Anda di halaman 1dari 15

SURVAILANCE GIZI

ANALISIS PENGOLAHAN DATA DARI REKAPAN DATA PER


KABUPATEN BULELENG MENGENAI D/S, CAKUPAN PEMBERIAN
VITAMIN A DAN CAKUPAN ASI EKSLUSIF

OLEH:

KELOMPOK 3 A

Ni Nengah Windayani P07131219008

Ni Made Widya Adnyani P07131219012

Bella Amanda Hapsari P07131219013

Ni Kadek Anik Ariantini P07131219014

Ni Luh Putu Clara Sabrina Putri P07131219016

Kadek Indah Risma Dewi P07131219017

I Gusti Ayu Dian Paramestyani P07131219018

Luh Kadek Ayu Maetri Antari P07131219019

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

JURUSAN SARJANA TERAPAN GIZI & DIETETIKA

2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-Nya
makalah yang berjudul “Analisis Pengolahan Data Dari Rekapan Data Per Kabupaten Buleleng
Mengenai D/S, Cakupan Pemberian Vitamin A Dan Cakupan Asi Ekslusif ” ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.

Dalam penyusunan makalah ini tentunya banyak hambatan dan rintangan yang kami
alami. Terselesaikannya makalah ini tidak bisa lepas dari peran serta berbagai pihak yang
membantu. Pada kesempatan ini kami sampaikan ucapan terima kasih setulus-tulusnya kepada
yang terhormat:

1. Ibu Dosen Pembimbing Akademik beserta staf pegawai Poltekkes Kemenkes Denpasar
yang telah banyak membantu kami sehingga mempermudah kami dalam penyusunan
makalah ini.
2. I Wayan Ambartana, SKM,M.Fis selaku dosen Survailance Gizi yang telah memberikan
bimbingan, arahan, dan petunjuk dalam penyusunan makalah ini sehingga dapat
terselesaikan dengan baik dan lancar.
3. Seluruh pihak yang turut serta memberikan motivasi dan dukungan bagi kami yang tidak
dapat kami sebutkan satu persatu.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak luput dari berbagai
kekurangan serta keterbatasan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami sebagai
penyusun makalah ini mengharapkan saran dan kritik yang membangun dalam makalah ini.

Demikian kata pengantar ini kami sampaikan, kami harap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.

Denpasar, 03 Februari 2022

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Surveilans gizi adalah suatu proses pengumpulan, pengolahan dan diseminasi informasi hasil
pengolahan data secara terus menerus dan teratur tentang indikator yang terkait dengan kinerja
pembinaan gizi masyarakat. Pada umumnya prinsip dasar dari surveilans gizi adalah tersedia
data yang akurat dan tepat waktu, ada proses analisis atau kajian data, tersedianya informasi yang
sistematis dan terus menerus, ada proses penyebarluasan informasi, umpan balik dan pelaporan.
Ada tindak lanjut sebagai respon terhadap perkembangan informasi.

Menurut WHO (1987) dalam Adi dan Mukono (2000) surveilans berasal dari bahasa Perancis
“surveiller”, yang berarti pengamatan, mengawasi dengan perhatian penuh, berwibawa dan
seringkali mengandung kecurigaan. Hal ini berbeda dengan kata survey yang berarti kegiatan
mengumpulkan informasi atau data tentang sesuatu hal pada suatu waktu tertentu. Dengan
demikian sistem surveilans menunjukkan perlu diadakannya survey khusus mengenai masalah
tertentu. Masih menurut WHO (2002), surveilans didefinisikan sebagai suatu proses
pengumpulan, pengolahan, analisis, dan interpretasi data secara sistematik dan terus menerus
serta penyebaran informasi kepada unit yang membutuhkan untuk dapat mengambil tindakan.

Untuk memperoleh informasi pencapaian kinerja pembinaan gizi masyarakat secara cepat,
akurat, teratur dan berkelanjutan, perlu dilaksanakan surveilans gizi di seluruh wilayah provinnsi
dan kabupaten/kota. Pelaksanaan surveilans gizi akan memberikan indikasi perubahan
pencapaian indikator kegiatan pembinaan gizi masyarakat. Selain itu, pelaksanaan surveilans gizi
diperlukan untuk memperoleh tambahan informasi lain yang belum tersedia dari laporan rutin,
seperti komsumsi garam beriodium, pendistribusian MP-ASI dan Pemberian Makanan
Tambahan (PMT), pemantauan status gizi anak dan ibu hamil resiko Kurang Energi Kronis
(KEK) atau studi yang berkaitan dengan masalah gizi mikro dan lain – lain.

Surveilans gizi ini dimaksudkan sebagai acuan petugas kesehatan di provinsi dan kabupaten/kota
dalam melaksanakan surveilans gizi untuk meningkatkan efektifitas kegiatan pembinaan gizi
masyarakat dengan mempertajam upaya penanggulangan masalah gizi secara tepat waktu,
tempat, sasaran dan jenis tindakannya.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka rumusan masalah yang dapat disimpulkan adalah:
1.2.1 Bagaimana hasil analisis data posyandu Kabupaten Buleleng?
1.2.2 Bagaimana diagram kuadran Cakupan Asi di Puskesmas Kabupaten Buleleng
1.2.3 Bagaimana diagram kuadran Cakupan Vitamin A di Puskesmas Kabupaten Buleleng
1.2.4 Apa kemungkinan penyebab masalah di daerah yang kurang Cakupan ASI dan Cakupan
Vit A
1.2.5 Bagaimana tindak lanjut yang akan di lakukan?
1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah diatas dapat disimpulkan, tujuan dari pembahasan materi tersebut
antara lain :
1.3.1 Untuk mengetahui bagaimana analisis data posyandu di Kabupaten Buleleng
1.3.2 Untuk mengetahui diagram kuadran Cakupan Asi di Puskesmas Kabupaten Buleleng
1.3.3 Untuk mengetahui diagram kuadran Cakupan Vitamin A di Puskesmas Kabupaten
Buleleng
1.3.4 Untuk mengetahui dimana saja daerah yang masih kurang Cakupan ASI dan Cakupan Vit
A di wilayah puskesmas Kab. Buleleng
1.4 Manfaat

Adapun manfaat dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut.

1.4.1 Bagi Penulis

Dengan pembuatan makalah ini sangat bermanfaat bagi kami selaku penulis, sehingga
kami dapat mengetahui daerah yang mengalami kekurangan cakupan Vit.A dan cakupan
Asi Ekslusif sehingga dapat meberikan upaya penanggulangan agar tidak berdampak
pada tumbuh kembang anak sehingga tidak akan menmbulkan masalah gizi.

1.4.2 Bagi Mahasiswa


Dengan pembuatan makalah ini kami selaku mahasiswa sangat berdampak positif yaitu
dapat menambah ilmu, informasi terkait data cakupan asi ekslusif dan vitamin A di
puskesmas Kab Buleleng, dan kami berharap agar nnatinya masalah gizi pada anak tidak
meningkat.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Indikator Keberhasilan Surveilance

Setiap kegiatan yang dilakukan tak terkecuali surveilans gizi, pada akhir kegiatan selalu dinilai
tingkat keberhasilan kegiatan tersebut. Surveilans gizi merupakan kegiatan yang sangat penting
sebab hasil surveilans gizi akan menjadi dasar pemerintah dalam hal ini Kementerian Kesehatan
melalui Direktorat Bina Gizi Masyarakat dalam membuat kebijakan program gizi. Oleh sebab itu
keberhasilan surveilans gizi penting untuk dievaluasi.

Ada beberapa jenis laporan yang harus dibuat oleh petugas surveilans gizi dengan frekuensi
laporan yang berbeda-beda. Laporan rekapitulasi hasil pemantauan pertumbuhan balita (D/S),
kasus gizi buruk dan cakupan pemberian TTD (Fe) pada ibu hamil disampaikan ke Dinas
Kesehatan Provinsi dan Direktorat Bina Gizi Masyarakat setiap bulan. Laporan rekapitulasi
cakupan pemberian ASI Eksklusif 0-6 bulan, pemberian kapsul vitamin A pada balita dan
konsumsi garam beryodium di tingkat rumah tangga disampaikan ke Dinas Kesehatan Provinsi
dan Direktorat Bina Gizi Masyarakat setiap 6 bulan (Maret dan September).

2.2 Indikator Surveilance Gizi Pada Balita

1. % Balita yang ditimbang berat badannya (D/S)


Atau disebut tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan (posyandu). Balita yang ditimbang
berat badannya dilaporkan dalam dua kelompok umur yaitu 0-23 bulan dan 24-59 bulan. Dalam
pelaporan dicantumkan jumlah posyandu yang ada dan posyandu yang menyampaikan hasil
penimbangan pada bulan yang bersangkutan.
Definisi Operasional :
 Baduta adalah bayi dan anak umur 0-23 bulan.
 Balita adalah anak yang berumur di bawah 5 tahun (0-59 bulan).
 S baduta adalah jumlah baduta yang berasal dari seluruh Posyandu yang melapor di suatu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
 D baduta adalah jumlah baduta yang ditimbang di seluruh Posyandu yang melapor di suatu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
 Persentase baduta yang ditimbang berat badannya (% D/S Baduta) adalah jumlah baduta
yang ditimbang di seluruh Posyandu yang melapor di suatu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu dibagi jumlah baduta di seluruh Posyandu yang melapor di suatu wilayah kerja pada
kurun waktu tertentu dikali 100%.
 S balita umur 24-59 bulan adalah jumlah anak umur 24- 59 bulan yang berasal dari seluruh
Posyandu yang melapor di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
 D balita umur 24-59 bulan adalah jumlah anak umur 24- 59 bulan yang ditimbang di seluruh
Posyandu yang melapor di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
 Persentase balita umur 24-59 bulan yang ditimbang berat badannya (% D/S Balita 24- 59
Bulan) adalah jumlah anak umur 24-59 bulan yang ditimbang di seluruh Posyandu yang
melapor di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu dibagi jumlah anak umur 24-59
bulan yang berasal dari seluruh Posyandu yang melapor di suatu wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu dikali 100%.
 Balita adalah balita yang berasal dari seluruh Posyandu yang melapor di suatu wilayah kerja
pada kurun waktu tertentu.
 D Balita adalah balita yang ditimbang di seluruh Posyandu yang melapor di suatu wilayah
kerja pada kurun waktu tertentu.
 Persentase balita yang ditimbang berat badannya (% D/S Balita) adalah jumlah balita
yang ditimbang di seluruh Posyandu yang melapor di suatu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu dibagi balita yang berasal dari seluruh Posyandu yang melapor di suatu wilayah kerja
pada kurun waktu tertentu dikali 100%.
Rumus Perhitungan :
 Persentase D/S Baduta 0-23 bulan :
D Dbaduta 0−23 bulan
% baduta 0 – 23 bulan = x 100%
S S baduta 0−23 bulan
 Persentase D/S Balita 24 – 59 bulan :
D Dbalita 24−59bulan
% balita 24 – 59 bulan = x 100%
S S balita 24−59bulan
 Persentase D/S Balita 0 - 59 bulan
D Dbalita 0−59 bulan
% balita 0 – 59 bulan = x 100%
S S balita 0−59 bulan
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menghitung cakupan tahunan adalah rata-rata cakupan
per bulan pada tahun tertentu, yang dihitung dengan menjumlahkan dan merataratakan nilai D
dan S dari bulan Januari sampai bulan Desember. Surveilans gizi dilaksanakan di seluruh
wilayah kerja puskesmas yang ada di kabupaten/kota. Diharapkan posyandu yang mengirimkan
laporan minimal 80% dari posyandu yang ada di wilayah kerjapuskesmas. Apabila posyandu
yang melapor dari tiap puskesmas kurang dari 80% maka petugas Dinkes Kabupaten/Kota perlu
mengunjungi wilayah kerja puskesmas tersebut untuk melakukan verifikasi dan pengambilan
data lengkap. Hasil penimbangan anak balita yang dilakukan di Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD) atau tempat penimbangan lainnya dicatat pada posyandu asal atau posyandu tempat
PAUD berada.
2. Bayi 0 – 6 bulan mendapat Asi Ekslusif
a. Bayi umur 0–6 bulan adalah seluruh bayi umur 0 hari sampai 5 bulan 29 hari.
b. Bayi mendapat ASI Eksklusif adalah bayi 0–6 bulan yang diberi ASI saja tanpa makanan
atau cairan lain kecuali obat, vitamin dan mineral berdasarkan recall 24 jam.
c. Bayi umur 0–6 bulan yang ada di suatu wilayah adalah jumlah seluruh bayi umur 0 hari
sampai 5 bulan 29 hari yang tercatat pada register pencatatan pemberian ASI pada bayi umur
0-6 bulan di suatu wilayah.
d. Persentase bayi umur 0–6 bulan mendapat ASI Eksklusif adalah jumlah bayi 0–6 bulan yang
diberi ASI saja tanpa makanan atau cairan lain kecuali obat, vitamin dan mineral,
berdasarkan recall 24 jam dibagi jumlah seluruh bayi umur 0 – 6 bulan yang datang dan
tercatat dalam register pencatatan/KMS di wilayah tertentu dikali 100%

Jumlah bayi0−6 bulan mendapat ASI saja


% bayi ASI Eksklusif = x100%
Jumlah bayi 0−6 bulan yg datang dantercatat di Posyandu
3. Balita usia 5 – 59 bulan yang mendapat Kapsul Vitamin A
a. BALITA 6-59 BULAN adalah balita usia 6-59 bulan yang ada di wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu
b. KAPSUL VITAMIN A adalah kapsul yang mengandung vitamin Andosis tinggi (100.000 SI
warna kapsul biru untuk bayi usia 6-11 bulan dan 200.000 SI warna kapsul merah untuk anak
balita 12-59 bulan)

Definisi Operasional :
Persentase balita 6-59 bulan dapat kapsul vitamin A adalah jumlah balita 6-59 bulan yang
mendapat kapsul vitamin A dibagi dengan jumlah seluruh balita 6-59 bulan yang ada di satu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota selain mengirimkan rekapitulasi laporan ke Dinas Kesehatan


Provinsi dan Direktorat Gizi Masyarakat, Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat,
Kementerian Kesehatan RI, juga melakukan pengolahan dan analisis data di kabupaten/kota.

2.3 Persentase Berat Badan Bayi Ditimbang (% D/S)

Jumlah
Jumlah
No. Puskesmas balita D/S
Balita
ditimbang

1 Buleleng I 6470 5233 80%

2 Buleleng II 5460 3221 58%

3 Sawan I 6529 4321 66%


4 Sawan II 7531 4536 60%

5 Sukasada I 6629 5400 81%

6 Tejakula I 7658 3321 43%

7 Tejakula II 7769 5256 67%

8 Gerokgak I 6759 5921 87%

9 Gerokgak II 5896 3453 58%

2.4 Persentase Cakupan Vitamin A

Cakupan Vit.
Puskesmas D/S
A
Buleleng I 75% 80%
Buleleng II 62% 58%
Sawan I 83% 66%
Sawan II 60% 60%
Sukasada I 68% 81%
Tejakula I 50% 43%
Tejakula II 70% 67%
Gerokgak I 63% 87%
Gerokgak II 50% 58%

Diagram Kuadran Cakupan Vitamin A

Cakupan Vitamin A
100%
Kuadran III
Kuadran I
90%
Gerokgak I
80% SukasadaBuleleng
I I

70%
Tejakula II Sawan I
60% Sawan II
Gerokgak II Buleleng II

50%
D/S

Tejakula I
40%

30%

20%

10% Kuadran IV Kuadran II

0%
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
Cakupan Vitamin A

Gambar 1 Distribusi Puskesmas menurut Kuadran Pencapaian D/S terhadap Cakupan Vitamin A
di Kabupaten “Buleleng” Tahun Z

Keterangan Gambar:

Kuadran I

1. Puskesmas dengan cakupan D/S tinggi (>70%) dan cakupan vitamin A tinggi (>60%).
2. Terdapat dua puskesmas di kuadran I yang menunjukkan adanya keterpaduan penimbangan
balita dan pemberian kapsul vitamin A di Puskesmas, yaitu Puskesmas Sukasada I dan
Puskesmas Buleleng I

Kuadran II

1. Puskesmas dengan cakupan vitamin A tinggi (>60%) tetapi cakupan D/S rendah (< 50%)
2. Terdapat dua puskesmas di kuadran II yaitu Puskesmas Tejakula II dan Puskesmas Sawan I
yang menunjukkan kemungkinan aktivitas sweeping lebih tinggi dan kurang memanfaatkan
kegiatan pemberian kapsul vitamin A di posyandu.

Kuadran III

1. Puskesmas dengan cakupan vitamin A rendah (<60%) ) tetapi cakupan D/S tinggi (>70%)
2. Terdapat satu puskesmas di kuadran III yaitu Puskesmas Gerokgak I, hal itu menunjukkan
dua kemungkinan pertama perlu diklarifikasi apakah terjadi keterbatasan persediaan kapsul
vitamin A sehingga balita yang sudah datang ke posyandu tidak mendapat vitamin A.
kemungkinan kedua adalah jika ketersediaan vitamin A cukup berarti pemberian kapsul
vitamin A tidak terpadu dengan kegiatan penimbangan balita di posyandu.

Kuadran IV

1. Puskesmas dengan cakupan kapsul vitamin A rendah (<60%). dan D/S juga rendah
(<50%).
2. Terdapat empat puskesmas di kuadran IV yang memerlukan pendampingan dan
pembinaan kepada pengelola kegiatan gizi di puskesmas. Dari contoh grafik di atas
puskesmas pada kuadran IV yaitu Puskesmas Sawan II, Puskesmas Buleleng II,
Puskesmas Gerokgak II dan Puskesmas Tejakula I perlu mendapat prioritas pembinaan.

2.5 Persentase Cakupan Asi Ekslusif


Cakupan
Puskesmas ASI D/S
Eksklusif
Buleleng I 35% 80%
Buleleng II 68% 58%
Sawan I 62% 66%
Sawan II 33% 60%
Sukasada I 50% 81%
Tejakula I 44% 43%
Tejakula II 58% 67%
Gerokgak I 88% 87%
Gerokgak II 40% 58%

Diaagram Kuadran Cakupan Asi Ekslusif

CAKUPAN ASI EKSLUSIF


Kuadran III Kuadran I
100%
90% Gerogak I
80% Buleleng I Sukasada I
70% Tejakula
sawanII I
60% Sawan IIGerogak II Buleleng II
50%
D/S

Tejakula I
40%
30%
20%
10%
Kuadran IV Kuadran II
0%
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
Cakupan Asi Ekslusif

Gambar 2 Distribusi Puskesmas menurut Kuadran Pencapaian D/S terhadap Cakupan Asi
Ekslusif di Kabupaten “Buleleng” Tahun Z

Keterangan Gambar:

Kuadran I
1. Puskesmas dengan cakupan D/S tinggi (>70%) dan cakupan Asi Ekslusif tinggi (>50%).

2. Terdapat satu puskesmas di kuadran I yang menunjukkan adanya keterpaduan penimbangan


balita dan pemberian ASI Ekslusif di Puskesmas, yaitu Puskesmas Gerokgak I

Kuadran II

3. Puskesmas dengan cakupan ASI Ekslusif tinggi (>50%) tetapi cakupan D/S rendah (< 70%)
4. Terdapat tiga puskesmas di kuadran II yaitu Puskesmas Buleleng II, Puskesmas Sawan I dan
Puskesmas Tejakula II yang menunjukkan kemungkinan aktivitas sweeping lebih tinggi dan
kurang memanfaatkan kegiatan pemberian ASI Ekslusif di posyandu.

Kuadran III

1. Puskesmas dengan cakupan ASI Ekslusif rendah (<50%) ) tetapi cakupan D/S tinggi
(>70%)
2. Terdapat dua puskesmas di kuadran III yaitu Puskesmas Buleleng I dan Puskesmas
Sukasada I, hal itu menunjukkan dua kemungkinan pertama perlu diklarifikasi apakah
terjadi keterbatasan ibu dalam memberikan ASI Ekslusif sehingga balita yang sudah datang
ke posyandu tidak mencapai berat badan ideal.

Kuadran IV
1. Puskesmas dengan cakupan ASI Ekslusif rendah (<50%). dan D/S juga rendah (<70%).
3. Terdapat empat puskesmas di kuadran IV yang memerlukan pendampingan dan
pembinaan kepada ibu menyusui di puskesmas. Dari contoh grafik di atas puskesmas pada
kuadran IV yaitu Puskesmas Sawan II, Puskesmas Gerokgak II dan Puskesmas Tejakula I
perlu mendapat prioritas pembinaan.

2.6 Penyebab Masalah Kurang nya Cakupan Asi Ekslusif dan Cakupan Vitamin A

2.7 Tindak Lanjut Yang Akan Dilakukan


BAB III

KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

Anda mungkin juga menyukai