DI WILAYAH
MAKANAN PENDAMPING ASI (MP-ASI) PADA BADUTA
POSYANDU KELURAHAN TITI RANTAI KECAMATAN MEDAN BARU
TAHUN 2019
SKRIPSI
OLEH :
MP-ASI adalah makanan tambahan selain ASI yang diberikan pada baduta
sampai usia 24 bulan, sehingga MP-ASI diberikan tepat waktu pada usia 6-12
bulan, karena pada usia tersebut merupakan waktu yang sangat rawan terjadi
malnutrisi (Suhardjo, 2013). Namun, di Indonesia masih banyak kebiasaan
pemberian makan baduta yang belum sesuai dengan umurnya. Hasil penelitian
yang dilakukan di Provinsi Sumatera Utara menunjukkan bahwa 56,8% ibu
memberikan makanan pendamping ASI terlalu dini pada baduta 0-6 bulan dan
hanya sebesar 43,2% ibu tidak memberikan makanan pendamping ASI terlalu
dini (Dinkes Provsu, 2013).
Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang
mengandung gizi diberikan kepada baduta/anak untuk memenuhi kebutuhan
gizinya. MP-ASI diberikan mulai umur 6 bulan sampai 24 bulan. Semakin
meningkat umur baduta dan anak, kebutuhan akan zat gizi semakin bertambah
karena untuk tumbuh kembang, sedangkan ASI yang dihasilkan kurang
memenuhi kebutuhan gizi. MP-ASI merupakan makanan peralihan dari ASI ke
makanan keluarga. Pengenalan dan pemberian MP-ASI harus dilakukan secara
bertahap baik bentuk maupun jumlahnya, sesuai dengan kemampuan pencernaan
baduta. Pemberian MP-ASI yang cukup dalam hal kualitas dan kuantitas penting
untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan baduta yang bertambah
pesat pada periode ini (Kemenkes RI, 2012).
Setelah baduta berumur 6 bulan, makanan pendamping ASI (MP-ASI)
mulai diperkenalkan kepada baduta, namun pemberian ASI harus tetap
dilanjutkan setidaknya sampai baduta berumur 2 tahun. Pada usia 6 bulan, baduta
perlu diperkenalkan dengan makanan pendamping, yaitu makanan tambahan
selain ASI untuk memenuhi kebutuhan gizi baduta yang meningkat.. Energi yang
dihasilkan
dari bubur, sop, kaldu, dan makanan cair lain yang diberikan kepada baduta
umumnya di bawah batas yang dianjurkan untuk makanan pendamping (0,6
kkal/g) (Yuliarti, 2013).
Semakin meningkatnya umur baduta, kebutuhan akan zat gizi semakin
bertambah karena tumbuh kembang, sedangkan Air Susu Ibu (ASI) yang
dihasilkan ibunya kurang memenuhi kebutuhan gizi. Oleh sebab itu mulai usia 6
bulan selain ASI, baduta mulai diberikan makanan pendamping air susu ibu (MP-
ASI) agar kebutuhan gizinya terpenuhi (Kemenkes RI, 2012). Makanan
Pendamping ASI (MP-ASI) merupakan makanan lain yang selain ASI. Makanan
ini dapat berupa makanan yang disiapkan secara khusus atau makanan keluarga
yang dimodifikasi (Lilian Juwono, 2012).
Secara teoritis diketahui bahwa pemberian MP ASI terlalu dini pada
baduta dapat menyebabkan gangguan pencernaan pada baduta seperti diare,
konstipasi, muntah, dan alergi. Disamping itu akan memicu terjadinya obesitas,
hipertensi, dan penyakit jantung koroner (Nadesul, 2011). Penelitian yang
dilakukan Anies Irawati dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi dan
Makanan Kementerian Kesehatan, diperoleh data bahwa 50% baduta di Indonesia
sudah mendapatkan MP- ASI pada umur kurang dari satu bulan. Bahkan, pada
umur 2 – 3 bulan baduta sudah mendapatkan makanan padat. Dan baduta yang
mendapatkan MP ASI dini lebih banyak terserang diare, batuk- pilek, alergi, dan
berbagai penyakit infeksi yang menyebabkan mereka menderita kurang
gizi/malnutrisi (Irawati, 2013).
Baduta yang diberikan makanan pendamping ASI setelah berumur 6 bulan
umumnya lebih cerdas dan memiliki daya tahan tubuh lebih kuat, mengurangi
risiko terkena alergi akibat makanan. Sedangkan jika makanan
pendamping ASI diberikan terlalu dini justru dapat meningkatkan angka kematian
baduta, menggangu sistem pencernaan pada baduta, dan apabila terlambat
memberikan juga akan membuat baduta kekurangan gizi (Kodrat, 2010). Dalam
menanggulangi dan mencegah kurang gizi pada baduta, maka ibu harus
mengetahui dengan benar tentang MP-ASI dan bagaimana cara pemberian yang
tepat pada baduta. Menteri pemberdayaan perempuan mengatakan sekitar 6,7 juta
baduta atau 27,3% dari seluruh baduta di Indonesia menderita kurang gizi. Salah
satu penyebab terjadinya gangguan tumbuh kembang baduta dan anak usia 0-24
bulan di Indonesia adalah rendahnya mutu MP-ASI dan tidak sesuainya pola asuh
makan yang diberikan (Kemenkes RI, 2012).
Mengenai pemberian MP-ASI pada baduta, hal-hal yang harus
diperhatikan dalam pemberian MP ASI meliputi kapan MP-ASI harus diberikan,
jenis bentuk dan jumlahnya. Pada saat baduta tumbuh dan menjadi lebih aktif,
akan mencapai usia tertentu ASI saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi baduta. Seorang ibu memiliki peran vital yang sangat penting terhadap
pemberian MP ASI pada baduta, sehingga seorang ibu dituntut untuk memiliki
pengetahuan dan sikap yang baik mengenai pemberian MP ASI pada baduta
(Sentra Laktasi Indonesia, 2013). Berdasarka profil kesehatan provinsi Sumatera
Utara (2015) diketahui bahwa cakupan ASI eksklusif pada tahun 2015 di Sumut
sebesar 56,6% masih belum mencapai target nasional yang ditetapkan yakni
sebesar 80%.
Hasil survey awal yang dilakukan penulis di wilayah Posyandu Kelurahan
Titi Rantai, Kecamatan Medan Baru dengan wawancara singkat, diketahui bahwa
dari ibu yang memiliki baduta, dari beberapa responden yang diwawancarai sudah
memberikan MP-ASI pada baduta sejak usia dibawah enam bulan dan ada
beberapa responden juga menyatakan kurang memahami pengetahuan tentang
MP-ASI, ibu tidak mengerti berapa jumlah, porsi, jenis, frekuensi dan bentuk
yang tepat untuk memberikan makanan pendamping ASI pada anaknya. Sehingga
ibu memberikan makanan pendamping disamakan dengan makanan orang dewasa
hanya jumlahnya yang berbeda. Salah satu ibu yang diwawancarai mengatakan
mengenalkan makanan tambahan seperti susu formula dan makanan lunak kurang
dari 6 bulan agar anaknya kenyang dan tertidur pulas, jika anak diberi makan
pisang sewaktu berumur 2 bulan agar anak tidak rewel dan lebih tenang, berat
badan anak akan bertambah dan lebih cepat besar. Hal ini disebabkan karena
ketidaktahuan ibu tentang manfaat dan cara pemberian MP-ASI yang benar dan
kebiasaan pemberian MP-ASI yang tidak tepat sehingga berpengaruh terhadap
sikap ibu dalam pemberian MP-ASI.
Berdasarkan informasi yang diperoleh melalui wawancara singkat dengan
ibu-ibu kader di wilayah Posyandu Kelurahan Titi Rantai, Kecamatan Medan
Baru, mengatakan bahwa ada ibu-ibu yang memberikan MP-ASI yang tidak tepat
baik dari segi umur baduta, jenis makanan dan frekuensi pemberiannya. Hal ini
dapat dilihat dari adanya kasus pada baduta yang mengalami gangguan sistem
pencernaan seperti diare. Jenis makan pendamping yang diberikan cukup beragam
oleh ibu kepada badutanya, ada yang memberikan bubur susu, roti, pisang yang
dikerok, dan ada ibu yang memberikan bubur saring. Hal lain yang berhubungan
dengan pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada baduta di wilayah
Posyandu Kelurahan Titi Rantai, Kecamatan Medan Baru, ialah sikap ibu
terhadap pemberian MP-ASI tersebut, dimana sikap ibu menganggap bahwa
pemberian MP-ASI merupakan hal yang tidak perlu dikhawatirkan, dan
merupakan suatu faktor kebiasaan masyarakat setempat, bahwa baduta dibawah
usia enam bulan sudah bisa diberikan makanan pendampin ASI (MP-ASI) atau
menu makanan keluarga.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk meneliti bagaimana
hubungan pengetahuan dan sikap ibu terhadap pemberian makanan pendamping
ASI (MP-ASI) pada baduta di wilayah Posyandu Kelurahan Titi Rantai
Kecamatan Medan Baru tahun 2019.
b. Faktor eksternal
1. Faktor lingkungan
Lingkungan sekitar dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku
individu maupun kelompok. Jika lingkungan mendukung ke arah positif, maka
individu maupun kelompok akan berperilaku positif, tetapi jika lingkungan sekitar
tidak kondusif, maka individu maupun kelompok tersebut akan berperilaku
kurang baik.
2. Sosial budaya
Sistem sosial budaya yang ada dalam masyarakat juga mempengaruhi
sikap dalam penerimaan informasi.
Cara memperoleh pengetahuan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
a.) Cara Tradisional atau Non ilmiah : Coba-salah (Trial and Error), secara
kebetulan, cara kekuasaan atau otoritas, berdasarkan pengalaman pribadi, dan
melalui jalan fikiran manusia.
b.) Cara modern yaitu cara memperoleh pengetahuan yang lebih sistematis, logis
dan lebih ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah, atau lebih popular
disebut dengan metode penelitian (research methodology) (Notoatmodjo,
2010).
1. Persepsi (Perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang
akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama.
3. Mekanisme (Mechanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara
optimis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai
praktik tingkat tiga.
4. Adopsi (Adoption)
Adopsi adalah praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik.
Artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya tanpa mengurangi kebenaran
tindakan tersebut.
Faktor Predisposisi
Umur
Pengetahuan
Sikap
Kepercayaan
Nilai-nilai
Pendidikan
Pekerjaan
Status perkawinan Perilaku ibu dalam pemberian
makanan pendamping (MP-ASI)
Faktor Pemungkin pada baduta 0 – 24 bulan
Biaya
Jarak
Pelayanan Kesehatan
Media informasi
Faktor Penguat
Dukungan keluarga
Dukungan teman
Petugas kesehatan
Karakteristik Responden
Umur
Suku bangsa
Agama
Pendidikan
Pekerjaan Variabel Dependen
Pendapatan
Pemberian makanan
pendamping ASI (MP-
ASI) pada baduta 6 – 24
bulan
Pengetahuan ibu mengenai MP-ASI
3.2.2 WaktuPenelitian
Penelitian ini dilakukan mulai dari Oktober-Desember 2019.
n= Z² . P (1-P) N
Keterangan : d² (N-1) + Z²
n : Besar sampel
N : Besar populasi (83 ibu yang memiliki baduta)
Z : Standar deviasi normal (1,96 dengan Cl 95%)
P : Target populasi (0,5)
d : Derajat ketepatan yang digunakan (5%)
n= Z² . P (1-P)N
d² (N-1) + Z² .
n= 79,68
4,04
n = 19,72 ≈ 20
Jumlah besar sampel dalam penelitian ialah sebanyak 20 orang responden.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode
Accidental Sampling. Pengambilan sampel secara aksidental merupakan cara
pengambilan sampel yang dilakukan dengan menemui subjek atau responden
penelitian secara langsung berdasarkan kriteria yang ditetapkan peneliti dan
dilakukan dengan mengambil responden sesuai dengan jumlah sampel yang sudah
ditentukan yang ada atau tersedia di lokasi penelitian sesuai dengan konteks
penelitian, menanyakan kebersediaan menjadi responden dalam penelitian yang
dilakukan, apabila bersedia maka orang tersebut dapat dijadikan sebagai sampel
atau responden dalam penelitian (Sugiyono,2008).
Kriteria responden dalam penelitian ini ialah responden merupakan ibu yang memiliki
baduta (6-24 bulan) yang tinggal di wilayah Posyandu Kelurahan Titi Rantai, Kecamatan
Medan Baru, serta responden bersedia untuk diwawancarai langsung oleh peneliti untuk
mengisi kuisioner yang telah disusun sesuai dengan rumusan permasalahan yangditeliti.
1. Pengetahuan
Pengukuran variabel independen yaitu pengetahuan ibu mengenai makanan
pendamping ASI (MP-ASI) dihitung berdasarkan 20 (lima belas) pertanyaan
dengan alternatif jawaban “Benar” (bobot nilai 1) , dan “Salah” (bobot nilai 0).
Semakin tinggi skor maka semakin baik pengetahuan ibu mengenai makanan
pendamping ASI (MP-ASI). Nilai maksimal dari keseluruhan skor yaitu
20x1=20.
2. Sikap
Sikap responden dinilai berdasarkan jumlah nilai yang diperoleh dari
jawaban kuisioner mengenai sikap responden dengan jumlah 20 (dua puluh)
pertanyaan yang dibedakan dengan 10 (sepuluh) pertanyaan untuk sikap positif
dan 10 (sepuluh) pertanyaan untuk sikap negatif. Untuk penilaian sikap positif
responden didasarkan pada 4 (empat) pilihan jawaban dari skala Likert , yaitu :
SS (Sangat Setuju) dengan bobot nilai3;
S (Setuju) dengan bobot nilai2;
TS (Tidak Setuju) dengan bobot nilai 1;dan
STS (Sangat Tidak Setuju) dengan bobot nilai0.
Untuk penilaian sikap negatif responden juga didasarkan pada 4 (empat)
pilihan jawaban dari skala Likert , yaitu :
SS (Sangat Setuju) dengan bobot nilai0;
S (Setuju) dengan bobot nilai1;
TS (Tidak Setuju) dengan bobot nilai 2;dan
STS (Sangat Tidak Setuju) dengan bobot nilai3.
Sehingga didapatkan jumlah nilai maksimal yang dapat diperoleh dari
penilaian sikap responden ialah sebanyak 3x20=60.
Berdasarkan jawaban tersebut, sikap responden kemudian dikategorikan
dalam 3 (tiga) kategori, yaitu sebagai berikut (Arikunto, 2006) :
1) Baik : Jika skor yang diperoleh responden > 60% atau36-60.
2) Kurang Baik : Jika skor yang diperoleh responden < 60% atau0-5.
HASIL PENELITIAN
Karakteristik
Jumlah (n) Persentase (%)
Responden
Umur
21 - 25 Tahun 3 15,0
26 – 30 Tahun 2 10,0
31 – 35 Tahun 9 45,0
36 – 40 Tahun 5 25,0
Diatas 40 tahun 1 5,0
Total 20 100
Suku Bangsa
Batak Karo 3 15,0
Batak Toba 1 5,0
Melayu 2 10,0
Jawa 12 60,0
Minang 2 10.0
Total 20 100
Agama
Islam 16 80,0
Protestan 2 10,0
Katolik 2 10,0
Total 20 100
Tingkat Pendidikan
SD /Sederajat 3 15,0
SMP/Sederajat 4 20,0
SMA/Sederajat 11 55,0
Perguruan Tinggi 2 10,0
Total 20 100,0
Jenis Pekerjaan
Ibu Rumah Tangga 9 45,0
Pegawai Negeri Sipil 2 10,0
Wiraswasta 8 40,0
Pegawai/Buruh 1 5,0
Total 20 100
Tingkat Pendapatan
Kurang dari 7 35,0
Rp. 1.000.000,-
Rp.1.000.000.- s.d 4 20,0
Rp. 3.000.000,-
Kategori Pengetahuan
Jumlah (n) Persentase (%)
Responden
Baik 8 40,0
Kurang Baik 12 60,0
Total 20 100
Berdasarkan tabel 4.3 diatas diketahui bahwa sebagian besar responden yakni
sebanyak 12 orang responden (60,0%) memiliki pengetahuan terhadap pemberian
makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada baduta di Posyandu Kelurahan Titi Rantai
Kecamatan Medan Baru dalam kategori yang kurang baik, dan hanya 8 orang responden
(40,0%) yang memiliki pengetahuan terhadap pemberian makanan pendamping ASI
(MP-ASI) pada baduta di Posyandu Kelurahan Titi Rantai Kecamatan Medan Baru
dalam kategori yang baik.
Jawaban
Sikap Positif Responden Sangat
Sangat Tidak
No. terhadap Pemberian Makanan Setuju Tidak
Setuju Setuju
Pendamping ASI (MP-ASI) Setuju
n % n % n % n %
Pernyataan Sikap Positif
Penting untuk memberikan MP-ASI
1 sesuai dengan usia tumbuh kembang 9 45,0 11 55,0 0 0 0 0
baduta
Ibu memiliki peran yang sangat
2 penting dalam memberikan MP-ASI 9 45,0 10 50,0 1 5,0 0 0
pada baduta
Diperlukan keahlian khusus untuk
3 menyiapkan MP-ASI yang akan 2 10,0 8 40,0 9 45,0 1 5,0
diberikan kepada baduta
Pemberian MP-ASI harus
4 disesuaikan dengan kebutuhan gizi 3 15,0 11 55,0 6 30,0 0 0
baduta sesuai usia baduta
Penting memperhatikan karifan lokal
5 setempat dalam proses memberikan 4 20,0 5 25,0 9 45,0 2 10,0
MP-ASI kepada baduta
Ibu memberikan MP-ASI kepada
baduta sebelum berusia 6 bulan
6 7 35,0 6 30,0 7 35,0 0 0
karena sudah menjadi kebiasaan
setempat
Perlu adanya dukungan suami yang
7 baik untuk dapat memberikan MP- 3 15,0 12 60,0 5 25,0 0 0
ASI secara tepat kepada baduta
Perlu adanya dukungan keluarga
8 yang baik untuk dapat memberikan 3 15,0 9 45,0 8 40,0 0 0
MP-ASI secara tepat kepada baduta
Perlu untuk berkonsultasi dengan
petugas kesehatan untuk mengetahui
9 4 20,0 9 45,0 6 30,0 1 5,0
apakah MP-ASI yang diberikan
sudah tepat dan sesuai
Perlu diadakannya penyuluhan
kesehatan oleh petugas kesehatan
10 4 20,0 11 55,0 5 25,0 0 0
mengenai tatacara menyiapkan MP-
ASI yang mudah dan sehat
Berdasarkan tabel 4.4 diatas diketahui bahwa sikap postif responden terhadap
pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada baduta di Posyandu Kelurahan
Titi Rantai Kecamatan Medan Baru yang paling dominan dan dianggap sudah baik ialah
sebanyak 9 orang responden (45,0%) menyatakan sangat setuju bahwa Penting untuk
memberikan MP-ASI sesuai dengan usia tumbuh kembang baduta dan Ibu memiliki
peran yang sangat penting dalam memberikan MP-ASI pada baduta, kemudian 7 orang
responden (35,0%) yang menyatakan bahwa Ibu memberikan MP-ASI kepada baduta
sebelum berusia 6 bulan karena sudah menjadi kebiasaan setempat, dan sebanyak 4
orang responden (20,0%) menyatakan sangat setuju bahwa penting memperhatikan
karifan lokal setempat dalam proses memberikan MP-ASI kepada baduta, dan perlu
untuk berkonsultasi dengan petugas kesehatan untuk mengetahui apakah MP-ASI yang
diberikan sudah tepat dan sesuai serta perlu diadakannya penyuluhan kesehatan oleh
petugas kesehatan mengenai tatacara menyiapkan MP- ASI yang mudah dan sehat.
Jawaban
Sikap Negatif Responden Sangat
Sangat Tidak
No. terhadap Pemberian Makanan Setuju Tidak
Setuju Setuju
Pendamping ASI (MP-ASI) Setuju
n % n % n % n %
Pernyataan Sikap Negatif
Semakin cepat memberikan MP ASI
1 kepada baduta maka akan semakin 1 5,0 12 60,0 5 25,0 2 10,0
baik
Baduta sudah bisa diberikan MP-ASI
2 2 10,0 8 40,0 9 45,0 1 5,0
walaupun belum berusia 6 bulan
Pemberian MP-ASI bisa dibarengi
3 dengan pemberian ASI sebelum 1 5,0 8 40,0 9 45,0 1 5,0
baduta berusia 6 bulan
Badua akan cepat besar apabila
4 2 10,0 7 35,0 10 50,0 1 5,0
diberikan MP-ASI lebih cepat
Baduta akan terlihat gemuk dan
5 menggemaskan apabila di beri MP- 3 15,0 7 35,0 9 45,0 1 5,0
ASI lebih cepat secara dini
Dukungan suami tidak berpengaruh
6 1 5,0 6 30,0 11 55,0 2 10,0
dalam pemberian MP-ASI
Dukungan keluarga tidak
7 berpengaruh dalam pemberian MP- 2 10,0 8 40,0 9 45,0 1 5,0
ASI
Adanya bentuk kearifan lokal dalam
8 masyarakat tidak mempengaruhi 2 10,0 8 40,0 9 45,0 1 5,0
pemberian MP-ASI
Tidak perlu keahlian khusus atau
9 pengetahuan tertentu untuk 3 15,0 10 50,0 7 35,0 0 0
menyiapkan MP-ASI
Peran petugas kesehatan tidak
10 dibutuhkan untuk berkonsultasi 6 30,0 4 20,0 8 40,0 2 10,0
mengenai MP-ASI
Berdasarkan tabel 4.5 diatas diketahui bahwa sikap negatif responden terhadap
pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada baduta di Posyandu Kelurahan
Titi Rantai Kecamatan Medan Baru yang paling dominan ialah sebanyak 6 orang
responden (30,0%) menyatakan sangat setuju bahwa Peran petugas kesehatan tidak
dibutuhkan untuk berkonsultasi mengenai MP-ASI , kemudian 3 orang responden
(15,0%) menyatakan sangat setuju bahwa baduta akan terlihat gemuk dan
menggemaskan apabila di beri MP-ASI lebih cepat secara dini, dan Tidak perlu
keahlian khusus atau pengetahuan tertentu untuk menyiapkan MP-ASI.
Kategori Sikap
Jumlah (n) Persentase (%)
Responden
Baik 9 45,0
Kurang Baik 11 55,0
Total 20 100
Berdasarkan tabel 4.6 diatas diketahui bahwa sebagian besar responden yakni
sebanyak 11 orang responden (55,0%) memiliki sikap terhadap pemberian makanan
pendamping ASI (MP-ASI) pada baduta di Posyandu Kelurahan Titi Rantai Kecamatan
Medan Baru dalam kategori yang kurang baik, dan hanya 9 orang responden (45,0%)
memiliki sikap terhadap pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada baduta di
Posyandu Kelurahan Titi Rantai Kecamatan Medan Baru dalam kategori yang baik.
Berdasarkan tabel 4.7 diatas diketahui bahwa responden yang memiliki tindakan
terhadap pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada baduta di Posyandu
Kelurahan Titi Rantai Kecamatan Medan Baru yang paling dominan ialah bahwa
sebanyak 19 orang responden (95,0%) menyatakan bahwa Ibu menyiapkan MP-ASI dari
bahan makanan yang bersih dan aman, kemudian sebanyak 16 orang responden (80,0%)
menyatakan bahwa ibu hanya memberikan ASI saja pada baduta umur 0-6bulan, dan
sebanyak 14 orang responden (70,0%) menyatakan bahwa ibu memberikan MP-ASI
kepada baduta atas kesadaran ibu sendiri tanpa adanya dorongan dari suami atau
keluarga.
Kategori Tindakan
Jumlah (n) Persentase (%)
Responden
Baik 6 30,0
Kurang Baik 14 70,0
Total 20 100
Berdasarkan tabel 4.8 diatas diketahui bahwa sebagian besar responden yakni
sebanyak 14 orang responden (70,0%) memiliki tindakan terhadap pemberian makanan
pendamping ASI (MP-ASI) pada baduta di Posyandu Kelurahan Titi Rantai Kecamatan
Medan Baru, dalam kategori yang kurang baik, dan hanya ada sebanyak 6 orang
responden (30,0%) memiliki tindakan terhadap pemberian makanan pendamping ASI
(MP-ASI) pada baduta di Posyandu Kelurahan Titi Rantai Kecamatan Medan Baru
dalam kategori yang baik.
Pemberian Makanan
Pendamping ASI (MP-ASI)
Responden
Baik Kurang Baik
n % n % n %
Baik 5 25,0 3 15,0 8 40,0
Kurang Baik 1 5,0 11 55,0 12 60,0 0,018
Total 6 21 14 79 20 100
Berdasarkan tabel 4.9 diatas diketahui bahwa dari 8 orang responden (40,0%)
hanya ada 5 orang responden (25,0%) yang memiliki pengetahuan dalam kategori yang
baik dengan perilaku pemberian makanan pendamping ASI (MP- ASI) pada baduta di
Posyandu Kelurahan Titi Rantai Kecamatan Medan Baru yang juga dalam kategori yang
baik, dan dari 12 orang responden (60,0%) ada 11 orang responden (55,0%) yang
memiliki pengetahuan dalam kategori yang kurang baik, memiliki perilaku pemberian
makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada baduta di Posyandu Kelurahan Titi Rantai
Kecamatan Medan Baru yang juga dalam kategori yang kurang baik.
Hasil uji Chi Square menunjukkan nilai p=0,018 (p<0,05) sehingga berdasarkan hasil
uji diketahui bahwa ada pengaruh pengetahuan responden terhadap pemberian makanan
pendamping ASI (MP-ASI) pada baduta di Posyandu Kelurahan Titi Rantai Kecamatan
Medan Baru, semakin baik pengetahuan responden maka pemberian makanan
pendamping ASI (MP-ASI) pada baduta di Posyandu Kelurahan Titi Rantai Kecamatan
Medan Baru cenderung akan semakin baik. Begitupun sebaliknya, semakin kurang baik
pengetahuan responden maka pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada
baduta di Posyandu Kelurahan Titi Rantai Kecamatan Medan Baru juga akan
cenderung semakin kurang baik.
Pemberian Makanan
Pendamping ASI (MP-ASI)
Pada baduta Di Puskesmas
Kategori Sikap Jumlah Nilai p
Kabanjahe Kabupaten Karo
Responden
Baik Kurang Baik
n % n % n %
Baik 6 30,0 3 15,0 9 45,0
0,002
Kurang Baik 0 0 11 55,0 11 55,0
Total 6 21 14 79 20 100
Berdasarkan tabel 4.9 diatas diketahui bahwa dari 9 orang responden (45,0%)
hanya ada 6 orang responden (30,0%) yang memiliki sikap dalam kategori yang baik
dengan perilaku pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada baduta di
Posyandu Kelurahan Titi Rantai Kecamatan Medan Baru yang juga dalam kategori yang
baik, dan 11 orang responden (55,0%) yang memiliki sikap dalam kategori yang kurang
baik, memiliki perilaku pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada baduta di
Posyandu Kelurahan Titi Rantai Kecamatan Medan Baru yang juga dalam kategori yang
kurang baik.
Hasil uji Chi Square menunjukkan nilai p=0,002 (p<0,05) sehingga
berdasarkan hasil uji diketahui bahwa ada hubungan sikap responden dengan
pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada baduta di Posyandu
Kelurahan Titi Rantai Kecamatan Medan Baru, semakin baik sikap responden
maka pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada baduta di Posyandu
Kelurahan Titi Rantai Kecamatan Medan Baru cenderung akan semakin baik.
Begitupun sebaliknya, semakin kurang baik sikap responden maka pemberian
makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada baduta di Posyandu Kelurahan Titi
Rantai Kecamatan Medan Baru juga akan cenderung semakin kurang baik.
Para ibu juga belum mengetahui mengenai jenis makanan yang baik untuk
diberikan sebagai makanan pendamping ASI sesuai dengan usia pertumbuhan baduta,
seperti makanan pendamping ASI yang baik untuk bayi 9-12 bulan ialah makanan lunak
seperti bubur susu, nasi tim dan sebagainya, namun justru para ibu memberikan makanan
lain yang dinilai tidak sesuai dengan usia pertumbuhan baduta seperti sudah diberikan
nasi, buah-buahan, bubur, dan sebagainya yang dinilai cukup menyulitkan untuk dicerna
organ pencernaannya, hal inilah yang menyebabkan gangguan kesehatan pada baduta
seperti diare, infeksi saluran cerna dan sebagainya, karena pemberian makanan
pendamping ASI atau MP-ASI yang tidak sesuai dengan usia pertumbuhan bayi.
Seseorang yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi tidak sama
pemahamannya dengan orang yang memiliki tingkat pendidikan rendah. Semakin tinggi
tingkat pendidikan seseorang maka semakin mudah pula bagi mereka untuk menerima
informasi dan pada akhirnya semakin banyak pengetahuan yang mereka miliki. Secara
umum, pengetahuan yang baik akan memunculkan sikap yang baik dan
mengaplikasikannya dalam tindakan. Semakin tinggi pengetahuan seseorang terhadap
kesehatan, semakin tinggi kesadaran orang tersebut dalam menjaga kesehatannya.
Banyak ibu yang memiliki baduta di wilayah kerja Posyandu kelurahan titi rantai
yang memiliki pengetahuan yang baik untuk mengetahui bahwa makanan pendamping
ASI atau MP-ASI baru diberikan setelah bayi berusia lebih dari 6 (enam) bulan, namun
dalam prakteknya justru sudah banyak ibu sudah memberikan MP-ASI dini kepada bayi
sebelum bayi berusia 6 (enam) bulan. Hal-hal dominan yang memengaruhi tindakan
pemberian MP-ASI dini pada bayi, selain dari pengetahuan dan sikap ibu ialah adanya
kebiasaan atau kebudayaan yang sudah menganggap hal biasa, apabila baduta diberikan
MP-ASI sebelum berusia 6 (enam) bulan, dan tuntutan dari keluarga bahwa bayi harus
segera diberikan MP-ASI agar dapat tumbuh dan berkembang lebih baik, lebih cepat
menyesuaikan dengan pola makan keluarga, dan baduta terlihat lebih gemuk dan
menggemaskan.
Penulis menemukan bahwa pengetahuan ibu dapat diperoleh dari beberapa faktor
baik formal seperti pendidikan yang didapat di sekolah-sekolah maupun non formal yang
diantaranya dapat diperoleh bila ibu aktif dalam kegiatan posyandu, PKK maupun
kegiatan penyuluhan kesehatan masyarakat. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
yang dilaksanakan oleh Simbolon (2015) yang menyatakan bahwa intensitas pemberian
informasi yang mencukupi mengenai pemberian MP-ASI yang memiliki hubungan yang
signifikan dengan kemauan dan kemampuan ibu untuk memberikan MP-ASI pada bayi
secara tepat dan benar. Semakin baik informasi yang diberikan kepada ibu maka ibu akan
cenderung akan mau dan mampu memberikan MP-ASI pada bayi secara tepat. Hasil
penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Bahri (2013) yang menjelaskan bahwa
dimana sebagian besar ibu kurang mengetahui tentang makanan pendamping ASI yaitu
sebesar 86,8%. Rendahnya pengetahuan responden di duga disebabkan antara lain
kurangnya informasi, kurang jelasnya informasi dan kurangnya kemampuan responden
untuk memahami informasi yang diterima.
Hal serupa disampaikan hasil penelitian oleh Bona (2014) mengenai pemberian
MP-ASI pada bayi di Puskesmas Paniki Bawah Kecamatan Mapanget Kota Manado yang
menunjukkan bahwa pada bahwa 52,8% responden yang menjadi subyek penelitian
sebenarnya memiliki tingkat pendidikan yang tinggi sehingga menjadi faktor yang
menguntungkan untuk diberikan pengetahuan tentang manfaat dari pemberian MP-ASI,
namun ternyata masih terdapat lebih dari 50% responden yang tidak memberikan MP-
ASI pada bayi dan balita secara tepat. Pengetahuan atau informasi yang telah didapat
diharapkan akan memberikan motivasi untuk dapat memberikan MP-ASI secara baik
pada bayi agar dapat bertumbuh kembang secara sehat sesuai dengan tahapan usianya.
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai hubungan
pengetahuan dan sikap ibu terhadap pemberian makanan pendamping ASI (MP-
ASI) pada baduta di Posyandu Kelurahan Titi Rantai Kecamatan Medan Baru,
diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
6. Hal lain yang dapat memengaruhi perilaku ibu dalam pemberian MP-ASI pada
baduta ialah perlunya dukungan suami dan dukungan keluarga yang baik
kepada ibu, agar ibu dapat memberikan MP-ASI secara baik dan tepat sesuai
dengan usia perkembangan baduta.
6.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan sesuai dengan penelitian yang telah
dilaksanakan ialah :
Handy, Fransisca. 2010. Panduan Menyusui & Makanan Sehat Bayi. Jakarta :
Pustaka Bunda.
Lilian, Jaweno. 2012. Keajaiban ASI (Air Susu Ibu). Jakarta: Dunia sehat.
Marimbi, Hanum. 2010. Tumbuh Kembang, Status Gizi, dan Imunisasi Dasar
pada Balita. Yogyakarta: Nuha Medika.
Mutiara, Sri, dan Ruslianti. 2013. Buku Pintar Bayi. Jakarta: Pustaka Bunda.
Nadesul, Hendrawan. 2011. Makanan Sehat Untuk Bayi. Jakarta : Puspa Swara.
Sentra Laktasi Indonesia. 2010. Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) yang Tepat
Untuk Bayi. Diakses dari http://sentralaktasiindonesia.com/makanan-pendamping-asi-mp-
asi.html. Pada 21 Juli 2016.
Wawan, A dan Dewi, M. 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan
PerilakuManusia. Yogyakarta : Nuha Medika
Isilah pertanyaan dengan sebenar-benarnya dan pilih salah satu jawaban
dengan memberikan tanda centang (√ ) atau silang (X) pada kotak isian
jawaban
A. KARAKTERISTIK RESPONDEN
1. Nomor kuisioner : Waktu Wawancara :
2. Nama : ...............................................................................
Melayu Lainnya
(..........................)
Protestan Budha
Katolik Konghucu
6. Pendidikan terakhir Tidak Tamat SD
: SD/Sederajat
SMP/Sederajat
SMA/Sederajat
Perguruan Tinggi
Wiraswasta
Pegawai/Buruh
P etani
8. Pendapatan perbulan
Kurang dari Rp. 1.000.000,-
:
Rp.1.000.000,- s.d Rp.3.000.000,-
3. Menurut ibu, berapa usia yang tepat untuk mulai memberikan makanan lain
di samping ASI ?
A. 2-4 bulan
B. 6 bulan
C. > 1 tahun
4. Menurut ibu, Makanan Pendamping ASI yang baik untuk baduta 6 bulan
adalah?
A. Makanan lumat, seperti bubur susu
B. Makanan biasa (keluarga) seperti nasi dan lauk pauk
C. Makanan cepat saji
5. Menurut Ibu, Makanan Pendamping ASI yang baik untuk baduta 9-12 bulan
adalah
A. Makanan lunak, seperti nasi tim
B. Makanan lumat, seperti bubur susu
C. Makanan biasa (keluarga) seperti nasi dan lauk pauk
6. Menurut Ibu, Makanan Pendamping ASI yang baik untuk baduta 12-24 bulan
adalah?
A. Makanan lunak, seperti nasi tim
B. Makanan lumat, seperti bubur susu
C. Makanan biasa (keluarga) seperti nasi dan lauk pauk
9. Menurut Ibu, apa yang akan terjadi jika baduta diberi makanan atau minuman
selain ASI, sebelum 6 bulan?
A. Bayi akan menderita diare dan penyakit infeksi
B. Status gizi bayi lebih baik dan bayi lebih sehat
C. Bayi akan menjadi bayi cerdas
Pilihlah jawaban dengan cara menceklis/contreng (√) pada kolom yang telah
disediakan
B. PEMBERIAN MP-ASI
Jawaban
No. Pertanyaan
Ya Tidak
Ibu hanya memberikan ASI saja pada baduta umur 0
1
– 6 bulan?
Makanan pendamping ASI (MP-ASI) diberikan setelah
2
baduta berusia 6 bulan keatas?
1. Karakteristik Responden
agama
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid islam 16 80.0 80.0 80.0
protestan 2 10.0 10.0 90.0
katolik 2 10.0 10.0 100.0
Total 20 100.0 100.0
pendapatan perbulan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid <1.000.000juta 7 35.0 35.0 35.0
1.000.000-3.000.000juta 4 20.0 20.0 55.0
tidak ada penghasilan 9 45.0 45.0 100.0
Total 20 100.0 100.0
2. Pengetahuan Responden
3. Sikap Responden
1) Sikap Positif
Penting untuk memberikan MPASI sesuai dengan usia tumbuh kembang baduta
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid sangat setuju 9 45.0 45.0 45.0
setuju 11 55.0 55.0 100.0
Total 20 100.0 100.0
Ibu memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan MPASI pada baduta
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid sangat setuju 9 45.0 45.0 45.0
setuju 10 50.0 50.0 95.0
tidak setuju 1 5.0 5.0 100.0
Total 20 100.0 100.0
Diperlukan keahlian khusus untuk menyiapkan MPASI yang akan diberikan kepada
baduta
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid sangat setuju 2 10.0 10.0 10.0
setuju 8 40.0 40.0 50.0
tidak setuju 9 45.0 45.0 95.0
sangat tidak setuju 1 5.0 5.0 100.0
Total 20 100.0 100.0
Pemberian MPASI harus disesuaikan dengan kebutuhan gizi baduta sesuai usia
baduta
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid sangat setuju 3 15.0 15.0 15.0
setuju 11 55.0 55.0 70.0
tidak setuju 6 30.0 30.0 100.0
Total 20 100.0 100.0
Perlu adanya dukungan suami yang baik untuk dapat memberikan MPASI secara
tepat kepada baduta
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid sangat setuju 3 15.0 15.0 15.0
setuju 12 60.0 60.0 75.0
tidak setuju 5 25.0 25.0 100.0
Total 20 100.0 100.0
Perlu adanya dukungan keluarga yang baik untuk dapat memberikan MPASI
secara tepat kepada baduta
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid sangat setuju 3 15.0 15.0 15.0
setuju 9 45.0 45.0 60.0
tidak setuju 8 40.0 40.0 100.0
Total 20 100.0 100.0
2) Sikap Negatif
Semakin cepat memberikan MPASI kepada baduta maka akan semakin baik
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid sangat setuju 1 5.0 5.0 5.0
setuju 12 60.0 60.0 65.0
tidak setuju 5 25.0 25.0 90.0
sangat tidak setuju 2 10.0 10.0 100.0
Total 20 100.0 100.0
Baduta akan terlihat gemuk dan menggemaskan apabila diberi MPASI lebih cepat
secara dini
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid sangat setuju 3 15.0 15.0 15.0
setuju 7 35.0 35.0 50.0
tidak setuju 9 45.0 45.0 95.0
sangat tidak setuju 1 5.0 5.0 100.0
Total 20 100.0 100.0
Tidak perlu keahlian khusus atau pengetahuan tertentu untuk menyiapkan MPASI
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid sangat setuju 3 15.0 15.0 15.0
setuju 10 50.0 50.0 65.0
tidak setuju 7 35.0 35.0 100.0
Total 20 100.0 100.0
3. Tindakan Responden
Ibu hanya memberikan ASI saja pada baduta umur 0-6 bulan?
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ya 16 80.0 80.0 80.0
tidak 4 20.0 20.0 100.0
Total 20 100.0 100.0
Ibu memberikan MPASI kepada baduta atas kesadaran ibu sendiri tanpa
adanya dorongan dari suami atau keluarga?
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ya 14 70.0 70.0 70.0
tidak 6 30.0 30.0 100.0
Total 20 100.0 100.0
Ibu memberikan MPASI berupa makanan yang lembut dan mudah ditelan
seperti bubur susu untuk baduta berusia 6-9 bulan?
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ya 10 50.0 50.0 50.0
tidak 10 50.0 50.0 100.0
Total 20 100.0 100.0
Ibu memberikan MPASI berupa makanan yang lebih beragam seperti nasi,
lauk pauk, sayur, dan buah untuk baduta berusia 12-24 bulan?
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid ya 9 45.0 45.0 45.0
tidak 11 55.0 55.0 100.0
Total 20 100.0 100.0
skor tindakan responden
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid baik 6 30.0 30.0 30.0
kurang baik 14 70.0 70.0 100.0
Total 20 100.0 100.0
1. Pengetahuan Responden
Cases
Pemberian MPASI
Total Count 6 14 20
N of Valid Casesb 20
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,40.
2. Sikap Responden
Cases
Pemberian MPASI
Total Count 6 14 20
Chi-Square Tests
N of Valid Casesb 20
a. 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,70.