Anda di halaman 1dari 5

TUGAS BAHASA INDONESIA

ARTIKEL KESEHATAN DAN KEDOKTERAN TENTANG STUNTING


BESERTA PENYEBAB DAN PENCEGAHANNYA

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia

Dosen Pengampu:

Ratna Dewi Kartikasari, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh:

Nasyilla Siti Magfira (22070100120)

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN

FAKULTAS KEDOKTERAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

2022
Stunting adalah sebuah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh
kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, hal ini menyebabkan adanya
gangguan di masa yang akan datang yakni mengalami kesulitan dalam mencapai
perkembangan fisik dan kognitif yang optimal. Anak stunting mempunyai Intelligence
Quotient (IQ) lebih rendah dibandingkan rata-rata IQ anak normal (Kemenkes RI,
2018). Stunting didefinisikan sebagai keadaan dimana status gizi pada anak menurut
TB/U dengan hasil nilai Z Score = <-2 SD, hal ini menunjukan keadaan tubuh yang
pendek atau sangat pendek hasil dari gagal pertumbuhan. Stunting pada anak juga
menjadi salah satu faktor risiko terjadinya kematian, masalah perkembangan motorik
yang rendah, kemampuan berbahasa yang rendah, dan adanya ketidakseimbangan
fungsional (Anwar, Khomsan, dan Mauludyani, 2014). Stunting menjadi masalah gagal
tumbuh yang dialami oleh bayi di bawah lima tahun yang mengalami kurang gizi
semenjak di dalam kandungan hingga awal bayi lahir, stunting sendiri akan mulai
nampak ketika bayi berusia dua tahun (Tim Nasional Percepatan Penanggulangan
Kemiskinan, 2017). Sesuai dengan yang dikemukakan oleh Schmidt bahwa stunting ini
merupakan masalah kurang gizi dengan periode yang cukup lama sehingga muncul
gangguan pertumbuhan tinggi badan pada anak yang lebih rendah atau pendek (kerdil)
dari standar usianya (Schmidt, 2014).

Pada penyebab stunting yang paling utama adalah kurang gizi. Anak
membutuhkan asupan gizi seimbang dan nutrisi lengkap untuk pertumbuhan dan
perkembangannya. Ibu memegang peranan penting dalam mendukung upaya mengatasi
masalah gizi, terutama dalam hal asupan gizi keluarga, mulai dari penyiapan makanan,
pemilihan bahan makanan, sampai menu makanan. Ibu yang memiliki status gizi baik
akan melahirkan anak yang bergizi baik. Sebagaimana diketahui bahwa asupan zat gizi
yang optimal menunjang tumbuh kembang balita baik secara fisik, psikis, maupun
motorik atau dengan kata lain, asupan zat gizi yang optimal pada saat ini merupakan
gambaran pertumbuhan dan perkembangan yang optimal pula di hari depan.

Terdapat beberapa faktor risiko stunting, diantaranya:


a. Status Gizi
Status Gizi merupakan sebuah penilaian keadaan gizi yang diukur oleh
seseorang pada satu waktu dengan mengumpulkan data (Arisman, 2005).
Status gizi menggambarkan kebutuhan tubuh seseorang terpenuhi atau tidak.
Salah satu penelitian di Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang yang
dilakukan oleh Putri, Sulastri, dan Lestari menunjukan bahwa status gizi
dalam masyakarat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti sosial ekonomi,
pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, jumlah anak dalam keluarga, pola
asuh, dan pola asuh.
b. Kebersihan Lingkungan
Sanitasi yang baik akan mempengaruhi tumbuh kembang seorang anak.
Sanitasi dan keamanan pangan dapat meningkatkan risiko terjadinya
penyakit infeksi (Kemenkes RI, 2018). Penerapan hygiene yang tidak baik
mampu menimbulkan berbagai bakteri yang mampu masuk ke dalam tubuh
yang menyebabkan timbul beberapa penyakit seperti diare, cacingan,
demam, malaria dan beberapa penyakit lainnya. Penelitian di Libya, faktor-
faktor yang dapat meningkatkan risiko Z-Score = (NIS-NMBR)/NSBR 16
stunting akibat lingkungan rumah adalah kondisi tempat tinggal, pasokan air
bersih yang kurang dan kebersihan lingkungan yang tidak memadai.
Kejadian infeksi dapat menjadi penyebab kritis terhambatnya pertumbuhan
dan perkembangan. Penyediaan toilet, perbaikan dalam praktek cuci tangan
dan perbaikan kualitas air adalah alat penting untuk mencegah tropical
enteropathy dan dengan demikian dapat mengurangi risiko hambatan
pertumbuhan tinggi badan anak (Prendergast, 2014).
c. Makanan Pendamping ASI
Masalah kebutuhan gizi yang semakin tinggi akan dialami bayi mulai dari
umur enam bulan membuat seorang bayi mulai mengenal Makanan
Pendamping ASI (MP-ASI) yang mana pemberian MP-ASI untuk
menunjang pertambahan sumber zat gizi disamping pemberian ASI hingga
usia dua tahun. Makanan pendamping harus diberikan dengan jumlah yang
cukup, sehingga baik jumlah, frekuensi, dan menu bervariasi bisa memenuhi
kebutuhan anak (Kemenkes RI, 2011). d. ASI Eksklusif Air Susu Ibu (ASI)
merupakan air susu yang dihasilkan seorang ibu setelah melahirkan. ASI
Eksklusif adalah pemberian ASI yang diberikan sejak bayi dilahirkan hingga
usia bayi 6 bulan tanpa memberikan makanan atau minuman lainnya seperti
susu formula, air putih, air jeruk kecuali vitamin dan obat (Kemenkes RI,
2016).

Terdapat beberapa cara untuk mencegah terjadinya stunting, sebagai berikut:

a. Memenuhi kebutuhan gizi sejak hamil


Tindakan yang relatif ampuh dilakukan untuk mencegah stunting pada anak
adalah selalu memenuhi gizi sejak masa kehamilan. Lembaga kesehatan
Millenium Challenge Account Indonesia menyarankan agar ibu yang sedang
mengandung selalu mengonsumsi makanan sehat nan bergizi maupun
suplemen atas anjuran dokter. Selain itu, perempuan yang sedang menjalani
proses kehamilan juga sebaiknya rutin memeriksakan kesehatannya ke
dokter atau bidan.

b. Beri ASI Eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan


Veronika Scherbaum, ahli nutrisi dari Universitas Hohenheim, Jerman,
menyatakan ASI ternyata berpotensi mengurangi peluang stunting pada anak
berkat kandungan gizi mikro dan makro. Oleh karena itu, ibu disarankan
untuk tetap memberikan ASI Eksklusif selama enam bulan kepada sang buah
hati. Protein whey dan kolostrum yang terdapat pada susu ibu pun dinilai
mampu meningkatkan sistem kekebalan tubuh bayi yang terbilang rentan.

c. Dampingi ASI Eksklusif dengan MPASI sehat


Ketika bayi menginjak usia 6 bulan ke atas, maka ibu sudah bisa
memberikan makanan pendamping atau MPASI. Dalam hal ini pastikan
makanan-makanan yang dipilih bisa memenuhi gizi mikro dan makro yang
sebelumnya selalu berasal dari ASI untuk mencegah stunting. WHO pun
merekomendasikan fortifikasi atau penambahan nutrisi ke dalam makanan.
Di sisi lain, sebaiknya ibu berhati-hati saat akan menentukan produk
tambahan tersebut. Konsultasikan dulu dengan dokter.

d. Terus memantau tumbuh kembang anak


Orang tua perlu terus memantau tumbuh kembang anak mereka, terutama
dari tinggi dan berat badan anak. Bawa si Kecil secara berkala ke Posyandu
maupun klinik khusus anak. Dengan begitu, akan lebih mudah bagi ibu
untuk mengetahui gejala awal gangguan dan penanganannya.

e. Selalu jaga kebersihan lingkungan


Seperti yang diketahui, anak-anak sangat rentan akan serangan penyakit,
terutama kalau lingkungan sekitar mereka kotor. Faktor ini pula yang secara
tak langsung meningkatkan peluang stunting. Studi yang dilakukan di
Harvard Chan School menyebutkan diare adalah faktor ketiga yang
menyebabkan gangguan kesehatan tersebut. Sementara salah satu pemicu
diare datang dari paparan kotoran yang masuk ke dalam tubuh manusia.
Semoga informasi ini membantu para ibu mencegah stunting dan
meningkatkan kualitas kesehatan anak.

Anda mungkin juga menyukai