Disusun Oleh :
Nama : Intan
NPM : 2013201072
Kelas : A (semester 6)
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah Ta’ala karena karunianya saya dapat
menyelesaikan makalah tentang Surveilans Gizi di UPTD Puskesmas Batui ini sebagai tugas dari
mata kuliah Surveilans Gizi dengan baik.
Ucapan Terima Kasih kepada para petugas kesehatan di UPTD Puskesmas Batui dan pegawai
di Dinas Kesehatan Kabupaten Banggai yang telah membantu dalam Kelancaran pengumpulan data
laporan rutin dan Laporan Gizi buruk di UPTD Puskesmas Batui. Saya menyadari bahwa masih
banyak kesalahan dalam penyusunan makalah, baik dari segi EBI, kosakata, tata bahasa, etika
maupun isi. Maka dari itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran seluas-luasnya dari pembaca
yang kemudian akan kami jadikan sebagai evaluasi.
Demikian semoga makalah ini bisa diterima sebagai ide atau gagasan yang menambah
kekayaan intelektual dalam bidang kajian media. Semoga makalah kami ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dan juga untuk kami.
Penulis
1
Daftar isi
BAB I PENDAHULUAN
A. Tujuan .........................................................................................................................6
B. Ruang Lingkup ............................................................................................................6
A. Pengumpulan Data
1. Pengumpulan Laporan Rutin Puskesmas ................................................................7
2. Pengumpulan Laporan Kasus Gizi Buruk ...............................................................8
B. Pengolahan, Analisis dan Penyajian Data
1. Analisis Deskriptif ..................................................................................................8
2. Analisis Analitik ...................................................................................................10
C. Diseminasi Informasi
1. Umpan Balik .........................................................................................................11
2. Pertemuan Lintas Program dan Lintas Sektor..........................................................11
3. Tindak Lanjut .......................................................................................................12
2
Daftar Tabel
Tabel 2 : Cakupan Balita Ditimbang (D/S) Menurut Puskesmas di Batui pada bulan Mei Tahun 2023
Tabel 3 : Cakupan Balita Ditimbang (D/S) Bulan Januari Sampai Maret Menurut posyandu di wilayah
Tabel 4 : Cakupan Distribusi Kapsul Vitamin A dan D/S di Puskesmas Batui Tahun 2023
3
Bab 1
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Status gizi anak balita telah mengalami perbaikan yang ditandai dengan menurunnya
prevalensi gizi kurang dari 24,5% (Susenas, 2005) menjadi 18,4%, walaupun demikian masalah
stunting pada anak balita masih tinggi yaitu sebesar 36,8% (Riskesdas, 2007). Masalah gizi mikro di
10 Provinsi tahun 2006, diperoleh gambaran prevalensi xeroptalmia pada balita 0,13% dan proporsi
balita dengan serum retinol < 20 μgr/dl sebesar 14,6% (Puslitbang Gizi, 2006). Hasil studi tersebut
menggambarkan terjadinya penurunan jika dibandingkan dengan hasil survei vitamin A pada tahun
1992. Selain itu, masalah anemia pada ibu hamil berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga
(SKRT) tahun 2001 masih cukup tinggi yaitu sebesar 40,1%.
Secara nasional cakupan pemberian ASI eksklusif di Indonesia berfl uktuasi dan menunjukan
kecenderungan menurun selama tiga tahun terakhir. Cakupan pemberian ASI eksklusif 0–6 bulan
turun dari 62,2% tahun 2007 menjadi 56,2% pada tahun 2008. Sedangkan cakupan pemberian ASI
eksklusif pada bayi sampai 6 bulan turun dari 28,6% tahun 2007 menjadi 24,3% pada tahun 2008
(Susenas 2007 – 2008.
4
Surveilans gizi akan meningkatkan efektivitas program dengan mempertajam upaya
penanggulangan masalah gizi secara tepat waktu, tempat, sasaran dan jenis tindakannya. Berkaitan
dengan hal tersebut, pedoman ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman dan keterampilan
petugas kesehatan dalam pelaksanaan surveilans gizi di tingkat Kabupaten/Kota.
B. Pengertian
Surveilans gizi adalah kegiatan analisis secara sistematis dan terus menerus terhadap masalah
gizi buruk dan indikator pembinaan gizi masyarakat agar dapat melakukan tindakan penanggulangan
secara efektif, efi sien dan tepat waktu melalui proses pengumpulan data, pengolahan, penyebaran
informasi kepada penyelenggara program kesehatan dan tindak lanjut sebagai respon terhadap
perkembangan informasi.
5
Bab 2
A. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
6
Bab 3
Kegiatan surveilans gizi dimulai dengan pengumpulan data, pengolahan dan analisis data, diseminasi
informasi dan tindak lanjut/ respon.
A. Pengumpulan Data
Tabel 1
Rekapitulasi Data laporan Rutin UPTD Puskesmas Batui
Dalam pelaksanaan pengumpulan data, bila ada Posyandu yang tidak melapor atau melapor
tidak tepat waktu, data laporan tidak lengkap dan atau laporan tidak akurat maka pengelola kegiatan
gizi diharuskan melakukan pembinaan secara aktif untuk melengkapi data. Kegiatan ini dapat
dilakukan melalui telepon, Short Message Service (SMS) atau kunjungan langsung ke Posyandu.
7
2. Pengumpulan Laporan Kasus Gizi Buruk
Selain merekap data kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat dari Posyandu, pengelola kegiatan
gizi juga perlu melakukan kompilasi laporan kasus gizi buruk yang dirawat di RS atau
informasi dari masyarakat dan media. Bila ada laporan kasus gizi buruk dari masyarakat atau
media, pengelola gizi perlu melakukan klarifi kasi ke posyandu mengenai laporan/informasi
tersebut untuk melakukan konfi rmasi status gizinya. Klarifi kasi laporan kasus gizi buruk
dapat dilakukan melalui telepon dan smsatau melakukan kunjungan langsung ke posyandu
yang bersangkutan. Bila hasil konfirmasi ternyata balita tersebut benar gizi buruk (BB/PB
atau BB/TB <-3 SD dengan atau tanpa gejala klinis) maka perlu dilakukan pelacakan atau
penyelidikan kasus. Pelacakan kasus meliputi waktu kejadiannya, tempat/ lokasi kejadian dan
identitas orangnya termasuk umur, jenis kelamin dan penyebab terjadinya kasus gizi buruk.
Pelacakan kasus gizi buruk dilakukan apabila:
Keluaran yang diharapkan dari langkah pengumpulan data adalah adanya rekapitulasi laporan
terkait dengan jumlah puskesmas yang melapor, ketepatan waktu, kelengkapan dan
kebenaran data yang dilaporkan.
Pengolahan, analisis dan penyajian data di UPTD Puskesmas Batui dilakukan berdasarkan hasil
rekapitulasi laporan kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat dari Posyandu. Kegiatan ini dilakukan
oleh pengelola gizi setiap bulan, kecuali untuk data pemberian ASI eksklusif 0-6 bulan, pemberian
kapsul vitamin A pada balita, dan pemantauan konsumsi garam beryodium tingkat rumah tangga
dilakukan setiap 6 bulan sekali.
8
Tabel 2
Cakupan Balita Ditimbang (D/S) Menurut Puskesmas di Batui pada bulan Mei Tahun 2023
Jumlah Balita
Jumlah Balita %
No Posyandu Ditimbang
L P L P
1. Mawar 95 55 95 53 98
2. Kelapa 28 27 28 26 98
3. Dahlia 65 45 64 43 97
4. Sakura 61 49 40 32 65
5. Anggrek 13 12 10 12 88
6. Kaktus 23 4 20 3 85
7. Tauladan 80 66 75 58 91
8. Manyuru 89 63 81 57 90
9. Cempaka 65 37 64 37 99
10. Seberang 41 28 40 28 98
11. Berdikari 91 61 81 59 92
12. Asoka 38 27 36 27 96
13. Melati 28 10 27 8 92
14. Batui v 22 12 20 11 91
Puskesmas 739 496 681 454 91
Dari tabel diatas, cakupan D/S di wilayah kerja Puskesmas Batui telah melebihi target yaitu
91% (target 85%). Disparitas cakupan antar wilayah di Kabupaten ini cukup tinggi, terlihat
dari cakupan terendah sebesar 65% di Posyandu Sakura dan tertinggi sebesar 99% di
Posyandu Cempaka. Dengan demikian, prioritas pembinaan dilakukan pada Posyandu
Sakura(65%) karena cakupannya masih kurang.
9
b. Membandingkan Kecenderungan antar Waktu
Analisis deskriptif untuk membandingkan kecenderungan antar waktu di suatu
wilayah dilakukan dengan membandingkan hasil cakupan dalam satu periode waktu
tertentu dengan target yang harus dicapai. Berikut adalah contoh cakupan D/S dari
Bulan Januari sampai Maret berdasarkan wilayah kerja Puskesmas Batui :
Tabel 3
Cakupan Balita Ditimbang (D/S) Bulan Januari Sampai Maret Menurut posyandu di wilayah
kerja Puskesmas Batui 2023
Dari tabel diatas, cakupan D/S di Kabupaten Teluk Cinta umumnya menurun dari 96% pada bulan
Januari menjadi 95% pada bulan Februari terjadi peningkatan lagi menjadi 98% pada bulan Maret.
Dapat juga dilihat bahwa secara umum cakupan yang tinggi pada wilayah kerja Puskesmas adalah di
bulan Maret.
Analisa analitik dimaksudkan untuk memberikan gambaran hubungan antar 2 (dua) atau lebih
indikator yang saling terkait, baik antar indikator gizi maupun indikator gizi dengan indikator
program terkait lainnya. Tujuan analisis ini antara lain untuk menentukan upaya yang harus
dilakukan bila terdapat kesenjangan cakupan antara dua indikator. Berikut adalah contoh
cakupan distribusi kapsul Vitamin A dengan D/S :
10
Tabel 4
Cakupan Distribusi Kapsul Vitamin A dan D/S di Puskesmas Batui Tahun 2023
2. Penyajian Data
Hasil pengolahan dan analisis data kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat dapat disajikan
dalam bentuk narasi, tabulasi, grafik dan peta.
C. Diseminasi Informasi
Diseminasi informasi dilakukan untuk menyebarluaskan informasi hasil pengolahan dan analisis
data untuk mendapatkan dukungan dari lintas sektor dan lintas program di setiap jenjang
pemerintahan tentang hasil kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat. Kegiatan diseminasi informasi
dapat dilakukan dalam bentuk pemberian umpan balik dan sosialisasi advokasi pada pertemuan
lintas program dan lintas sektor.
1. Umpan Balik
Pengelola kegiatan gizi memberikan umpan balik bulanan berbentuk absensi laporan dan hasil
cakupan indikator pembinaan gizi ke Posyandu dan Puskesmas.Umpan balik disertai dengan
ulasan terhadap hasil yang telah dicapai, kelengkapan data disertai dengan saran-saran yang
harus dilakukan oleh Posyandu. Selain hal tersebut, umpan balik hendaknya memuat pula
ucapan terima kasih bagi puskesmas yang telah mengirim data secara lengkap dan tepat
waktu.
2. Pertemuan Lintas
Program dan Lintas Sektor Diseminasi informasi dapat juga dilakukan kepada lintas sektor,
lintas program dan puskesmas melalui pertemuan koordinasi dan rapat konsultasi di tingkat
kecamatan. Bila memungkinkan diseminasi informasi dapat dilakukan pula melalui media
secara berkala. Hasil yang diharapkan dari kegiatan diseminasi informasi adalah
11
disepakatinya upaya pemecahan masalah untuk perbaikan dan peningkatan pelaksanaan
kegiatan Pembinaan Gizi Masyarakat.
D. Tindak Lanjut
Tindak lanjut sebagai respon dilakukan apabila data cakupan indikator Pembinaan Gizi Masyarakat
menunjukkan adanya kekurangan atau kesenjangan antara hasil yang dicapai dengan yang seharusnya
dicapai. Tindak lanjut terhadap hasil analisis yang bersifat teknis dilakukan oleh pengelola program
gizi, sedangkan yang bersifat kebijakan dilakukan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Bab 4
12
Mekanisme Pencatatan Dan Pelaporan
Pencatatan dan pelaporan bertujuan untuk mencatat dan melaporkan hasil pelaksanaan
surveilans gizi secara berjenjang. Pengelola kegiatan gizi atau tenaga surveilans gizi di Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota merekap laporan pelaksanaan surveilans gizi dari Puskesmas/Kecamatan,
rumah sakit dan masyarakat/media kemudian melaporkan ke Dinas Kesehatan Provinsi dan Direktorat
Bina Gizi Masyarakat.
A. Jenis dan Frekuensi Pelaporan
1. Laporan kejadian kasus gizi buruk disampaikan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/kota dengan
menggunakan formulir laporan KLB Gizi (lampiran 2). Sedangkan pelaporan hasil pelacakan
kasus gizi buruk dilakukan dalam waktu 2 x 24 jam.
2. Laporan rekapitulasi hasil pemantauan pertumbuhan balita (D/S), kasus gizi buruk dan
cakupan pemberian TTD (Fe3) pada ibu hamil disampaikan ke Dinas Kesehatan Kabupaten
setiap bulan.
3. Laporan rekapitulasi cakupan pemberian ASI Eksklusif 0-6 bulan, pemberian kapsul vitamin
A pada balita dan konsumsi garam beryodium di tingkat rumah tangga disampaikan ke Dinas
Kesehatan Kabupaten setiap 6 bulan (Maret dan September).
B. Alur Pelaporan
Gambar 2
Alur Pelaporan dan Umpan Balik
Kementerian Kesehatan
Keterangan Alur Pelaporan
Direktorat Bina Gizi Masyarakat
1. Laporan kegiatan surveilans gizi di tingkat
RSU
Kabupaten/ Kota disampaikan ke Dinas
Dinkes Kesehatan Provinsi dan Direktorat Bina Gizi
Provinsi
Provinsi
Masyarakat sesuai dengan frekuensi pelaporan.
2. Dinas Kesehatan Provinsi melaporkan hasil
Dinkes RSU surveilans gizi ke Direktorat Bina Gizi
Kabupaten/Kota Kabupeten/ Masyarakat sesuai dengan frekuensi pelaporan.
Kota 3. Umpan balik hasil kegiatan surveilans gizi
disampaikan secara berjenjang dari pusat ke
Puskesmas/ Provinsi setiap 3 bulan; Provinsi ke
Kecamatan Kabupaten/Kota; dan Kabupaten/Kota ke
Puskesmas sesuai dengan frekuensi pelaporan
Alur pelaporan Umpan balik pada setiap bulan berikutnya.
Posyandu/ Desa
Bab 5
13
Indikator Keberhasilan
Untuk mengetahui keberhasilan kegiatan surveilans gizi di Kecamatan perlu ditetapkan indikator
atau parameter objektif yang dapat dipahami dan diterima oleh semua pihak. Dengan menggunakan
indikator tersebut diharapkan dapat diketahui keberhasilan kegiatan surveilans gizi di Kecamtan,
dapat pula digunakan untuk membandingkan keberhasilan kegiatan surveilans gizi antar
Kabupaten/Kota di Propinsi yang sama.
Penentuan indikator keberhasilan kegiatan surveilans gizi didasarkan pada :
A. Indikator Input
a. Adanya tenaga khusus pengelola data gizi di Kabupaten/ Kota.
b. Tersedianya biaya operasional surveilans gizi di Kabupaten/ Kota.
c. Tersedianya sarana dan prasarana pengolahan data di Kabupaten/Kota
B. Indikator proses
a. Persentase ketepatan waktu laporan dari puskesmas ke Dinas Kesehatan
b. Persentase kelengkapan laporan dari puskesmas ke Dinas Kesehatan
c. Dilakukannya umpan balik hasil kegiatan pembinaan gizi ke puskesmas sesuai dengan
frekuensi pelaporan.
d. Dilaksanakannya pertemuan diseminasi informasi hasil surveilans gizi lintas program dan
lintas sektor secara berkala.
e. Adanya tindak lanjut hasil pertemuan berkala, yang dilakukan oleh program dan sektor
terkait.
C. Indikator Output
a. Tersedianya informasi gizi buruk yang ditangani/dirawat
b. Tersedianya informasi cakupan pemantauan pertumbuhan (D/S)
c. Tersedianya informasi cakupan ASI Eksklusif 0-6 bulan.
d. Tersedianya informasi cakupan konsumsi garam beryodium di tingkat rumah tangga
e. Tersedianya informasi cakupan distribusi kapsul vitamin A.
f. Tersedianya informasi cakupan distribusi tablet Fe3 pada bumil.
Bab 6
14
Penutup
15