PROPOSAL
YUNINGRID BANAMTUAN
1
BAB 1
PENDAHULUAN
perbaikan gizi keluarga (UPGK) dan program yang dirancang oleh pemerintah. PMT
sebagai sarana pemulihan gizi dalam arti kuratif, rehabilitatif dan sebagai sarana
untuk penyuluhan merupakan salah satu bentuk kegiatan pemberian gizi berupa
makanan dari keluarga, dalam rangka program UPGK. PMT ini diberikan setiap hari,
sampai keadaan gizi penerima makanan tambahan ini menunjukkan perbaikan dan
yang dimakan setiap hari dirumah. Pada saat ini program PMT tampaknya masih
perlu dilanjutkan mengingat masih banyak bayi–bayi yang mengalami kurang gizi
Makanan tambahan adalah makanan untuk bayi selain ASI atau susu botol,
sebagai penambah kekurangan ASI atau susu pengganti (PASI). Pemberian makanan
tambahan pada bayi usia kurang dari enam bulan terutama makanan padat justru
menyebabkan banyak infeksi, kenaikan berat badan, alergi pada salah satu zat gizi
yang terdapat dalam makanan (Rosidah, 2008). Pemberian makanan tambahan pada
bayi usia kurang dari enam bulan mempunyai resiko lebih besar terserang penyakit,
resiko jangka pendek seperti bakteri penyebab diare, terutama lingkungan yang
3
kurang higienis dan sanitasi buruk. Sedangkan jangka resiko panjang dapat
Pemberian makanan tambahan secara benar dan tepat, maka peningkatan berat
badan bayi dapat teratur secara normal dan sehat dijumpai bayi yang mengalami
tambahan pada bayi kurang dari enam bulan dengan alasan agar bayi cepat kenyang,
faktor lingkungan dan tuntutan ekonomi serta kurangnya pengetahuan ibu mengenai
Berdasarkan data World Health Organitation (WHO) pada tahun 2017 lebih dari
setengah kematian balita disebabkan oleh penyakit yang dapat dicegah dan diobati
terutama mereka yang kekurangan gizi akut, memiliki risiko kematian yang lebih
tinggi. Faktor-faktor yang berhubungan dengan gizi berkontribusi pada sekitar 45%
Secara umum di Indonesia terdapat dua masalah gizi utama yaitu kurang gizi
makro dan kurang gizi mikro. Kurang gizi makro pada dasarnya merupakan
gangguan kesehatan yang disebabkan oleh kekurangan asupan energi dan protein.
ketidakseimbangan antara kebutuhan dan asupan energi dan protein. Kekurangan zat
gizi makro umumnya disertai dengan kekurangan zat gizi mikro. Hasil SDKI baik
tahun 2017 dan Riskesdas 2010 menunjukkan di Provinsi NTT bahwa prevalensi gizi
kurang menurun dari 20,4% (SDKI 2007) menjadi 13,0% (Riskesdas 2010) dan
4
kondisi tersebut diikuti dengan penurunan prevalensi gizi buruk 9,0% (SDKI 2007)
menjadi 4,9% (Riskesdas 2010).Prevalensi balita stunting dalam tiga tahun terakhir di
Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) terus mengalami penurunan. Meski demikian,
angkanya masih tinggi sebesar 27,5 persen dengan kasus meninggal sebanyak 57
kehidupan sehari – hari. Gizi yang baik juga sangat penting sebelum, selama dan
tambahan energy dan zat gizi. Karena itu menjaga pola gizi yang sehat sangat penting
dalam masa pandemi COVID-19, karena dengan makanan atau suplemen makanan
yang baik dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh yang baik. Oleh karena itu
pemerintah telah mngeluarkan panduan gizi seimbang dalam masa pandemi COVID -
19. (Kemenkes,2020)
Salah satu tindak lanjut melalui program Pemberian Makanan Tambahan Hasil
penelitian Putri dkk (2020) Setelah 3 bulan mendapat PMT Pemulihan ada
peningkatan persentase balita dengan status gizi normal dari 65,8% menjadi 68,4%.
Setelah tidak mendapat PMT Pemulihan ada penurunan persentase balita dengan
status gizi normal menjadi 63,2%.). Kenaikan berat badan balita merupakan salah satu
penelitian Putri (2020 ) Pemberian PMT-P selama 90 hari pada balita dapat
meningkatkan berat badan balita rata-rata sebesar 1 kg. Hal ini menunjukkan bahwa
program PMT-P pada balita memberikan dampak positif untuk kenaikan berat badan.
5
Bakunase, dari data KMS 5 orang bayi dengan umur 6-12 bulan terdapat 3 orang bayi
tambahan, dan 2 orang bayi dengan berat badan tetap. Oleh karena itu, peneliti
tambahan dengan peningkatan berat badan pada bayi yang berusia 6-12 bulan di di
Puskesmas Bakunase Tahun 2020. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, dapat disusun rumusan masalah :
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
6
1. Manfaat Akademis
pendidikan serta apat digunakan sebagai bacaan atau referensi terkait dan
2. Manfaat Praktis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Badan Bayi pada masa Pandemi di Puskesmas Bakunase Tahun 2020, sepanjang
Group. Subjek adalah 102 dari 118 balita KEP yang menjadi
Selatan.
pengetahuan gizi ibu, pola pengasuhan, dan status gizi balita KEP
Petumbukan
akhir
responden
10
(10%).
11
perilaku itu sendiri). Dan menurut Lawrence Green perilaku ini ditentukan
buang air
mau melakukan periksa hamil karena ibu lurah dan ibu tokoh-
balita yang sedang tumbuh kebutuhannya berbeda dengan orang dewasa. Kekurangan
makanan yang bergizi akan menyebabkan retardasi pertumbuhan balita dan makanan
13
yang berlebihan juga tidak baik karena menyebabkan obesitas. Kecukupan pemberian
makanan pada anak sangat penting sebab kekurangan energi/zat gizi dapat
bergizi selain makanan utama bagi kelompok sasaran guna memenuhi kebutuhan gizi.
Program untuk intervensi bagi balita yang menderita gizi kurang adalah
pemberian makanan tambahan dengan tujuan untuk meningkatkan status gizi anak
serta untuk mencukupi kebutuhan zatgizi anak agar tercapai status gizi dan kondisi
gizi yang baik sesuai dengan umur anak. Sedangkan pengertian makanan untuk
pemulihan gizi adalah makanan padat energi yang diperkaya dengan vitamin dan
mineral, yang diberikan kepada balita gizi kurang dan buruk selama masa pemulihan
(Depkes, 2018)
lokal yaitu bahan makanan lokal yang diolah dirumah tangga atau disebut jugaPMT
Pemulihan Dapur Ibu dan PMT Pemulihan pabrikan yaitu PMT pemulihan hasil
14
olahan pabrik, seperti susu dan biskuit. Program Pemberian Makanan Tambahan
Pemulihan (PMT-P) diberikan kepada anak balita gizi kurang dan buruk dengan
jumlah hari tertentu yang bertujuan untuk meningkatkan status gizi anak.
fullcream, gula, minyak, dan mineral mix. Rumah Sakit maupun Puskesmas sering
menggunakan formula ini untukpemulihan gizi balita gizi buruk pada tahap lanjut
maupun anak lainyang memerlukan asupan makanan dengan kalori dan protein
tinggi. Formula 100 sebanyak 100 ml mengandung kalori sebesar 100 kkal dan
Umur BB TB Energi Protein Lemak Karbohidra Ser Air Vit.A Vit. Vit. E
(kg) (cm) (kkal) (g) (g) t at (ml) (mcg) D (mcg)
(g) (g) (mcg
)
Total n-6 n-3
0-6
6 61 550 12 34 4,4 0,5 58 0 - 375 5 4
bln
7-11
bln 9 71 725 18 36 4,4 0,5 82 10 800 400 5 5
1-3
13 91 112 26 44 7,0 0,7 155 16 120 400 15 6
thn
5 0
4-6
thn 19 112 160 35 62 10 0,9 220 22 150 450 15 7
0 0
Pola makan yang diberikan yaitu menu seimbang sehari-hari, sumber zat
tenaga, sumber zat pembangun dan sumber zat pengatur. Jadwal pemberian makanan
bagi bayi dan balita adalah tiga kali makanan utama (pagi, siang dan malam) dan dua
kali makanan selingan (diantara dua kali makanan utama) (Kemenkes RI, 2011)
15
terjadinya kekurangan gizi. Untuk itu masyarakat perlu diberi penyuluhan yaitu
petunjuk dan ilmu pengetahuan tentang cara mengolah makanan dari bahan yang ada
di sekitar (lokal) untuk bayi, balita, ibu hamil dan menyusui. Petunjuk tersebut harus
program PMT dimana yang menjadi sasaran adalah penderita kurang gizi menurut
indikator BB/U (gizi kurang dan gizi buruk), baik itu balita, anak usia sekolah, ibu
hamil dan pada penderita penyakit infeksi, misalnya penderita TB Paru (Kemenkes
RI, 2011). Dalam program ini memerlukan dana yang tidak sedikit dan sangat
diperlukan kerjasama pihak terkait (lintas program dan lintas sektor) dan yang
Pelaksana program PMT Pemulihan adalah Dinas Kesehatan dalam hal ini
Puskesmas yang diawali dengan penimbangan berat badan balita di posyandu. PMT
pada prinsipnya adalah untuk menambah kekurangan kalori dan protein dalam
yang disusun oleh Kemenkes RI (2017), tidak diatur mengenai jumlah kecukupan gizi
(energi, protein, vitamin, lemak) yang dianjurkan terkandung dalam PMT Pemulihan.
Hanya saja berdasarkan menu resep yang ditampilkan dalam pedoman diketahui
bahwa jumlah energi dalam setiap resep yang disarankan bagi balita berada pada
rentang 150-250 kkal per sajian serta protein sebanyak 6-23 kkal per sajian
16
balita gizi buruk/kurang adalah : (a) Apabila anak belum mencapai umur 2 tahun
maka ASI tetap diberikan, (b) Balita gizi buruk/kurang perlu diperhatikan dan
pengamatan secara terus menerus terhadap kesehatan dan gizi antara lain dengan
pemberian makanan tambahan yang sesuai, (c) Anak yang menderita gizi buruk/
COVID-19 telah dinyatakan sebagai pandemi dunia oleh WHO (WHO, 2020)
dan juga telah dinyatakan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana melalui
tahun 2020 sebagai Status Keadaan Tertentu Darurat Bencana Wabah Penyakit
Tahun 2020 tentang Pembatasan Nasional Berskala Besar dalam Rangka percepatan
Sebagai Bencana Nasional. Pada masa pandemi ini, Pemerintah harus mencegah
Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan dan NSPK
perkembangan, pemberian imunisasi dasar dan lanjutan, kapsul vitamin A dan tata
laksana balita sakit jika diperlukan, serta program pencegahan penyakit, seperti
terdapat 15.438 terkonfirmasi diantaranya 1,4% usia balita, dari 11.123 dalam
0,7% balita meninggal. Biasanya gejala pada anak ringan sehingga memiliki
meninggal cukup tinggi, untuk itu sangat penting mencegah penularan pada
kelompok usia balita, selain mencegah risiko kematian pada bayi dan anak balita juga
1. Berat Badan
masa bayi dan balita. Berat badan merupakan hasil peningkatan atau
penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh. Berat badan dipakai
18
sebagai indikator yang terbaik saat ini untuk mengetahui keadaan gizi
atau penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh, misalnya tulang,
otot, organ tubuh, dan cairan tubuh sehingga dapat diketahui status
gizi dan tumbuh kembang anak, berat badan juga dapat digunakan
Pada masa pertumbuhan berat badan bayi dibagi menjadi dua, yaitu 0–
6 bulan dan usia 6–12 bulan. Dan usia 0–6 bulan pertumbuhan berat
gram dan berat badannya akan menjadi dua kali berat badan lahir pada
akhir bulan ke-6. Sedangkan pada usia 6–12 bulan terjadi penambahan
setiap minggu sekitar 25–40 gram dan pada akhir bulan ke-12 akan
terjadi penambahan tiga kali lipat berat badan lahir. Pada masa
bermain terjadi penambahan berat badan sekitar empat kali lipat dari
berat badan lahir pada usia kurang lebih 2,5 tahun serta penambahan
berat badan setiap tahunnya adalah 2–3 kg. pada masa pra sekolah dan
Pada dasarnya semua informasi atau data bersumber dari data berat
Menuju Sehat (KMS) untuk di nilai naik atau tidaknya berat badan
terlentang atau duduk tanpa baju, sedang anak ditimbang dalam posisi
dikoreksi dengan berat kain balita yang ikut tertimbang. Bila keadaan
ini memaksa dimana anak balita tidak mau ditimbang tanpa ibunya
arah garis pertumbuhan kurang dari arah garis baku atau pertumbuhan
kurang dari yang diharapkan. 4) Flat Growth (FG) artinya arah garis
artinya arah garis pertumbuhan menurun dari arah garis baku. Naik
a. Pengertian Balita
Balita (Bawah Lima Tahun) atau under five years yaitu anak yang
meliputi usia bayi (0–1 tahun), usia bermain atau toddler (1–3 tahun),
Masa Oral (0–1 tahun) Di dalam masa ini fokus kepuasan baik fisik
Pada fase ini kesenangan atau kepuasan berpusat di sekitar anus dan
segala aktivitas yang berhubungan dengan anus. Anak pada fase ini
tentang rasa ingin buang air besar dan buang air kecil. 3) Fase Phalic
(3–6 tahun) Pada fase ini alat kelamin merupakan bagian paling
penting, anak sangat senang dan hatinya merasa puas memainkan alat
(Asih) Kasih sayang dari orang tua akan menciptakan ikatan yang erat
porsinya yang pas dan memberi kesempatan kepada sifat lain yang
lebih baik untuk berkembang sebagai karakter, ada lima karakter sifat
yang umumnya muncul pada usia 15 bulanan atau saat anak sudah
dari usia bayi dimana anak sebelumnya selalu ingin diperhatikan demi
25
usia bayi namun sering dijumpai pada usia batita terutama saat
diturunkan dari orang tua yang tidak suka bersosialisasi akan terbawa
BAB III
KERANGKA KONSEPTUL DAN HIPOTESIS PENELITIAN
Keterangan
: variabel Independen
: variabel Dependen
: Hubungan
27
Variabel penelitian ini merupakan suatu atribut, sifat atau nilai dari seseorang,
obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2012). Dalam
penelitian ini akan diteliti dua variable yang terdiri dari:
a) Variabel Bebas (Independent) Variabel independent merupakan variable yang
nilainya menentukan variable lain. Dengan kata lain variabel independent
adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau
timbulnya variabel dependen/terikat (Sugiyono, 2012). Pada penelitian ini
variabel independennya yaitu pengetahuan ibu tentang pemberian makanan
tambahan
b) Variabel Terikat (Dependent) Variabel dependen adalah variable yang
nilainya ditentukan oleh variabel lain. Dengan kata lain variabel dependen
adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat dari adanya variabel
bebas (Sugiyono, 2012). Pada penelitan ini yang menjadi variabel dependen
yaitu Kenaikan Berar Badan (BB)
3.2 Hipotesis Penelitian
1. Hipotesis Nol/H0( hipotesis statistik )
Tidak ada hubungan antara pemberian makanan tambahan terhadap terhadap
kenaikan Berat Badan (BB) pada masa pandemi di kelurahan Puskesmas
Bakunase
2. Hipotesis Alternatif/HA ( Hipotesis penelitian )
ada hubungan antara pemberiaan makanan tambahan dengan kenaikan Berat
Badan (BB) pada masa pandemi di kelurahan Bakunase, Puskesmas Bakunase