardia, sesak napas

saat beraktivitas, angina pektoris, dan gagal jantung

2) Sistem saraf: sakit kepala, pusing, telinga mendenging, mata berkunang-

kunang, kelemahan otot, kesu, serta akral dingin

3) Sistem urogenital: gangguan haid dan penurunan libido

4) Epitel: warna pucat pada kulit dan mukosa, elastisitas kulit menurun, rambut

tipis dan halus.

b. Gejala khas masing-masing anemia

1) Anemia defisiensi besi: disfagia, stomatitis angularis, atrofi papil lidah

2) Anemia defisiensi asam folat: lidah merah

3) Anemia hemolitik: icterus dan hepatosplenomegaly

4) Anemia aplastik:tanda-tanda infeksi dan perdarahan kulit atau mukosa

c. Gejala akibat penyakit yang mendasari

Gejala ini muncul akibat dari penyakit yang mendasari adanya anemia.

Misalnya jika anemia defisiensi besi akibat infeksi cacing tambang berat akan

menyebabkan pembesaran parotis dan telapak tangan berwarna kuning.

2.1.7 Hgjhbk

2.1.8 Hbkjnhkl

2.1.9 ]bjhklj

2.1.10 Jkhlkjp;

2.1.11 \hjbjk;l
13

2.1.12 ]bhkj;’l

2.2 Anemia pada Ibu Hamil

2.2.1 Definisi Anemia pada Ibu Hamil

Anemia pada ibu hamil adalah kondisi dimana tubuh tidak dapat

memproduksi sel darah merah secara cukup untuk mengedarkan oksigen ke

jaringan tubuh pada masa kehamilan. Ibu hamil dikatakan anemia jika kadar

hemoglobin saat trimester I dan III sebanyak < 11 g.dl atau Hb < 10,5 gr/dl pada

trimester II (usia kehamilan 24-20 minggu) akibat adanya hemodilusi. Hemodilusi

merupakan perubahan hemodinamika dimana terdapat kenaikan volume darah

namun jumlah eritrosit menurun dibandingkan plasma sehingga darah menjadi

encer. Pengenceran darah ini sebagai kompensasi fisiologi pada wanita hamil

(Simbolon et al., 2018).

Anemia sering terjadi saat hamil karena kebutuhan makanan bertambah

banyak saat hamil untuk menghasilkan eritrosit untuk ibu dan janin lebih banyak.

Selama jenis anemia masih ringan dan segera diatasi maka tidak terlalu

membahayakan. Anemia pada ibu hamil berbahaya jika tidak diketahui dan

diobati, sehingga pemeriksaan kehamilan rutin sangat diperlukan (Simbolon et al.,

2018).

2.2.2 Penyebab Anemia pada Ibu Hamil

2.2.3 Faktor Risiko Anemia pada Ibu Hamil

Menurut (Tanziha, Utama, & Rosmiati, 2016) faktor-faktor yang berkaitan

dengan kejadian anemia antara lain.

1) Usia
14

Usia yang berisiko tinggi terhadap kejadian anemia yakni ibu hamil usia < 20

tahun dan > 35 tahun. Saat ibu hamil usia < 20 tahun, tubuh membutuhkan zat

besi untuk pertumbuhan biologis dan untuk janin yang dikandung. Ibu hamil

yang telah berusia > 35 tahun telah masuk tahap degenaratif awal sehingga

fungsi fisiologis tubuh tidak maksimal. Risiko terjadinya anemia pada usia ini

berdampak adanya abortus, BBLR dan komplikasi persalinan.

2) Paritas

Semakin banyak jumlah kelahiran (paritas) menyebabkan semakin tinggi risiko

kejadian anemia (Simbolon et al., 2018). Paritas tinggi jika paritas > 3, hal ini

menyebabkan risiko tinggi komplikasi kehamilan dan persalinan selain itu

peningkatan terjadinya perdarahan sebelum dan setelah melahirkan dan

kematian janin (Maulidanitas & Raja, 2018).

3) Kurang Energi Kronis

Masa kehamilan terjadi perubahan faal tubuh dimana terjadi kenaikan volume

cairan dan eritrosit dan penurunan konsentrasi protein pengikat gizi dalam

sirkulasi darah serta penurunan gizi mikro. Kurang energi kronis berisiko

terjadinya anemia, kejadian BBLR dan stunting (Tanziha et al., 2016).

4) Jarak Kehamilan

5) Infeksi dan Penyakit

2.2.4 Gejala Anemia pada Ibu Hamil

Gejala anemia pada ibu hamil meliputi 3 golongan sebagai berikut (Simbolon et

al., 2018) :
15

b. Gejala umum

Gejala meliputi badan lemah, lesu, cepat lelah, mata berkunang-kunang, dan

telinga berdenging. Saat pemeriksaan fisik penderita pucat terutama bagian

konjungtiva dan jaringan kuku bagian bawah.

c. Gejala khas defisiensi besi

Gejala khas meliputi koilonychia, atropi papil lidah, stomatitis angularis,

disfagia, atrofi mukosa lambung

d. Gejala penyakit dasar

Pada anemia defisiensi besi penyakit dasar menjadi penyebab anemia. Seperi

anemia akibat cacing tambang akan timbul gejala dyspepsia, parotis bengkak

dan kulit telapak tangan kuning seperti jerami.

2.2.5 Xjncm

2.2.6 Knm

2.2.7 M,.,mzl,

2.2.8 m

2.3 Pencegahan Anemia pada Ibu Hamil

2.4 Faktor-faktor pencegahan Anemia pada Ibu Hamil


16

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konseptual

Faktor Predisposisi

(Predisposing factors)

1. Pengetahuan

2. Kepercayaan

3. Sikap

4. Nilai dan norma

Faktor Pendukung
(Kebudayaan)
(Enabling factors):
1. Adanya sarana kesehatan Perilaku Pencegahan Anemia:
2. Terjangkaunya sarana 1. Pola Makan
kesehatan 2. Kepatuhan Minum Tablet Fe
3. Peraturan kesehatan 3. Frekuensi Antenatal Care
4. Keterampilan terkait
kesehatan
Kejadian
Anemia
Menurun
17

Faktor Pendorong

(Reinforcing factors):

1. Keluarga
Peningkatan
2. Guru
kualitas hidup
ibu hamil
3. Sebaya

4. Petugas kesehatan

5. Tokoh masyarakat

6. Pengambil keputusan
Keterangan:

: Diteliti

: Tidak dieliti

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Analisis Faktor Perilaku Pencegahan

Anemia pada Ibu Hami dengan Pendekatan Teori Lawrence W. Green.

Perilaku kesehatan menurut teori Lawrence W. Green dipengaruhi oleh

tiga faktor. Berdasarkan pendekatan teori Lawrence W. Green 3 faktor perilaku

kesehatan mempengaruhi perilaku pencegahan anemia pada ibu hamil. Faktor-

faktor tersebut meliputi faktor predisposisi, faktor pendukung dan faktor

pendorong. Faktor predisposisi meliputi pengetahuan, kepercayaan, sikap, nilai

dan norma. Faktor pendukung antara lain adanya sarana kesehatan, terjangkaunya

sarana kesehatan, peraturan kesehatan, dan keterampilan terkait kesehatan. Faktor


18

pendorong meliputi keluarga, guru, sebaya, petugas kesehatan, tokoh masyarakat,

dan pengambil keputusan (Nursalam, 2015).

Perilaku kesehatan ibu hamil anemia dapat dilakukan dari pengaturan

pola makan, kepatuhan minum tablet Fe, dan frekuensi kunjungan antenatal care.

Faktor predisposisi seperti pengetahuan dan kepercayaan mempengaruhi perilaku

kesehatan ibu hamil dalam mencegah anemia. Pengetahuan dan kepercayaan

mendasari sikap dan tindakan ibu hamil dalam membuat keputusan dalam

mengurangi risiko terjadinya anemia. Faktor pendorong seperti dukungan

keluarga memberikan pendampingan dan motivasi bagi ibu hamil untuk

senantiasa menerapkan perilaku kesehatan pencegahan anemia.

3.2 Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah:

H1:

1. Ada hubungan antara pengetahuan dengan pola makan

2. Ada hubungan antara kepercayaan dengan pola makan

3. Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan pola makan

4. Ada hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan minum tablet Fe

5. Ada hubungan antara kepercayaan dengan kepatuhan minum tablet Fe

6. Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan minum tablet Fe

7. Ada hubungan antara pengetahuan dengan frekuensi antenatal care

8. Ada hubungan antara kepercayaan dengan frekuensi antenatal care

9. Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan frekuensi antenatal care


19
20

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional yaitu jenis

penelitian yang hanya dilakukan satu kali dalam satu waktu menekankan

pengamtan data variable indepen dan dependen (Nursalam, 2015b)

4.2 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel

4.2.1 Populasi

Populasi dari penelitian ini adalah semua ibu hamil yang melakukan

kunjungan kehamilan di Puskesmas Tambakrejo pada bulan Mei 2019

4.2.2 Sampel dan Besar Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah ibu hamil yang melakukan kunjungan

kehamilan di Puskesmas Tambakrejo pada bulan Mei 2019.

Kriteria inklusi:

1) Semua ibu hamil yang datang untuk mengkuti pelayanan antenatal care

Kriteria Eksklusi:

1) Ibu hamil yang tidak datang dalam mengikuti pelayanan antenatal care

4.2.3 Teknik Pengambilan Sampel

Penelitian ini menggunakan teknik total sampling, peneliti memilih

responden sesuai kriteria inklusi


21

4.3 Variabel Penelitian

4.3.1 Variabel Independen

Variabel independen yaitu variabel yang mempengaruhi nilai variabel

yang lain. Sebuah perlakuan stimulus yang berdampak pada variabel dependen

dimana dapat dimanipulasi oleh peneliti (Nursalam, 2015). Variabel independen

pada penelitian ini adalah pengetahuan, kepercayaan, dan dukungan keluarga.

4.3.2 Variabel Dependen

Variabel dependen adalah variabel yang nilainya dingaruhi oleh variabel

lain. Variabel hasil dari manipulasi variabel-variabel lain (Nursalam, 2015).

Variabel dependen pada penelitian ini adalah pola makan, kepatuhan minum

tablet Fe, dan frekuensi ANC.

4.4 Definisi Operasional

Tabel 4.1 Definisi Operasional Penelitian Analisis Faktor Perilaku Pencegahan

Anemia pada Ibu Hamil dengan Pendekatan Teori Lawrence W. Green.

Definisi Skala
Variabel Parameter Alat ukur Skor
operasional data

Independen

Pengetahuan Pemahaman Pemahaman Kuesioner Ordinal Benar = 1

tentang pola mengenai mengenai: Salah = 0

makan gambaran 1) Fungsi makanan Total skor =

jenis dan 2) Dampak pola 10

jumlah makan tidak Baik: jika

makanan adekuat hasilnya 76-

yang 3) Pola makan yang 100%

dikonsumsi mengandung zat Cukup: bila

setiap hari besi hasilnya 56-


22

Definisi Skala
Variabel Parameter Alat ukur Skor
operasional data

4) Makanan yang 75%

membantu Kurang: jika

penyerapan zat hasilnya

besi ≤55%

Makanan yang

menghambat

penyerapan zat

besi

Pengetahuan Pemahaman Pemahaman Kuesioner Ordinal Benar = 1

tentang tablet mengenai mengenai: Salah = 0

Fe suplementasi 1) Manfaat tablet Fe Total skor =

zat besi 2) Waktu minum 6

tablet Fe Baik: jika

hasilnya 76-

100%

Cukup: bila

hasilnya 56-

75%

Kurang: jika

hasilnya

≤55%

≥ mean

adalah stres

ringan dan <

mean adalah

stres berat.

Pengetahuan Pemahaman Pemahaman Kuesioner Ordinal Benar = 1


23

Definisi Skala
Variabel Parameter Alat ukur Skor
operasional data

tentang ANC mengenai mengenai:

pemeriksaan 1) Tujuan Salah = 0

kehamilan pemeriksaan Total skor =

antenatal care 6

2) Waktu Baik: jika

pemeriksaan hasilnya 76-

antenatal care 100%

3) Pentingnya Cukup: bila

suplemen vitamin hasilnya 56-

dan tablet Fe 75%

4) Tujuan Kurang: jika

pemeriksaan hasilnya

tekanan darah ≤55%

Kepercayaan Keyakinan 1) Buah buahan Kuesioner Ordinal Benar = 1

tentang pola individu seperti papaya, Salah = 0

makan mengenai nangka, jambu Total skor =

asupan biji menyebabkan 6

makanan keguguran pada Baik: jika

janin hasilnya 76-

2) Kentang, ikan 100%

dan telur Cukup: bila

menyebabkan hasilnya 56-

tubuh panas dan 75%

menyebabkan Kurang: jika

bisul hasilnya

3) Telur dan ikan ≤55%

mempengaruhi
24

Definisi Skala
Variabel Parameter Alat ukur Skor
operasional data

kulit dan rambut

(meningkatkan

kotoran telinga

dan rambut

rontok)

4) Biji wijen dan

buah nangka

menyebabkan

alergi pada janin

5) Roti

menyebabkan

janin hitam

6) Buah jeruk, apel,

dan jambu biji

menyebakan

batuk dan mengi

pada janin

Kepercayaan Keyakinan 1) Terlalu banyak Kuesioner Ordinal Benar = 1

tentang tablet individu minum tablet Fe Salah = 0

Fe mengenai akan Total skor =

suplementasi membahayakan 3

zat besi ibu dan janin Baik: jika

2) Minum tablet Fe hasilnya 76-

akan membuat 100%

bayi menjadi Cukup: bila

lebih besar hasilnya 56-

3) Tablet Fe tidak 75%


25

Definisi Skala
Variabel Parameter Alat ukur Skor
operasional data

perlu diminum Kurang: jika

ketika gejala hasilnya

anemia sudah ≤55%

sembuh

Kepercayaan Keyakinan Keyakinan mengenai: Kuesioner Ordinal Benar = 1

tentang ANC individu 1) Waktu kunjungan Salah = 0

mengenai antenatal care Total skor =

pemeriksaan 2) Manfaat 6

kehamilan kunjungan Baik: jika

antental care hasilnya 76-

100%

Cukup: bila

hasilnya 56-

75%

Kurang: jika

hasilnya

≤55%

Dukungan Dorongan 1) Keluarga Kuesioner Ordinal Benar = 1

keluarga orang memastikan dan Salah = 0

tentang pola terdekat mengingatkan Total skor =

makan dalam makanan tercukupi 7

mengatur 2) Keluarga Baik: jika

asupan memastikan dan hasilnya 76-

makanan mengingatkan 100%

suplemen tercukupi Cukup: bila

3) Keluarga hasilnya 56-

mengingatkan
26

Definisi Skala
Variabel Parameter Alat ukur Skor
operasional data

istirahat 75%

4) Keluarga melarang Kurang: jika

melakukan hasilnya

aktivitas berat ≤55%

5) Keluarga

membantu

memantau berat

badan selama

kehamilan

Dukungan Dorongan 1) Keluarga Kuesioner Ordinal Benar = 1

keluarga orang mendukung Salah = 0

tentang terdekat pemeriksaan Total skor =

kepatuhan dalam kehamilan 5

minum tablet kepatuahn 2) Dukungan keluarga Baik: jika

Fe minum dalam finansial hasilnya 76-

suplementasi 3) Dukungan keluarga 100%

zat besi membantu Cukup: bila

mengerjakan hasilnya 56-

pekerjaan rumah 75%

4) Dukungan keluarga Kurang: jika

terhadap hasilnya

keteraturan minum ≤55%

tablet Fe

5) Saran kelurga

mengenai efek

samping tablet Fe

Dukungan Dorongan 1) Keluarga Kuesioner Ordinal Benar = 1


27

Definisi Skala
Variabel Parameter Alat ukur Skor
operasional data

keluarga orang mendorong

tentang ANC terdekat melakukan Salah = 0

dalam pemeriksaan Total skor =

melakukan kehamilan secara 5

kunjungan teratur Baik: jika

pemeriksaan 2) Keluarga hasilnya 76-

kehamilan menyediakan 100%

kebutuhan finansial Cukup: bila

3) Keluarga hasilnya 56-

menemani 75%

kunjungan Kurang: jika

pemeriksaan hasilnya

kehamilan ≤55%

4) Keluarga

membantu

pekerjaan rumah

5) Keluarga

mendorong untuk

melakukan

perubahan gaya

hidup

Dependen

Pola Makan Kebiasaan Jenis makanan yang Kuesioner Ordinal Benar = 1

individu dikonsumsi Salah = 0

dalam Total skor =

makan 5

sehari-hari Baik: jika


28

Definisi Skala
Variabel Parameter Alat ukur Skor
operasional data

hasilnya 76-

100%

Cukup: bila

hasilnya 56-

75%

Kurang: jika

hasilnya

≤55%

Kepatuhan Keteraturan 1) Waktu minum Kuesioner Ordinal Benar = 1

Minum individu tablet Fe Salah = 0

Tablet Fe dalam 2) Kombinasi Total skor =

minum minuman untuk 4

suplementasi tablet Fe Baik: jika

zat besi hasilnya 76-

100%

Cukup: bila

hasilnya 56-

75%

Kurang: jika

hasilnya

≤55%

Frekuensi Banyaknya Waktu kunjangan Kuesioner Ordinal Jika

ANC kunjunan antenatal care Trimester 1:

pemeriksaan - Frekuensi

kehamilan ≥ 1 : skor

- Frekuensi
29

Definisi Skala
Variabel Parameter Alat ukur Skor
operasional data

< 1: skor 0

Trimester 2:

- Frekuensi

≥ 2: skor 2

- Frekuensi

< 2: skor 1

Trimester 3:

- Frekuensi

≥ 4: skor 4

- Frekuensi

< 4: skor 2

Baik: jika

skor ≥ 4

Kurang

Baik: jika

skor < 4

4.5 Instrumen Penelitian

1) Instrumen pengetahuan tentang pola makan

Peneliti menggunakan instrumen berupa kuisoner dengan pilihan “Ya” dan

“Tidak” untuk mengetahui pengetahuan tentang pola makan. Pertanyaan pada

kuisoner pengetahuan tentang pola makan diambil dari kuesioner (Nana &

Zema, 2018) yang diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia dan dimodifikasi

oleh peneliti dicantumkan di lembar lampiran. Pertanyaan-pertanyaan pada


30

kuisoner jika dijawab dengan benar maka mendapat skor 1 dan apabila salah

mendapat skor 0.

Tabel 4.2 Blue Print Pengetahuan tentang Pola Makan

Variabel Sub Variabel No. Item Jumlah

Pertanyaan

Pengetahuan 1) Fungsi makanan 1, 2, 3 3

tentang Pola 2) Dampak pola makan 4 1

Makan tidak adekuat

3) Pola makan yang 5, 6, 7, 8 4

mengandung zat besi

4) Makanan yang 9 1

membantu penyerapan

zat besi

5) Makanan yang 10 1

menghambat penyerapan

zat besi

TOTAL 10

2) Instrumen pengetahuan tentang tablet Fe

Peneliti menggunakan instrumen berupa kuisoner dengan pilihan ganda

untuk mengetahui pengetahuan tentang tablet Fe. Pertanyaan pada kuisoner

pengetahuan tentang tablet Fe diambil dari kuesioner (Juma, Oiye, & Konyole,

2016) yang diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia dan dimodifikasi oleh

peneliti dicantumkan di lembar lampiran. Pertanyaan-pertanyaan pada kuisoner


31

jika dijawab dengan benar maka mendapat skor 1 dan apabila salah mendapat

skor 0.

Tabel 4.3 Blueprint Pengetahuan tentang Tablet Fe

Variabel Sub Variabel No. Item Pertanyaan Jumlah

Pengetahuan 1) Manfaat tablet Fe 1, 4, 5, 6 4

tentang 2) Waktu minum tablet 2, 3 2

Tablet Fe Fe

TOTAL 6

3) Instrumen Pengetahuan tentang Antenatal Care

Peneliti menggunakan instrumen berupa kuisoner dengan pilihan “Ya” dan

“Tidak” untuk mengetahui pengetahuan tentang antenatal care. Pertanyaan

pada kuisoner pengetahuan tentang antenatal care diambil dari kuesioner

(Akhtar, Hussain, Majeed, & Afzal, 2018) yang diterjemahkan ke dalam

Bahasa Indonesia dan dimodifikasi oleh peneliti dicantumkan di lembar

lampiran. Pertanyaan-pertanyaan pada kuisoner jika dijawab dengan benar

maka mendapat skor 1 dan apabila salah mendapat skor 0.

Tabel 4.3 Blueprint Pengetahuan tentang Antenatal Care

Variabel Sub Variabel No. Item Pertanyaan Jumlah

Pengetahuan 1) Tujuan pemeriksaan 1, 2 2

tentang antenatal care

Antenatal 2) Waktu pemeriksaan 3 1

care antenatal care

3) Pentingnya 4 1
32

suplemen vitamin

dan tablet Fe

4) Tujuan pemeriksaan 5, 6 2

tekanan darah

TOTAL 6

4) Instrumen Kepercayaan tentang Pola Makan

Peneliti menggunakan instrumen berupa kuisoner dengan pilihan “Ya” dan

“Tidak” untuk mengetahui kepercayaan tentang pola makan. Pertanyaan pada

kuisoner kepercayaan tentang pola makan diambil dari (Taye, Abeje, &

Mekonen, 2015) yang diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dan

dimodifikasi oleh peneliti dicantumkan di lembar lampiran. Pertanyaan-

pertanyaan pada kuisoner jika dijawab dengan benar maka mendapat skor 1

dan apabila salah mendapat skor 0.

Tabel 4.3 Blueprint Pengetahuan tentang Antenatal Care

Variabel Sub Variabel No. Item Pertanyaan Jumlah

Kepercayaa 1) Buah buahan seperti 1 1

n tentang papaya, nangka,

Pola Makan jambu biji

menyebabkan

keguguran pada

janin

2) Kentang, ikan dan 2 1

telur menyebabkan
33

tubuh panas dan

menyebabkan bisul

3) Telur dan ikan 3 1

mempengaruhi kulit

dan rambut

(meningkatkan

kotoran telinga dan

rambut rontok)

4) Biji wijen dan buah 4 1

nangka

menyebabkan alergi

pada janin

5) Roti menyebabkan 5 1

janin hitam

6) Buah jeruk, apel, 6 1

dan jambu biji

menyebakan batuk

dan mengi pada

janin

TOTAL 6

5) Instrumen Kepercayaan tentang Tablet Fe

Peneliti menggunakan instrumen berupa kuisoner dengan pilihan “Ya” dan

“Tidak” untuk mengetahui kepercayaan tentang tablet Fe. Pertanyaan pada


34

kuisoner kepercayaan tentang tablet Fe diambil dari (Taye et al., 2015) yang

diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dan dimodifikasi oleh peneliti

dicantumkan di lembar lampiran. Pertanyaan-pertanyaan pada kuisoner jika

dijawab dengan benar maka mendapat skor 1 dan apabila salah mendapat skor

0.

Tabel 4.3 Blueprint Kepercayaan tentang Tablet Fe

Variabel Sub Variabel No. Item Pertanyaan Jumlah

Kepercayaa 1) Terlalu banyak 1 1

n tentang minum tablet Fe

tablet Fe akan membahayakan

ibu dan janin

2) Minum tablet Fe 2 1

akan membuat bayi

menjadi lebih besar

3) Tablet Fe tidak perlu 3 1

diminum ketika

gejala anemia sudah

sembuh

TOTAL 3

6) Instrumen Kepercayaan tentang Antenatal Care

Peneliti menggunakan instrumen berupa kuisoner dengan pilihan “Ya” dan

“Tidak” untuk mengetahui kepercayaan tentang antenatal care. Pertanyaan

pada kuisoner kepercayaan tentang antenatal care diambil dari kuesioner


35

(Tasliah, Widagdo, & Nugraha, 2017) yang diterjemahkan ke dalam Bahasa

Indonesia dan dimodifikasi oleh peneliti dicantumkan di lembar lampiran.

Pertanyaan-pertanyaan pada kuisoner jika dijawab dengan benar maka

mendapat skor 1 dan apabila salah mendapat skor 0.

Tabel 4.3 Blueprint Kepercayaan tentang Antenatal Care

Variabel Sub Variabel No. Item Pertanyaan Jumlah

Kepercayaa 1) Waktu kunjungan 1, 2 2

n tentang antenatal care

Antenatal 2) Manfaat kunjungan 3, 4, 5 1

care antental care

TOTAL 6

7) Instrumen Dukungan Keluarga tentang Pola Makan

Peneliti menggunakan instrumen berupa kuisoner dengan pilihan “Ya”

dan “Tidak” untuk mengetahui dukungan keluarga mengenai pola makan.

Pertanyaan pada kuisoner dukungan keluarga tentang pola makan diambil dari

kuesioner (Nguyen et al., 2018) dicantumkan di lembar lampiran. Pertanyaan-

pertanyaan pada kuisoner jika dijawab dengan benar maka mendapat skor 1

dan apabila salah mendapat skor 0.

Tabel 4.2 Blue Print Dukungan Keluarga tentang Pola Makan

Variabel Sub Variabel No. Item Jumlah

Pertanyaan

Dukungan 1) Keluarga memastikan 1, 2 2


36

Keluarga dan mengingatkan

tentang Pola makanan tercukupi

Makan 2) Keluarga memastikan 3, 4 2

dan mengingatkan

suplemen tercukupi

3) Keluarga mengingatkan 5 1

istirahat

4) Keluarga melarang 6 1

melakukan aktivitas

berat

5) Keluarga membantu 7 1

memantau berat badan

selama kehamilan

TOTAL 7

6) Instrumen Dukungan Keluarga tentang Tablet Fe

Peneliti menggunakan instrumen berupa kuisoner dengan pilihan “Ya” dan

“Tidak” untuk mengetahui dukungan keluarga tentang tablet Fe. Pertanyaan

pada kuisoner dukungan keluarga tentang tablet Fe diambil dari kuesioner

(Triharini et al., 2018) yang diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dan

dimodifikasi oleh peneliti dicantumkan di lembar lampiran. Pertanyaan-

pertanyaan pada kuisoner jika dijawab dengan benar maka mendapat skor 1

dan apabila salah mendapat skor 0.

Tabel 4.3 Blueprint Dukungan Keluarga tentang Tablet Fe


37

Variabel Sub Variabel No. Item Jumlah

Pertanyaan

Dukungan 1) Keluarga mendukung 1 1

Keluarga pemeriksaan kehamilan

tentang 2) Dukungan keluarga dalam 2 1

Tablet Fe finansial

3) Dukungan keluarga membantu 3 1

mengerjakan pekerjaan rumah

4) Dukungan keluarga terhadap 4 1

keteraturan minum tablet Fe

5) Saran kelurga mengenai efek 5 1

samping tablet Fe

TOTAL 5

7) Instrumen Dukungan Keluarga tentang Antenatal Care

Peneliti menggunakan instrumen berupa kuisoner dengan pilihan “Ya” dan

“Tidak” untuk mengetahui dukungan keluarga mengenai antenatal care.

Pertanyaan pada kuisoner dukungan keluarga tentang antenatal care diambil

dari kuesioner (Mosunmola, Adekunbi, & Foluso, 2014) yang diterjemahkan

ke dalam Bahasa Indonesia dan dimodifikasi oleh peneliti dicantumkan di

lembar lampiran. Pertanyaan-pertanyaan pada kuisoner jika dijawab dengan

benar maka mendapat skor 1 dan apabila salah mendapat skor 0.

Tabel 4.3 Blueprint Dukungan Keluarga tentang Antenatal Care


38

Variabel Sub Variabel No. Item Jumlah

Pertanyaan

Dukungan 1) Keluarga mendorong saya 1 1

Keluarga melakukan pemeriksaan

tentang kehamilan secara teratur

Antenatal 2) Keluarga menyediakan 2 1

Care kebutuhan finansial saya

3) Keluarga menemani 3 1

kunjungan pemeriksaan

kehamilan

4) Keluarga membantu pekerjaan 4 1

rumah

5) Keluarga mendorong untuk 5 1

melakukan perubahan gaya

hidup

TOTAL 5

8) Instrumen Pola Makan

Peneliti menggunakan instrumen berupa kuisoner dengan pilihan “Ya” dan

“Tidak” untuk mengetahui pola makan. Pertanyaan pada kuisoner pola makan

diambil dari kuesioner (Bekele, Tilahun, & Mekuria, 2016) yang diterjemahkan

ke dalam Bahasa Indonesia dan dimodifikasi oleh peneliti dicantumkan di

lembar lampiran. Pertanyaan-pertanyaan pada kuisoner jika dijawab dengan

benar maka mendapat skor 1 dan apabila salah mendapat skor 0.


39

Tabel 4.3 Blueprint Pola Makan

Variabel Sub Variabel No. Item Jumlah

Pertanyaan

Pola Makan 1) Mengonsumsi makanan dari 1 1

gandun

2) Mengonsumsi kafein 2 1

3) Mengonsumsi vitamin C 3 1

4) Mengonsumsi protein 4 1

5) Mengonsumsi sayuran 5 1

TOTAL 5

9) Intrumen Kepatuhan Minum Tablet Fe

Peneliti menggunakan instrumen berupa kuisoner dengan pilihan “Ya” dan

“Tidak” untuk mengetahui pola makan. Pertanyaan pada kuisoner kepatuhan

minum tablet Fe diambil dari kuesioner (Triharini et al., 2018) yang

diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dan dimodifikasi oleh peneliti

dicantumkan di lembar lampiran. Pertanyaan-pertanyaan pada kuisoner jika

dijawab dengan benar maka mendapat skor 1 dan apabila salah mendapat skor

0.

Tabel 4.3 Blueprint Kepatuhan Minum Tablet Fe

Variabel Sub Variabel No. Item Jumlah

Pertanyaan

Kepatuhan 1) Keteraturan minum tablet Fe 1, 2 2

Minum 2) Kombinasi minum tablet Fe 3, 4 2


40

Tablet Fe

TOTAL 4

10) Instrumen Frekuensi Antenatal Care

Frekuensi antenatal care diukur dengan menjawab kuisioner yang terdiri

dari 1 pertanyaan. Kuesioner ini berisi tentang berapa kali ibu hamil melakukan

kunjungan antenatal care selama kehamilan.

4.6 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilakukan di Puskesmas Tambak Rejo Surabaya pada

bulan Mei 2019.

4.7 Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data

Prosedur pengambilan atau pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1) Tahap persiapan

(1) Peneliti mengajukan permohonan ijin untuk persetujuan pembimbing

skripsi ke bagian kemahasiswaan Fakultas Keperawatan.

(2) Peneliti mengajukan permohonan ijin pengambilan data awal ke bagian

Akademik Fakultas Keperawatan dan Dinas Kesehatan Kota Surabaya.

Peneliti melakukan studi pendahuluan ke Puskesmas Tambak Rejo untuk

mendapatkan data awal penelitian.


41

(3) Peneliti mempersiapkan instrumen penelitian.

(4) Peneliti melakukan ujian proposal.

(5) Peneliti melakukan permohonan ijin penelitian ke bagian Akademik

Fakultas Keperawatan dan Puskesmas Tambak Rejo.

(6) Peneliti melakukan uji etik.

2) Tahap pelaksanaan

(1) Responden yang diteliti adalah semua ibu hamil yang melakukan

kunjungan antenatal care di Puskemas Tambak Rejo Surabaya. Penelitian

dilakukan pada saat ibu hamil sedang menunggu giliran diperiksa atau

setelah pemeriksaan.

(2) Peneliti memperkenalkan diri diri pada responden, membuat kontrak,

melakukan informed consent sebagai persetujuan menjadi responden

penelitian, menjelaskan manfaat dan tujuan dari penelitian kepada

responden.

(3) Setelah calon responden menyetujui untuk ikut penelitian, peneliti

memberikan kuesioner kepada responden dan meminta responden untuk

mengisinya secara lengkap. Pengisisan kuesioner tiap responden dilakukan

± 15-20 menit.

(4) Peneliti mengecek kembali kelengkapan pengisian kuesioner. Jika ada

yang kurang lengkap maka diklarifikasi kembali kepada responden untuk

dilengkapi.

(5) Reward berupa souvenir diberikan kepada responden setelah

menyelesaikan pengisian kuisioner.


42

3) Pengolahan data kemudian dilakukan coding yang dilanjutkan dengan skoring,

setelah itu dilakukan uji analisa menggunakan Spearman Rho dan didapatkan

hasil.

4.8 Analisis Data

Analisis data merupakan kegiatan yang dilakukan setelah seluruh

kuesioner dari responden telah terkumpul oleh peneliti. Selanjutnya data akan

diolah dengan tahapan sebagai berikut:

1) Editing yaitu proses pemeriksaan kembali kelengkapan data yang telah

diperoleh dan apakah ada kekeliruan dalam pengisian kuisoner.

2) Coding yaitu mengklasifikasikan jawaban responden dengan memberikan

kode pada masing-masing jawaban untuk memudahkan dalam penganalisaan

data

3) Scoring yaitu mengelompokan jawaban responden yang sama secara teliti dan

teratur, lalu dihitung dan dijumlahkan.

Penelitian ini menggunakan skor benar=1, salah=0 kemudian dihitung dengan

rumus (Azwar, 2007):

P = f/N x 100%

P = presentase

f = jumlah jawaban yang benar

N = jumlah skor maksimal

Setelah presentase diketahui kemudian diintrepetasikan dengan kriteria

(Arikunto, 2007):

Baik : jika hasilnya 75-100%

Cukup : jika hasilnya 56-75%


43

Kurang : jika hasilnya ≤55%

4) Entry yaitu memasukkan data hasil tabulasi ke dalam program komputer

(master sheet penelitian).

5) Analisis data dilakukan dengan uji statistik Sperman untuk mengetahui

komparatif dua sampel berkorelasi jika data berbentuk ordinal dengan tingkat

kemaknaan p < 0,05 maka hipotesis diterima.


44

4.9 Kerangka Kerja

Populasi
Semua ibu hamil yang melakukan kunjungan antenatal care di Puskesmas
Tambak Rejo Surabaya

Total sampling
Semua ibu hamil yang melakukan kunjungan antenatal care di Puskesmas
Tambak Rejo Surabaya pada Mei 2019
4.10 Masalah Etik

Pra Tes
Meminta kesediaan responden untuk mengisi kuesioner

Pengumpulan Data
Responden mengisi kesuluruhan kuesioner yang dibagikan peneliti

Analisa Data
Menggunakan uji statistik Spearman dengan derajat kemaknaan α=0,05

Laporan Hasil Penelitian

hhhhh
45

4.10 Masalah Etik

Sebelum penelitian, peneliti mengajukan surat permohonan rekomendasi

dari Wakil Dekan I Program Studi Pendidikan Ners Fakultas Keperawatan

Universitas Airlangga Surabaya dan permintaan izin kepada Kepala Puskesmas

Tambak Rejo Surabaya. Setelah mendapatkan persetujuan peneliti harus

menjunjung tinggi masalah etika kepada responden dengan cara sebagai berikut:

1) Lembar persetujuan (Informed consent)

Peneliti menerangkan tujuan dilaksanakannya penelitian. Lembar

persetujuan diisi secara sukarela. Jika responden bersedia untuk berpartisipasi

maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika menolak, maka

peneiliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak subjek.

2) Tanpa nama (Anonimity)

Peneliti akan memberi kode pada lembar jawaban kuisioner yang telah

diisi oleh responden. Peneliti juga akan menuliskan kode pada lembar

pengumpulan data atau hasil penelitian yang disajikan sehingga kerahasiaan

identitas responden tetap terjaga.

3) Kerahasiaan (Confidentiality)

Responden mempunyai hak untuk meminta data yang diberikan harus

dirahasiakan dan peneliti mempunyai kewajiban untuk menjamin kerahasiaan

tersebut. Informasi dari responden hanya disajikan dan dilaporkan pada pihak

yang terkait penelitian.


46

Anda mungkin juga menyukai