PENDAHULUAN
1
1.2 TUJUAN
1.2.1 Tujuan Umum :
Tujuan umum Audit Maternal Perinatal/ Neonatal RSUD
Gambiran adalah untuk menjaga dan meningkatkan mutu
pelayanan KIA di RSUD Gambiran melalui tata kelola klinik
yang baik (clinical governance) dalam rangka mempercepat
penurunan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi.
1.2.2 Tujuan khusus:
1. Menerapkan pembahasan analitik mengenai kasus
kebidanan dan perinatal secara teratur dan
berkesinambungan di RSUD Gambiran.
2. Mengidentifikasi penyebab kematian dan mengkaji factor-
faktor penyebab kematian maternal – perinatal/ neonatal
3. Mengembangkan mekanisme pembelajaran, pembinaan,
pelaporan dan perencanaan yang terpadu.
4. Menentukan intervensi, rekomendasi, strategi pembelajaran
dan pembinaan bagi masing-masing pihak dalam upaya
mengatasi masalah-masalah yang ditemukan supaya tidak
terulang lagi kasus yang sama.
5. Mengembangkan mekanisme pemantauan, evaluasi dan
pengembangan terhadap rekomendasi yang disepakati.
6. Memperoleh kesepakatan pemecahan masalah yang paling
sesuai.
7. Meningkatkan koordinasi diberbagai jajaran kesehatan.
1.3 KEBIJAKAN
Undang Undang Nomor 36 tahun 2009 dan Undang Undang nomor
44 tentang kesehatan menyatakan bahwa tenaga kesehatan dalam
melaksanakan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi standar
profesi dan menghormati hak pasien. Berdasarkan hal tersebut,
kebijakan Indonesia Sehat dan strategi Making Pregnancy Safer
2
(MPS) sehubungan dengan audit maternal perinatal adalah sebagai
berikut :
1. Peningkatan mutu pelayanan KIA dilakukan secara terus
menerus melalui program jaga mutu puskesmas, disamping
upaya perluasan jangkauan pelayanan. Upaya peningkatan dan
pengendalian mutu antara lain melalui kegiatan audit perinatal.
2. Meningkatkan fungsi kabupaten/ kota sebagai unit efektif yang
mampu memanfaatkan semua potensi dan peluang yang ada
untuk meningkatkan pelayanan KIA diseluruh wilayahnya.
3. Peningkatan kesinambungan pelayanan KIA ditingkat pelayanan
dasar (puskesmas dan jajarannya) dan tingkat rujukan primer
RS
4. Peningkatan kemampuan manajerial dan keterampilan teknis
dari para pengelola dan pelaksanaan program KIA melalui
kegiatan analisis manajemen dan pelatihan klinis.
3
BAB II
DEFINISI
2.1 PENGERTIAN
1. Audit Maternal Perinatal (AMP) adalah suatu kegiatan
menelusuri kembali sebab-sebab kesakitan/ kematian maternal
dan kematian perinatal/ neonatal ataupun kasus nearmiss
dengan maksud untuk mencegah terjadinya kesakitan,
kecacatan, kematian yang sama di masa akan datang.
2. Pengertian AMP adalah proses penelaahan bersama kasus
nearmiss, kesakitan dan kematian maternal dan perinatal serta
penatalaksanaannya, dengan menggunakan berbagai informasi
dan pengalaman dari suatu kelompok terkait, untuk
mendapatkan masukan mengenai intervensi yang paling tepat
dilakukan dalam upaya peningkatan kualitas pelayanan KIA.
Dengan demikian kegiatan audit ini berorientasi pada
peningkatan kualitas pelayanan dan pemecahan masalahnya.
3. Kematian Maternal adalah kasus kematian perempuan yang
diakibatkan oleh proses yang berhubungan dengan kehamilan
(termasuk kehamilan ektopik), persalinan, abortus (termasuk
abortus mola) dan masa dalam kurun waktu 42 hari setelah
berakhirnya kehamilan tanpa melihat usia gestasi dan tidak
termasuk didalamnya sebab kematian akibat kecelakaan atau
kejadian insidental. Penyebab kematian maternal akan
diklasifikasikan menjadi penyebab kematian maternal langsung
dan tidak langsung.
4. Kematian perinatal adalah kematian bayi (dengan umur
kehamilan lebih 22 minggu) yang lahir dalam keadaan
meninggal atau bayi yang lahir hidup namun kemudian
meninggal dalam masa 7 hari setelah persalinan.
5. Stillbirth atau lahir mati adalah bayi dengan berat lahir lebih dari
500 gram atau umur kehamilan lebih 22 minggu yang dilahirkan
4
tanpa tanda-tanda kehidupan. Lahir mati dibagi menjadi 2
kelompok yaitu lahir mati dengan tanda maserasi dan lahir mati
tanpa tanda maserasi (masih tampak segar).
6. Kematian neonatal adalah kematian bayi lahir hidup yang
kemudian meninggal sebelum 28 hari kehidupannya. Kematian
neonatal dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kematian neonatal
dan kematian neonatal lanjut. Kematian neonatal adalah
kematian bayi yang terjadi pada 7 hari pertama kehidupannya.
Kematian lanjut adalah kematian bayi yang terjadi pada masa 8
– 28 hari kehidupannya.
7. Nearmiss : Suatu kasus dimana berpotensi untuk terjadi
kematian tetapi berhasil diselamatkan
2.2 AZAS
Dalam melaksanakan kegiatan AMP ini, terdapat beberapa prinsip
yang harus dilaksanakan. Prinsip atau azas yang mutlak harus
dipenuhi dalam kegiatan AMP ini adalah :
1. No Name (tidak menyebutkan identitas)
Dalam kegitan AMP ini, seluruh informasi mengenai identitas
kasus maupun petugas dan institusi kesehatan yang
memberikan pelayanan pada ibu dan neonatal yang meninggal
akan dianonamekan (no name) pada saat proses penelaahan
kasus sehingga kemungkinan untuk menyudutkan,
menyalahkan dan menghakimi seseoranng atau institusi
kesehatan dapat dihilangkan atau diminimalkan.
2. No shame (tidak mempermalukan)
Seperti yang telah diuraikan diatas, seluruh identitas akan
dihilangkan (anonym) sehingga kemungkinan AMP berpotensi
mempermalukan petugas atau institusi kesehatan dapat
diminimalkan.
5
3. No Blame (tidak menyalahkan)
Sebagai akibat dari tidak adanya identitas pada saat pengkajian
kasus dilakukan, potensi menyalahkan dan menghakimi
(blaming) petugas atau institusi kesehatan dapat dihindari.
Penganoniman juga diharapkan dapat membuat petugas
kesehatan yang memberikan pelayanan bersedia untuk lebih
terbuka dan tidak menyembunyikan informasi yang ditakutkan
dapat menyudutkan petugas tersebut. Informasi yang mungkin
disembunyikan tersebut mungkin merupakan informasi penting
yang berkaitan dengan faktor yang dapat dihindarkan. Prinsip ini
harus diterapkan saat proses audit sehingga tujuan untuk
memperoleh pembelajaran dan mencegah terjadinya kesalahan
di masa mendatang.
4. No Pro Justisia (tidak untuk keperluan peradilan)
Seluruh informasi yang diperoleh dalam kegiatan AMP tidak
dapat digunakan sebagai bahan bukti di persidangan (no pro
justisia). Seluruh informasi adalah bersifat rahasia dan hanya
dapat digunakan untuk keperluan memperbaiki kualitas
pelayanan kesehatan maternal dan perinatal/ neonatal.
5. Pembelajaran
Salah satu upaya AMP untuk meningkatkan pelayanan
kesehatan maternal dan perinatal/ neonatal adalah melalui
pembelajaran yang dapat bersifat : individual, kelompok
terfokus, maupun massal berdasarkan rekomendasi yang
dihasilkan oleh pengkaji kepada seluruh komunitas pelayanan
KIA.
6
BAB III
RUANG LINGKUP AUDIT MATERNAL PERINATAL ( AMP )
7
3.2 UNSUR-UNSUR AMP
Unsur mutlak harus ada dalam AMP :
1. Data kematian/ kasus kecacatan dan nearmiss
Kasus kematian yang terjadi di rumah sakit :
a. Mencakup kematian ibu hamil, kematian ibu melahirkan
dan kematian ibu nifas (sampai 42 hari setelah
melahirkan).
b. Kematian perinatal : kematian janin yang berumur 28
minggu ke atas sampai bayi berumur 7 hari.
c. Kematian neonatal : kematian bayi yang berumur 8 hari
sampai dengan 28 hari.
d. Kasus kecacatan dan nearmiss pada ibu dan bayi.
2. Dilakukan otopsi verbal
Tujuan otopsi verbal adalah :
a. Untuk menetukan jenis penyakit dengan menggunakan
informasi tentang gejala penyakit melalui wawancara dengan
keluarga penderita.
b. Untuk menentukan kegiatan intervensi agar kasus serupa
tidak terjadi lagi.
c. Untuk menentukan intervensi yang tepat, selain mengetahui
penyakit penyebab kematian, harus mengetahui pula
penyebab atau faktor-faktor yang punya kontribusi kepada
terjadinya kematian maupun kepada penyebab kematian.
3. Pembahasan hasil otopsi verbal
Hasil otopsi verbal dibahas dan dianalisa dalam AMP level I
Tujuannya :
a. Menganalisa dan mengidentifikasi penyebab masalah dan
faktor-faktor yang punya andil terhadap terjadinya masalah.
b. Mengidentifikasi dan menyepakati kegiatan intervensi untuk
mencegah terulangnya kasus yang sama.
8
4. Kegiatan intervensi yang dilakukan
Hasil pembahasan otopsi verbal yang sudah di bahas dalam
level I akan dipresentasikan dalam level II
9
BAB IV
TATA LAKSANA AMP
( AUDIT MATERNAL PERINATAL )
10
1. Memastikan terlaksananya AMP di RSUD Gambiran.
2. Memfasilitasi Koordinator/ Ketua Tim manajemen AMP
dalam penyelenggaraan AMP serta mengupayakan tindak
lanjut rekomendasi-rekomendasi yang dihasilkan.
3. Menetapkan indicator dan standar outcome kegiatan AMP
yang diberlakukan di RSUD Gambiran.
4. Menjaga kerahasiaan
b. Koordinator/ Ketua Tim Manajemen AMP
Koordinator/ Ketua Tim Manajemen AMP di RSUD Gambiran
adalah Dokter Spesialis Obstetri dan Gynaekologi. Tugasnya
adalah :
1. Mempersiapkan dan menyelenggarakan pertemuan kajian
kasus secara rutin minimal 1 bulan sekali sesuai dengan
situasi dan kondisi.
2. Bertanggung jawab atas berjalannya alur pelaporan
kematian dan formulir isian yang digunakan dalam AMP.
3. Menganonimkan kasus.
4. Mengkomunikasikan temuan hasil pengkajian kasus kepada
penanggung jawab.
5. Memantau kegiatan sekretariat AMP.
6. Mengelola data hasil kajian kasus dan mengatur
pemanfaatan hasil-hasil kajian kasus untuk keperluan
pembelajaran, pelaporan, dan perencanaan.
7. Bersama dengan penanggung jawab, mengkomunikasikan
kepada pihak terkait serta memfasilitasi dilaksanakannya
rekomendasi yang dihasilkan dan perumusan
pembelajaran.
8. Menjaga kerahasiaan.
Untuk melaksanakan tugas-tugasnya, Koordinator/ Ketua Tim
AMP dibantu oleh sekretariat AMP RSUD Gambiran.
11
c. Sekretariat
Sekretariat AMP terdiri dari beberapa orang yang penunjukannya
diusulkan oleh Koordinator/ Ketua Tim AMP. Sekretariat AMP di
RSUD Gambiran yaitu sekretaris Komite Medik, Kepala Bagian
P3RM, sekretaris PONEK, bidan koordinator PONEK pelayanan
maternal dan bidan koordinator PONEK pelayanan neonatal.
Sekretariat bertugas :
1. Membantu Koordinator/ Ketua Tim manajemen AMP dalam
pelaksanaan AMP.
2. Mengumpulkan dan merekapitulasi daftar kematian.
3. Mempersiapkan data untuk pertemuan kaji kasus.
4. Menjadi notulis dalam pertemuan kajian kasus maupun sesi
pembelajaran.
5. Memfasilitasi pelaksanaan pertemuan AMP.
6. Menjaga kerahasiaan.
12
program KIA. Apabila diperlukan dapat melibatkan dokter
spesialis lain seperti spesialis anaestesi, spesialis penyakit dalam,
spesialis jantung dan pembuluh serta spesialis-spesialis lain yang
terkait. Tim Pengkaji Konsultan bertugas melakukan pengkajian
kasus, merumuskan rekomendasi, dan bila memungkinkan
mengembangkan pedoman/ panduan praktik (local practice
guideline) bagi komunitas pelayanan di RSUD Gambiran.
b. Tim Pengkaji Eksternal
Tim pengkaji eksternal adalah dokter spesialis obstetri dan
gynaekologi serta dokter spesialis anak atau para pakar yang
berasal dari luar RSUD Gambiran. Biasanya berasal dari pusat-
pusat pendidikan kedokteran atau dari Rumah Sakit lain yang
mempunyai kemampuan sebagai pengkaji. Tugas utama tim
pengkaji eksternal adalah memberikan masukan kepada tim
pengkaji inti tentang suatu kasus yang dikaji, dan menyediakan
informasi tentang suatu kasus yang dikaji dan menyediakan
informasi tentang bukti-bukti ilmiah (evidence – based practice).
Bukti-bukti ilmiah yang diajukan oleh pengkaji eksternal dapat
dipakai oleh tim pengkaji internal dalam merumuskan
rekomendasi dan mengembangkan pedoman praktik lokal.
Keberadaan pengkaji eksternal tidak menjadi syarat utama
dilakukannya AMP. Pelibatan pengkaji eksternal menjadi
keputusan koordinator/ ketua tim AMP dengan melihat berbagai
pertimbangan terhadap kasus nearmiss, kesakitan, kecacatan
dan kematian yang terjadi misalnya kasus rumit yang belum
pernah/ jarang sekali terjadi di RSUD Gambiran.
13
manajemen dan tim pengkaji inti, serta berhak menerima umpan
balik bagi keperluan pembelajaran, pelaporan dan perencanaan. Ada
empat kelompok yang membentuk komunitas pelayanan maternal –
perinatal/ neonatal di RSUD Gambiran, yaitu : kelompok masyarakat,
kelompok petugas kesehatan, kelompok pimpinan fasilitas
pelayanan, dan kelompok pembuat kebijakan.
a. Kelompok Masyarakat
Termasuk dalam kelompok ini adalah para pasien dan
keluarganya serta kelompok atau organisasi kemasyarakatan.
Sebagai pihak yang mengalami pelayanan dalam bidang maternal
– perinatal/ neonatal. Input yang dapat diberikan oleh kelompok
masyarakat adalah penyampaian informasi perihal kronologis
kasus nearmiss, kecacatan, kesakitan dan kematian maternal
perinatal/ neonatal dalam rangka pengumpulan data oleh petugas
kesehatan.
b. Kelompok Petugas Kesehatan
Kelompok petugas kesehatan adalah pihak yang secara langsung
memberikan pelayanan maternal – perinatal/ neonatal. Kelompok
petugas kesehatan terdiri dari para petugas misalnya para bidan,
perawat dan dokter. Kelompok petugas kesehatan dapat
memberikan input berupa informasi/ data kasus nearmiss,
kecacatan, dan kematian maternal – perinatal/ neonatal yang
terjadi di RSUD Gambiran. Informasi/ data dari kelompok petugas
kesehatan selanjutnya akan dijadikan bahan kajian kasus oleh
oleh Tim Pengkaji Inti AMP level II. Disamping itu kelompok
petugas kesehatan juga wajib melaksanakan kegiatan AMP level
I. Kelompok petugas kesehatan yang bertugas saat terjadinya
kasus wajib membuat kronologis kasus yang presentasikan pada
AMP level I
c. Kelompok Pimpinan Fasilitas Pelayanan
Kelompok pimpinan fasilitas pelayanan di RSUD Gambiran terdiri
dari kepala ruang, koordinator pelayanan PONEK masing-masing
14
unit pelayanan maternal neonatal. Tugas kelompok ini
memfasilitasi kegiatan pengumpulan dan pelaporan data
kematian, serta memfasilitasi implementasi rekomendasi-
rekomendasi yang terkait dengan ruang yang dipimpinnya.
d. Kelompok Pembuat Kebijakan
Kelompok pembuat kebijakan adalah pihak yang berwenang
dalam pembuatan dan penetapan kebijakan-kebijakan terkait
pelayanan maternal – perinatal dan neonatal di RSUD Gambiran.
Ketua komite medik, Wakil Direktur dan Direktur RSUD Gambiran
adalah pihak yang berwenang dalam proses pembuatan
kebijakan. Tugas kelompok pembuatan kebijakan adalah
memfasilitasi penyelenggaraan AMP dan mengimplementasikan
rekomendasi-rekomendasi pada tingkat kebijakan.
15
- Bidan/ perawat penanggung jawab (ketua shif jaga)
mengkoordinasikan pengisian blanko Otopsi Verbal
Kematian Maternal (OVM) dan Otopsi Verbal Kematian
Perinatal dan Neonatal (OVP) sesuai kejadian.
- Seluruh penanggung jawab yang melakukan penanganan
kasus wajib mengisi RMMP (Rekam Medik Kematian
Maternal Perantara) dan RMPP (Rekam Medik Kematian
Perinatal Perantara) sesuai yang ditangani (tidak mengisi
seluruh form)
- Fasilitas kesehatan tempat kematian mengisi Formulir
Rekam Medis Kematian Ibu (RMM) dan Rekam Medis
Kematian Perinatal (RMP) sesuai yang ditangani.
2. Registrasi dan anonimasi
a. Registrasi kasus nearmiss, kecacatan dan kematian
- Sekretaris AMP membuat daftar kasus nearmiss, kecacatan
dan kematian maternal, perinatal dan neonatal
- Pengumpulan data dengan menggunakan format AMP
- Melakukan koreksi kelengkapan isi form AMP bersama tim
manajemen
- Melakukan klarifikasi isi yang belum jelas baik via telepon
maupun memanggil langsung yang mengisi form
- Melakukan coding data
b. Anonimasi
Sekretaris Tim AMP melakukan anonimasi yaitu
menghapuskan segala identitas, baik identitas pasien,
identitas penolong dan identitas tempat pertolongan
c. Penanggung jawab : secretariat Tim AMP
3. Pemilihan kasus, pengkaji dan penjadwalan
- Melakukan pemilihan dan pemilihan kasus yang mempunyai
nilai pembelajaran dan melakukan koordinasi dengan dokter
spesialis obstetric gynaekologi dan dokter spesialis anak
16
- Menghubungi tim pengkaji, melakukan koordinasi waktu
pelaksanaan pengkajian kasus
- Menetapkan waktu pengkajian dan tempat
- Penanggung jawab : Tim Manajemen AMP dan Tim Pengkaji
- Idealnya seluruh kasus kematian (baik maternal maupun
perinatal/ neonatal) dikaji/ diaudit, karena dengan
pendekatan seperti inirekomendasi yang dihasilkan akan
semakin sesuai sebagai upaya perbaikan atas berbagai
masalah yang ada. Namun bila keadaan tidak
memungkinkan, kajian kasus dapat dilakukan terhadap
sebagian sampel dengan pendekatan sebagai berikut :
1. Pemilihan sampel yang representative terhadap
seluruh kematian yang ada (sampel acak)
2. Pemilihan sampel dengan stratifikasi berdasarkan
komplikasi
3. Pemilihan sampel berdasarkan prioritas masalah
4. Penggandaan dan pengiriman bahan kajian
- Menggandakan bahan kajian
- Mengirim bahan kajian ke tim pengkaji dalam waktu maksimal
5 hari sebelum pertemuan
- Penanggung jawab : Tim Manajemen AMP
5. Pertemuan pengkajian kasus
- Pada saat dilakukan pertemuan pengkajian kasus, presentasi
kasus oleh para petugas yang terlibat dalam pemberian
pelayanan kasus tidak diperkenankan lagi dilakukan
- Sebagai gantinya, data mengenai kasus diwakili oleh formulir
yang telah diisi selengkap mungkin.
- Presentasi dilakukan oleh sekretariat tim AMP
- Sekretariat AMP memfasilitasi pertemuan tersebut dan
berperan sebagai notulis dalam pertemuan tersebut.
- Ada tiga hal yang dilakukan oleh tim pengkaji ketika
melakukan pertemuan pengkajian kasus yaitu : analisis
17
kematian, klasifikasi penyebab kematian, dan penyusunan
rekomendasi. Proses pengkajian kasus dan pembuatan
rekomendasi harus dilakukan dengan azaz profesionalisme
(professional judgement) dan mengedepankan etika
- Pelaksana dan penanggung jawab : Tim Pengkaji sesuai
kasus
- Metode :
Review rekomendasi dan pembelajaran AMP yang lalu
oleh Tim Manajemen AMP
Paparan RMM/ RMP oleh Tim Manajemen AMP
Diskusi dipimpin oleh moderator (Tim Manajemen AMP)
a. Melakukan analisis kematian apakah kasus dapat dicegah
atau tidak
Mengidentifikasi secara rinci faktor-faktor yang dapat
dicegah dari aspek medis/ non medis
Aspek medis :
Upaya penilaian awal
Pengenalan masalah/ penegakan masalah
Rencana tatalaksana
Tatalaksana
Monitoring
Resusitasi maternal neonatal
18
Identifikasi masalah medis dengan berdasar pemenuhan terhadap
standar pelayanan :
Peringkat Tingkat perawatan sub-optimal/ sub standar
0 Tidak ada pemberian pelayanan yang sub optimal
(semuanya sudah dilakukan sesuai standar, tetapi pasien
tetap meninggal)
1 Terdapat perawatan sub optimal tetapi tatalaksana yang
sesuai standar tidak akan membuat perubahan terhadap
outcome (sekiranya standar dipenuhipun tetap akan terjadi
kematian)
2 Terdapat perawatan sub optimal dan tatalaksana yang
sesuai standar mungkin dapat membuat perbedaan
outcome (bila standar dipenuhi, ada kemungkinan
kematian dapat dihindari)
3 Terdapat perawatan sub optimal dan tatalaksana yang
sesuai standar akan memberikan perbedaan outcome (bila
standar dipenuhi, pasien akan terhindar dari kematian)
19
- Kematian maternal incidental
- Kematian maternal lanjut
2) Kematian perinatal/ neonatal :
- Berdasarkan kelompok umur
Umur 0-6 hari
Penyebab utama neonatus
Penyebab lain neonatus
Penyebab utama ibu
Penyebab lain ibu
Kondisi neonatus lainnya
Umur 7-28 hari
Penyebab langsung
Penyebab antara
Penyabab dasar
- Berdasarkan klasifikasi penyebab kematian
menurut Extended Wigglesworth
1. Kelainan bawaan/ malformasi congenital (parah
atau berat)
2. Kematian janin antepartum yang tidak bisa
diterangkan/ dijelaskan
3. Kematian karena asfiksia intra-partum, anoksia
atau trauma
4. Imaturitas
5. Infeksi
6. Penyebab spesifik lainnya
7. Kecelakaan atau trauma non intra-partum
8. Kematian bayi mendadak
9. Tidak terklasifikasi
c. Penyusunan rekomendasi
Langkah-langkah yang perlu dilakukan oleh tim pengkaji
untuk menghasilkan rekomendasi adalah sebagai berikut :
20
Tentukan apakah kematian yang terjadi adalah akibat
pemberian pelayanan yang sub-optimal pada upaya
diagnosis, monitoring dan konsultasi, serta pemberian
terapi dan tindakan. Apabila pelayanan sub-optimal
tersebut cukup nyata (peringkat 2 atau 3) maka dapat
dibuat rekomendasiuntuk mencegah kejadian kasus
serupa dimasa mendatang.
Tentukan pihak-pihak mana saja yang sepatutnya
berdaya dan perlu terlibat untuk melakukan upaya-
upaya koreksi dan pencegahan yang bersifat esensial.
Sasaran rekomendasi perlu dirumuskan secara terinci
apakah ditujukan pada masyarakat, petugas
kesehatan, pimpinan fasilitas pelayanan kesehatan
atau para pembuat kebijakan (kebijakan daerah,
kebijakan Rumah Sakit, asuransi kesehatan, rujukan
dan sebagainya)
6. Pendataan dan pengolahan hasil kajian
Pertemuan pengkajian kasus diakhiri dengan pendataan hasil
kajian. Agar dapat diolah (ditabulasi, dihitung dan dibandingkan),
maka harus ada kesepakatan tentang data apa saja yang
dihasilkan dan dicatat dari pertemuan Audit Maternal Perinatal.
Data yang dikumpulkan dikelompokan menjadi dua, yaitu :
a. Data Identitas
- Identitas pasien
- Petugas-petugas kesehatan terkait
- Sarana-sarana pelayanan yang terlibat
Data ini bersifat rahasia dan digunakan untuk keperluan
perencanaan sesi pembelajaran individual.
b. Data Kejadian Kematian
- Penyebab kematian
- Peringkat pemenuhan standar pelayanan
21
- Area klinis dan area rujukan yang memerlukan
perbaikan
- Akar penyebab timbulnya masalah di area klinis dan
area rujukan
- Rekomendasi-rekomendasi spesifik
- Kesimpulan Tim Pengkaji :
1) Diagnosis penyebab kematian : penyebab akhir,
penyebab antara dan penyebab dasar
2) Komorbiditas apa saja yang ada
3) Komplikasi apa saja yang terjadi
4) Peringkat pemenuhan standar pelayanan
5) Masalah area klinis : diagnosis, monitoring,
terapi/ tindakan dan uraian singkatnya
6) Masalah dalam area rujukan dan uraian
singkatnya
7) Akar penyebab masalah yang dapat dicegah
dalam area klinis
8) Akhir penyebab masalah yang dapat dicegah
dalam area rujukan
9) Rekomendasi spesifik yang dapat dilakukan
c. Penanggung jawab : Tim Pengkaji
7. Pemanfaatan hasil kajian (rekomendasi)
Pemanfaatan hasil kajian adalah langkah terakhir dalam siklus
AMP di RSUD Gambiran. Hasil kajian dapat dimanfaatkan untuk
keperluan pembelajaran, pembinaan, pelaporan dan
perencanaan.
Pembelajaran/ pembinaan ditujukan kepada seluruh
komponen komunitas pelayanan
Hasil kajian juga akan menjadi bahan laporan oleh Tim
Manajemen AMP RSUD Gambiran
Untuk keperluan perencanaan, hasil kajian dan
rekomendasi akan didistribusikan oleh sekretariat AMP
22
kepada komponen komunitas pelayanan sesuai
kebutuhannya
Berdasarkan sasarannya, pembelajaran dapat berupa
pembelajaran individual, pembelajaran kelompok terfokus
dan pembelajaran masal
- Pembelajaran individual/ ruangan
a. Petugas pelayanan yang bersangkutan
b. Ruangan yang terkait langsung
- Pembelajaran kelompok terfokus
a. SMF Obstetri dan Gynaekologi
b. SMF Anak
c. Komite Medik Rumah Sakit
- Pembelajaran missal
a. Pertemuan, penyuluhan
b. Kelas ibu
c. Brosur, media lain
d. Pelaksanaan GSI
Penanggung jawab : Tim Manajemen AMP dan Tim
Pengkaji
23
24
BAB V
PENCATATAN DAN PELAPORAN
25
6. Formulir Rekam Medis Kematian Ibu Perantara (RMMP) dan Formulir Rekam
Medis Kematian Perinatal/ Neonatal Perantara (RMPP)
Formulir ini diisi untuk mendapatkan informasi layanan kesehatan pada kasus
kematian yang pernah mendapat perawatan difasilitas lain sebelum dirawat
difasilitas kesehatan tempat ibu meninggal.
26
BAB VI
PEMANTAUAN DAN EVALUASI
6.1 INDIKATOR
1. Indikator input
a. Ketersediaan SK Direktur RSUD Gambiran tentang pembentukan Tim
AMP
b. Ketersediaan formulir pengumpulan data
c. SDM : Tim Pengkaji internal
2. Indikator proses
a. Prosentase ketepatan waktu pelaporan kematian
b. Prosentase ketepatan waktu pengiriman berkas formulir yang sudah
lengkap ke sekretariat AMP Rumah Sakit
c. Prosentase kelengkapan pengisian masing – masing formulir yang
dipergunakan sebagai sumber data untuk telaah kasus
d. Prosentase kasus kematian yang dikaji
e. Prosentase pertemuan kajian kasus yang terlaksana di RSUD Gambiran
f. Prosentase kehadiran anggota komunitas pelayanan
g. Prosentase kasus – kasus kematian yang terkait dengan 3 terlambat
3. Indikator output
a. Proses pembelajaran individual yang dilaksanakan
b. Jumlah pembelajaran missal yang dilakukan
c. Proses rekomendasi yang ditindaklanjuti / dilaksanakan
4. Indikator outcome
a. Prosentase peringkat pemenuhan standar pelayanan maternal –
perinatal / neonatal
b. Angka kematian maternal
27
c. Angka kematian perinatal
d. Angka kematian neonatal
e. Case Fatality Rate dari tiap jenis komplikasi utama baik maternal
maupun perinatal / neonatal
6.2 TARGET
Target adalah besarnya pencapaian indiKator yang ditetapkan untuk dicapai
dalam kurun waktu tertentu
28
BAB VI
PENUTUP
Di tetapkan di Kediri
PadaTanggal 2015
DIREKTUR RSUD GAMBIRAN
KOTA KEDIRI
29
Klasifikasi penyebab primer (mendasari) kematian maternal
30
Infeksi yang tak terkait dengan kehamilan dan AIDS
- Pneumonia
- Acquired Immune Deficiency Syndrome ( AIDS )
- Tuberkulosis
- Endokarditis bakteri
- Pielonefritis, infeksi saluran kemih
- Apendisitis
- Malaria
- Meningitis
- Lain – lain
Hamil ektopik
- Kehamilan kurang dari 20 minggu
- Kehamilan di luar uterus ( lebih dari 20 minggu )
Abortus
- Abortus septik
- Trauma uterus
- Penyebab trofoblastik
Sepsis pada kehamilan
- Infeksi cairan amnion dengan ruptur membran ( ketuban pecah dini / KPD )
- Infeksi cairan amnion dengan membran utuh
- Sepsis puerperalis pasca persalinan normal
- Sepsis puerperalis pasca sectio sesaria
- Sepsis puerperalis pasca persalinan normal dengan partus lama
- Sepsis puerperalis pasca sectio sesaria dengan partus lama
- Lain – lain
Perdarahan antepartum
- Solusio plasenta
- Solusio plasenta dengan hipertensi dalam kehamilan
- Plasenta previa
- Lain – lain
Perdarahan Postpartum
- Retensio plasenta, plasenta akreta, inkreta atau perkreta
- Atonia uterus - karena regangan berlebihan ( kehamilan ganda, polihidramnion )
31
- Atonia uteri karena partus lama
- Ruptur uterus – dengan riwayat seksio sesaria
- Ruptur uterus – tanpa riwayat seksio sesaria
- Inversio uteri
- Trauma uterus lainnya
Hipertensi dalam kehamilan
- Hipertensi kronis
- Hipertensi dengan protein uri
- Eklampsia
- Sindrom HELLP
- Ruptur hepatik
Komplikasi Anestesi
- Komplikasi anaestesi umum
- Komplikasi anaestesi epidural
- Komplikasi anestesi spinal
Emboli
- Emboli pulmonal
- Emboli cairan ketuban
Hilang kesadaran akut – penyebab tidak diketahui
Tidak diketahui
- Kematian di rumah / di luar fasilitas kesehatan
- Tidak ditemukan penyebab utama kematian
32
Klasifikasi Penyebab akhir dan faktor penyumbang ( atau yang ikut berperan )
dalam kematian maternal
Sistem Organ
Syok Hipovolemik
- Setelah perdarahan post partum
- Setelah perdarahan antepartum
- Setelah hamil ektopik
Syok septik
- Setelah abortus
- Setelah kehamilan hidup
- Setelah infeksi yang tak terkait kehamilan
Gagal nafas
- Syndroma gangguan nafas dewasa
- Pneumonia ( termasuk infeksi TBC, atau infeksi lain )
- Gagal nafas akut
Gagal jantung
- Edema paru
Gagal ginjal
- Nekrosis tubuler acut
- Nekrosis meduler acut
Gagal hepatik
- Setelah syndrom HELLP
- Setelah kelebihan dosis obat
Komplikasi serebral
- Perdarahan intraserebral
- Edema otak yang menyebabkan hernisiasi
- Meningitis / infeksi ( termasuk malaria )
- Emboli otak
Metabolik
- Ketoasidosis maternal
Disfungsi hematologik
- DIC ( Duisseminated Intravascular Coagulopathy
33
Kegagalan multi organ
Kegagalan sistem imun
- AIDS
Tidak diketahui
Kriteria near-miss
34
fungsi ginjal 2. Oligouri, dengan definisi produksi urin < 400 ml / 24 jam
Management –
35
based
12. Memerlukan Dengan berbagai macam indikasi pasien obstetric
perawatan
intensif
13. Emergency Adanya tanda – tanda pada peritoneal, hysterectomy dan
hysterectomy hysteroraphy
14. Tindakan 1. Laparatomy pada kehamilan ektopik
bedah 2. Tindakan bedah emergency karena bebagai alasan medis
emergensi
yang lain
15. Terkait 1. Hypotensi berat terkait dengan anaestesi spinal atau
anaesthesi epidural Hypotensi didefinisikan tekanan darah sistolik <
90 mmHg selama 60 menit
2. Kegagalan intubasi trachea yang memerlukan anaetesi
ulang
3. Anaestesi spinal atau epidural yang berkaitan dengan
intubasi
4. Aspirasi selama opersai darurat karena regurgitasi cairan
perut
5. Total block terkait epidural anaestesi
16. Intubasi Untuk alasan apapun selain untuk general anaestesi
17. Memerlukan Berbagai kondisi yang memerlukan tindakan resusitasi
tindakan
resusitasi
18. Rujukan ke Berbagai kondisi yang memerlukan rumah sakit tersier atau
rumah sakit / fasilitas kesehatan yang lebih tinggi untuk intervensi /
pelayanan penatalaksanaan menyelamatkan hidup pasien
kesehatan
tersier
36
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur. (2014). Panduan Praktis Pelaksanaan Audit
Maternal Perinatal ( AMP ) di Jawa Timur
37