Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA Nn. ,,, DI UMUR,,, TAHUN DENGAN


OBESITAS DI PUSKESMAS WARU KAB. PENAJAM PASER UTARA

Disusun Guna Memenuhi Persyaratan Ketuntasan


Praktik Kebidanan Fisiologi Holistik Remaja dan Pra Nikah

MUFTIKA RANI PUSPADINI


NIM . P07224422107

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES KALIMANTAN TIMUR
JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI
PROFESI KEBIDANAN PPU
TAHUN 2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkah dan karunia-Nya

sehingga Laporan Pendahuluan Prakti Kebidanan Fisiologi Holistik pada Remaja dan

Pra Nikah dapat terselesaikan. Sehingga Laporan Pendahuluan Prakti Kebidanan

Fisiologi Holistik pada Remaja dan Pra Nikah dilakukan untuk memenuhi salah satu

tugas dari kegiatan Prakti Kebidanan Fisiologi Holistik pada Remaja dan Pra Nikah

pada Program Studi Pendidikan Profesi Bidan Poltekkes Kemenkes Kalimantan

Timur. Laporan Pendahuluan ini terwujud berkat bimbingan, arahan dan bantuan dari

Pembimbing Institusi yang meluangkan waktu dan pikirannya sehingga penulis bisa

merampungkan proses pembuatan laporan ini. Penulis menyadari banyak kekurangan

dalam penulisan Laporan Pendahuluan ini sehingga penulis terbuka terhadap saran

dan kritik yang membangun untuk penyempurnaan resume ini dan semoga Laporan

Pendahuluan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat dalam proses

pembelajaran ini.

Penajam Paser Utara, Agustus 2022

Muftika rani puspadini

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i

KATA PENGANTAR ............................................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 4

A. Latar Belakang .............................................................................................. 4


B. Tujuan ........................................................................................................... 5

Langkah BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 7

A. Konsep Teori ................................................................................................. 7


1. Pengertian ............................................................................................... 7
2. Fisiologi................................................................................................... 7
3. Patofisiologi ............................................................................................ 8
4. Komplikasi .............................................................................................. 9
5. Pemeriksaan Penunjang........................................................................... 9
6. Pelayanan yang Dibutuhkan.................................................................... 10
7. Penatalaksanaan....................................................................................... 11
B. Konsep Manajemen Asuhan Kebidanan 7 Langkah Varney ........................ 12
1. Langkah I (Pengkajian)............................................................................ 12
2. Langkah II (Interpretasi Data)................................................................. 18
3. Langkah III ( Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial)................... 18
4. Langkah IV (Identifikasi Tindakan Segera dan atau Kolaborasi)........... 18
5. Langkah V (Rencana Menyeluruh Asuhan Kebidanan).......................... 19
6. Langkah VI (Penatalaksanaan)................................................................ 19
7. Langkah VII (Evaluasi) ........................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 21

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Obesitas adalah suatu penyakit serius yang dapat mengakibatkan masalah


emosional dan sosial. Seorang dikatakan overweight bila berat badannya 10%
sampai dengan 20% beratbadan normal, sedangkan seseorang disebut obesitas
apabila kelebihan berat badan mencapai lebih 20% dari berat normal. Obesitas
saat ini menjadi permasalahan dunia bahkan World Health Organitation
(WHO) mendeklarasikan sebagai epidemic global (2016). Pravalensi obesitas
di seluruh dunia baik di negara berkembang maupun negara yang sedang
berkembang telah meningkat dalam jumlah yang mengkhawatirkan. Kejadian
overweight terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2000 – 2012
kejadiaan overweight terus naik dari 5% menjadi 7%.

Secara global tahun 2012 44 juta anak 0,5 tahun mengalami overweight,
18% berasal dari Afrika Selatan, dan 7% dari Amerika Selatan. (Darmayasa.,
M. E, 2017) Berdasarkan laporan gizi global atau Global Nutrition Report
(2014), Indonesia termasuk ke dalam 17 negara yang memiliki 3 permasalahan
gizi sekaligus, yaitu stunting (pendek), wasting (kurus), dan juga overweight
(obesitas). Data riset kesehatan dasar (Riskesdas, 2013) menyebutkan bahwa
prevalensi balita gemuk menurut BB/TB pada anak usia 0-59 bulan sebesar
11,8% sedangkan data survey pemantauan status gizi (PSG, 2017) menyatakan
bahwa prevalensi balita gemuk menurut BB/TB usia 0-59 bulan sebesar 5,3%.
(Kemenkes RI, 2017)

Secara umum, obesitas disebabkan oleh tiga faktor, yakni faktor perilaku,
lingkungan, dan genetik. Faktor genetik sebenarnya menyumbang 10-30%
sementara faktor perilaku danlingkungan dapat mencapai 70%. Beberapa
penelitian menyatakan, perkembangan teknologi yang pesat berkontribusi pada
peningkatan prevalensi kegemukan, tanpa disadari teknologi menggiring kita

4
untuk bergaya hidup sedentary diantaranya kurang beraktifitas fisik, makan
makanan instan, dan kurang mengonsumsi buah dan sayur. Faktor lain yang
dapat memengaruhi terjadinya obesitas pada anak yaitu pola asuh orang tua
terutama pola pemberian makan. Mulai dari rendahnya ASI Eksklusif karena
tergoda memberikan susu formula yang tinggi lemak dan mengandung gula,
sampai pada pemberian makanan rendah protein namun tinggi gula, garam, dan
lemak salah satunya adalah makanan instan. (Kemenkes RI, 2017) Selain itu,
terdapat pula dampak jangka pendek obesitas seperti, anak obesitas mempunyai
faktor risiko penyakit kardiovaskuler seperti kolesterol atau tekanan darah
tinggi, dampak psikososial, dimana anak cenderung tidak percaya diri dan
dijauhi atau menarik diri dalam pergaulan.

Hal ini akan menyebabkan anak enggan untuk beraktivitas dan bergaul
dengan teman sebayanya, Sleep Apnea (kegagalan untuk bernafas secara
normal ketika sedang tidur, menyebabkan berkurangnya kadar oksigen dalam
darah), pertumbuhan fisik yang lebih cepat serta usia tulang yang lebih lanjut
dari usia kronologinya, masalah ortopedi akibat beban tubuh yang terlalu berat,
gangguan endokrin (pada anak prempuan menarche lebih cepat terjadi.
(Fikawati sandra dkk,2017)
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mendeskripsikan pelaksanaan asuhan kebidanan pada remaja obesitas
dengan menggunakan pola pikir ilmiah melalui pendekatan manajemen
kebidanan menurut varney dan mendokumentasikan asuhan kebidanan dalam
bentuk catatan SOAP.
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan konsep dasar teori obesitas
b. Menjelaskan konsep dasar manajemen kebidanan pada remaja dengan
obesitas

5
c. Melaksanakan asuhan kebidanan pada remaja obesitas dengan pendekatan
varney yang terdiri dari :
1. Melakukan pengkajian pada remaja obesitas
2. Menginterpretasikan data dasar
3. Mengidentifikasi diagnosa dan masalah potensial pada remaja obesitas
4. Mengidentifikasikan kebutuhan segera pada remaja obesitas
5. Merencanakan intervensi pada remaja obesita
6. Melakukan iumplementasi pada remaja obesitas
7. Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan yang telah diberikan
d. Mendokumentasikan pelaksanaan asuhan kebidanan pada remaja obesitas
dalam bentuk catatan SOAP
e. Melakukan pembahasan dengan menggunakan 7 langkah Varney

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Teori
1. Pengertian
Menurut WHO, kelebihan berat badan dan obesitas merupakan
penumpukan lemak yang abnormal atau berlebih yang mengganggu
kesehatan (WHO, 2014). Studi lain menyebutkan bahwa kedua istilah
tersebut mengacu pada kelebihan lemak tubuh dan biasanya berhubungan
dengan kenaikan berat badan dibanding dengan tingginya.
Obesitas adalah lemak tubuh yang berlebihan yang disimpan dalam
tubuh. Obesitas disebabkan oleh energi (kalori) yang masuk lebih banyak
dari energi (kalori) yang keluar (IDAI, 2016).
2. Fisiologi
Faktor yang berperan dalam terjadinya obesitas pada seseorang antara
lain riwayat obesitas, metabolisme, perilaku, sosial-budaya, dan status
sosial-ekonomi juga ikut andil di dalamnya (Pulgaron dkk., 2013). Oleh
sebab itu, penyebab obesitas dinilai sebagai multikausal dan
multidimensional karena bisa terjadi pada berbagai golongan masyarakat
(Sartika, 2011). Faktor lingkungan merupakan penyebab utama obesitas
(Kementrian Kesehatan RI, 2012; Sartika, 2010) sedangkan faktor genetik
yang juga diyakini berperan penting dalam terjadinya obesitas, tidak dapat
menjelaskan terjadinya peningkatan prevalensi kegemukan dan obesitas
(Kementrian Kesehatan RI, 2012).

Ketidakseimbangan antara pola makan, perilaku makan, dan aktivitas


fisik merupakan pengaruh faktor lingkungan yang utama. Pola makan yang
terkait dengan obesitas antara lain mengonsumsi makanan porsi besar atau

7
melebihi kebutuhan, makanan tinggi energi, tinggi lemak, tinggi
karbohidrat sederhana dan rendah serat. Perilaku makan yang tidak sehat
meliputi tindakan memilih makanan berupa junk food, makanan dalam
kemasan, dan minuman ringan atau soft drink. Sedangkan aktivitas fisik
yang mengarah pada sedentary life style akibat perubahan gaya hidup
menjadi pencetus terjadinya obesitas, khususnya di Indonesia
(Kementrian Kesehatan RI,2012). Kurangnya aktivitas fisik tersebut
terjadi akibat semakin terbatasnya lapangan untuk bermain dan kurangnya
fasilitas untuk beraktifitas ditambah dengan kemajuan teknologi seperti
video game, playstation, televise dan komputer yang menyebabkan, anak-
anak khususnya, lebih bermain di dalam rumah (Kementrian Kesehatan RI,
2012).
3. Patofisiologi
a. Pola makanyang tidak sehat
Anak yang pola makannya tidak teratur dengan asupan gizi
berlebih akan berisiko mengalami obesitas. Konsumsi makanan tinggi
kalori dan lemak seperti makanan fast food atau cepat saji, sosis, baso,
pizza, dan softdrink juga dapat memicu terjadinya obesitas. Hal ini
diperparah dengan tidak ada atau kurangnya asupan buah dan
sayur/sumber serat pada makanan sehari-hari (IDAI, 2016).
Pola makan yang sering terjadi pada anak obesitas adalah makan
utama >3x/hari (umumnya porsi besar) ditambah dengan camilan yang
tidak sehat (contoh: kentang goreng, makanan ringan dalam kemasan,
gorengan), serta minum teh manis atau softdrink setiap makan.
b. Kurangnya aktivitas fisik
Tuntutan sekolah yang tinggi, jadwal dan tugas sekolah yang
begitu padat secara tidak langsung membatasi waktu olahraga
anak/remaja. Selain itu, dengan adanya gadget aktivitas fisis menjadi
berkurang. Remaja lebih tertarik untuk bermain dengan gadget di

8
dalam ruangan dibandingkan bermain dengan teman di luar rumah
seperti bermain bola atau bersepeda (IDAI, 2016).
c. Keturunan
Kebiasaan makan anak/remaja cenderung mengikuti orang-orang
di sekitarnya. Tak heran jika banyak anak obesitas berasal dari
keluarga yang obesitas (IDAI, 2016
4. Komplikasi
Penumpukan lemak berlebih pada orang dengan obesitas
menyebabkan berbagai komplikasi terhadap kesehatan. Oleh sebab itu,
kelebihan berat badan atau obesitas di rentang usia 14-19 tahun berkaitan
dengan meningkatnya mortalitas di masa dewasa akibat penyakit-penyakit
sistemik (Han dkk., 2010). WHO menyebutkan bahwa kondisi kelebihan
berat badan dan obesitas lebih erat hubungannya dengan mortalitas di
dunia dibandingkan dengan kondisi kekurangan berat badan (WHO,
2014). Selain itu, meningkatnya risiko penyakit metabolik dan degeneratif
juga menjadi komplikasi jangka panjang pada anak dengan kegemukan
dan obesitas (Kementrian Kesehatan RI, 2012; Hidayati dkk., 2006).
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi di masa dewasa dari seorang
anak yang obesitas antara lain penyakit kardiovaskuler (Han dkk., 2010),
diabetes mellitus, kanker, osteoarthritis (Kementrian Kesehatan RI,
2012),hipertensi, dislipidemia, resistensi insulin (Kristina, 2011),
penumpukan lemak yang berlebih pada organ hati, komplikasi psikososial,
gangguan paru seperti gangguan pernapasan yang terjadi saat tidur dan
sesak napas (Pulgaron dkk., 2013; Han dkk., 2010).
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Jika memungkinkan dilakukan secara rutin pada semua pasien
obesitas
1) Darah perifer lengkap

9
2) Profil lipid : trigiserida, kolesterol lengkap, HDL dan LDL
3) Tes toleransiglukosa oral, insulin puasa
4) Fungsi hati : SGPT, SGOT
5) Fungsi ginjal : Ureum, creatinin, asam urat
b. Dilakukan sesuai indikasi
1) Fungsi tiroid
2) Sekresi dan fungsi growth hormone
3) Kalsium, fosfat dan kadar hormon paratiroid bila dicurigai
pseudohipoparatiroidisme
4) Foto orofaring AP dan Lateral bila dicurigai hipertrofi
tonsiloadenoid
5) Sleep studies untuk mendeteksi sleep apnea
6) USG hati jika dicurigai NASH
7) Echocardiography jika terindikasi secara klinis
8) Pemindaian MRI otak dengan fokus hipotalamus dan hipofisis
bila terindikasi secara klinis
9) Pemeriksaan analisis kromosom jika terdapat dismorfisme
10) Pemeriksaan analisis genetik jika diduga berkaitan dengan
sindrom tertentu.
6. Pelayanan yang Dibutuhkan
Melakukan pengukuran berat badan dengan menggunakan cara IMT
adalah berat badan (dalam kilogram) dibagi dengan kuadrat dari tinggi
badan (dalam meter).

Setelah nilai IMT didapatkan, maka plotkan atau tentukan titiknya


pada grafik IMT CDC 2000 (khusus untuk anak usia 2-20 tahun) sesuai
usia dan jenis kelamin. Jika usia di bawah 2 tahun, maka grafik yang
dipakai adalah grafik IMT WHO. Anak usia > 2 tahun disebut overweight

10
jika nilai IMT sedangkan untuk anak < 2 tahun disebut overweight jika
nilai IMT anak berada di atas Z-skor +2, dan obesitas jika di atas Z-skor
+3 (IDAI, 2016).

7. Penatalaksanaan
a. Pengaturan diet, petunjuk praktis diet pediatrik dapat dilihat sebagai
berikut :
1) Konsumsi lebih banyak buah-buahan, sayuran, sereal, kacang,
gandum
2) Makanlah paling sedikit 3 porsi sayuran dan 2 porsi buah setiap
hari Pilih produk bebas lemak atau rendah lemak
3) Perbanyak konsumsi daging merah tanpa lemak, unggas (tanpa
kulit) atau ikan
4) Konsumsi kuning telur kurang dari 3 per minggu
5) Gunakan minyak sayur, margarin yang mengandung asam lemak
tak jenuh dan yang hanya sedikit mengandung asam lemak trans
6) Bila makan atau membeli makanan jadi, pilihlah makanan yang
mengandung asam lemak jenuh dan kolesterol yang rendah, atau
makanan yang dipanggang atau dipanggang.
b. Pengaturan aktivitas
c. Memodifikasi perilaku : membina cara makan dan cara beraktifitas
yang sehat

11
d. Membina keluarga
e. Farmakoterapi: sampai saat ini (2006) tidak ada satu obatpun yang
dianggap aman untuk pemakaian pada usia anak, sedangkan untuk
remaja orlistat dapat digunakan dengan kemasan khusus remaja
(dikomb-inasi dengan suplemen vitamin yang larut dalam lemak)
f. Pendidikan dan pencegahan
g. Pemantauan pertumbuhan
h. Pendidikan/penjelasan bahaya atau komplikasi obesitas

B. Konsep Manajemen Asuhan Kebidanan 7 Langkah Varney


Pada Remaja dengan Obesitas
I . PENGKAJIAN
DATA SUBYEKTIF
1. Identitas
Nama :
Umur : Pada umur wanita lebih dari 16 tahun dan belum
mendapatkan haid dapat memeriksakan kondisinya
Agama :
Suku :
Pendidikan : Menggambarkan kemampuan seorang klien dalam
menyerap konseling yang di berikan oleh bidan(Depkes RI, 2005).
Pekeerjaan :
Alamat : Ditanyakan untuk maksud mempermudah hubungan
bila diperlukan atau bila keadaan mendesak. Dengan diketahui alamat
tersebut bidan dapat mengetahui tempat tinggal klien dan
lingkungannya (Depkes RI, 2005).
No.Register :

12
2. Alasan datang periksa/keluhan utama
Rata-rata remaja tidak memiliki keluhan
3. Riwayat kesehatan kliean
a. Riwayat kesehatan yang lalu :
Riwayat kerusakan pada SSP (misalnya infeksi, trauma, perdarahan,
radiasi, kejang) mengarah pada obesitas hipotalamikus dengan atau
tanpa defisiensi growth hormone atau hipotiroidisme hipotalamus.
Riwayat sakit kepala pagi hari, muntah, gangguan penglihatan dan
miksi berlebih juga merupakan petunjuk bahwa obesitas disebabkan
oleh tumor
atau massa di hipotalamus (Rekomendasi IDAI, 2014).
b. Riwayat kesehatan sekarang :
Kulit kering, konstipasi, intoleransi terhadap cuaca dingin atau
cepat lelah mengarah pada hipotiroidisme
c. Riwayat pertumbuhan/pertambahan berat badan :
Perawakan pendek atau defek pertumbuhan linear pada anak
dengan obesitas harus dicurigai kemungkinan defisiensi growth
hormone,hipotiroidisme,kelebihankortisol,pseudohipoparatir
oidisme, atau sindrom genetik, misalnya sindrom Prader-Willi
(Rekomendasi IDAI, 2014).
4. Riwayat kesehatan keluarga
Penyakit menurun : Kardiovaskular dini (misalnya stroke atau
serangan jantung sebelum usia 55 tahun), peningkatan kadar
kolesterol, hipertensi,diabetes tipe II
Penyakit menular : (Hepatitis, TBC, HIV/AIDS)
Penyakit menahun : (Jantung, Asma Servititis)

Informasi ini sangat penting untuk melihat kemungkinan yang


dapat terjadi pada remaja berkaitan dengan risiko obesitas

13
(Rekomendasi IDAI, 2014).

5. Riwayah haid
Menarche : Menarche pada umur pubertas 12 – 16
tahun (Sarwono, 2010)
Siklus : 28 hari untuk 2 bulan, kemudian tidak
haid 1 bulan. Hal ini membuat pasien
merasakan perubahan yang tidak
nyaman pada tubuhnya (Rekomendasi
IDAI, 2014).
Lama haid : 3-8 hari (Mochtar, 2011)
Banyaknya : 50cc (sarwono,2010)
6. Pola fungsional kesehatan

14
7. Riwayat psikospiritual
d. Psikososial
Remaja obes lebih responsif terhadap syaraf lapar eksternal seperti
rasa dan bau makanan, atau waktu makan. Orang obes cenderung
makan bila ia merasa ingin makan, bukan makan
pada saat ia lapar (Jurnal Gizi Indonesia, 2018).
e. Kulturalspiritual
Remaja merasa stress yang disebabkan oleh rasa minder dan
adanya “bullying” atau ejekan yang dilontarkan oleh teman.
Merasa gemuk adalah merupakan salah satu citra negatif pada
remaja yang berkaitan dengan tekanan psikologis (Jurnal Gizi
Indonesia, 2018).

DATA OBYEKTIF

1. Pemeriksaan umum
1) Keadaan umum pasien
Keadaan umum : cepat lelah
Kesadaran : composmentis
2) Tanda-tanda vital
Tekanan darah : (100-120/ 80-90mmhg).
Suhu : (36,5-37,5 0C ) intoleransi terhadap dingin
(Rekomendasi IDAI, 2014)
Nadi : (60-100x/menit)
Pernafasan : (16-20 x/menit)
3) Antropometri
Tinggi badan : cenderung lebih pendek (Rekomendari IDAI,
2014)
Berat badan :
LILA : > 23,5 cm

15
3. Pemeriksaan fisik
Inspeksi
Kepala : Kulit kepala bersih/tidak, ada luka/tidak, kontruksi rambut
kuat/tidak, distribusi rambut merata/tidak
Muka : Tembem, rambut wajah yang berlebihan, jerawat (IDAI,
2016)
Mata : konjungtiva merah muda, jika agak putih kemungkinan
terjadi anemia, sclera putih/kuning (Varney,2007)
Telinga : Bersih
Hidung : Bersih/tidak, polip ada/tidak
Mulut dan gigi : Tonsil / adenoid (Rekomendasi IDAI, 2014)
Leher : Dagu rangkap, leher pendek, hiperpigmentasi dan
adanya penimbunan lemak (Rekomendasi IDAI, 2014)
Dada :
Payudara : Payudara membesar, hiperpigmentasi pada daerah
ketiak dan dibawah payudara
(Rekomendasi IDAI, 2014)
Abdomen : Hiperpigmentasi bagian pinggang, perut membuncit
dan pendular, striae ungu (Rekomendasi IDAI, 2014
Genetalia : Perempuan : Vulva bersih/tidak, vagina bersih, ada
pengeluaran secret/tidak, oedema ada/tidak, varices tidak/ada, luka
parut tidak/ada, fistula tidak/ada,anus ada hemoroid eksterna atau tidak
(Varney, 2008)
Laki-laki : burried penis (Rekomendasi IDAI, 2014)
Ekstremitas : Kaki berbentuk X atau O , jari meruncing
(Rekomendasi IDAI, 2014)
Perkusi
1. Dada
2. Abdomen

16
3. Refleks

Auskultasi

Jantung

1. Irama :
2. Frekuensi : ……x/menit

Paru-paru

1. Wheezing :
2. Ronchi :

Perut

Bising usus : 5-30 x/menit

1. Pemeriksaan penunjang
a. Jika memungkinkan secara rutin pada semua pasien obesitas
1) Darah lengkap perifer
2) Profil lipid : trigliserida, kolesterol total,HDL dan LDL
3) Tes toleransi glukosa, insulin puasa
4) Fungsi hati: SGPT, SGOT
5) Fungsi ginjal : ureum, creatinin, asam urat
b. Dilakukan sesuai indikasi :
1) Fungsi tiroid
2) Sekresi dan fungsi growth hormone
3) Kalsium, fosfat dan kadar hormon paratiroid bila dicurigai
pseudohipoparatiroidisme

4) Foto orofaring AP dan lateral bila dicurigai hipertrofi


tonsiloadenoid

17
5) Sleep studies untuk mendeteksi sleep apnea
6) USG hati jika dicurigai NASH
7) Echocardiography jika terindikasi secara klinis
8) Pemindaian MRI otak dengan fokus hipotalamus dan hipofisis,
bila terrindikasi secara klinis
9) Pemeriksaan analisis kromosom jika terdapat dismorfisme
10) Pemeriksaan analisis genetik jika diduga berkaitan dengan
sindrom tertentu.
(Rekomendasi IDAI,2014)

II. INTERPRETASI DATA DASAR

Diagnosa : Remaja….. Usia…. Tahun dengan obesitas

III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA/MASALAH POTENSIAL

1. Mengurangi kepercayaan diri


2. Tekanan darah tinggi (hipertensi)
3. Kolesterol tinggi
4. Diabetes tipe 2
5. Stroke
6. Gagal jantung
7. Kanker
8. Gangguan psikologis dan sosial

IV. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TINDAKAN SEGERA

Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian konseling serta

pemeriksaan lebih lanjut dan menyeluruh.

18
V. INTERPRETASI
1. Lakukan pendekatan pada klien

R : Hubungan yang kooperatif antara petugas kesehatan klien dapat


mempermudah asuhan kebidanan yang akan di lakukan.

2. Beritahu hasil pemeriksaan

R : Dengan memberitahukan hasil pemeriksaan pada klien maka


klien dapat mengetahui keadaan dan kondisinya sehingga klien
lebih tenang.
3. KIE pengaturan diet

R : Dengan pola makan yang seimbang maka tidak akan membuat


obesitas melainkan menjadikan tubuh menjadi lebih sehat
4. KIE tentang pola hidup sehat seperti rajin berolahraga atau beraktivitas
fisik lainnya yang dapat mengeluarkan keringat

R : Pengetahuan pola hidup sehat dan olahraga dapat membantu


mengurangi nyeri saat haid
5. KIE tentang Psikologis bahwa klien dianjurkan untuk tidak stress

R : Stress dapat menyebabkan pola makan yang tidak


terkontrol
6. kolaborasi dengan ahli gizi

R : Pemberian konseling serta pemeriksaan pada ahli gizi akan


mendapatkan pelayanan yang tepat dan kooperensif
VI. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai
dengan rencana asuhan yang telah di susun. Pelaksanaan ini
bisa di lakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan
oleh klien atau anggota tim kesehatan yang lainnya .

19
VII. EVALUASI
Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefekitfan
asuhan kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan
dalam bentuk SOAP.

20
DAFTAR PUSTAKA

Fikawati,Sandra dkk. Gizi Anak dan Remaja. Depok: Rajawali Pers; 2017.

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). (2016). Pencegahan Obesitas Pada


Remaja.

Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia


https://www.idai.or.id/artikel/klinik/pengasuhan-anak/pencegahan-
obesitas-pada-remaja
Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitbang
Kemenkes RI.

Kemenkes RI. 2012. Panduan Gerakan Nasional Sadar Gizi. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Hasil Pemantauan Status Gizi


(PSG) dan Penjelasannya Tahun 2016. http://www.kesmas.
kemkes.go.id/assets/upload/dir

519d41d8cd98f00/files/Buku-Saku- HasilPSG-2016 842.pdf

REKOMENDASI IKATAN DOKTER ANAK INDONESIA. 2014.


Rekomendasi
Diagnosis Tata laksana dan Pencegahan Obesitas Pada Anak dan Remaja

file:///C:/Users/ASUS/Downloads/Rekomendasi-Diagnosis-Tata-laksana-
dan-Pencegahan-Obesitas-Pada-Anak-dan-Remaja.pdf

Sarwono. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.

Varney, Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4. Jakarta: EGC.

21

Anda mungkin juga menyukai