OLEH:
KELOMPOK 3 A
2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-Nya
makalah yang berjudul “Analisis Pengolahan Data Dari Rekapan Data Per Kabupaten Buleleng
Mengenai D/S, Cakupan Pemberian Vitamin A Dan Cakupan Asi Ekslusif ” ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan makalah ini tentunya banyak hambatan dan rintangan yang kami
alami. Terselesaikannya makalah ini tidak bisa lepas dari peran serta berbagai pihak yang
membantu. Pada kesempatan ini kami sampaikan ucapan terima kasih setulus-tulusnya kepada
yang terhormat:
1. Ibu Dosen Pembimbing Akademik beserta staf pegawai Poltekkes Kemenkes Denpasar
yang telah banyak membantu kami sehingga mempermudah kami dalam penyusunan
makalah ini.
2. I Wayan Ambartana, SKM,M.Fis selaku dosen Survailance Gizi yang telah memberikan
bimbingan, arahan, dan petunjuk dalam penyusunan makalah ini sehingga dapat
terselesaikan dengan baik dan lancar.
3. Seluruh pihak yang turut serta memberikan motivasi dan dukungan bagi kami yang tidak
dapat kami sebutkan satu persatu.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak luput dari berbagai
kekurangan serta keterbatasan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami sebagai
penyusun makalah ini mengharapkan saran dan kritik yang membangun dalam makalah ini.
Demikian kata pengantar ini kami sampaikan, kami harap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Surveilans gizi adalah suatu proses pengumpulan, pengolahan dan diseminasi informasi hasil
pengolahan data secara terus menerus dan teratur tentang indikator yang terkait dengan kinerja
pembinaan gizi masyarakat. Pada umumnya prinsip dasar dari surveilans gizi adalah tersedia
data yang akurat dan tepat waktu, ada proses analisis atau kajian data, tersedianya informasi yang
sistematis dan terus menerus, ada proses penyebarluasan informasi, umpan balik dan pelaporan.
Ada tindak lanjut sebagai respon terhadap perkembangan informasi.
Menurut WHO (1987) dalam Adi dan Mukono (2000) surveilans berasal dari bahasa Perancis
“surveiller”, yang berarti pengamatan, mengawasi dengan perhatian penuh, berwibawa dan
seringkali mengandung kecurigaan. Hal ini berbeda dengan kata survey yang berarti kegiatan
mengumpulkan informasi atau data tentang sesuatu hal pada suatu waktu tertentu. Dengan
demikian sistem surveilans menunjukkan perlu diadakannya survey khusus mengenai masalah
tertentu. Masih menurut WHO (2002), surveilans didefinisikan sebagai suatu proses
pengumpulan, pengolahan, analisis, dan interpretasi data secara sistematik dan terus menerus
serta penyebaran informasi kepada unit yang membutuhkan untuk dapat mengambil tindakan.
Untuk memperoleh informasi pencapaian kinerja pembinaan gizi masyarakat secara cepat,
akurat, teratur dan berkelanjutan, perlu dilaksanakan surveilans gizi di seluruh wilayah provinnsi
dan kabupaten/kota. Pelaksanaan surveilans gizi akan memberikan indikasi perubahan
pencapaian indikator kegiatan pembinaan gizi masyarakat. Selain itu, pelaksanaan surveilans gizi
diperlukan untuk memperoleh tambahan informasi lain yang belum tersedia dari laporan rutin,
seperti komsumsi garam beriodium, pendistribusian MP-ASI dan Pemberian Makanan
Tambahan (PMT), pemantauan status gizi anak dan ibu hamil resiko Kurang Energi Kronis
(KEK) atau studi yang berkaitan dengan masalah gizi mikro dan lain – lain.
Surveilans gizi ini dimaksudkan sebagai acuan petugas kesehatan di provinsi dan kabupaten/kota
dalam melaksanakan surveilans gizi untuk meningkatkan efektifitas kegiatan pembinaan gizi
masyarakat dengan mempertajam upaya penanggulangan masalah gizi secara tepat waktu,
tempat, sasaran dan jenis tindakannya.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka rumusan masalah yang dapat disimpulkan adalah:
1.2.1 Bagaimana hasil analisis data posyandu Kabupaten Buleleng?
1.2.2 Bagaimana diagram kuadran Cakupan Asi di Puskesmas Kabupaten Buleleng
1.2.3 Bagaimana diagram kuadran Cakupan Vitamin A di Puskesmas Kabupaten Buleleng
1.2.4 Apa kemungkinan penyebab masalah di daerah yang kurang Cakupan ASI dan Cakupan
Vit A
1.2.5 Bagaimana tindak lanjut yang akan di lakukan?
1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah diatas dapat disimpulkan, tujuan dari pembahasan materi tersebut
antara lain :
1.3.1 Untuk mengetahui bagaimana analisis data posyandu di Kabupaten Buleleng
1.3.2 Untuk mengetahui diagram kuadran Cakupan Asi di Puskesmas Kabupaten Buleleng
1.3.3 Untuk mengetahui diagram kuadran Cakupan Vitamin A di Puskesmas Kabupaten
Buleleng
1.3.4 Untuk mengetahui dimana saja daerah yang masih kurang Cakupan ASI dan Cakupan Vit
A di wilayah puskesmas Kab. Buleleng
1.4 Manfaat
Dengan pembuatan makalah ini sangat bermanfaat bagi kami selaku penulis, sehingga
kami dapat mengetahui daerah yang mengalami kekurangan cakupan Vit.A dan cakupan
Asi Ekslusif sehingga dapat meberikan upaya penanggulangan agar tidak berdampak
pada tumbuh kembang anak sehingga tidak akan menmbulkan masalah gizi.
Setiap kegiatan yang dilakukan tak terkecuali surveilans gizi, pada akhir kegiatan selalu dinilai
tingkat keberhasilan kegiatan tersebut. Surveilans gizi merupakan kegiatan yang sangat penting
sebab hasil surveilans gizi akan menjadi dasar pemerintah dalam hal ini Kementerian Kesehatan
melalui Direktorat Bina Gizi Masyarakat dalam membuat kebijakan program gizi. Oleh sebab itu
keberhasilan surveilans gizi penting untuk dievaluasi.
Ada beberapa jenis laporan yang harus dibuat oleh petugas surveilans gizi dengan frekuensi
laporan yang berbeda-beda. Laporan rekapitulasi hasil pemantauan pertumbuhan balita (D/S),
kasus gizi buruk dan cakupan pemberian TTD (Fe) pada ibu hamil disampaikan ke Dinas
Kesehatan Provinsi dan Direktorat Bina Gizi Masyarakat setiap bulan. Laporan rekapitulasi
cakupan pemberian ASI Eksklusif 0-6 bulan, pemberian kapsul vitamin A pada balita dan
konsumsi garam beryodium di tingkat rumah tangga disampaikan ke Dinas Kesehatan Provinsi
dan Direktorat Bina Gizi Masyarakat setiap 6 bulan (Maret dan September).
Definisi Operasional :
Persentase balita 6-59 bulan dapat kapsul vitamin A adalah jumlah balita 6-59 bulan yang
mendapat kapsul vitamin A dibagi dengan jumlah seluruh balita 6-59 bulan yang ada di satu
wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Jumlah
Jumlah
No. Puskesmas balita D/S
Balita
ditimbang
Cakupan Vit.
Puskesmas D/S
A
Buleleng I 75% 80%
Buleleng II 62% 58%
Sawan I 83% 66%
Sawan II 60% 60%
Sukasada I 68% 81%
Tejakula I 50% 43%
Tejakula II 70% 67%
Gerokgak I 63% 87%
Gerokgak II 50% 58%
Cakupan Vitamin A
100%
Kuadran III
Kuadran I
90%
Gerokgak I
80% SukasadaBuleleng
I I
70%
Tejakula II Sawan I
60% Sawan II
Gerokgak II Buleleng II
50%
D/S
Tejakula I
40%
30%
20%
0%
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
Cakupan Vitamin A
Gambar 1 Distribusi Puskesmas menurut Kuadran Pencapaian D/S terhadap Cakupan Vitamin A
di Kabupaten “Buleleng” Tahun Z
Keterangan Gambar:
Kuadran I
1. Puskesmas dengan cakupan D/S tinggi (>70%) dan cakupan vitamin A tinggi (>60%).
2. Terdapat dua puskesmas di kuadran I yang menunjukkan adanya keterpaduan penimbangan
balita dan pemberian kapsul vitamin A di Puskesmas, yaitu Puskesmas Sukasada I dan
Puskesmas Buleleng I
Kuadran II
1. Puskesmas dengan cakupan vitamin A tinggi (>60%) tetapi cakupan D/S rendah (< 50%)
2. Terdapat dua puskesmas di kuadran II yaitu Puskesmas Tejakula II dan Puskesmas Sawan I
yang menunjukkan kemungkinan aktivitas sweeping lebih tinggi dan kurang memanfaatkan
kegiatan pemberian kapsul vitamin A di posyandu.
Kuadran III
1. Puskesmas dengan cakupan vitamin A rendah (<60%) ) tetapi cakupan D/S tinggi (>70%)
2. Terdapat satu puskesmas di kuadran III yaitu Puskesmas Gerokgak I, hal itu menunjukkan
dua kemungkinan pertama perlu diklarifikasi apakah terjadi keterbatasan persediaan kapsul
vitamin A sehingga balita yang sudah datang ke posyandu tidak mendapat vitamin A.
kemungkinan kedua adalah jika ketersediaan vitamin A cukup berarti pemberian kapsul
vitamin A tidak terpadu dengan kegiatan penimbangan balita di posyandu.
Kuadran IV
1. Puskesmas dengan cakupan kapsul vitamin A rendah (<60%). dan D/S juga rendah
(<50%).
2. Terdapat empat puskesmas di kuadran IV yang memerlukan pendampingan dan
pembinaan kepada pengelola kegiatan gizi di puskesmas. Dari contoh grafik di atas
puskesmas pada kuadran IV yaitu Puskesmas Sawan II, Puskesmas Buleleng II,
Puskesmas Gerokgak II dan Puskesmas Tejakula I perlu mendapat prioritas pembinaan.
Tejakula I
40%
30%
20%
10%
Kuadran IV Kuadran II
0%
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
Cakupan Asi Ekslusif
Gambar 2 Distribusi Puskesmas menurut Kuadran Pencapaian D/S terhadap Cakupan Asi
Ekslusif di Kabupaten “Buleleng” Tahun Z
Keterangan Gambar:
Kuadran I
1. Puskesmas dengan cakupan D/S tinggi (>70%) dan cakupan Asi Ekslusif tinggi (>50%).
Kuadran II
3. Puskesmas dengan cakupan ASI Ekslusif tinggi (>50%) tetapi cakupan D/S rendah (< 70%)
4. Terdapat tiga puskesmas di kuadran II yaitu Puskesmas Buleleng II, Puskesmas Sawan I dan
Puskesmas Tejakula II yang menunjukkan kemungkinan aktivitas sweeping lebih tinggi dan
kurang memanfaatkan kegiatan pemberian ASI Ekslusif di posyandu.
Kuadran III
1. Puskesmas dengan cakupan ASI Ekslusif rendah (<50%) ) tetapi cakupan D/S tinggi
(>70%)
2. Terdapat dua puskesmas di kuadran III yaitu Puskesmas Buleleng I dan Puskesmas
Sukasada I, hal itu menunjukkan dua kemungkinan pertama perlu diklarifikasi apakah
terjadi keterbatasan ibu dalam memberikan ASI Ekslusif sehingga balita yang sudah datang
ke posyandu tidak mencapai berat badan ideal.
Kuadran IV
1. Puskesmas dengan cakupan ASI Ekslusif rendah (<50%). dan D/S juga rendah (<70%).
3. Terdapat empat puskesmas di kuadran IV yang memerlukan pendampingan dan
pembinaan kepada ibu menyusui di puskesmas. Dari contoh grafik di atas puskesmas pada
kuadran IV yaitu Puskesmas Sawan II, Puskesmas Gerokgak II dan Puskesmas Tejakula I
perlu mendapat prioritas pembinaan.
2.6 Penyebab Masalah Kurang nya Cakupan Asi Ekslusif dan Cakupan Vitamin A
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran