PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ting, yaitu gangguan pertumbuhan yang terjadi akibat kondisi dimana kekurangan
gizi kronis. Stunting ( gizi kurang ) pada balita merupakan manifestasi dari kekura
ngan zat gizi kronis. Prevalensi stunting pada balita di Indonesia cukup mengkha
watirkan secara nasional prevalensi stunting tahun 2018 sebesar 30%. World Heal
melebihi 20%. Dengan demikian bahwa Indonesia termasuk dalam negara yang be
tahun 2018 menunjukkan kasus kekurangan gizi pada balita berdasarkan indeks
berat badan menurut umur ( BB/U ) meliputi kategori berat badan sangat kurang
dan berat badan kurang dan yang diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan
menyatakan bahwa presentase berat badan sangat kurang pada balita usia 0-23
Pada balita usia 0-59 bulan, persentase berat badan sangat kurang adalah
Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI) yang kurang tepat. MPASI
anak usia 6–23 bulan secara bertahap jenis, frekuensi pemberian, jumlah porsi dan
bentuk makanan yang disesuaikan dengan usia dan kemampuan bayi dalam
Sulistyorini, 2020). MPASI secara kualitas harus terpenuhi energi, protein, dan
(Amperaningsih, Sari and Perdana, 2018). Beberapa hal yang harus di perhatikan
Pemberian MP-ASI yang tepat pada bayi tidak hanya mencapai pertumbuhan
permasalahan gizi. Kejadian balita stunting merupakan msalah gizi utama yang
dihadapi Indonesia. Berdasarkan data Pemantauan Status Gizi (PSG) selama tiga
dengan masalah gizi lainnya seperti gizi kurang, gizi kurus, dan gemuk. Stunting
asupan zat gizi dalam jangka waktu lama (Pusdatin Kemenkes RI, 2018).
pendek mengalami peningkatan dari tahun 2016 sebanyak 27,5% menjadi 29,6%
pada tahun 2017, dan meningkat di tahun 2018 menjadi 30,8% (Pusdatin
Kemenkes RI, 2018). Menurut PSG tahun 2017, kejadian stunting di Jawa Timur
sebesar 26,7% antara lain 18,8% pendek dan 7,9% sangat pendek.
Praktik pemberian makanan pendamping air susu ibu ( MP-ASI )
merupakan faktor penting untuk pemenuhan gizi anak karena mulai usia 6 bulan
terjadi ketimpangan gizi antara jumlah yang dibutuhkan dengan energi dan zat
gizi yang tersedia dari ASI sehingga harus dipenuhi dari MP-ASI. Kekurangan
asupan gizi dari MP-ASI pada anak usia 6 - 23 bulan menyebabkan terjadinya
( WHO ) menyatakan sekitar 32% anak usia balita di negara - negara berkembang
menderita stunting dan 10% menderita wasting disebabkan oleh MP-ASI yang
tidak optimal dan salah satu penyebab langsung terjadinya kekurangan gizi dan
stunting pada anak khususnya pada anak usia 6 - 23 bulan adalah praktik
bahwa masih ada beberapa ibu yang masih kurang benar dalam praktik pemberian
MP-ASI terutama MP-ASI yang terbuat dari oleh olahan sendiri dan pengetahuan
tersebut menggunakan bumbu secukupnya dan untuk ditelannya mudah bagi bayi.
Pada energi, protein, dan mengandung zat gizi mikro yang sudah tidak didapat
sepenuhnya di ASI seperti Fe, Zinc, Kalsium, Vitamin A, Vitamin C dan Folat.
alami seperti beras. Jika ibu dalam mengolah dan selama proses pemberian MP-
ASI dapat memperhatikan bahan dan komposisi diatas yang harus dipenuhi untuk
mencapai MP-ASI yang baik, maka dapat kemungkinan bayi tidak akan
Kenaikan angka stunting pada kelompok usia enam bulan hingga dua
pemberian makan yang memadai dan makanan pendamping yang sesuai. Lebih
dari 40% bayi diperkenalkan kepada makanan pendamping ASI terlalu dini
(sebelum mencapai enam bulan), bahan makanan yang dikonsumsi 40% anak usia
6–24 bulan tidak beragam, dan 28% anak tidak mendapatkan makanan dalam
frekuensi yang cukup. Hal ini semua anak ini mendapatkan kualitas asupan
makanan yang rendah dan serta mengalami kekurangan nurrisi penting (UNICEF,
2020).
antara praktik pemberian MP-ASI dengan status gizi bayi indeks ( BB/ U ) usia 6
- 23 bulan ( Ayuningtyas, 2018 ). Hal ini disebabkan mayoritas ibu yang tidak
memberikan frekuensi yang tepat berstatus gizi kurang. Hal ini bisa terjadi karena
perkiraan mereka yang mayoritas menganggap bahwa anak yang rewel berarti ia
sedang lapar, sehingga diberikan frekuensi makanan dalam sehari kadang 4 -6 kali
dan hal tersebut berarti diluar dari frekuensi yang seharusnya dan terlebih anak
Menurut penelitian (S. Pramulya et al., 2021) terdapat hubungan antara praktik
pemberian MP-ASI dengan status gizi bayi. Menurut (Arsyati M. A dan Rahayu,
2019) hasil penelitian didapatkan bahwa MP-ASI yang tidak tepat sebagian besar
mengalami stunting yaitu 47% dan yang memberikan MP-ASI secara tepat status
gizinya normal sebanyak 45%. Hasil analisis terdapat hubungan antara pemberian
dengan Status gizi bayi indeks ( BB/ U ) usia 6 - 23 bulan, dengan mengambil
variabel praktik pemberian MP-ASI dan status gizi bayi usia 6 - 23 bulan.
B. Pembatasan Masalah
masalah agar penelitian ini dapat dilakukan dengan lebih terfokus. Maka dari itu
agar penelitian ini lebih terarah penulis membatasi penelitian ini dan berfokus
pada hubungan praktik pemberian MP-ASI dengan status gizi (BB/U) usia 6 - 23
C. Rumusan Masalah
dengan status gizi bayi ( BB/U ) usia 6-23 bulan di posyandu buduran sidoarjo
D. Tujuan Peneliti
1. Tujuan Umum
Menganalisis hubungan antara praktik pemberian MP-A
2. Tujuan Khusus
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis
b Bagi responden
c Bagi peneliti
Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetah
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian MP-ASI
yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan zat gizi anak usia 6 sampai 23 bul
an. WHO bekerja sama dengan Kementrian Kesehatan dan Ikatan Doktor An
bayi saat mereka berusia 6 bulan atau lebih. MPASI adalah makanan alternati
f dari ASI ke makanan keluarga yang dapat berlangsung secara bertahap sepe
rti jenis, jumlah makan, frekuensi asupan, dan jenis makanan sesuai dengan u
sia dan kemampuan pencernaan bayi. Karena bayi dapat lebih aktif jika setela
k usia 6 bulan bayi mengalami pertumbuhan yang sangat pesat sehingga mem
Tujuan pemberian MP-ASI adalah untuk melengkapi zat gizi dalam ASI
yang terus berkurang dalam seiring dengan pertumbuhan usia anak. Seiring d
engan bertambahnya usia dan pertumbuhan anak kebutuhan zat gizinya juga
k menerima berbagai makanan dalam berbagai rasa dan bentuk untuk mening
kan oleh seseorang sebagai perwujudan dari sikap untuk mengambil tindakan
Ada tiga macam tingkat yang dapat membentuk sebuah praktik individu. Dal
am hal ini dapat tingkatan praktik ibu memberikan MP-ASI kepada anak dap
unak, semi padat. Pengenalan makanan pertama yang tepat waktu sangat
penting, karena ASI saja tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan an
i banyak pengaruh yang sangat kecil terhadap pertumbuhan anak hal ini j
elas dapat berdampak negatif terhadap kesehatan anak dan dapat mempen
b) Jenis Waktu
tujuh jenis makanan untuk memenuhi kebutuhan zat gizi dan dapat
biji- bijian, akar dan umbi - umbian, kacang polong dan kacang -
unggas, dan hati atau jeroan ), telur, buah - buahan, sayuran yang kaya
c) Frekuensi MP-ASI
asupan kalori dan zat gizi yang lainnya. Jika frekuensi asupan MP-
ASI cukup maka dapat memenuhi asupan makanan dan asupan zat
kebutuhan asupan kalori anak dan zat gizi yang lainnya harus
lambung adalah 50% dan waktu 100 menit untuk makanan padat,
d) Tekstur MP-ASI
dari tekstur lumat menjadi lunak, lalu menjadi padat. Seiring dengan
keluarga dan kondisi ini dimana pada saat mencapai usia tahun
bentuk lebih kasar dari pada makanan yang lumat halus, contohnya
dalam makanan padat ini bahwa makanan yang lunak yang tidak
e) Jumlah MP-ASI
- 12 sampai 23 bulan : 3/4 sampai 1 mangkok kecil atau setara dengan 175 - 250
ml ( UNICEF, 2020 ).
karena :
ukan berarti pada saat usia tersebut bayi siap untuk meneri
ma makanan padat.
gkonsumsi ASI.
adat atau padat pada bayi berusia 4-6 bulan karena, sistem
t.
berikut:
besi tinggi selain itu ada ikan dan susu ( jika bayi tidak
mendapatkan ASI )
mengandung karbohidrat.
yang
kekurangan gizi disebabkan keran kebiasaan pola pemberian MP-ASI yang tidak
tepat. Selain itu, untuk ibu - ibu sangat kurang menyadari bahwa setelah bayi
berusia 6 bulan memerlukan MP-ASI dalam jumlah dan mutu yang semakin
bertambah yang sesuai dengan usia pertumbuhan bayi dan kemampuan untuk
mencerna.
asi keluar ) dalam makanan pralaktal seperti ini makanan yang jenis nya seperti air
kelapa, air the, pisang dan makanan jenis seperti ini diberikan saat bayi yang baru
b) Kolostrum dibuang
Kolostrum merupakan ASI yang saat keluar pada hari pertama, kental dan
bewarna kekuning - kuningan dan seperti ini masih terdapat banyak ibu - ibu yang
zat yang untuk kekebalan yang dapat melindungi bayi dari penyakit dan
Pemberian MP-ASI yang terlalu dini sebelum usia bayi 6 bulan dapat
pemberian MP-ASI terlambat bayi sudah lewat dari usia 6 bulan dapat
Pada saat usia 6 bulan pemberian ASI yang dilakukan sesudah MP-ASI dapat
menyebabkan ASI kurang dikonsumsi. Pada periode ini zat - zat yang sangat
diperlukan saat bayi diperoleh ASI. Dengan memberikan MP-ASI terlebih dahulu
menurunnya produksi ASI. Hal ini dapat berakibatkan anak menderita kurang
Pada umumnya saat ibu kurang menjaga kebersihan terutama pada saat
menyediakan dan memberikan makanan pada anak masih banyak ibu - ibu yang
menyuapi anaknya dengan tangan dan menyiapkan makanan matang tanpa tutup
makanan atau dapat disebut dengan tudung saji dan ibu - ibu kurang mengamati
perilaku kebersihan dari pengasuh anaknya. Dan hal ini memungkinkan timbulnya
B. Status Gizi
Status gizi merupakan ekspresi dari keseimbangan pada zat gizi dengan
tubuh manusia. Secara umum bentuk kelainan zat gizi terdapat menjadi 2
tubuh yang disebabkan oleh asupan zat gizi sehari - hari yang kurang
sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan zat gizi ( Hidayati et al, 2019 ).
metode tidak langsung. Metode penilaian status gizi secara langsung dapat
tinggi badan, berat badan, lingkar lengan atas, tebal lemak tubuh. Pengukuran
ukuran lainnya, seperti berat badan dan panjang badan menurut umur (BB
dan TB/U), berat badan menurut panjang badan (BB/TB), lingkar lengan atas
(LILA/TB).
a) Metode Antrhopometri
badan, ukuran lingkar lengan atas, ukuran lingkar dada, ukuran lingkar
b) Metode Biokimia
Uji biokimia adalah mengukur status gizi menggunakan peralatan
laboratorium kimia, tes biokimia mengukur zat gizi dalam cairan tubuh,
c) Metode Klinis
berkaitan dengan kekurangan gizi. Tanda dan gejala yang muncul sering
kebiasaan dan pola makan baik pada individu, rumah tangga maupun,
e) Metode ekologi
Statistik vital dapat digunakan untuk menilai status gizi, terutama pada
et al., 2017).
Indeks ini dapat digunakan untuk menilai pada anak didasarkan dengan
Z- Score
4. Penelitian terdahulu
3.
4.
C. Stunting
1. Pengertian Stunting
Stunting merupakan suatu kondisi pada balita yang gagal tumbuh karena
kekurangan zat gizi kronis sehingga menjadikan balita lebih pendek ( Kemenkes,
2020 ). Stunting adalah anak balita yang hasil pengukuran panjang badan atau
tinggi badan menurut umur dengan hasil nilai -3 SD s.d <-2 SD maka dapat
2. Penyebab Stunting
Penyebab stunting sangat beragam dan kompleks, tetapi secara umum dapat
dikategorikan menjadi tiga faktor yaitu faktor dasar ( basic factors ), faktor yang
dasar yaitu seperti faktor ekonomi, sosial, politik dan untuk faktor keluarga,
pelayanan kesehatan termasuk dalam faktor yang mendasari dan untuk faktor diet
dan kesehatan termasuk dalam faktor dekat. Penyebab terjadi stunting pada anak
a) Pendidikan ibu
mempengaruhi pola pikir dimana dalam bertindak atau mengasuh anak dapat kita
artikan dalam semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka wawasan yang
dimiliki juga semakin luas. Dan hal ini dapat semakin mendekatkan orang tersebut
pada pilihan yang terbaik, lain hal nya dengan seseorang yang memiliki tingkat
pendidikan yang rendah, pola pikirnya akan menuntun pada opsi yang lebih
condong pada cara atau teknik alternatif yang sebenarnya, teknik atau cara
tersebut belum terbukti secara ilmiah. Pada intinya, orang tua dengan pendidikan
yang baik akan mengerti cara mengasuh dan merawat anak yang baik. Selain itu,
pendidikan orang tua juga akan mempengaruhi sikap dan perilaku dalam
menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan dengan baik dan menjaga kebersihan
(Septikasari, 2018).
Pengetahuan gizi ibu yang tidak memadai terkait gizi dan praktik -
c) Pola Asuh
balita.
yang bergizi atau yang sering disebut dengan MP-ASI. Pengenalan dan
3. Dampak Stunting
Dampak saat yang ditimbulkan dan stunting dapat dibagi menjadi dampak
1. Postur tubuh yang tidak optimal saat dewasa (lebih pendek dibandingkan
pada umumnya).
4. Kapasitas belajar dan performa yang kurang optimal saat masa sekolah.
4. Ciri-ciri Stunting
panjang badan atau tinggi badan menurut umur yang mencerminkan pertumbuhan
linier yang dicapai pada pra dan pasca persalinan dengan indikasi kekurangan gizi
jangka panjang yang disebabkan dari gizi dan kesehatan yang tidak memadai.
a. Pertumbuhan melambat.
b. Performa buruk pada tes perhatian dan memori belajar
f. Usia 8-10 tahun anak menjadi lebih pendiam, tidak banyak melakukan eye
contact.
BAB 3
A. Kerangka Konseptual
METODE PENELITIAN
A.