Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Masalah kesehatan ibu dan perinatal merupakan masalah nasional
yang perlu mendapat prioritas, karena sangat menentukan
kualitas sumber daya manusia pada generasi mendatang. Masih
tingginya AKI dan AKB menunjukkan rawannya derajat kesehatan
ibu, juga sangat mempengaruhi kondisi kesehatan janin yang
dikandungnya.
Untuk mencapai target Millenium Development Goal (MDG's) yakni
menurunkan jumlah kematian ibu dan bayi pada tahun 2015,
digunakan pedekatan baru yaitu Making Pregnancy Safer (MPS)
dan Cild Survival (CS) yaitu suatu strategi untuk mempercepat
penurunan kematian ibu dan kematian neonatal dengan tiga pesan
kunci MPS adalah :
1. Setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih.
2. Setiap komplikasi obstetri dan neonatal mendapat pelayanan
yang adekuat.
3. Setiap wanita usia subur mempunyai akses pencegahan
kehamilan yang tak diinginkan dan penanganan komplikasi
keguguran.
Audit ini dapat dimanfaatkan untuk mengidentifikasi faktor non
medik, medik, dan faktor pelayanan kesehatan yang berpengaruh
kepada kesakitan dan kematian ibu maupun perinatal.
Melalui kegiatan ini diharapkan para pengelola program KIA dan
pemberi pelayanan ditingkat dasar serta di tingkat pelayanan
rujukan primer dapat menetapkan prioritas untuk mengatasi faktor-
faktor yang mempengaruhi kematian maternal dan perinatal

1
1.2 TUJUAN
1.2.1 Tujuan Umum :
Tujuan umum Audit Maternal Perinatal/ Neonatal RSUD
Gambiran adalah untuk menjaga dan meningkatkan mutu
pelayanan KIA di RSUD Gambiran melalui tata kelola klinik
yang baik (clinical governance) dalam rangka mempercepat
penurunan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi.
1.2.2 Tujuan khusus:
1. Menerapkan pembahasan analitik mengenai kasus
kebidanan dan perinatal secara teratur dan
berkesinambungan di RSUD Gambiran.
2. Mengidentifikasi penyebab kematian dan mengkaji factor-
faktor penyebab kematian maternal – perinatal/ neonatal
3. Mengembangkan mekanisme pembelajaran, pembinaan,
pelaporan dan perencanaan yang terpadu.
4. Menentukan intervensi, rekomendasi, strategi pembelajaran
dan pembinaan bagi masing-masing pihak dalam upaya
mengatasi masalah-masalah yang ditemukan supaya tidak
terulang lagi kasus yang sama.
5. Mengembangkan mekanisme pemantauan, evaluasi dan
pengembangan terhadap rekomendasi yang disepakati.
6. Memperoleh kesepakatan pemecahan masalah yang paling
sesuai.
7. Meningkatkan koordinasi diberbagai jajaran kesehatan.

1.3 KEBIJAKAN
Undang Undang Nomor 36 tahun 2009 dan Undang Undang nomor
44 tentang kesehatan menyatakan bahwa tenaga kesehatan dalam
melaksanakan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi standar
profesi dan menghormati hak pasien. Berdasarkan hal tersebut,
kebijakan Indonesia Sehat dan strategi Making Pregnancy Safer

2
(MPS) sehubungan dengan audit maternal perinatal adalah sebagai
berikut :
1. Peningkatan mutu pelayanan KIA dilakukan secara terus
menerus melalui program jaga mutu puskesmas, disamping
upaya perluasan jangkauan pelayanan. Upaya peningkatan dan
pengendalian mutu antara lain melalui kegiatan audit perinatal.
2. Meningkatkan fungsi kabupaten/ kota sebagai unit efektif yang
mampu memanfaatkan semua potensi dan peluang yang ada
untuk meningkatkan pelayanan KIA diseluruh wilayahnya.
3. Peningkatan kesinambungan pelayanan KIA ditingkat pelayanan
dasar (puskesmas dan jajarannya) dan tingkat rujukan primer
RS
4. Peningkatan kemampuan manajerial dan keterampilan teknis
dari para pengelola dan pelaksanaan program KIA melalui
kegiatan analisis manajemen dan pelatihan klinis.

1.4 STRATEGI AMP


Strategi yang diambil dalam menerapkan AMP adalah :
1. Rumah Sakit sebagai unit efektif dalam peningkatan pelayanan
program KIA secara bertahap menerapkan kendali mutu yang
antara lain dilakukan melalui AMP.
2. Dilingkungan Rumah Sakit dibentuk tim AMP yang selalu
mengadakan pertemuan rutin untuk menyeleksi kasus,
membahas dan membuat rekomendasi tindak lanjut
berdasarkan temuan dari kegiatan audit.
3. Perencanaan program KIA dibuat dengan memanfaatkan hasil
temuan dari kegiatan audit, sehingga diharapkan berorientasi
kepada pemecahan masalah.
4. Pembelajaran dalam AMP harus dapat dimanfaatkan oleh
seluruh komunitas pelayanan terutama pelayanan KIA.

3
BAB II
DEFINISI

2.1 PENGERTIAN
1. Audit Maternal Perinatal (AMP) adalah suatu kegiatan
menelusuri kembali sebab-sebab kesakitan/ kematian maternal
dan kematian perinatal/ neonatal ataupun kasus nearmiss
dengan maksud untuk mencegah terjadinya kesakitan,
kecacatan, kematian yang sama di masa akan datang.
2. Pengertian AMP adalah proses penelaahan bersama kasus
nearmiss, kesakitan dan kematian maternal dan perinatal serta
penatalaksanaannya, dengan menggunakan berbagai informasi
dan pengalaman dari suatu kelompok terkait, untuk
mendapatkan masukan mengenai intervensi yang paling tepat
dilakukan dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan KIA.
Dengan demikian kegiatan audit ini berorientasi pada
peningkatan kualitas pelayanan dan pemecahan masalahnya.
3. Kematian Maternal adalah kasus kematian perempuan yang
diakibatkan oleh proses yang berhubungan dengan kehamilan
(termasuk kehamilan ektopik), persalinan, abortus (termasuk
abortus mola) dan masa dalam kurun waktu 42 hari setelah
berakhirnya kehamilan tanpa melihat usia gestasi dan tidak
termasuk didalamnya sebab kematian akibat kecelakaan atau
kejadian insidental. Penyebab kematian maternal akan
diklasifikasikan menjadi penyebab kematian maternal langsung
dan tidak langsung.
4. Kematian perinatal adalah kematian bayi (dengan umur
kehamilan lebih 22 minggu) yang lahir dalam keadaan
meninggal atau bayi yang lahir hidup namun kemudian
meninggal dalam masa 7 hari setelah persalinan.
5. Stillbirth atau lahir mati adalah bayi dengan berat lahir lebih dari
500 gram atau umur kehamilan lebih 22 minggu yang dilahirkan

4
tanpa tanda-tanda kehidupan. Lahir mati dibagi menjadi 2
kelompok yaitu lahir mati dengan tanda maserasi dan lahir mati
tanpa tanda maserasi (masih tampak segar).
6. Kematian neonatal adalah kematian bayi lahir hidup yang
kemudian meninggal sebelum 28 hari kehidupannya. Kematian
neonatal dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kematian neonatal
dan kematian neonatal lanjut. Kematian neonatal adalah
kematian bayi yang terjadi pada 7 hari pertama kehidupannya.
Kematian lanjut adalah kematian bayi yang terjadi pada masa 8
– 28 hari kehidupannya.
7. Nearmiss : Suatu kasus dimana berpotensi untuk terjadi
kematian tetapi berhasil diselamatkan

2.2 AZAS
Dalam melaksanakan kegiatan AMP ini, terdapat beberapa prinsip
yang harus dilaksanakan. Prinsip atau azas yang mutlak harus
dipenuhi dalam kegiatan AMP ini adalah :
1. No Name (tidak menyebutkan identitas)
Dalam kegitan AMP ini, seluruh informasi mengenai identitas
kasus maupun petugas dan institusi kesehatan yang
memberikan pelayanan pada ibu dan neonatal yang meninggal
akan dianonamekan (no name) pada saat proses penelaahan
kasus sehingga kemungkinan untuk menyudutkan,
menyalahkan dan menghakimi seseoranng atau institusi
kesehatan dapat dihilangkan atau diminimalkan.
2. No shame (tidak mempermalukan)
Seperti yang telah diuraikan diatas, seluruh identitas akan
dihilangkan (anonym) sehingga kemungkinan AMP berpotensi
mempermalukan petugas atau institusi kesehatan dapat
diminimalkan.

5
3. No Blame (tidak menyalahkan)
Sebagai akibat dari tidak adanya identitas pada saat pengkajian
kasus dilakukan, potensi menyalahkan dan menghakimi
(blaming) petugas atau institusi kesehatan dapat dihindari.
Penganoniman juga diharapkan dapat membuat petugas
kesehatan yang memberikan pelayanan bersedia untuk lebih
terbuka dan tidak menyembunyikan informasi yang ditakutkan
dapat menyudutkan petugas tersebut. Informasi yang mungkin
disembunyikan tersebut mungkin merupakan informasi penting
yang berkaitan dengan faktor yang dapat dihindarkan. Prinsip ini
harus diterapkan saat proses audit sehingga tujuan untuk
memperoleh pembelajaran dan mencegah terjadinya kesalahan
di masa mendatang.
4. No Pro Justisia (tidak untuk keperluan peradilan)
Seluruh informasi yang diperoleh dalam kegiatan AMP tidak
dapat digunakan sebagai bahan bukti di persidangan (no pro
justisia). Seluruh informasi adalah bersifat rahasia dan hanya
dapat digunakan untuk keperluan memperbaiki kualitas
pelayanan kesehatan maternal dan perinatal/ neonatal.
5. Pembelajaran
Salah satu upaya AMP untuk meningkatkan pelayanan
kesehatan maternal dan perinatal/ neonatal adalah melalui
pembelajaran yang dapat bersifat : individual, kelompok
terfokus, maupun massal berdasarkan rekomendasi yang
dihasilkan oleh pengkaji kepada seluruh komunitas pelayanan
KIA.

6
BAB III
RUANG LINGKUP AUDIT MATERNAL PERINATAL ( AMP )

3.1 Ruang Lingkup


1. Audit level 1 adalah audit yang dilaksanakan oleh dokter spesialis
konsulan saat itu beserta petugas (perawat/ bidan) yang dinas saat
itu yang dilaksanakan 1 x 24 jam setelah kejadian.
2. Audit level 2 adalah audit yang dilaksanakan oleh dokter pada level 1
dan dilaksanakan dengan anggota Komite Medik yang dilaksanakan
paling lama 4 minggu (1 bulan) setelah kejadian.
3. Penyelenggaran presentasi AMP dilakukan teratur bila ada kasus
kematian, kecacatan dan nearmiss maternal dan perinatal
berlangsung sekitar 2 jam.
4. Kasus yang dibahas berasal dari RS. Semua kasus maternal dan
perinatal yang meninggal di Rumah Sakit hendaknya diaudit,
demikian pula kasus kesakitan, kecacatan dan nearmiss yang
menarik dan dapat diambil pelajaran darinya.
5. Audit yang dilaksanakan lebih bersifat mengkaji riwayat penanganan
kasus sejak dari
a. Timbulnya gejala pertama dan penanganan oleh keluarga/ tenaga
kesehatan dirumah.
b. Proses rujukan yang terjadi.
c. Siapa saja yang memberikan pertolongan dan apa saja yang telah
dilakukan.
d. Sampai kemudian meninggal dan dapat dipertahankan hidup.

Dari pengkajian tersebut diperoleh indikasi dimana letak kesalahan/


kelemahan dalam penanganan kasus. Hal ini memberi gambaran kepada
pengelola program KIA dalam menentukan apa yang perlu dilakukan untuk
mencegah kesakitan, kecacatan, kematian ibu atau perinatal yang tidak
perlu terjadi.

7
3.2 UNSUR-UNSUR AMP
Unsur mutlak harus ada dalam AMP :
1. Data kematian/ kasus kecacatan dan nearmiss
Kasus kematian yang terjadi di rumah sakit :
a. Mencakup kematian ibu hamil, kematian ibu melahirkan
dan kematian ibu nifas (sampai 42 hari setelah
melahirkan).
b. Kematian perinatal : kematian janin yang berumur 28
minggu ke atas sampai bayi berumur 7 hari.
c. Kematian neonatal : kematian bayi yang berumur 8 hari
sampai dengan 28 hari.
d. Kasus kecacatan dan nearmiss pada ibu dan bayi.
2. Dilakukan otopsi verbal
Tujuan otopsi verbal adalah :
a. Untuk menetukan jenis penyakit dengan menggunakan
informasi tentang gejala penyakit melalui wawancara dengan
keluarga penderita.
b. Untuk menentukan kegiatan intervensi agar kasus serupa
tidak terjadi lagi.
c. Untuk menentukan intervensi yang tepat, selain mengetahui
penyakit penyebab kematian, harus mengetahui pula
penyebab atau faktor-faktor yang punya kontribusi kepada
terjadinya kematian maupun kepada penyebab kematian.
3. Pembahasan hasil otopsi verbal
Hasil otopsi verbal dibahas dan dianalisa dalam AMP level I
Tujuannya :
a. Menganalisa dan mengidentifikasi penyebab masalah dan
faktor-faktor yang punya andil terhadap terjadinya masalah.
b. Mengidentifikasi dan menyepakati kegiatan intervensi untuk
mencegah terulangnya kasus yang sama.

8
4. Kegiatan intervensi yang dilakukan
Hasil pembahasan otopsi verbal yang sudah di bahas dalam
level I akan dipresentasikan dalam level II

3.3 HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN


1. Adanya kesamaan persepsi semua pihak bahwa kegiatan AMP
bukan untuk menghakimi, tetapi merupakan kegiatan
pemecahan masalah, peningkatan mutu pelayanan dan
peningkatan kinerja.
2. Semua kasus kematian, kecacatan, nearmiss maternal dan
perinatal/ neonatal yang terjadi di Rumah Sakit dapat dicatat
dan dilaporkan (tidak ada yang lolos).
3. Otopsi verbal dilakukan secara lengkap dan tepat (tepat waktu,
tepat analisis).
4. Riwayat penyakit, termasuk proses penanganan yang telah
dilakukan, dilaporkan secara lengkap, teliti dan jujur.
5. Kegiatan intervensi ditentukan secara tajam dan spesifik,
difokuskan untuk mengatasi akar permasalahan.
6. Pemantauan dan bimbingan terhadap pelaksanaan kegiatan
intervensi dilakukan secara berkesinambungan.

9
BAB IV
TATA LAKSANA AMP
( AUDIT MATERNAL PERINATAL )

4.1 PEMBENTUKAN TIM AMP


a. Koordinator/ ketua tim AMP bersama sekretaris AMP menyusun
draf SK AMP, selanjutnya mengkoordinasikan dengan pihak
manajemen RSUD Gambiran.
b. Sosialisasi SK AMP kepada seluruh anggota pelaksana AMP
mengenai tupoksi dan pelaksanaan AMP.

Tim AMP Terdiri dari :


1) PELINDUNG
Pelindung kegiatan AMP di RSUD Gambiran Kota Kediri adalah
Direktur RSUD Gambiran Kota Kediri. Tugas pelindung adalah :
1. Membentuk Tim AMP RSUD Gambiran.
2. Menyediakan payung hukum dan kebijakan bagi para pihak
yang terkait dalam kegiatan AMP baik sebagai Tim
Manajemen, Tim Pengkaji maupun komunitas pelayanan
(Surat Keputusan).
3. Mengalokasikan dana untuk kegiatan AMP agar dapat
berjalan secara berkesinambungan.

2) TIM MANAJEMEN AMP


Tim manajemen AMP adalah para pihak yang bertugas mengelola
kegiatan AMP di RSUD Gambiran Kota Kediri.
a. Penanggung Jawab
Penanggung jawab Tim AMP di RSUD Gambiran adalah wakil
direktur pelayanan, ketua komite medik, kepala SMF Obstetri
Gynaekologi dan kepala SMF Anak. Tugas penanggung jawab
Tim AMP adalah :

10
1. Memastikan terlaksananya AMP di RSUD Gambiran.
2. Memfasilitasi Koordinator/ Ketua Tim manajemen AMP
dalam penyelenggaraan AMP serta mengupayakan tindak
lanjut rekomendasi-rekomendasi yang dihasilkan.
3. Menetapkan indicator dan standar outcome kegiatan AMP
yang diberlakukan di RSUD Gambiran.
4. Menjaga kerahasiaan
b. Koordinator/ Ketua Tim Manajemen AMP
Koordinator/ Ketua Tim Manajemen AMP di RSUD Gambiran
adalah Dokter Spesialis Obstetri dan Gynaekologi. Tugasnya
adalah :
1. Mempersiapkan dan menyelenggarakan pertemuan kajian
kasus secara rutin minimal 1 bulan sekali sesuai dengan
situasi dan kondisi.
2. Bertanggung jawab atas berjalannya alur pelaporan
kematian dan formulir isian yang digunakan dalam AMP.
3. Menganonimkan kasus.
4. Mengkomunikasikan temuan hasil pengkajian kasus kepada
penanggung jawab.
5. Memantau kegiatan sekretariat AMP.
6. Mengelola data hasil kajian kasus dan mengatur
pemanfaatan hasil-hasil kajian kasus untuk keperluan
pembelajaran, pelaporan, dan perencanaan.
7. Bersama dengan penanggung jawab, mengkomunikasikan
kepada pihak terkait serta memfasilitasi dilaksanakannya
rekomendasi yang dihasilkan dan perumusan
pembelajaran.
8. Menjaga kerahasiaan.
Untuk melaksanakan tugas-tugasnya, Koordinator/ Ketua Tim
AMP dibantu oleh sekretariat AMP RSUD Gambiran.

11
c. Sekretariat
Sekretariat AMP terdiri dari beberapa orang yang penunjukannya
diusulkan oleh Koordinator/ Ketua Tim AMP. Sekretariat AMP di
RSUD Gambiran yaitu sekretaris Komite Medik, Kepala Bagian
P3RM, sekretaris PONEK, bidan koordinator PONEK pelayanan
maternal dan bidan koordinator PONEK pelayanan neonatal.
Sekretariat bertugas :
1. Membantu Koordinator/ Ketua Tim manajemen AMP dalam
pelaksanaan AMP.
2. Mengumpulkan dan merekapitulasi daftar kematian.
3. Mempersiapkan data untuk pertemuan kaji kasus.
4. Menjadi notulis dalam pertemuan kajian kasus maupun sesi
pembelajaran.
5. Memfasilitasi pelaksanaan pertemuan AMP.
6. Menjaga kerahasiaan.

3) TIM PENGKAJI INTI


Tim pengkaji inti adalah para klinisi atau para pakar yang bidang
keahliannya terkait dengan pelayanan maternal, perinatal dan
neonatal. Dalam melakukan tugasnya, tim pengkaji diharapkan dapat
menerapkan azaz profesionalisme (professional judgement) dan
mengedepankan etika. Diharapkan dokter Spesialis Obstetri dan
Gynaekologi dan dokter Spesialis Anak dapat ikut berperan serta
aktif dalam proses pelaksanaan AMP untuk memperbaiki kualitas
pelayanan melalui peningkatan profesionalisme, patient safety, dan
clinical governance dalam bidang kesehatan ibu dan bayi.
a. Tim Pengkaji Konsultan
Tim Pengkaji Konsultan adalah para pakar di RSUD Gambiran
yang terkait dengan proses pemberian pelayanan ibu dan anak
serta aspek-aspek yang terkait dengan morbiditas dan
mortalitasnya, seperti dokter spesialis obstetri dan gynaekologi,
dokter spesialis anak, bidan/ perawat senior dan pengelola

12
program KIA. Apabila diperlukan dapat melibatkan dokter
spesialis lain seperti spesialis anaestesi, spesialis penyakit dalam,
spesialis jantung dan pembuluh serta spesialis-spesialis lain yang
terkait. Tim Pengkaji Konsultan bertugas melakukan pengkajian
kasus, merumuskan rekomendasi, dan bila memungkinkan
mengembangkan pedoman/ panduan praktik (local practice
guideline) bagi komunitas pelayanan di RSUD Gambiran.
b. Tim Pengkaji Eksternal
Tim pengkaji eksternal adalah dokter spesialis obstetri dan
gynaekologi serta dokter spesialis anak atau para pakar yang
berasal dari luar RSUD Gambiran. Biasanya berasal dari pusat-
pusat pendidikan kedokteran atau dari Rumah Sakit lain yang
mempunyai kemampuan sebagai pengkaji. Tugas utama tim
pengkaji eksternal adalah memberikan masukan kepada tim
pengkaji inti tentang suatu kasus yang dikaji, dan menyediakan
informasi tentang suatu kasus yang dikaji dan menyediakan
informasi tentang bukti-bukti ilmiah (evidence – based practice).
Bukti-bukti ilmiah yang diajukan oleh pengkaji eksternal dapat
dipakai oleh tim pengkaji internal dalam merumuskan
rekomendasi dan mengembangkan pedoman praktik lokal.
Keberadaan pengkaji eksternal tidak menjadi syarat utama
dilakukannya AMP. Pelibatan pengkaji eksternal menjadi
keputusan koordinator/ ketua tim AMP dengan melihat berbagai
pertimbangan terhadap kasus nearmiss, kesakitan, kecacatan
dan kematian yang terjadi misalnya kasus rumit yang belum
pernah/ jarang sekali terjadi di RSUD Gambiran.

4) TIM KOMUNITAS PELAYANAN


Tim komunitas pelayanan adalah para pihak yang secara langsung
maupun tidak langsung terlibat dalam pemberian pelayanan maternal
– perinatal/ neonatal. Dalam konteks AMP, tim komunitas pelayanan
adalah pihak yang bertugas memberikan input kepada tim

13
manajemen dan tim pengkaji inti, serta berhak menerima umpan
balik bagi keperluan pembelajaran, pelaporan dan perencanaan. Ada
empat kelompok yang membentuk komunitas pelayanan maternal –
perinatal/ neonatal di RSUD Gambiran, yaitu : kelompok masyarakat,
kelompok petugas kesehatan, kelompok pimpinan fasilitas
pelayanan, dan kelompok pembuat kebijakan.
a. Kelompok Masyarakat
Termasuk dalam kelompok ini adalah para pasien dan
keluarganya serta kelompok atau organisasi kemasyarakatan.
Sebagai pihak yang mengalami pelayanan dalam bidang maternal
– perinatal/ neonatal. Input yang dapat diberikan oleh kelompok
masyarakat adalah penyampaian informasi perihal kronologis
kasus nearmiss, kecacatan, kesakitan dan kematian maternal
perinatal/ neonatal dalam rangka pengumpulan data oleh petugas
kesehatan.
b. Kelompok Petugas Kesehatan
Kelompok petugas kesehatan adalah pihak yang secara langsung
memberikan pelayanan maternal – perinatal/ neonatal. Kelompok
petugas kesehatan terdiri dari para petugas misalnya para bidan,
perawat dan dokter. Kelompok petugas kesehatan dapat
memberikan input berupa informasi/ data kasus nearmiss,
kecacatan, dan kematian maternal – perinatal/ neonatal yang
terjadi di RSUD Gambiran. Informasi/ data dari kelompok petugas
kesehatan selanjutnya akan dijadikan bahan kajian kasus oleh
oleh Tim Pengkaji Inti AMP level II. Disamping itu kelompok
petugas kesehatan juga wajib melaksanakan kegiatan AMP level
I. Kelompok petugas kesehatan yang bertugas saat terjadinya
kasus wajib membuat kronologis kasus yang presentasikan pada
AMP level I
c. Kelompok Pimpinan Fasilitas Pelayanan
Kelompok pimpinan fasilitas pelayanan di RSUD Gambiran terdiri
dari kepala ruang, koordinator pelayanan PONEK masing-masing

14
unit pelayanan maternal neonatal. Tugas kelompok ini
memfasilitasi kegiatan pengumpulan dan pelaporan data
kematian, serta memfasilitasi implementasi rekomendasi-
rekomendasi yang terkait dengan ruang yang dipimpinnya.
d. Kelompok Pembuat Kebijakan
Kelompok pembuat kebijakan adalah pihak yang berwenang
dalam pembuatan dan penetapan kebijakan-kebijakan terkait
pelayanan maternal – perinatal dan neonatal di RSUD Gambiran.
Ketua komite medik, Wakil Direktur dan Direktur RSUD Gambiran
adalah pihak yang berwenang dalam proses pembuatan
kebijakan. Tugas kelompok pembuatan kebijakan adalah
memfasilitasi penyelenggaraan AMP dan mengimplementasikan
rekomendasi-rekomendasi pada tingkat kebijakan.

4.2 LANGKAH – LANGKAH AMP


Untuk pelaksanaan AMP supaya dapat terlaksana dengan baik,
efektif dan efisien maka ada langkah-langkah yang harus
diperhatikan. Langkah-langkah tersebut antara lain adalah :
1. Identifikasi kasus nearmiss, kecacatan dan kematian
maternal neonatal di RSUD Gambiran serta pelaporan
datanya.
Laporan kasus nearmiss, kecacatan dan kematian maternal
neonatal dari masing-masing ruang pelayanan maternal neonatal.
a. Setiap kejadian kasus nearmiss, kecacatan dan kematian
maternal, perinatal dan neonatal wajib dilaporkan oleh bidan/
petugas penolong saat kejadian dan segera mengisi dan serta
mengirimkan form pemberitahuan nearmiss, kecacatan dan
kematian maternal neonatal ke sekretariat Tim AMP. Untuk
kasus kematian dalam waktu maksimal 1 x 24 jam.
b. Sekretaris menerima laporan dan selanjutnya
menginformasikan form yang harus diisi

15
- Bidan/ perawat penanggung jawab (ketua shif jaga)
mengkoordinasikan pengisian blanko Otopsi Verbal
Kematian Maternal (OVM) dan Otopsi Verbal Kematian
Perinatal dan Neonatal (OVP) sesuai kejadian.
- Seluruh penanggung jawab yang melakukan penanganan
kasus wajib mengisi RMMP (Rekam Medik Kematian
Maternal Perantara) dan RMPP (Rekam Medik Kematian
Perinatal Perantara) sesuai yang ditangani (tidak mengisi
seluruh form)
- Fasilitas kesehatan tempat kematian mengisi Formulir
Rekam Medis Kematian Ibu (RMM) dan Rekam Medis
Kematian Perinatal (RMP) sesuai yang ditangani.
2. Registrasi dan anonimasi
a. Registrasi kasus nearmiss, kecacatan dan kematian
- Sekretaris AMP membuat daftar kasus nearmiss, kecacatan
dan kematian maternal, perinatal dan neonatal
- Pengumpulan data dengan menggunakan format AMP
- Melakukan koreksi kelengkapan isi form AMP bersama tim
manajemen
- Melakukan klarifikasi isi yang belum jelas baik via telepon
maupun memanggil langsung yang mengisi form
- Melakukan coding data
b. Anonimasi
Sekretaris Tim AMP melakukan anonimasi yaitu
menghapuskan segala identitas, baik identitas pasien,
identitas penolong dan identitas tempat pertolongan
c. Penanggung jawab : secretariat Tim AMP
3. Pemilihan kasus, pengkaji dan penjadwalan
- Melakukan pemilihan dan pemilihan kasus yang mempunyai
nilai pembelajaran dan melakukan koordinasi dengan dokter
spesialis obstetric gynaekologi dan dokter spesialis anak

16
- Menghubungi tim pengkaji, melakukan koordinasi waktu
pelaksanaan pengkajian kasus
- Menetapkan waktu pengkajian dan tempat
- Penanggung jawab : Tim Manajemen AMP dan Tim Pengkaji
- Idealnya seluruh kasus kematian (baik maternal maupun
perinatal/ neonatal) dikaji/ diaudit, karena dengan
pendekatan seperti inirekomendasi yang dihasilkan akan
semakin sesuai sebagai upaya perbaikan atas berbagai
masalah yang ada. Namun bila keadaan tidak
memungkinkan, kajian kasus dapat dilakukan terhadap
sebagian sampel dengan pendekatan sebagai berikut :
1. Pemilihan sampel yang representative terhadap
seluruh kematian yang ada (sampel acak)
2. Pemilihan sampel dengan stratifikasi berdasarkan
komplikasi
3. Pemilihan sampel berdasarkan prioritas masalah
4. Penggandaan dan pengiriman bahan kajian
- Menggandakan bahan kajian
- Mengirim bahan kajian ke tim pengkaji dalam waktu maksimal
5 hari sebelum pertemuan
- Penanggung jawab : Tim Manajemen AMP
5. Pertemuan pengkajian kasus
- Pada saat dilakukan pertemuan pengkajian kasus, presentasi
kasus oleh para petugas yang terlibat dalam pemberian
pelayanan kasus tidak diperkenankan lagi dilakukan
- Sebagai gantinya, data mengenai kasus diwakili oleh formulir
yang telah diisi selengkap mungkin.
- Presentasi dilakukan oleh sekretariat tim AMP
- Sekretariat AMP memfasilitasi pertemuan tersebut dan
berperan sebagai notulis dalam pertemuan tersebut.
- Ada tiga hal yang dilakukan oleh tim pengkaji ketika
melakukan pertemuan pengkajian kasus yaitu : analisis

17
kematian, klasifikasi penyebab kematian, dan penyusunan
rekomendasi. Proses pengkajian kasus dan pembuatan
rekomendasi harus dilakukan dengan azaz profesionalisme
(professional judgement) dan mengedepankan etika
- Pelaksana dan penanggung jawab : Tim Pengkaji sesuai
kasus
- Metode :
 Review rekomendasi dan pembelajaran AMP yang lalu
oleh Tim Manajemen AMP
 Paparan RMM/ RMP oleh Tim Manajemen AMP
 Diskusi dipimpin oleh moderator (Tim Manajemen AMP)
a. Melakukan analisis kematian apakah kasus dapat dicegah
atau tidak
Mengidentifikasi secara rinci faktor-faktor yang dapat
dicegah dari aspek medis/ non medis
Aspek medis :
 Upaya penilaian awal
 Pengenalan masalah/ penegakan masalah
 Rencana tatalaksana
 Tatalaksana
 Monitoring
 Resusitasi maternal neonatal

18
Identifikasi masalah medis dengan berdasar pemenuhan terhadap
standar pelayanan :
Peringkat Tingkat perawatan sub-optimal/ sub standar
0 Tidak ada pemberian pelayanan yang sub optimal
(semuanya sudah dilakukan sesuai standar, tetapi pasien
tetap meninggal)
1 Terdapat perawatan sub optimal tetapi tatalaksana yang
sesuai standar tidak akan membuat perubahan terhadap
outcome (sekiranya standar dipenuhipun tetap akan terjadi
kematian)
2 Terdapat perawatan sub optimal dan tatalaksana yang
sesuai standar mungkin dapat membuat perbedaan
outcome (bila standar dipenuhi, ada kemungkinan
kematian dapat dihindari)
3 Terdapat perawatan sub optimal dan tatalaksana yang
sesuai standar akan memberikan perbedaan outcome (bila
standar dipenuhi, pasien akan terhindar dari kematian)

Aspek Non Medis


 Pribadi, keluarga, masyarakat : social, ekonomi dan
budaya
 Administrasi/ pembiayaan
 Rujukan : transportasi, jarak, fasilitas, petugas,
perujuk dan lain-lain
 Komunikasi
b. Menyusun klasifikasi penyebab kematian terdiri dari :
 Penyebab akhir
 Penyebab antara
 Penyebab dasar
1) Kematian maternal dikelompokan menjadi :
- Kematian maternal langsung
- Kematian maternal tidak langsung

19
- Kematian maternal incidental
- Kematian maternal lanjut
2) Kematian perinatal/ neonatal :
- Berdasarkan kelompok umur
 Umur 0-6 hari
 Penyebab utama neonatus
 Penyebab lain neonatus
 Penyebab utama ibu
 Penyebab lain ibu
 Kondisi neonatus lainnya
 Umur 7-28 hari
 Penyebab langsung
 Penyebab antara
 Penyabab dasar
- Berdasarkan klasifikasi penyebab kematian
menurut Extended Wigglesworth
1. Kelainan bawaan/ malformasi congenital (parah
atau berat)
2. Kematian janin antepartum yang tidak bisa
diterangkan/ dijelaskan
3. Kematian karena asfiksia intra-partum, anoksia
atau trauma
4. Imaturitas
5. Infeksi
6. Penyebab spesifik lainnya
7. Kecelakaan atau trauma non intra-partum
8. Kematian bayi mendadak
9. Tidak terklasifikasi
c. Penyusunan rekomendasi
Langkah-langkah yang perlu dilakukan oleh tim pengkaji
untuk menghasilkan rekomendasi adalah sebagai berikut :

20
 Tentukan apakah kematian yang terjadi adalah akibat
pemberian pelayanan yang sub-optimal pada upaya
diagnosis, monitoring dan konsultasi, serta pemberian
terapi dan tindakan. Apabila pelayanan sub-optimal
tersebut cukup nyata (peringkat 2 atau 3) maka dapat
dibuat rekomendasiuntuk mencegah kejadian kasus
serupa dimasa mendatang.
 Tentukan pihak-pihak mana saja yang sepatutnya
berdaya dan perlu terlibat untuk melakukan upaya-
upaya koreksi dan pencegahan yang bersifat esensial.
Sasaran rekomendasi perlu dirumuskan secara terinci
apakah ditujukan pada masyarakat, petugas
kesehatan, pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan
atau para pembuat kebijakan (kebijakan daerah,
kebijakan Rumah Sakit, asuransi kesehatan, rujukan
dan sebagainya)
6. Pendataan dan pengolahan hasil kajian
Pertemuan pengkajian kasus diakhiri dengan pendataan hasil
kajian. Agar dapat diolah (ditabulasi, dihitung dan dibandingkan),
maka harus ada kesepakatan tentang data apa saja yang
dihasilkan dan dicatat dari pertemuan Audit Maternal Perinatal.
Data yang dikumpulkan dikelompokan menjadi dua, yaitu :
a. Data Identitas
- Identitas pasien
- Petugas-petugas kesehatan terkait
- Sarana-sarana pelayanan yang terlibat
Data ini bersifat rahasia dan digunakan untuk keperluan
perencanaan sesi pembelajaran individual.
b. Data Kejadian Kematian
- Penyebab kematian
- Peringkat pemenuhan standar pelayanan

21
- Area klinis dan area rujukan yang memerlukan
perbaikan
- Akar penyebab timbulnya masalah di area klinis dan
area rujukan
- Rekomendasi-rekomendasi spesifik
- Kesimpulan Tim Pengkaji :
1) Diagnosis penyebab kematian : penyebab akhir,
penyebab antara dan penyebab dasar
2) Komorbiditas apa saja yang ada
3) Komplikasi apa saja yang terjadi
4) Peringkat pemenuhan standar pelayanan
5) Masalah area klinis : diagnosis, monitoring,
terapi/ tindakan dan uraian singkatnya
6) Masalah dalam area rujukan dan uraian
singkatnya
7) Akar penyebab masalah yang dapat dicegah
dalam area klinis
8) Akhir penyebab masalah yang dapat dicegah
dalam area rujukan
9) Rekomendasi spesifik yang dapat dilakukan
c. Penanggung jawab : Tim Pengkaji
7. Pemanfaatan hasil kajian (rekomendasi)
Pemanfaatan hasil kajian adalah langkah terakhir dalam siklus
AMP di RSUD Gambiran. Hasil kajian dapat dimanfaatkan untuk
keperluan pembelajaran, pembinaan, pelaporan dan
perencanaan.
 Pembelajaran/ pembinaan ditujukan kepada seluruh
komponen komunitas pelayanan
 Hasil kajian juga akan menjadi bahan laporan oleh Tim
Manajemen AMP RSUD Gambiran
 Untuk keperluan perencanaan, hasil kajian dan
rekomendasi akan didistribusikan oleh sekretariat AMP

22
kepada komponen komunitas pelayanan sesuai
kebutuhannya
 Berdasarkan sasarannya, pembelajaran dapat berupa
pembelajaran individual, pembelajaran kelompok terfokus
dan pembelajaran masal
- Pembelajaran individual/ ruangan
a. Petugas pelayanan yang bersangkutan
b. Ruangan yang terkait langsung
- Pembelajaran kelompok terfokus
a. SMF Obstetri dan Gynaekologi
b. SMF Anak
c. Komite Medik Rumah Sakit
- Pembelajaran missal
a. Pertemuan, penyuluhan
b. Kelas ibu
c. Brosur, media lain
d. Pelaksanaan GSI
 Penanggung jawab : Tim Manajemen AMP dan Tim
Pengkaji

23
24
BAB V
PENCATATAN DAN PELAPORAN

Dalam pelaksanaan Audit Maternal Perinatal ini diperlukan mekanisme pencatatan


dan pelaporan (dokumentasi) yang akurat. Formulir yang digunakan adalah :

1. Formulir pemberitahuan kematian maternal individual dan Formulir


pemberitahuan kematian perinatal/ neonatal individual (Formulir PKmM).
Formulir ini diisi setiap ada kasus kematian maternal oleh ruangan yang
bersangkutan dan diserahkan ke Rekam Medik, lalu Rumah Sakit melaporkan
ke Dinas Kesehatan Kabupaten
2. Formulir daftar kematian maternal (Formulir DKM) dan Formulir daftar
kematian perinatal/ neonatal (Formulir DKP)
Formulir ini diisi setiap kali ada laporan pemberitahuan kematian maternal-
perinatal/ neonatal oleh bidan coordinator atau bidan yang ditunjuk.
3. Formulir daftar rekapitulasi kematian maternal (RKM) dan Formulir daftar
rekapitulasi kematian perinatal/ neonatal (RKP).
Formulir ini digunakan untuk merekap data kematian ditingkat kabupaten/
kota.
4. Formulir otopsi verbal kematian maternal (OVM) dan Formulir otopsi verbal
kematian perinatal/ neonatal (OVP)
Formulir ini diisi setiap ada kematian maternal-perinatal/ neonatalyang
terlaporkan. Pengisian dilakukan oleh bidan koordinator/ bidan yang ditunjuk.
Formulir ini digunakan untuk kepentingan verbal otopsi bagi kematian yang
terjadi dikomunitas dan mendapatkan informasi diseputar kematian maternal
dan perinatal terutama yang berkaitan dengan informasi non medis.
5. Formulir Rekam Medis Maternal (RMM) dan Formulir Rekam Medis Perinatal/
Neonatal (RMP)
Formulir ini diisi untuk setiap kematian maternal-perinatal/ neonatal yang
terjadi di fasilitas kesehatan. Formulir ini diisi oleh dokter penanggung jawab
perawatan dengan diketahui oleh Direktur. Formulir ini diisi setelah
pembahasan kasus pada AMP level I.

25
6. Formulir Rekam Medis Kematian Ibu Perantara (RMMP) dan Formulir Rekam
Medis Kematian Perinatal/ Neonatal Perantara (RMPP)
Formulir ini diisi untuk mendapatkan informasi layanan kesehatan pada kasus
kematian yang pernah mendapat perawatan difasilitas lain sebelum dirawat
difasilitas kesehatan tempat ibu meninggal.

7. Formulir Penghaji Maternal dan Pengkaji Perinatal/ Neonatal.


Formulir ini akan diisi oleh tim pengkaji sebagai panduan dalam melakukan
kajian kasus dan untuk menilai apakah kasus kematian dapat dicegah atau
tidak.
8. Formulir Ringkasan Pengkaji Materna dan Formulir Ringkasan Pengkaji
Perinatal/ Neonatal.
Formulir ini merupakan ringkasan kajian kasus yang meliputi seluruh
informasi diseputar kematian, baik factor medis maupun non medis.
9. Formulir Nearmiss.
Formulir ini diisi dan digunakan untuk kasus-kasus nearmiss.

26
BAB VI
PEMANTAUAN DAN EVALUASI

Proses penyelenggaraan AMP di RSUD Gambiran perlu dimonitor dan


dievaluasiuntuk memastikan bahwa tujuannya untuk pembelajaran bagi seluruh
anggota komunitas pelayanan dapat tercapai. Untuk dapat melakukan monitoring
dan evaluasi yang efektif diperlukan adanya indicator, standar, data, pelaporan dan
kegiatan supervisi fasiliatif.

6.1 INDIKATOR
1. Indikator input
a. Ketersediaan SK Direktur RSUD Gambiran tentang pembentukan Tim
AMP
b. Ketersediaan formulir pengumpulan data
c. SDM : Tim Pengkaji internal
2. Indikator proses
a. Prosentase ketepatan waktu pelaporan kematian
b. Prosentase ketepatan waktu pengiriman berkas formulir yang sudah
lengkap ke sekretariat AMP Rumah Sakit
c. Prosentase kelengkapan pengisian masing – masing formulir yang
dipergunakan sebagai sumber data untuk telaah kasus
d. Prosentase kasus kematian yang dikaji
e. Prosentase pertemuan kajian kasus yang terlaksana di RSUD Gambiran
f. Prosentase kehadiran anggota komunitas pelayanan
g. Prosentase kasus – kasus kematian yang terkait dengan 3 terlambat
3. Indikator output
a. Proses pembelajaran individual yang dilaksanakan
b. Jumlah pembelajaran missal yang dilakukan
c. Proses rekomendasi yang ditindaklanjuti / dilaksanakan
4. Indikator outcome
a. Prosentase peringkat pemenuhan standar pelayanan maternal –
perinatal / neonatal
b. Angka kematian maternal

27
c. Angka kematian perinatal
d. Angka kematian neonatal
e. Case Fatality Rate dari tiap jenis komplikasi utama baik maternal
maupun perinatal / neonatal

6.2 TARGET
Target adalah besarnya pencapaian indiKator yang ditetapkan untuk dicapai
dalam kurun waktu tertentu

6.3 SUPERVISI FASILITATIF


Tujuan dilakukannya supervisi fasilitatif adalah :
a. Mengidentifikasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi oleh tim yang
disupervisi dalam rangka kegiatan AMP
b. Memberikan bantuan teknis
c. Menghimpun bahan – bahan yang diperlukan bagi penyusunan laporan
berkala AMP

28
BAB VI
PENUTUP

Penekanan tentang pentingnya implementasi AMP untuk peningkatan kualitas


pelayanan kesehatan, tidak ditujukan untuk mencari kesalahan atau ajang untuk
saling menghakimi tetapi untuk menemukan akar masalah untuk perbaikan
pelayanan serta tindak lanjutnya agar kejadian serupa tidak terulang dan Angka
Kematian Ibu ( AKI ), Angka Kematian Bayi ( AKB ) dapat diturunkan. Oleh karena
itu hal yang paling penting adalah follow up kegiatan setelah orientasi, atau
implementasi AMP. Disamping itu sangat dibutuhkan dukungan dari semua pihak
untuk dapat menyelenggarakan AMP secara teratur dan berkesinambungan baik
dari pihak manajemen RSUD Gambiran maupun dari pihak komunitas pemberi
pelayanan di tingkat bawah. Dalam hal ini “ RSUD GAMBIRAN “ Kota Kediri akan
mendukung sepenuhnya Tim AMP Rumah Sakit agar dapat berfungsi maksimal

Di tetapkan di Kediri
PadaTanggal 2015
DIREKTUR RSUD GAMBIRAN
KOTA KEDIRI

dr. FAUZAN ADIMA, M.Kes


Pembina Tk.I
NIP. 19720226 200312 1 003

29
Klasifikasi penyebab primer (mendasari) kematian maternal

Penyebab Primer ( Mendasari )


Bukan Penyebab Obstetrik
- Kecelakaan kendaraan bermotor
- Kekerasan
- Trauma
- Bunuh diri
- Ramuan tradisional
- Lain – lain
Penyakit Yang diderita sebelumnya
- Penyakit jantung
 Tidak terdiagnosis
 Penyakit katup mitral campuran
 Penyakit jantung rematik lain
 Komplikasi katup buatan
 Penyakit jantung bawaan
 Aritmia
 Lain - lain
- Endokrin
 Diabetes mellitus
 Penyakit tiroid
- Saluran cerna
 Penyakit hati
 Saluran cerna
- Susunan saraf pusat
 Gangguan serebrovaskuler
 Epilepsi
- Pernafasan
- Hematologi
- Saluran kemih
- Sistem imun
- Otot rangka

30
Infeksi yang tak terkait dengan kehamilan dan AIDS
- Pneumonia
- Acquired Immune Deficiency Syndrome ( AIDS )
- Tuberkulosis
- Endokarditis bakteri
- Pielonefritis, infeksi saluran kemih
- Apendisitis
- Malaria
- Meningitis
- Lain – lain
Hamil ektopik
- Kehamilan kurang dari 20 minggu
- Kehamilan di luar uterus ( lebih dari 20 minggu )
Abortus
- Abortus septik
- Trauma uterus
- Penyebab trofoblastik
Sepsis pada kehamilan
- Infeksi cairan amnion dengan ruptur membran ( ketuban pecah dini / KPD )
- Infeksi cairan amnion dengan membran utuh
- Sepsis puerperalis pasca persalinan normal
- Sepsis puerperalis pasca sectio sesaria
- Sepsis puerperalis pasca persalinan normal dengan partus lama
- Sepsis puerperalis pasca sectio sesaria dengan partus lama
- Lain – lain
Perdarahan antepartum
- Solusio plasenta
- Solusio plasenta dengan hipertensi dalam kehamilan
- Plasenta previa
- Lain – lain
Perdarahan Postpartum
- Retensio plasenta, plasenta akreta, inkreta atau perkreta
- Atonia uterus - karena regangan berlebihan ( kehamilan ganda, polihidramnion )

31
- Atonia uteri karena partus lama
- Ruptur uterus – dengan riwayat seksio sesaria
- Ruptur uterus – tanpa riwayat seksio sesaria
- Inversio uteri
- Trauma uterus lainnya
Hipertensi dalam kehamilan
- Hipertensi kronis
- Hipertensi dengan protein uri
- Eklampsia
- Sindrom HELLP
- Ruptur hepatik
Komplikasi Anestesi
- Komplikasi anaestesi umum
- Komplikasi anaestesi epidural
- Komplikasi anestesi spinal
Emboli
- Emboli pulmonal
- Emboli cairan ketuban
Hilang kesadaran akut – penyebab tidak diketahui
Tidak diketahui
- Kematian di rumah / di luar fasilitas kesehatan
- Tidak ditemukan penyebab utama kematian

32
Klasifikasi Penyebab akhir dan faktor penyumbang ( atau yang ikut berperan )
dalam kematian maternal

Sistem Organ
Syok Hipovolemik
- Setelah perdarahan post partum
- Setelah perdarahan antepartum
- Setelah hamil ektopik
Syok septik
- Setelah abortus
- Setelah kehamilan hidup
- Setelah infeksi yang tak terkait kehamilan
Gagal nafas
- Syndroma gangguan nafas dewasa
- Pneumonia ( termasuk infeksi TBC, atau infeksi lain )
- Gagal nafas akut
Gagal jantung
- Edema paru
Gagal ginjal
- Nekrosis tubuler acut
- Nekrosis meduler acut
Gagal hepatik
- Setelah syndrom HELLP
- Setelah kelebihan dosis obat
Komplikasi serebral
- Perdarahan intraserebral
- Edema otak yang menyebabkan hernisiasi
- Meningitis / infeksi ( termasuk malaria )
- Emboli otak
Metabolik
- Ketoasidosis maternal
Disfungsi hematologik
- DIC ( Duisseminated Intravascular Coagulopathy

33
Kegagalan multi organ
Kegagalan sistem imun
- AIDS
Tidak diketahui

Kriteria near-miss

1. Gangguan 1. Oedema Paru


fungsi jantung 2. Oedema paru : dengan kondisi klinis yang memerlukan
furosemid IV atau intubasi
3. Henti jantung
4. Denyut nadi tak terdeteksi
5. Gagal jantung
2. Emboli paru Peningkatan Respirasi Rate ( > 20/menit ), tachycardi,
Masif hipotensi
3. Gangguan 1. Hypovolemia yang membutuhkan penggantian darah 5 unit
fungsi atau lebih
vascularisasi 2. Kehilangan darah dengan hypovolemic shock ( Tekanan
darah Systole < 90 mmHg atau denyut nadi tak terdeteksi )
3. Infus dan tranfusi darah 1 liter / 2 jam
4. Guyur infus ( free flow )
4. Gangguan 1. Perawatan intesif karena sepsis
fungsi imunologi 2. Cito hysterectomy karena sepsis
3. Septic syok ( syok karena infeksi)
4. Gangguan 1. Intubasi dan atau pemasangan ventilasi karena berbagai
fungsi alasan selain general anaestesi
pernafasan 2. Saturasi oksigen pada oksimetri < 90 % dengan ventilasi
3. Rasio tekanan parsial oksigen dalam arteri dengan
prosentase oksigen saat inspirasi ≤ 300 ( e.g paO2 /Fio2 ≤
3)
4. Cheynes stokes respiration
5. Kesulitan bernafas yang memerlukan perawatan di ICU
6. Gangguan 1. Oligouri, dengan definisi produksi urin < 30 ml / jam

34
fungsi ginjal 2. Oligouri, dengan definisi produksi urin < 400 ml / 24 jam

3. Dehidrasi yang tidak dapat diperbaiki dengan salah satu


rehidrasi intravena yang adekuat atau termasuk upaya
dieresis dengan menggunakan furosemid atau dopamin
4. Pemeriksaan creatinin abnormal
5. Gangguan fungsi ginjal yang memerlukan haemodialysis
7. Gangguan 1. Penyakit kuning ( jaundice ) disertai preeklampsia
fungsi 2. Test fungi hati abnormal ( SGOT, SGPT ) disertai pre
eklampsia
8. Gangguan 1. Diabetik keto – acidosis
fungsi metabolik 2. Gambaran klinis krisis thyroid ( tremor, palpitasi,
hypertensi, sentral hypothermi atau hyperthermi )
9. Gangguan 1. Thrombocytopenia akut : trombosit < 100.000 / mm3
fungsi coagulan dengan manifestasi perdarahan ( petechia, epistaxis,
melena, purpura, haematuria )
2. Waktu perdarahan dan waktu pembekuan / CT-BT yang
memanjang ( ≥ 7 min )
3. Abnormal APTT, PT
4. Abnormal d-dimer ( > 700 )
5. DIC
6. Coagulopathy
10. Gangguan 1. Perubahan Kesadaran ( coma )
fungsi cerebral 2. Subarachnoid atau intracerebral haemorrhage atau stroke
( tanda neurologi : Paresis, paralysis, diameter pupil tidak
sama )
3. Cerebral oedema ( nausea, vomiting, blurred vision and
severe headache )
4. Kejang non epilepsi dan status epilepsy
11. Eclampsia Kejang yang terkait dengan tekanan darah tinggi ( > 140 / 90
mmHg)

Management –

35
based
12. Memerlukan Dengan berbagai macam indikasi pasien obstetric
perawatan
intensif
13. Emergency Adanya tanda – tanda pada peritoneal, hysterectomy dan
hysterectomy hysteroraphy
14. Tindakan 1. Laparatomy pada kehamilan ektopik
bedah 2. Tindakan bedah emergency karena bebagai alasan medis
emergensi
yang lain
15. Terkait 1. Hypotensi berat terkait dengan anaestesi spinal atau
anaesthesi epidural Hypotensi didefinisikan tekanan darah sistolik <
90 mmHg selama 60 menit
2. Kegagalan intubasi trachea yang memerlukan anaetesi
ulang
3. Anaestesi spinal atau epidural yang berkaitan dengan
intubasi
4. Aspirasi selama opersai darurat karena regurgitasi cairan
perut
5. Total block terkait epidural anaestesi
16. Intubasi Untuk alasan apapun selain untuk general anaestesi
17. Memerlukan Berbagai kondisi yang memerlukan tindakan resusitasi
tindakan
resusitasi
18. Rujukan ke Berbagai kondisi yang memerlukan rumah sakit tersier atau
rumah sakit / fasilitas kesehatan yang lebih tinggi untuk intervensi /
pelayanan penatalaksanaan menyelamatkan hidup pasien
kesehatan
tersier

36
DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2014). Pedoman Audit Maternal –


Perinatal di Tingkat Kabupaten / Kota Cetakan Pertama Edisi III. Surabaya : Dinas
Kesehatan Propinsi Jawa Timur

Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur. (2014). Panduan Praktis Pelaksanaan Audit
Maternal Perinatal ( AMP ) di Jawa Timur

37

Anda mungkin juga menyukai