Anda di halaman 1dari 18

1

PANDUAN AUDIT KEMATIAN MATERNAL DAN NEONATAL

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas

Mata Kuliah Rujukan Kegawatdaruratan dalam Kebidanan

Disusun oleh Kelompok 4:

Asri Awulan P2.06.24.3.17.007

Dwi Lestari P2.06.24.3.17.012

Nurul Labienah P2.0624.3.17.022

Resty Nur Febrianty P2.06.24.3.17.026

Tresna Rahayu P2.06.24.3.17.036

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN ALIH JENJANG

POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA

2018

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat Nya kepada kami
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang berisi tentang “Panduan Audit
Kematian Maternal Perinatal”.
Kami juga mengucapkan terimakasih banyak kepada Dosen pembimbing dalam mata
kuliah “Rujukan Kegawatdaruratan dalam Kebidanan” yang telah membimbing kami dalam
proses penyusunan dan penyelesaian makalah ini. Kami mengakui bahwa kami adalah
manusia yang mempunyai keterbatasan dalam berbagai hal. Oleh karena itu tidak ada hal
yang dapat diselesaikan dengan sangat sempurna. Begitu pula dengan makalah yang telah
kami kerjakan.

Kritik dan saran selalu kami harapkan untuk menunjang kebaikan untuk kami.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi yang membaca. Akhir kata kami selaku
penyusunmeminta maaf apabila ada kesalahan kata yang tertulis dalam makalah ini.

Tasikmalaya, September2018

Penyusun

3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. LatarBelakang....................................................................................................1
B. RumusanMasalah...............................................................................................2
C. Tujuan................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN

A. Audit Maternal Perinatal....................................................................................3

1. Pengertian....................................................................................................3
2. Tujuan AMP.................................................................................................3
3. Azas..............................................................................................................4
4. Langkah-langkah Kegiatan AMP................................................................6
5. Manajemen AMP Kabupaten/Kota..............................................................7
6. Pencatatan dan Pelaporan............................................................................7
7. Persiapan dan Pelaksanaan Amp Kabupaten/Kota....................................10

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.....................................................................................................12
B. Saran...............................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA

4
BAB 1

PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang

Angka kematian ibu (AKI) menjadi salah satu indikator penting dari
derajat kesehatan masyarakat. AKI menggambarkan jumlah wanita yang
meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan
atau penanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau kasus insidentil) selama
kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan)
tanpa memperhitungkan lama kehamilan per 100.000 kelahiran hidup.

Angka kematian ibu merupakan salah satu target dalam tujuan


pembangunan millenium MDGs 5 yakni menurunkan angka kematian
maternal sebesar ¾ dari angka kematian maternal pada tahun 1999, sebanyak
450 per 100.000 menjadi 102 per 100.000 Kelahiran Hidup pada tahun 2015.
Penurunan angka kematian ibu per 100.000 kelahiran bayi hidup masih
terlalu lamban untuk mencapai target Tujuan Pembangunan Millenium
(Millenium Development Goals/MDGs).

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa untuk


mencapai target MDGs penurunan angka kematian ibu antara 1990 dan 2015
seharusnya 5,5 persen pertahun. Namun data WHO, UNICEF, UNFPA dan
Bank Dunia tahun 2015 menunjukkan angka kematian ibu 2 hingga saat ini
penurunannya masih kurang dari satu persen per tahun. Pada 2005, sebanyak
536.000 perempuan meninggal dunia akibat masalah persalinan, lebih rendah
dari jumlah kematian ibu tahun 1990 yang sebanyak 576.000 (WHO, 2015)

Menurut data pemerintah, Angka Kematian balita mengalami


penurunan yang cukup tajam dari 82,6 per 1.000 menjadi 46 per 1.000
kelahiran hidup. Namun, kasus kematian bayi saat ini lebih banyak terjadi
pada keluarga miskin dan sebagian besar penyebab utamanya adalah karena
akses, biaya, pelayanan kesehatan yang tidak terjangkau keluarga miskin,
serta kurangnya pengetahuan dan perilaku mengenai kesehatan ibu dan anak.

5
Salah satu upaya Kementerian Kesehatan dalam percepatan
penurunan AKI dan AKB adalah kegiatan Audit Maternal Perinatal (AMP)
yang mencakup audit terhadap kematian ibu yang disebabkan karena masalah
kehamilan, persalinan dan nifas, serta kematian janin/bayi (perinatal dan
neonatal). yang pelaksanaannya perlu dilakukan secara lebih optimal dan
terarah, sebagai upaya percepatan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan
Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia.

B.   Rumusan Masalah

1.    Apa pengertian dari AMP?

2.    Apa tujuan dari AMP?

3.    Bagaimana langkah – langkah dan kegiatan AMP?

C.   Tujuan

1.    Untuk mengetahui pengertian dari AMP.

2.    Untuk mengetahui tujuan dari AMP.

3.    Untuk mengetahui langkah-langkah dan kegiatan AMP.

6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

A. Audit Maternal Perinatal (AMP)


1. Pengertian
Audit Maternal Perinatal adalah serangkaian kegiatan penelusuran
sebab kematian atau kesakitan ibu, perinatal, dan neonatal guna mencegah
kesakitan atau kematian serupa di masa yang akan datang. Pengkajian yang
dilakukan harus menerapkan prinsip menghormati dan melindungi semua
pihak yang terkait, baik individu maupun institusi. Sebelum proses audit
dilakukan, harus ditekankan kembali kepada pihak yang terkait bahwa AMP
kabupaten/kota ini tidak dapat digunakan untuk kepentingan hukum
(digunakan untuk bukti dalam persidangan) maupun untuk kepentingan
lainnya selain hanya untuk kajian terhadap kasus. Pernyataan tersebut juga
harus jelas tercantum dalam laporan AMP Kabupaten/Kota
(Kemenkes,2010)

2. Tujuan
a. Tujuan Umum
Tujuan umum AMP kabupaten/kota adalah untuk menjaga dan
meningkatkan mutu pelayanan KIA di tingkat kabupaten/kota, provinsi
dan nasional melalui upaya penerapan tata kelola klinik yang baik
(clinical governance) dalam rangka mempercepat penurunan AKI dan
AKB
b. Tujuan Khusus
Tujuan khusus AMP kabupaten /kota adalah :
1) Menerapkan pembahasan analitik mengenai kasus kebidanan dan
perinatal/neonatal secara teratur dan berkesinambungan dalam
wilayah kabupaten

7
2) Mengidentifikasi penyebab kematian dan mengkaji faktor-faktor
penyebab kematian ibu dan perinatal/neonatal yang dapat dicegah
meliputi:
a) Penyebab yang berhubungan dengan pasien/keluarga seperti:
situasi pribadi, keluarga, lingkungan (komunitas), termasuk
masalah sosial ekonomi, dan prilaku pasien.
b) Penyebab yang berhubungan dengan petugas kesehatan.
c) Penyebab yang berhubungan dengan manajemen pelayanan
kesehatan
d) Penyebab yang berhubungan dengan kebijakan pelayanan
kesehatan.
e) Menembangkan mekanisme pembelajaran, pembinaan,
pelaporan, dan perencanaan yang terpadu antatara dinas
kesehatan kabupaten/kota, rumah sakit pemerintah dan swasta,
puskesmas, rumah bersalin, bidan praktek swasta, organisasi
profesi, dan lintas sektoral.
f) Menentukan rekomendasi, intervensi, strategi pembelajaran, dan
pembinaan bagi masing-masing pihak terkait dalam upaya
mengatasi masalah-masalah yang ditemukan dalam pembahasan
kasus.
g) Mengembangkan mekanisme pemantauan, evaluasi, dan
pengembangan terhadap rekomendasi yang disepakati.
h) Memperoleh kesepakatan pemecahan masalah yang paling
sesuai diterapkan di masing-masing wilayah kabupaten/kota atas
peneyebab timbulnya morbiditas atau mortalitas ibu, perinatal,
maupun neonatal.

3. Azas
Dalam melaksanakan kegiatan AMP kabupaten/ kota ini,terdapat
beberapa prinsip yang berbeda dengan kegiatan AMP terdahulu. Prinsip
atau azas yang mutlak harus dipenuhi dalam kegiatan AMP ini adalah:
a. No Name (Tidak menyebutkan identitas)
Dalam kegiatan AMP ini, seluruh informasi mengenai identitas kasus
maupun petugas dan institusi kesehatan yang memberikan pelayanan
8
kepada ibu dan neonatal yang meninggal akan dianonimkan (no name)
pada saat proses penelaahan kasus sehingga kemungkinan untuk
menyudutkan, menyalahkan dan menghakimi seseorang atau institusi
kesehatan dapat dihilangkan atau diminimalkan.
b. No Shame (Tidak Mempermalukan)
Seperti yang telah diuraika diatas, seluruh identitas akan dihilangkan
(anonim) sehingga kemungkinan kegiatan AMP berpotensi
mempermalukan petugas atau institusi kesehatan dapat diminimalkan.
c. No Blame (Tidak menyalahkan)
Sebagai akibat dari tidak adanya identitas pada saat pengkajian kasus
dilakukan, potensi menyalahkan dan menghakimi (blaming) petugas atau
institusi kesehatan dapat dihindari. Penganoniman juga diharapkan dapat
membuat petugas kesehatan yang memberikan pelayanan bersedia dan
lebih terbuka dan tidak menyembunyikan iinformasi yang ditakutkan
dapat menyudutkan petugas tersebut. Informasi yang mungkin
disembunyikantersebut mungkin merupakan informasi penting yang
berkaitan dengan faktor yang dapat dihindarkan. Prinsip ini harus
diterapkan saat proses audit sehingga tujuan untuk memperoleh
pembelajaran dan mencegah terjadinya kesalahan dimasa datang dapat
tercapai.
d. No Pro Justisia (Tidak untuk keperluan peradilan)
Seluruh Informasi yang diperoleh dalam kegiatan AMP ini tidak dapat
digunakan sebagai bahan bukti di persidangan (no pro justisia). Seluruh
informasi adalah bersifat rahasia dan hanya dapat digunakan untuk
keperluan memperbaiki kualitas pelayanan kesehatan maternal dan
perinatal/neonatal.
e. Pembelajaran
Salah satu upaya AMP untuk meningkatkan pelayanan kesehatan
maternal dan perinatal/neonatal adalah melalui pembelajaran yang dapat
bersifat: individual, kelompok terfokus, mapun massal berdasarkan
rekomendasi yang dihasilkan oleh pengkaji kepada seluruh komunitas
pelayanan KIA.

9
4. Langkah - langkah dan Kegiatan AMP
Langkah 1 Kegiatan penelusuran sebab-sebab kesakitan/kematian maternal
dan perinatal dengan maksud untuk mencegah terjadinya kesakitan
/kematian serupa di masa mendatang.
Langkah 2 Petugas kesehatan melakukan identifikasi faktor yang dapat di
cegah pada kematian /kesakitan maternal dan perinatal/neonatal:
a. Masalah yang berhubungan dengan pasien seperti situasi
pribadi,keluarga,lingkungan(komunitas), termasuk masalah sosial
ekonomi dan perilaku keluarga.
b. Masalah manajemen pelayanan seperti transport, hambatan pembiayaan
untuk mendapat layanan kesehatan, kurangnya fasilitas pelayanan
kesehatan untuk menangani keadaan emergensi, kurangnya petugas,
ketersediaan obat, alat dan sarana kesehatan.
c. Masalah pemberian layanan kesehatan, seperti: penegakan diagnosis,
penatalaksanaan, pemantauan, rujukan, pemantauan lanjutan, serta
komunikasi antara pasien dan petugas maupun antar petugas yang
memberi layanan kesehatan diperlukan :
1) Pencatatan dan pelaporan kematian dan kesakitan maternal dan
perinatal/neonatal yang menyeluruh.
2) Pengisian rekam medis yang lengkap, benar dan tepat di institusi
pelayanan kesehatan (termasuk bidan di desa)
3) Pelacakan sebab kematian oleh petugas puskesmas dengan cara
otopsi verbal
d. Identifikasi faktor- faktor non medis termasuk informasi rujukan dan
masalah sosial ekonomi keluarga.

10
1.
2.
3.
4.
5. Manajemen AMP Kabupaten/Kota

11
6. Pencatatan dan Pelaporan
Kasus kematian dapat terjadi di masyarakat atau di sarana kesehatan
(puskesmas, rumah bersalin, bidan di desa, rumah sakit). Oleh karena itu
sumber informasinya dapat berasal dari laporan masyarakat termasuk
dukun, laporan puskesmas dan rumah sakit. Kematian di rumah sakit baik
pemerintah maupun swasta dilaporkan ke Dinas kesehatan Kabupaten/Kota.
Seluruh kematian tersebut akan dilaporkan dengan menggunakan formulir
pemberitahuan kematian maternal dan perinatal/ neonatal. Formulir
selambat-lambatnya harus dikirimkan oleh bidan desa/rumah bersalin/
puskesmas atau fasilitas kesehatan lain 3 hari setelah terjadinya kematian
(untuk daerah sulit diperlukan mekanisme sendiri, mungkin dapat dilakukan
melalui telepon, SMS, ataupun internet). Begitu laporan kematian diterima
Puskesmas Kecamatan, bidan yang ditunjuk dapat segera melakukan
pengumpulan data menggunakan formulir OVM/OVP serta melaporkan hal
tersebut ke dinas kesehatan kabupaten/kota. Bila kematian terjadi di
fasilitas kesehatan (kecuali rumah sakit), Bidan koordinator juga dapat
langsung mengumpulkan data dengan menggunakan formulir Rekam
Medik Maternal (RMM)/ Rekam medik Perinatal (RMP) serta langsung
melaporkannya. Terdapat dua sumber formulir daftar kematian, yaitu :
a. Formulir daftar kematian maternal dan perinatal dari puskesmas
kecamatan
b. Formulir daftar kematian maternal dan perinatal dari rumah sakit
Formulir-formulir tersebut dikirim ke dinas kesehatan kabupaten /kota
setiap awal bulan sebagai rekapitulasi kematian maternal dan perinatal yang
terjadi pada bulan sebelumnya. Inforrmasi dari formulir-formulir tersebut
diatas akan direkapitulasi menggunakan formulir daftar kematian
maternal/perinatal di tingkat kabupaten/kota. Formulir OVM dan OVP yang
telah diisi untuk semua kematian akan dikirim ke Sekretariat AMP di dinas
kesehatan kabupaten/kota. Formulir RMM/RMP yang telah diisi untuk
semua kematian akan dikirimkan ke sekretatiat AMP di dinas kesehatan
kesehatan kabupaten/kota begitu juga formulir RMMP/RMPP (formulir
Rekam Medik Kematian Maternal Perantara/ Rekam medik Kematian
Perinatal) yaitu formulir ini diisi untuk mendapatkan informasi layanan
kesehatan pada kasus kematian yang pernah mendapat perawatan di
12
fasilitas kesehatan lain sebelum dirawat di fasilitas kesehatan tempat ibu
meninggal. Secara berkala, berkas RMM dan RMP, RMMP dan RMPP dan
OVM dan OVP yang telah lengkap, telah dianonimkan dan dipilih untuk
dikaji akan dikirim kan ke tim pengkaji untuk dilakukan telaah pada
pertemuan yang telah dijadwalkan sebelumnya oleh Sekretariat AMP
kabupaten/kota. Jumlah kasus dan periode pertemuan telaah kasus
dilakukan sesuai dengan kesepakatan masing-masing kabupaten
(tergantung dari jumlah kematian serta banyaknya dan ketersediaan
daritenaga pengkaji). Bila pengkajian seluruh kasus kematian tidak
memungkinkan misalnya karena masalah keterbatasan dan dan tenaga maka
dapat dilakukan sampling yang represenatif terhadap kematian di daerah
tersebut. Hasil telaah yang tertuang dalam formulir pengkaji dan formulir
ringkasan pengkaji akan diserahkan ke koordinator dan penanggung jawab
AMP kabupaten/ kota sebagai dasar dirumuskannya mekanisme umpan
balik (termasuk pembelajaran dan pembinaan) untuk upaya perbaikan
kualitas pelayan kesehatan maternal dan perinatal. Berikut bagan kegiatan
AMP terkait pencatatan dan pelaporan dapat dilihat pada gambar berikut
ini:

13
7. Persiapan dan Pelaksanaan AMP Kabupaten/Kota
Pelaksanaan AMP kabupaten/kota dimulai bila teridentifikasi adanya
kematian ibu atau perinatal/neonatal dalam suatu wilayah kabupaten/kota. Berikut
adalah langkah langkah persiapan dan pelaksanaan kegiatan AMP.
a. Persiapan
1) Pembentukan Tim AMP Kabupaten/Kota
Pembentukan tim AMP kabupaten/kota yang terdiri dari : tim
manajemen, tim pengkaji dan komunitas pelayanan dilakukan terlebih
dahulu dan ditetapkan dengan surat keputusan dari bupati/walikota.
2) Orientasi Tim AMP kabupaten/Kota
Sebelum dilaksanakan kegiatan AMP kabupaten, perlu dilakukan
orientasi terlebih dahulu untuk seluruh pelaksana kegiatan AMP ini (baik

14
tim manajemen maupun tim pengkaji) mengenai filosofi, dan pengertian
AMP, mekanisme kerja, metodologi serta tugas-tugas pelaksana.
3) Pelatihan pengumpulan dan pelaporan data
Pelatihan untuk pengisian formulir yang diperlukan untuk
mengumpulkan data dalam kegiatan AMP. Pelatihan ini ditujukan kepada
para bidan koordinator/bidan puskesmas/bidan rumah sakit dan dokter
penanggung jawab pelayanan di RS dalam mengisi formulir.
4) Pelatihan tim pengkaji
Tim pengkaji akan mendapat pelatihan untuk menganalisa kasus kematian.

b. Pelaksanaan
Pelaksanaan AMP terdiri dari tujuh langkah berurutan yang melibatkan
seluruh komponen tim AMP: Tim Manajemen, Tim Pengkaji, dan komunitas
Pelayanan.
1) Langkah 1 : Identifikasi kasus kematian dan pelaporan data
kematian.Informasi tentang kejadian kematian dapat diperoleh secara
formal maupun informal. Seluruh kematian maternal, perinatal/neonatal
harus dilaporkan kepada tim manajemen AMP.
2) Langkah 2 : Registrasi dan Anonimasi
Sekretariat AMP Kabupaten/Kota pada waktu menerima berkas yang
dikirimkan membuat bukti penerima berkas. Bukti penerimaan berkas itu
juga berisi pernyataan komitmen dari tim manajemen AMP untuk menjaga
kerahasiaannya. Registrasi dikuti kegiatan anonimasi, yaitu proses
memberikan nomor kode kasus dan menghilangkan seluruh identitas
pasien.
3) Langkah 3:Pemlihan kasus dan pengkajinya, serta penjadwalan pengkajian.
Setelah kasus- kasus kematian yang akan dikaji ditetapkan, langkah
selanjutnya adalah memilih pengkaji (internal dan eksternal). Sekretariat
AMP Kabupaten /Kota selanjutnya menyusun jadwal pelaksanaan
pertemuan pengkaji.
4) Langkah 4 : Penggandaan dan pengiriman bahan kajian
Bahan kajian yang telah dinyatakan lengkap, kemudian digandakan untuk
arsip dan dikirim kepada pengkaji internal dan eksternal sehingga dapat
diterima beberapa hari sebelum pelaksanaan kajian.
5) Langkah 5 : Pertemuan pengkajian kasus
Presentasi kasus oleh para petugas yang terlibat tidak diperkenankan lagi
dilakukan. Sebagai gantinya, data mengenai kasus meninggal diwakili oleh

15
formulir yang telah diisi selengkap mungkin. Ada tiga hal yang harus
dilakukan oleh tim pengkaji ketika melakukan pertemuan pengkajian kasus:
analisis kematian, klasifikasi penyebab kematian, penyusunan
rekomendasi.
6) Langkah 6 : Pendataan dan pengolahan hasil kajian
Pertemuan pengkajian kasus diakhiri dengan pendataan hasil kajian, agar
dapat diolah(ditabulasi, dihitung, dan dibandingkan),maka harus ada
kesepakatan tentang data apa saja yang dihasilkan dan dicatat dari
pertemuan AMP.
7) Langkah 7 :Pemanfaatan Hasil Kajian
Hasil kajian dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran/pembinaan
ditujukan kepada seluruh komponen komunitas pelayanan. Untuk
keperluan perencanaan, hasil kajian dan rekomendasi akan didistribusikan
oleh sekretariat AMP kepada seluruh komponen komunitas pelayanan
sesuai kebutuhannya. Waktu pengiriman disesuaikan dengan waktu
dilakukannya penyusunan rencana kerja tahunan pihak – pihak
bersangkutan (kemenkes, 2010).

16
BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Audit maternal perinatal (AMP) merupakan kegiatan menelusuri sebab
kesakitan, kematian maternal dan perinatal dengan maksud  mencegah
kesakitan dan kematian dimasa yang akan datang. Kegiatan ini
memungkinkan tenaga kesehatan dapat menentukan hubungan antara faktor
penyebab kejadian kesakitan dan kematian maternal perinatal, sehingga
dapat menetapkan langkah-langkah intervensi. Kegiatan AMP lebih
cenderung ke arah pemecahan masalah dengan upaya peningkatan kualitas
pelayanan. Ruang lingkup AMP dibatasi, yaitu pada tingkat kabupaten atau
kota, karena wilayah tersebut dinilai efektif dalam memberikan pelayanan
obstetrik, perinatal, serta KIA secara langsung kepada masyarakat. Dinas
Kesehatan Kabupaten/ Kota yang berperan sebagai koordinator dan
penanggungjawab kegiatan AMP, yang dilaksanakan minimal empat kali
dalam jangka waktu satu tahun yang bertujuan untuk menjaga mutu
pelayanan KIA.

B.       Saran
1.  Perlu dilakukan evaluasi dan tindakan yang lebih terencana lagi dalam
Audit Maternal Perinatal (AMP) agar upaya percepatan penurunan
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) dapat
tercapai.
2.  Perlu adanya kerjasama antar sektoral untuk upaya menurunkan angka
Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi.
3.  Sebaiknya dilakukan upaya peningkatan dan pengembangan standarisasi
mutu pelayanan kesehatan baik di tingkat pelayanan dasar (Puskesmas)
dan Rumah Sakit terutama dalam pelayanan KIA.

17
DAFTAR PUSTAKA

Pusat Data dan Informasi , 2014. Situasi Kesehatan Ibu. [online]. melalui :
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-ibu.pdf?
opwvc=1, diakses pada tanggal 15 September 2018.

Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat, 2010. Pedoman Audit Maternal Perinatal


(AMP). Kementerian Kesehatan Direktur Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat.

Firdaus, M, dkk, 2012. Mari Bicara Fakta: Catatan Masyarakat Sipil atas


Satu Dekade Pelaksanaan Mdgs di Indonesia. Kemitraan : Jakarta. [online].
Melalui : http://www.kemitraan.or.id/, diakses pada tanggal 18 September
2018, Tasikmalaya.

18

Anda mungkin juga menyukai